Anda di halaman 1dari 60

PERKEMBANGAN

MORAL DAN
PSIKOSOSIAL
Ema Zati Baroroh., S.Psi., M.Psi., Psikolog
Review Ciri Khas Perkembangan Remaja
• Hurlock (2003) bahwa masa remaja dapat
dikatakan usia yang bermasalah atau secara
tradisional masa remaja dianggap sebagai
periode “badai dan tekanan”.
• Pikunas (1976) menyatakan bahwa periode remaja ini
dipandang sebagai masa storm and stres, frustasi dan
penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi
dan melamun tentang cinta, dan perasaan teralienasi
(tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya.
• Allport (1953) menyatakan bahwa masa remaja
sebagai masa pemberontakan. Pada masa ini
ketegangan emosi meninggi sebagai  akibat dari
perubahan fisik dan hormon.
Apa Kaitannya perkembangan Moral dan spiritual
Jawab
dengan kondisi khas Remaja . Cba sebutkan cara
nanti
menanamkan nilai moral pada remaja menurut kalian
Menurut para ahli :
Menurut Bapak Zainuddin Saifullah
Nainggolan : bahwa pengertian
moral adalah suatu tendensi rohani
untuk melakukan seperangkat
standar dan norma yang mengatur
perilaku seseorang dan masyarakat.

Menurut Mimi Doe & Marsha Walch :


Spiritual adalah Suatu kesadaran yang
menghubungkan kita langsung dengan
Tuhan, atau apa pun yang kita namakan
sebagai sumber keberadaan kita. Spiritual
juga berarti kejiwaan, rohani, batin, mental,
moral.
Moral Spiritual
Tingkah laku yang Tingkah laku yang
sesuai dengan : berkaitan dengan :
- Peraturan Sosial (Norma) - Nilai ibadah (Agama)
- Hukum kenegaraan - Hati nurani

Hubungan manusia dengan Hubungan manusia


manusia lain dengan
Tuhan dan dirinya
sendiri
Penalaran
prakonvensional Penalaran
konvensional
Teori Perkembangan
MORAL Penalaran
Tahapan postkonvensional
Menurut Kohlberg
Individu tidak menunjukkan
adanya nilai-nilai moral
yang dikendalikan oleh faktor
internal,
Individu berubah
sebab ...
Hadiah, pujian,atau
sebaliknya berupa
Penalaran cacian, makian,
prakonvensional kritik, hukuman.
Tahapan :
1.Punishment and obedience
orientation.
Perkembangan moral didasarkan pada
hukuman .
Contohnya: Anak taat kepada orang tua karena
mereka disuruh untuk taat supaya tidak dimarahi.

2. Individualism, instrumental
purpose and exhange
Perkembangan moral berdasar pada
hadiah dan minat pribadi anak atau
Penalaran remaja. si anak sudah mampu belajar
prakonvensional memperhatikan harapan dan kepentingan
orang lain.
Contohnya: Seorang remaja melanjutkan
kuliah karena akan dibelikan mobil
“Pada tingkatan ini
individu melakukan
kepatuhan berdasarkan
standar pribadi
dan sebagian berstandar
pada orang lain”
 Ada proses internalisasi, hanya masih
sebagian
 aturan-aturan moral dipatuhi atas dasar
memenuhi harapan  eksternal
 menilai moralitas dari suatu tindakan
dengan membandingkannya dengan
pandangan dan harapan oranglain Penalaran
Konvensional
Tahapan :
1. Mutual interpersonal expectations,
relationships, and interpersonal
conformity
 rasa percaya, rasa kasih
sayang , dan kesetiaan
kepada orang lain sebagai
dasar untuk melakukan penilaian
terhadap perilaku moral.
 moral standards seen as ‘good’ or ‘bad’
Contohnya:
anak mengikuti kemauan orang Penalaran
tuanya pada nilai tertentu agar dinilai baik Konvensional
Tahapan :
2. Social system morality.
Perkembangan moral
pemahaman
didasarkan pada
terhadap aturan,
hukum, keadilan, dan
tugas sosial
kemasyarakatan.
Contohnya:
Seorang pengendara memakai helm
karena mengerti ada aturan hukum Penalaran
Konvensional
Standar moral sepenuhnya dalam
diri individu tanpa
didasarkan pada standar orang
lain.

