Pemberian Obat
Pengertian dan Jenis-Jenis Pemberian
Obat
• Obat adalah semua zat baik dari alam (hewan
maupun tumbuhan) atau kimiawi yang dalam
takaran (dosis) yang tepat atau layak dapat
menyembuhkan, meringankan atau mencegah
penyakit atau gejala-gejalanya
Jenis –jenis pemberian obat
• Tepat obat
• Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya
petugas medis harus memperhatikan
kebenaran obat sebanyak tiga kali, yakni :
ketika memindahkan obat dari tempat
penyimpanan obat, saat obat diprogramkan,
dan saat mengembalikan obat ke tempat
penyimpanan.
• Tepat dosis
• Untuk menghindari kesalahan dalam pemberian obat, maka
penentuan dosis harus diperhatikan dengan menggunakan
alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes,
gelas ukur, spuit atau sendok khusus, alat untuk membelah
tablet, dan lain-lain. Dengan demikian, penghitungan dosis
benar untuk diberikan ke pasien.
• Tepat pasien
• Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien
yang diprogramkan.hal ini dilakukan dengan
mengidentifikasikan identitas kebenaran obat, yaitu
mencocokkan nama, nomor registrasi, alamat, dan program
pengobatan pada pasien.
• Tepat jalur pemberian
• Kesalahan rute pada pemberian dapat
menimbulkan efek sistemik yang fatal pada
pasien .untuk itu, cara pemberiannya adalah
dengan melihat cara pemberian/ jalur obat pada
lebel yang ada sebelum memberikannya ke pasien.
• Tepat waktu
• Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan
waktu yang diprogramkan karena berhubungan
dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek
terapi dari obat
Pemberian Dosis Obat
• Dosis obat merupakan faktor penting, karena
baik kekurangan atau kelebihan dosis akan
menghasilkan efek yang tidak diinginkan,
bahkan sering membahayakan. Yang dimaksud
dosis suatu obat adalah dosis pemakaian
sekali, per oral untuk orang dewasa, kalau
kalau yang dimaksud bukan dosis tersebut
diatas harus dengan keterangan yang jelas.
Misalnya pemakaian sehari, dosis untuk anak,
dosis per injeksi, dan seterusnya.
Reaksi Obat
• Sebagai bahan atau benda asing yang masuk
kedalam tubuh, obat akan bekerja sesuai
dengan proses kimiawi. Salah satu reaksi obat
dapat dihitung dalam satuan waktu paruh,
yaitu suatu interval waktu yang diperlukan
dalam tubuh untuk proses eliminasi sehingga
terjadi pengurangan konsentrasi obat (½ dari
kadar puncak) dalam tubuh.
.
Faktor yang mempengaruhi Reaksi Obat
diantaranya adalah :
• Waktu.
Kapan kejadian tersebut muncul? Apakah terjadi
sesaat setelah minum obat ataukah berselang dalam
waktu yang lama? Apakah reaksi tersebut terkait
dengan pemakaian obat?
• Dosis.
Apakah dosis yang diberikan kepada pasien dengan
kondisi tertentu terlalu besar?
• Sifat permasalahan.
Apakah ciri – ciri reaksi obat yang tidak diinginkan
tersebut sama dengan sifat farmakologis obatnya?
Adakah kemungkinan interaksi obat?
• Pengalaman.
Apakah reaksi yang muncul tersebut mirip
dengan reaksi yang pernah dilaporkan dalam
pustaka atau literatur?
• Penghentian keterulangan.
Apa yang terjadi apabila pemakaian obat
dihentikan? Bagaimana jika di suatu hari
kelak obat yang menimbulkan reaksi yang
tidak dikehendaki tersebut digunakan
kembali, apakah reaksinya muncul kembali?
Pencegahan reaksi obat yang tidak dikehendaki ini dapat
melalui cara sebagai berikut :
• Jangan menggunakan obat bila tidak diindikasikan
dengan jelas. Jika pasien sedang hamil, jangan
gunakan obat kecuali benar – benar diperlukan.
• Alergi dan idiosinkrasi merupakan penyebab penting
reaksi obat yang tidak dikehendaki. Tanyakan pasien
apakah pernah mengalami reaksi sebelumnya atau
dengan mengecek riwayat penyakitnya.
• Tanyakan kepada pasien jika sedang menggunakan
obat – obat lainnya termasuk obat yang dipakai
sebagai swamedikasi (self medication), karena dapat
terjadi kemungkinan interaksi obat.
• Usia dan penyakit hati atau ginjal dapat
mengubah metabolisme dan ekskresi obat,
sehingga diperlukan dosis yang lebih kecil.
