Anda di halaman 1dari 2

Nama : Siti Fatimah

Nim : 19121115
Prodi : D3 Keperawatan

Terapi Farmakologi Penyakit Systemic Lupus Erithematous (SLE)

Penyakit yang ringan atau remitten bisa dibiarkan tanpa pengobatan. Bila diperlukan,
NSAID (Non Steroid Anti Inflammatory Drugs) dan anti malaria bisa digunakan. NSAID
membantu mengurangi peradangan dan nyeri pada otot, sendi, dan jaringan lainnya. Contoh
NSAID adalah aspirin, ibuprofen, naproxen, dan sulindac. Pada beberapa keadaan tidak
disarankan pemberian agen selektif COX-2 karena dapat meningkatkan resiko kardiovaskular.
Karena respon individual tiap pasien bervariasi, penting untuk mencoba NSAID yang berbeda
untuk menemukan yang paling efektif dengan efek samping paling kecil. Efek samping yang
paling sering adalah tidak enak perut, nyeri abdomen, ulkus, dan bisa perdarahan ulkus.
NSAID biasanya diberikan bersamaan dengan makanan untuk mengurangi efek samping.
Kadang- kadang, obat yang mencegah ulser bisa diberikan bersamaan, seperti misoprostol
Kortikosteroid lebih baik dari NSAID dalam mengatasi peradangan dan mengembalikan
fungsi ketika penyakitnya aktif. Kortikosteroid lebih berguna terutama bila organ dalam juga
terkena. Kortikosteroid bisa diberikan peroral, injeksi langsung ke persendian atau jaringan
lainnya, atau diberikan intra vena. Sayangnya, kortokosteroid memiliki efek samping yang
serius bila diberikan dalam dosis tinggi selama periode yang lama, dan harus dimonitor
aktifitas dari penyakitnya untuk menurunkan dosisnya bila memungkinkan. Efek samping dari
kortikosteroid adalah penipisan tulang dan kulit, infeksi, diabetes, wajah membengkak,
katarak, dan kematian (nekrosis) dari persendian yang besar. Hydroxychloroquine adalah obat
anti malaria yang ditemukan efektif untuk pasien SLE dengan kelemahan, penyakit kulit dan
sendi. Efek samping termasuk diare, tidak enak perut, dan perubahan pigmen mata. Perubahan
pigmen mata jarang, tetapi diperlukan, monitor oleh ahli mata selama pemberian obat ini.
Ditemukan bahwa obat ini mengurangi frekwensi bekuan darah yang abnormal pada pasien
dengan SLE. Jadi, obat ini tidak hanya mengurangi kemungkinan serangan dari SLE, tetapi
juga berguna untuk mencegah pembekuan darah abnormal yang luas. Untuk penyakit kulit
yang resisten, obat anti malaria lainnya, seperti chloroquine atau quinacrine bisa diberikan,
dan bisa dikombinasikan dengan hydroxychloroquine.
Pengobatan alternatif untuk penyakit di kulit adalah dapsone dan asam retinoat (Retin-
A) . Pengobatan immunosupresan digunakan pada pasien dengan manifestasi SLE berat dan
kerusakan organ dalam. Contohnya adalah methotrexate, azathioprine, cyclophosphamide,
chlorambucil dan cyclosporine. Semua immunosupresan menyebabkan jumlah sel darah
menurun dan meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan perdarahan. Efek samping lainnya
berbeda pada tiap obat. Methotrexate menyebabkan keracunan hati, cyclosporine bisa
mengganggu fungsi ginjal. 20 tahun-tahun belakangan, mycophenolate mofetil digunakan
sebagai obat yang efektif terhadap SLE, khusunya bila dikaitkan dengan penyakit ginjal. Obat
ini menolong dalam mengembalikan dari keadaan lupus renal disease dan untuk
mempertahankan remisi setelah stabil. Efek samping yang lebih sedikit membuatnya lebih
bermanfaat dibandingkan pengobatan imunosupresan yang tradisional.
Pada pasien SLE dengan penyakit otak dan ginjal yang serius, plasmapharesis
(mengeluarkan plasma dan menggantikannya dengan plasma beku yang spesifik) kadang-
kadang dibutuhkan untuk menghilangkan antibodi dan bahan-bahan imunitas lainnya dari
darah untuk menekan imunitas. Pada beberapa pasien SLE, hal ini bisa menyebabkan tingkat
platelet yang sangat rendah yang meningkatkan resiko perdarahan spontan dan luas. Karena
spleen dipercaya sebagai tempat penghancuran platelet yang utama, operasi pengangkatan
spleen kadang kala dilakukan untuk meningkatkan jumlah platelet. Kerusakan ginjal stadium
akhir akibat SLE membutuhkan dialisis atau transplantasi ginjal. Sebagian besar penelitian
menunjukkan keuntungan rituximab dalam mengobati lupus. Rituximab intra vena, yaitu
memasukkan antibodi yang menekan sejumlah sel darah putih, sel B, dan menurunkan
jumlahnya dalam sirkulasi. Sel B ditemukan memainkan peranan penting dalam aktifitas
lupus, dan bila ditekan, penyakitnya memasuki masa remisi.

Anda mungkin juga menyukai