Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL GINJAL KRONIK

DENGAN MASALAH GANGGUAN PERTUKARAN GAS


(Studi kasus di Hemodialisa RSUD Bangil)

Dwi Kartikasari*Maharani Tri Puspitasari**Hidayatun Nufus*

ABSTRAK

Pendahuluan Gagal ginjal kronik menjadi masalah kesehatan dunia karena sulit disembuhkan
dengan peningkatan angka kejadian, prevalensi serta tingkat morbiditasnya. Salah satu kondisi
klinis yang terjadi karena penyakit ini yaitu edema paru yang disebabkan kombinasi
penumpukan cairan pada alveoli sehingga menyebabkan gangguan pertukaran gas. Tujuan dari
studi kasus ini adalah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien gagal ginjal kronik dengan
masalah gangguan pertukaran gas. Metode yang digunakan adalah pendekatan metode
deskriptif. Penelitian diambil di RSUD Bangil Pasuruan dengan jumlah 2 klien dengan diagnosa
Gagal Ginjal Kronik dengan masalah gangguan pertukaran gas. Data dikumpulkan dari hasil
wawancara, observasi, dokumentasi.Hasil penelitian yang dilaksanakan di ruang Hemodilisa
RSUD Bangil Pasuruan pada tanggal 29 maret dengan jumlah penderita gagal ginjal kronik
sebanyak 36 klien. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien dengan gangguan
pertukaran gas yaitu menggunakan panduan buku Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia
tahun 2017 dan Buku NIC-NOC 2015. NOC : status pernafasan : pertukaran gas, NIC :
manajemen jalan nafas. Kesimpulan hasil evaluasi bahwa masalah keperawatan pada pada klien
1 dan klien 2 belum teratasi, klien 1 mengalami kemajuan karena sesak berkurang dan tidak ada
edema sedangkan pada klien 2 masih terdapat sesak dan edema , perubahan kondisi pada klien 1
dan 2 dikarenakan klien 2 tidak patuh akan intake cairan sehingga mengalami edema pada kaki.
Saran yang diberikan kepada klien yaitu mematuhi diit sesuai advice dokter, pengawasan dan
dukungan dari keluarga juga berperan dalam proses penyembuhan klien, untuk perawat dapat
menggunakan dan memanfaatkan waktu seefektif mungkin sehingga dapat melaksanakan asuhan
keperawatan secara maksimal.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Gagal Ginjal Kronik, Gangguan Pertukaran Gas

NURSING CARE IN CLIENT CHRONIC RENAL FAILURE


WITH DISRUPTION OF GAS EXCHANGE PROBLEM
(Study in Hemodialisa Room in the Local Hospital of Bangil Pasuruan)

ABSTRACT

Preliminary Chronic Renal Failure became a global health problem cause it is difficult to cure
with increased incidence rate, prevalency, and morbidity. Pulmonary edema is one of clinical
condition that happened cause this disease which are caused combination of stacking fluid in the
alveoli so it can cause disruption of gas exchange. Purpose of this case study is to carry out of
nursing care to clients who had chronic renal failure with disruption of gas exchange. Methode
research design was arranged with descriptive methode. The Research taken in RSUD Bangil
Pasuruan with 2 clients who were diagnosed chronic renal failure with disruption of gas
exchange problem. Data collected from interviews, observation, physical checkup and
documentation. Result of Research were does in Hemodialysis RSUD’s on 29th March with 36
clients of chronic renal failure. Intervention that to do to client chronic renal failure is use
Indonesia standart of diagnosis nurse 2017th and NOC-NIC 2015th. NOC : Breathing Status :
Gas Exchange, and NIC : Airway Breathing Management. Conclusion of evaluation result
concluded that problem of nurse on client 1 and client 2 resolved yet. Client 1 is progressing
well, shortness of breath decreased and no edema, while client 2 still have breath shortness and
edema. Changin condition of client 1 and client 2 is not same because client 2 is not obedient of
intake of fluid than client 2 so client 2 still get breath shortness and edema,. Suggestion that can
be given to clients are obidient diet due doctor advice. Supervision and support from family also
play a role in process recover client, and for nurse can using and utilize time as effective as
possible so can do nurshing care maximally.