✓ Proses internalisasi sudah terjadi secara


utuh dan penilaian moral tidak lagi
menggunakan standar orang lain
✓ Mengenali adanya penalaran dan berfikir
Penalaran berbagai alternatif dan akhirnya
Postkonvensional memutuskan mana yang paling pas sesuai
dengan nilai pribadinya
Tahapan :
1.Sosial Contact
Community rights vs
individual rights.
Pada tahap ini, perkembangan
moral mengarah ke di mana nilai, hak, dan
prinsip-prinsip kebenaran dan moralitas lebih
tinggi daripada hukum-hukum tertentu.
Mengerti bahwa nilai yang dimiliki orang
satu berbeda dari orang yang lainnya.

Penalaran
Postkonvensional
Tahapan :
2. Universal ethical
principles.

Pada tahap ini, indiviu sudah


mampu untuk membentuk standar
moral sendiri dengan berdasarkan
pada hak-hak manusia yang
bersifat universal.
✓ Mengembangkan standar moral yang didasarkan
atas hak asasi manusia secara universal
✓ Hukum >< Hati nurani  memilih hati Nurani
Penalaran
Postkonvensional Contoh : Kita tidak berbohong karena itu nilai dasar,
dan melanggar hati nurani
Tipe Moral Pada Remaja
• 1. Self-directive, taat terhadap agama atau moral berdasarkan
pertimbangan pribadi
• 2. Adaptive, mengikuti situasi lingkungan tanpa mengadakan kritik
• 3. Submissive, merasakan adanya keraguan terhadap ajaran moral
dan agama
• 4. Unadjusted, belum meyakini akan kebenaran ajaran agama dan
moral
• 5. Deviant, menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanan
moral masyarakat
Proses perkembangan moral remaja
• 1. Pendidikan langsung, yaitu melalui penanaman
pengertian, nilai-nilai moral yang dilakukan oleh orang
dewasa.
• 2. Identifikasi, yaitu meniru penampilan atau tingkah
moral seseorang yang menjadi idolanya.
• 3. Proses coba-coba (trial and error), yaitu dengan
cara mengembangkan tingkah laku moral coba-coba.
Usaha pembentukan pendidikan karakter (moral agama)
melalui keluarga dapat dilakukan dengan cara;

• 1. Modelling, orang tua meberikan contoh, praktik, baik kepada remaja


tentang sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
• 2. Prizing (memberi penghargaan), yaitu orang tua senantiasa
memberikan perhatian dan apresiasi terhadap usaha belajar yang telah
dilakukan remaja.
• 3. Cherising (menumbuhsuburkan) nilai-nilai yang baik, yaitu orang tua
selalu menjaga komitmen dengan sikap dan perilaku serta mewujudkan
nilai-nilai yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
• 4. Mencegah berlakunya nilai-nilai yang buruk, yaitu orang tua
membiasakan bersikkap dan bertindak dengan pola-pola yang baik dan
diulangi secara terus menerus dan konsisten.
Tahap synthetic-conventional
Tahap faith (usia 12-akhir masa Tahap
mythic-literal faith remaja) individuative-reflective faith
(usia 7-11 tahun) (usia 19 tahun atau dewasa awal)

Tahap Tahap
intuitive-projective conjunctive-faith (usia
(usia 2-7 tahun) 30 tahun atau dewasa
akhir)

Tahap
Prima Faith
(usia 0-2 tahun) Tahap
universalizing faith
(pada usia lanjut)

Teori Perkembangan Spiritual


Menurut Teori fowler
Faktor yang
mempengaruhi
perkembangan moral
dan spiritual
Internal Eksternal

Genetik Lingkungan
Aspek-aspek perkembangan peserta didik yang berimplikasi terhadap
proses pendidikan melalui karakteristik perkembangan moral dan religi .
Pribadi Pribadi
yang yang
Potensi Baik
Potensi Kecil
Buruk
Besar Melakukan
Lingkungan
Melakukan Lingkungan
Kejahatan
Kejahatan
pergaulan pergaulan
Pendidikan Pendidikan
yang
dan buruk
cara yang baik
dan cara
pandang pandang
yang salah yang benar
Implikasi
Perkembangan
Moral dan
Spiritual
Segala Bentuk
Kejahatan