Faktor genetik juga mungkin terkait dengan
variasi kecepatan metabolisme, termasuk
isoniazid dan anti depresan (trisiklik).
• Resepkan obat sesedikit mungkin dan
berikan petunjuk yang jelas kepada pasien
lanjut usia dan pasien yang kurang
memahami petunjuk yang rumit.
• Jika memungkinkan, gunakan obat yang
sudah dikenal. Penggunaan obat baru perlu
waspada akan timbulnya reaksi obat yang
tidak dikehendaki atau kejadian yang tidak
diharapkan.
• Jika kemungkinan terjadinya reaksi obat tak
dikehendaki cukup serius, pasien perlu
diperingatkan
M Mengatasi munculnya efek samping obat dapat
menggunakan prinsip farmakoterapi yang rasional
yaitu – 5 dan 4T + 1W. Prinsip
• M – 5 terdiri dari :
• Mengenali gejala – gejala dan tanda – tanda
penyakit.
• Menegaskan dianosis penyakit.
• Memilih tatalaksana terapi (non – farmakologik,
farmakologik, gabungan non – farmakologik dan
farmakologik).
• Memilih dan menetapkan produk obat.
• Memantau dan mengevaluasi output pengobatan
• Prinsip 4T + 1W meliputi :
• Tepat indikasi –> obat yang akan digunakan didasarkan
pada diagnosis penyakit yang akurat.
• Tepat penderita –> tidak ada kontraindikasi dan atau
kondisi khusus yang memerlukan penyesuaian dosis dan
atau kondisi yang mempermudah timbulnya efek samping.
• Tepat obat –> pemilihan obat didasarkan pada
pertimbangan nisbah/rasio keamanan – kemanjuran di
antara obat yang ada.
• Tepat dosis dan cara pemberian –> takaran, jalur
pemberian, waktu dan lama pemberian (lama pemakaian)
tergantung kondisi penderita.
• Waspada terhadap efek samping obat.
Langkah – langkah prosedural untuk dapat mengatasi
kemungkinan memburuknya efek samping obat sedangkan
pengobatan harus tetap dilakukan adalah :
• Analisa manfaat – resiko, bila terpaksa digunakan, hendaknya manfaat yang
ingin dicapai lebih besar daripada faktor resiko.
• Penyesuaian dosis.
• Pengaturan waktu pemberian obat.
• Lama pemberian/pemakaian oleh pasien.
• Pemantauan kondisi pasien secara intensif (pemantauan kadar obat dalam
darah).
• Menggunakan varian atau derivat obat lain yang yang lebih aman, tetapi
memiliki khasiat dan efek farmakologis yang serupa.
• Penanganan kedaruratan (misalnya pada syok anafilaksis, peningkatan
toksisitas).
• Penggunaan obat – obatan lini pertama dapat memperkecil resiko terjadinya
efek samping, misalnya yang ada dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN).
Resiko Injury (Cedera)
• Dalam menjaga keamanan pasien dirumah
sakit perawat adalah yang paling bertanggung
jawab agar tidak terjadi CEDRA / injury yang
dapat menembah keparahan penyakit pasien.
Definsi :
Dalam risiko cedera sebagai hasil dari
interaksi kondisi lingkungan dengan respon
adaptif individu dan sumber pertahanan.
• Faktor resiko :
• Eksternal
- Mode transpor atau cara perpindahan
- Manusia atau penyedia pelayanan kesehatan (contoh : agen
nosokomial)
- Pola kepegawaian : kognitif, afektif, dan faktor psikomotor
- Fisik (contoh : rancangan struktur dan arahan masyarakat,
bangunan dan atau perlengkapan)
- Nutrisi (contoh : vitamin dan tipe makanan)
- Biologikal ( contoh : tingkat imunisasi dalam masyarakat,
mikroorganisme)
- Kimia (polutan, racun, obat, agen farmasi, alkohol, kafein
nikotin, bahan pengawet, kosmetik, celupan (zat warna kain))
• Internal
• Psikolgik (orientasi afektif)
• Mal nutrisi
• Bentuk darah abnormal, contoh :
leukositosis/leukopenia, perubahan faktor
pembekuan, trombositopeni, sickle cell, thalassemia,
penurunan Hb, Imun-autoimum tidak berfungsi.
• Biokimia, fungsi regulasi (contoh : tidak berfungsinya
sensoris)
• Disfugsi gabungan
• Disfungsi efektor
• Hipoksia jaringan
• Perkembangan usia (fisiologik, psikososial)
• Fisik (contoh : kerusakan kulit/tidak utuh,
berhubungan dengan mobilitas)