Key Words : Nursing Care, Chronic Renal Failure, Disruption of Gas Exchange

PENDAHULUAN Berdasarkan hasil studi pendahuluan dalam


Profil Kesehatan Jawa Timur Tahun 2014
Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan Prevalensi gagal ginjal kronik berdasarkan
penyakit yang sangat berbahaya karena diagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,2%
penyakit ini dapat berlangsung lama dan dan di Jawa Timur tercatat sebesar 0,3%.
mematikan. Gagal ginjal kronik menjadi Dari uraian tersebut maka perlu diadakan
masalah kesehatan dunia karena sulit studi kasus tentang asuhan keperawatan pada
disembuhkan dengan peningkatan angka klien Gagal Ginjal Kronik (GGK) dengan
kejadian, prevalensi serta tingkat masalah gangguan pertukaran gas di ruang
morbiditasnya (Ali dkk, 2017). hemodialisa RSUD Bangil Pasuruan dengan
harapan studi kasus ini dapat mengambil
Penyakit gagal ginjal kronik menimbulkan manfaat agar dapat memberikan pertolongan
berbagai kondisi patologi klinis pada tubuh. pertama pada klien Gagal Ginjal Kronik
Salah satu kondisi patologis yang umum (GGK).
terjadi karena penyakit ini yaitu terjadinya
edema paru yang disebabkan kombinasi Berdasarkan uraian latar belakang di atas
penumpukan cairan (karena kenaikan dapat dirumuskan masalah Bagaimanakah
tekanan intravaskuler atau penurunan Asuhan Keperawatan Pada Klien yang
intravaskuler) pada alveoli sehingga terjadi mengalami Gagal Ginjal Kronik (GGK)
gangguan pertukaran gas secara progresif dengan masalah Gangguan Pertukaran Gas
yang mengakibatkan hipoksia yang dapat di Ruang Hemodialisa RSUD Bangil
mengancam jiwa (Pradesya, 2015). Pasuruan? Tujuan studi kasus untuk
membuat Asuhan Keperawatan Pada Klien
Berdasarkan data World Health yang mengalami Gagal Ginjal Kronik
Organization (WHO) tercatat yang (GGK) dengan masalah Gangguan
menderita gagal ginjal baik akut maupun Pertukaran Gas di Ruang Teratai RSUD
kronik mencapai 50% (Hutagol, 2016). Bangil Pasuruan. Hasil studi kasus ini dapat
Berdasarkan data dari United State Renal digunakan sebagai sumber informasi baru
Data System (USRDS) tahun 2014 dan pengembangan ilmu keperawatan terkait
prevalensi kejadian Gagal Ginjal Kronik di asuhan keperawatan pada klien asma
Amerika Serikat setiap tahun meningkat bronkhial dengan masalah gangguan
tercatat pada tahun 2011 ada 2,7 juta jiwa pertukaran gas.
dan pada 2012 meningkat menjadi 2,8 juta
jiwa (Adhiatma, 2014).
BAHAN DAN METODE PENELITIAN yang sama yaitu sesak nafas. Pada
pengkajian klien 1 (Ny. S) didapatkan
Desain penelitian yang digunakan dalam keluhan utama sesak sejak 2 hari yang lalu
penelitian ini adalah metode deskriptif serta nyeri dada saat bernafas sedangkan
dengan pendekatan studi kasus. Dalam pada klien 2 (Ny. A) didapatkan keluhan
penelitian studi kasus ini peneliti akan utama sesak disertai nyeri dada sejak
melakukan penelitian studi kasus pada klien kemarin.
Gagal Ginjal Kronik (GGK) dengan masalah
Gangguan Pertukaran Gas. Partisipan yang Menurut Suyono (2001) salah satu gejala
digunakan dalam penelitian ini adalah dua gagal ginjal kronik dengan gangguan
klien yang menderita Gagal Ginjal Kronik pulmonal yaitu sesak. Pada pengkajian studi
(GGK) dengan masalah keperawatan kasus ini ditemukan penyebab klien sesak
gangguan pertukaran gas, yang dirawat di dikarenakan adanya cairan didalam paru
Ruang Hemodialisa RSUD Bangil. ditandai dengan terdapat suara nafas
Pengumpulan data dilakukan dengan tambahan ronchi sehingga terjadi perubahan
wawancara, obervasi dan pemeriksaan fisik membran kapiler paru, hal ini juga yang
serta studi dokumentasi. menyebabkan sesak pada kedua klien.