Menurunnya Sopan Santun


Problematika yang Kepada Orang yang Lebih
sering terjadi Tua

akibat lemahnya
pendidikan moral Perbuatan
dan spiritual Anarkis
Pergaulan
Bebas
Pembelajaran yang sesuai
tahapan
dengan
perkembangan anak,
yakni memiliki karakteristik  Programnya disusun secara fleksibel dan
sebagai berikut: tidak kaku serta memperhatikan
perbedaan individual anak .
 Tidak dilakukan secara monoton, tetapi
disajikan secara variatif melalui banyak
aktivitas.
 Melibatkanpenggunaan berbagai
media dan sumber belajar sehingga
memungkinkan anak terlibat secara penuh
dengan menggunakan berbagai proses
perkembangannya.
PERKEMBANGAN SOSIAL
Remaja dengan Keluarga, Peers, Sekolah
ERIKSON vs FREUD

45
• Berjuang untuk mengembangkan identitas diri (sense of inner
sameness and continuity)

• Sangat memperhatikan penampilan, pemujaan idola, ideologi

• Mengembangkan identitas kelompok (peers)

• Bahaya: role confusion, keraguan tentang identitas seksual dan


pekerjaan
Adolescent Stage (12-18 tahun)
Identity vs Role Confusion
Ψ Remaja sering menolak standar orang yang lebih tua dan memilih nilai-nilai kelompok

Ψ Kekacauan identitas adalah sindrom masalah yang meliputi terbaginya gambaran diri,
ketidakmampuan membina persahabatan yang akrab, kurang memahami pentingnya waktu,
tidak bisa konsentrasi, menolak standar keluarga atau masyarakat.

Ψ Kekuatan dasar munculnya krisis identitas adalah fidelity (kesetiaan) yaitu setia dalam
beberapa pandangan ideologi atau visi masa depan, yakin bahwa agama, politik, idiologi sosial
memberi standar tingkah laku konsisten
REMAJA & KELUARGA

Sumber Dukungan Sosial bagi Remaja


Proses dalam Keluarga
Hubungan Orangtua-Remaja
Hubungan Remaja-Sibling
Keluarga yang berubah
SUMBER DUKUNGAN BAGI REMAJA
PROSES DALAM KELUARGA
1. Reciprocal Socialization, Synchrony, Family as a
system
 Reciprocal Socialization
 Proses di mana orangtua dan remaja saling melakukan sosialisasi
 Sosialisasi terjadi secara 2 arah.
 Synchrony
 Interaksi yang terkoordinir antara orangtua-anak atau remaja di mana
perilaku mereka saling menyesuaikan
 Family as a system
 Setiap bagian/unit akan saling terkait dan saling mempengaruhi
bagian lain
HUBUNGAN ORANGTUA-REMAJA

ORANGTUA SEBAGAI
MANAGER TEKNIK PENGASUHAN
• Authoritarian
• Monitoring
• Authoritative
• Initiating
• Neglectful
• Arranging
• Indulgent

KONFLIK ANTARA ORANGTUA-REMAJA


 Generation Gap
 Eskalasi konflik terjadi saat remaja awal
KARAKTERISTIK HUBUNGAN ORANGTUA-REMAJA

 Remaja dihadapkan pada 2 tugas yang saling bertolak


belakang
 Membangun otonomi dan mempertahankan “ikatan” atau
kedekatan dengan keluarga.
 Konflik dengan orangtua meningkat tetapi tingkat
kelekatan masih kuat
 Terbangunnya kelekatan aman yang kuat dengan orangtua
sangat penting!
 Sense of well-being remaja berkorelasi lebih kuat dengan
tingkat kelekatan dengan orang orangtua dibandingkan dengan
teman sebaya.
HUBUNGAN DENGAN SAUDARA
SEKANDUNG (SIBLING)
 Dimensi Hubungan dengan Sibling
 Helping, sharing, teaching, fighting, playing
 Peran Sibling:
 Socializing Agent, Sumber dukungan emosi, “rivals” dan
teman bicara.
 Perubahan Pola Hubungan Dengan Siblings
 Konflik dengan sibling menurun saat remaja
 Waktu yang dihabiskan bersama semakin sedikit
 Perubahan struktur kekuasaan (asymmetry ke symmetry)
KELUARGA YANG BERUBAH DI
MASYARAKAT YANG BERUBAH
Perceraian dan  Orangtua yang Bekerja
Pengaruhnya  Ibu yang bekerja
 Penyesuaian remaja  Remaja yang memiliki kunci
 Perubahan yang terjadi rumah sendiri.
 Resiko dan Kerentanan  Pindah domisili
Perkembangan
 Status Sosial-ekonomi  Gender & Pengasuhan
 Perbedaan pengasuhan
Keluarga Tiri berdasar jenis kelamin
 Adanya ambiguitas dalam ikatan  Pola asuh authoritative
antar anggota keluarga merupakan bentuk pola asuh
 Perubahan sistem sosial dalam umum di berbagai belahan
keluarga dunia
REMAJA &
TEMAN SEBAYA (PEERS)
 Persahabatan (Friendships) Remaja
 Kelompok Teman Sebaya (Peer Groups)
 Struktur Kelompok Teman Sebaya
 Hubungan Heteroseksual
 Kencan & Hubungan Romantis
PERSAHABATAN (FRIENDSHIPS) REMAJA
 Tingkat kedekatan lebih tinggi
 Lebih stabil dibandingkan persahabatan masa kanak-
kanak.
 Berbagi minat dan aktivitas yang dianggap penting
oleh remaja.
 Dibutuhkan berbagai bentuk keterampilan
interpersonal untuk mempertahankan hubungan
persahabatan
 Ada ketergantungan dengan media komunikasi
berbasis elektronik
 Perbedaan individu (Individual differences)
berpengaruh pada pola interaksi
KELOMPOK TEMAN SEBAYA (PEER
GROUPS)
 Lebih stabil
 Berbagi nilai, perilaku dan status identitas
 Tantangan yang ditunjukkan secara jelas dari teman
sebaya bisa mendorong ke arah aktivitas positif.
 Sebagai referensi pembentukan identity prototype
 Sebutan (labeling) untuk orang lain dan dirinya sebagai
bagian dari suatu kelompok membantu menciptakan atau
memperkuat pembentukan identitas diri remaja.
 Membantu mengidentifikasi siapa teman dan siapa lawan.
STRUKTUR KELOMPOK TEMAN SEBAYA
(PEERS)
 Clique
 Anggotanya 4- 6 orang yang memliki ikatan yang
kuat satu sama lain.
 Anggotanya semua laki-laki atau semua
perempuan
 Crowds
 Anggotanya lebih banyak dan terdiri dari laki-laki
dan perempuan
Clique
 Terbagi menjadi heterosexual cliques dan
kemudian mengarah ke interaksi secara
berpasangan
 Lebih banyak terbentuk saat remaja berusia antara
13 dan 15, saat tingkat konformitas dengan teman Reputation-
Crowds
sebaya sangat tinggi. Based Group
 Reputation-based Group
 Remaja mengidentifikasikan dirinya dengan
kelompok tertentu didorong oleh pilihannya sendiri
atau oleh arahan teman sebayanya.
HUBUNGAN HETEROSEKSUAL
 Interaksi dengan lawan jenis terjadi lebih cepat pada
anak perempuan dibanding anak laki
 Keterampilan (kompetensi sosial) yang dipelajari saat
berinteraksi dengan lawan jenis maupun dalam
kelompok menjadi “bekal” untuk membangun hubungan
romantis remaja di masa depan.
 Perasaan “jatuh cinta” adalah faktor penting dalam pola kencan remaja.
 Konsep “naksir” mulai berkembang usia 12-13 tahun
 Pacaran dan aktivitas seksual dini lebih banyak terjadi pada remaja dari
semua remaja dari SES rendah dan remaja yang mengalami pubertas dini.

Anda mungkin juga menyukai