Menurut peneliti, pada pengkajian Ny. S dan


HASIL PENELITIAN Ny. A, sesak yang dialami kedua klien bisa
disebabkan oleh penumpukan cairan didalam
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan di paru ditandai dengan ditemukannya suara
ruang Hemodilisa RSUD Bangil Pasuruan nafas tambahan ronchi pada kedua klien,
pada tanggal 29 maret dengan jumlah sesak nafas juga dapat disebabkan karena
penderita gagal ginjal kronik sebanyak 36 kadar hemoglobin pada kedua klien yang
klien. Tindakan keperawatan yang dilakukan rendah. Sesak yang dialami oleh kedua klien
pada klien dengan gangguan pertukaran gas tersebut merupakan tanda dan gejala
yaitu menggunakan panduan buku Standart subyektif. Namun kedua klien juga
Diagnosa Keperawatan Indonesia tahun mengeluhkan nyeri dada yang merupakan
2017 dan Buku NIC-NOC 2015. NOC : akibat dari kontraksi otot polos pernafasan
status pernafasan : pertukaran gas, NIC : yang bekerja berat.
manajemen jalan nafas. Berdasarkan hasil
evaluasi disimpulkan bahwa masalah 2. Data Obyektif
keperawatan pada pada klien 1 dan klien 2 Data obyektif dari pengakajian kedua klien
belum teratasi, klien 1 mengalami kemajuan mengalami sesak nafas disertai nyeri dada
karena sesak berkurang dan tidak ada edema saat bernafas dengan keadaan umum lemah.
sedangkan pada klien 2 masih terdapat sesak Klien 1 mengalami sesak nafas ditandai
dan edema , perubahan kondisi pada klien 1 dengan RR : 30 x/menit, adanya pernafasan
dan 2 dikarenakan klien 2 tidak patuh akan cuping hidung, dan ditemukannya suara
intake cairan sehingga mengalami edema ronchi pada auskultasi daerah paru dan suara
pada kaki. pekak ada perkusi paru, terdapat edema pada
kaki sebelah kiri, turgor kulit menurun, crt
<2 detik, terpasang infus pada ekstremitas
PEMBAHASAN atas bagian kiri. Pada klien 2 juga
mengalami sesak namun dengan RR : 30
Pengkajian x/menit diikuti penggunaan otot bantu nafas,
1. Data Subyektif pola nafas yang tidak teratur, pernapasan
Data subyektif pada tinjauan kasus dilihat cuping hidung, auskultasi ronchi, serta
dari pengkajian 2 klien didapatkan keluhan perkusi pekak.
Menurut Rendy & Margareth (2012) hipoksia dan mempengaruhi suplai oksigen
pemeriksaan fisik pada gagal ginjal kronik ke seluruh jaringan tubuh. Menurut peneliti
ditemukan kondisi umum dan tanda-tanda penetapan diagnosa keperawatan tersebut
vital yaitu ; keadaan umum lemah, tingkat sudah sesuai dengan beberapa kriteria yang
kesadaran bergantung pada tingkat toksisitas, disyaratkan pada diagnosa tersebut. Dengan
pada pemeriksaan tanda-tanda vital sering demikian pada hasil laporan studi kasus ini
didapatkan Respirasi Rate (RR) meningkat sesuai dengan teori atau tidak ada
(takipnea), hipertensi atau hipotensi sesuai kesenjangan antara laporan kasus dengan
dengan kondisi fluktuatif. teori.

Menurut peneliti pada pemeriksaan fisik Intervensi Keperawatan


suara nafas klien 1 dan 2 didapatkan Intervensi keperawatan yang dilakukan pada
kesamaan, yaitu suara nafas ronchi pada paru studi kasus ini mengarah Nurshing Outcome
kiri. Namun pada klien 1 suara nafas Classification (NOC) yang meliputi : Status
ditemukan lebih luas daripada klien 2. Sesak pernafasan : pertukaran gas, respon ventilasi
yang terjadi akibat adanya penumpukan mekanik : dewasa dan Nurshing Income
cairan pada paru sehingga menimbulkan Classification (NIC) yang meliputi :
suara ronchi. manajemen jalan nafas

Diagnosa Keperawatan Implementasi


Diagnosa keperawatan pada klien 1 dan 2 Implementasi Keperawatan yang dilakukan
menunjukkan gangguan pertukaran gas. NIC yaitu : manajemen jalan nafas yaitu :
Mengambil diagnosa keperawatan ditandai monitor status pernafasan dan oksigenasi,
adanya penumpukan cairan pada paru posisikan untuk meringankan sesak nafas,
sehingga terjadi edema paru, dan hasil auskultasi suara nafas, catat area yang
laborat analisa gas darah yang menunjukkan ventilasinya menurun atau tidak adanya
ketidakseimbangan ventilasi perifer paru. suara tambahan, kolaborasi pemberian obat
dengan tim medis, instruksikan bagaimana
Berdasarkan konsep teori, gangguan agar bisa melakukan batuk efektif, kelola
pertukaran gas adalah Kelebihan atau udara atau oksigen yang dilembabkan
kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi misalkan nebulizer, motivasi pasien untuk
karbondioksida pada membran alveolus- bernafas pelan, dalam : teknis nafas dalam
kapiler (SDKI, 2017). Adapaun tanda (breathing exercise) atau teknis nafas dalam
gejalanya adalah : dispnea (sesak nafas), bertujuan untuk mencapai ventilasi yang
PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun, lebih terkontrol dan efisien serta mengurangi
takikardia, Ph arteri meningkat/menurun, udara yang terperangkap serta mengurangi
bunyi napas tambahan, pusing (sakit kepala kerja bernapas
saat bangun), penglihatan kabur, sianosis,
diaforesis, gelisah, pola napas cuping Evaluasi
hidung, pola napas abnormal, cepat/lambat, Dari evaluasi keperawatan selama 3 hari
reguler/irreguler, dalam/dangkal, warna kulit menunjukkan bahwa pada klien 1 dan klien 2
abnormal (misal pucat atau kehitaman), setelah dilakukan hemodialisa sesak menjadi
kesadaran menurun, hiperkapnia, gelisah, berkurang namun sehari sebelum menjalani
hipoksia. hemodialisa merasa sesak lagi. Ini
dikarenakan intake cairan yang berlebihan
Peneliti memprioritaskan diagnosa gangguan sehingga terjadi edema pada tubuh dan juga
pertukaran gas karena merupakan kebutuhan paru. Menurut peneliti terjadinya perubahan
dasar manusia yang harus dipenuhi, hal ini evaluasi klien 1 dan 2 karena terjadi
jika tidak segera dilakukan akan terjadi perbedaan kepatuhan pemenuhan intake
cairan, pada klien 1 didapat klien patuh pada 3. Intervensi yang keperawatan yang
pemenuhan intake cairan sehingga hari ke 2 diberikan kepada klien sesuai dengan
klien ditemukan pemeriksaan auskultasi paru NIC 2015 mengenai gangguan pertukaran
vesikuler dan perkusi sonor, sedangkan pada gas adalah dengan mengajarkan latihan
klien 2 ditemukan masih terdapat auskultasi nafas dalam.
ronchi pada hari ke dua karena 4. Implementasi keperawatan yang
ketidakpatuhan terdapat pemenuhan intake dilakukan adalah dengan mengajarkan
cairan, namun pada evaluasi hari ke 3 klien teknik nafas dalam kepada Ny. S dan Ny.
sudah mulai patuh dan pemeriksaan A dan mengamati respon pasien.
menunjukkan auskultasi vesikuler dan 5. Setelah dilakukan tindakan keperawatan,
perkusi sonor. penulis mengevaluasi kepada pasien
setelah tindakan keperawatan yang
dilakukan selama 3 hari. Hasil evaluasi
SIMPULAN DAN SARAN pada tanggal 2 april 2018 menunjukkan
pada Ny. S sudah terjadi perubahan,
Simpulan sudah tidak terdapat ronchi meski masih
sesak, dan perkusi paru sonor, terpasang
1. Hasil pengkajian yang telah dilakukan masker O2 nassal 4 lpm, sedangkan pada
penulis pada tanggal 30 maret 2018 Ny. S masih sesak nafas, terdapat suara
diperoleh data subyektif Ny. S yang paru ronchi dan perkusi pekak,
mengeluhkan sesak nafas sejak dua hari teropasang masker O2 NRBM 10 lpm.
yang lalu dan diperoleh data obyektif Pada hari ke 3 klien menunjukkan sesak
pernafasan pasien 30 x/menit, pasien sudah berkurang dan tidak ditemukan
terpasang masker O2 NRBM 10 lpm, suara ronchi serta perkusi pekak pada
terdapat pernafasan cuping hidung, suara paru, terpasang O2 nassal kanul 4 lpm.
nafas ronchi, perkusi pekak. Sedangkan
pada Ny. A keluhan utama yaitu sesak Saran
nafas dan diperoleh data obyektif
pernafasan pasien 30x/menit, terpasang 1. Bagi rumah sakit
masker O2 NRBM 10 lpm, terdapat Diharapkan dapat memberikan pelayanan
pernapasan cuping hidung, terdapat kepada pasien lebih optimal dan
penggunaan otot bantu nafas, suara paru meningkatkan mutu pelayanan rumah
ronchi, perkusi pekak. sakit.
2. Diagnosa utama pada klien Ny. S dan Ny. 2. Bagi pasien dan keluarga
A yaitu gangguan pertukaran gas yang Diharapkan keluarga selalu mengingatkan
berhubungan dengan penumpukan cairan dan mengawasi klien untuk mematuhi
pada membran alveolus-kapiler paru, pemenuhan intake cairan agar tidak
didukung oleh data subyektif Ny. S terjadi sesak lebih lanjut.
adalah sesak nafas mulai 29 maret 2018, 3. Bagi institusi pendidikan
terpasang masker O2 NRBM 10 lpm, Institusi pendidikan sebagai tempat
terdapat pernafasan cuping hidung, suara menempuh ilmu keperawatan diharapkan
nafas ronchi, perkusi pekak, sedangka hasil penelitian ini dijadikan sebagai
pada Ny. A didukung oleh data subyektif acuan dalam penelitian selanjutnya, yang
yaitu sesak nafas, terpasang masker O2 terkait dengan masalah gangguan
NRBM 10 lpm,terdapat pernapasan pertukaran gas
cuping hidung, terdapat penggunaan otot 4. Bagi peneliti selanjtnya
bantu napas, suara paru ronchi, perkusi Diharapkan penulis selanjutnya dapat
pekak. menggunakan atau memanfaatkan waktu
seefektif mungkin, sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan kepada
klien secara optimal.

KEPUSTAKAAN

Adhiatma dkk. 2014. Analisis Faktor–faktor


yang berhubungan dengan kejadian
gagal ginjal kronik pada pasien
hemodialisis di RSUD Tugurejo
Semarang. Fakultas kedokteran
Universitas Muhammadiyah
Semarang.

Ali dkk. 2017. Perbandingan Kualitas


Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik
Dengan Comorbid Faktor Diabetes
Mellitus Dan Hipertensi di Ruangan
Hemodialisa RSUP. Prof. Dr. R. D.
Kandou. Manado. E-Jurnal
Keperawatan ( e-Kp). Vol. 5 no. 2.

Bulechek dkk. 2016. Nursing Intervetions


Classification (NIC). Yogyakarta :
Mocomedia. Edisis keenam.

Hutagol. 2016. Peningkatan kualitas hidup


pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani terpai hemodialisa melalui
physicological intervention di unit
hemodialisa RS Royal Prima Medan
Tahun 2016. Jurnal Jumantik volume
2 nomor 1, Mei 2017.

Rendy&Margareth. 2012. Asuhan


Keperawatan Medikal Bedah dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha
Medika.

Saryono.2013. Metodologi Penelitian


Kualitatif dan Kuantitatif dalam
Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Nuha
Medika.

Anda mungkin juga menyukai