Anda di halaman 1dari 10

Oddynna's

who am I? i'm just a little girl who want change the world...

 ALL ABOUT BEAST/B2ST (1)


 dinna's sayy (2)
 Medicos (8)

Kamis, 24 Januari 2013


HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN

KATA PENGANTAR

Sebagaimana dokter, perawat mempunyai hubungan langsung dengan pasien. Agar


perawat mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pasien, sehingga tidak
mengakibatkan munculnya gugatan pasien/keluarganya maka diperlukan pemahaman
mengenai konsep keperawatan dan konsep hukum bagi para perawat. Selain itu, perawat juga
dapat memahami hak-hak klien, kewajiban klien dan persetujuan tindakan medis.
            Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu, menyumbangkan bahan, tenaga, pikiran,dalam pembuatan makalah ini. 
Apabila dalam makalah ini terdapat kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar - besarnya.
Kritik dan saran yang membangun semoga dapat kami jadikan motivasi untuk memperbaiki
tugas makalah ini. Semoga makalah ini dapat memperkaya kepustakaan ilmiah, khususnya
dalam hak klien, kewajiban klien, undang-undang perlindungan konsumen, dan informed
consent dan bermanfaat bagi masyarakat pelaku, pengguna, dan penyedia jasa pelayanan
kesehatan. Semoga Allah SWT memberkahi.

Banjarmasin, 20 Maret 2012


    Penulis
 
 

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................  1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… 2
PENDAHULUAN.................................................................................................................. 3
Latar belakang.............................................................................................................  3
PEMBAHASAN.....................................................................................................................   4
            HAK dan KEWAJIBAN KLIEN.............................................................................4
a)      Hak-hak Klien...............................................................................................4
b)      Kewajiban Klien............................................................................................ 6
c)      Undang-undang Perlindungan Konsumen....................................................7
d)     Informed Consent.........................................................................................8
KESIMPULAN....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….12

                                   

PENDAHULUAN
Latar belakang
Pembangunan bidang kesehatan secara terpadu dimulai sejak tahun 1978, yaitu sejak
dikeluarkannya Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
IV/MPR/1978  tentang Garis-garis Besar Haluan Negara dan Keputusan Presiden Nomor 7
Tahun 1979 tentang REPELITA III. Sejak itu kesehatan menempati bagian tersendiri dalam
pembangunan nasional secara keseluruhan. Berdasarkan kebijaksanaan yang dituangkan
dalam GBHN, disusunlah Sistem Kesehatan Nasional. Sistem ini merupakan suatu tatanan
yang mencerminkan upaya bangsa Indonesia meningkatkan kemampuan derajat kesehatan
yang optimal sebagai perwujudan kesejahteraan umum.
Konsekuensi kebijakan UU 23/1992, setiap potensi yang dapat dimanfaatkan dalam
upaya pelayanan kesehatan menempati peran yang setara, baik tenaga, sarana, dan prasarana
bahkan pengguna jasa layanan kesehatan dan masyarakat pada umumnya mengmban
kewajiban yang sama besar untuk mendapatkan derajat kesehatan yang optimal. Keberhasilan
upaya kesehatan tergantung pada ketersediaan sumber daya kesehatan yang berupa tenaga,
sarana, dan prasarana dalam jumlah dan mutu yang memadai. Rumah sakit merupakan salah
satu sarana kesehatan yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat.
Pelayanan kesehatan sebagai kegiatan utama rumah sakit menempatkan dokter dan perawat
sebagai tenaga kesehatan yang paling dekat hubungannya dengan pasien dalam penanganan
penyakit.
Peningkatan jenjang pendidikan, niscaya meningkatkan keahlian dan keterampilan
tenaga keperawatan. Standar profesi merupakan pedoman bagi tenaga kesehatan dalam
menjalankan upaya pelayanan kesehatan, khususnya berkaitan dengan tindakan yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap pasien,sesuai dengan kebutuhan pasien, kecakapan,
dan kemampuan tenaga kesehatan serta ketersediaan fasiliatas dalam sarana layanan
kesehatan yang ada. Sementara itu, hak pasien harus dihormati oleh tenaga kesehatan dalam
upaya pelayanan kesehatan.

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN


A.    HAK KLIEN
Hak adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang merupakan kebutuhan
pribadinya sesuai dengan keadilan, moralitas, dan legalitas.
Dewasa ini klien juga untuk meminta untuk lebih dapat menentukan sendiri dan
mengontrol tubuh mereka sendiri bila sakit. Persetujuan, kerahasiaan, dan hak klien untuk
menolak pengobatan merupakan aspek dari penentuan diri sendiri.
Kebutuhan untuk hak klien adalah hasil secara luas dari dua keadaan yaitu kerentanan
(vulnerability) klien dari penyakit dan kompleksitas hubungan dalam tatanan asuhan
kesehatan. Ketika sakit, seseorang sering tidak mampu menyatakan hak-haknya sebagaimana
bila ia sakit.  Menyatakan hak memerlukan energi dan kesadaran tentang hak seseorang
dalam situasi tersebut.  Oleh karenanya seseorang yang lemah atau terkait dengan
penyakitnya, mungkin tidak mampu menyatakan hak-haknya.
Pola baru dari hubungan asuhan kesehatan muncul sebagai akibat dari beberapa
kekuatan di masyarakat, mencakup konsumen yang lebih berpengetahuan dan pengakuan dari
peranan gaya kehidupan di dalam penyakit.  Tujuan kesehatan meliputi pengembalian
otonomi dan kemendirian klien serta penerimaan kesehatan yang baik sebagai tanggung
jawab pemberi asuhan, klien, serta masyarakat.  Tujuan ini tidak dapat di capai, kecuali klien
menerima tanggung jawab secara aktif untuk kesehatan mereka dan asuhan kesehatan, serta
kecuali klien dan pemberi asuhan saling menghargai.  Penggerakan hak-hak klien
meningkatkan hubungan kesehatan yang baru ini, dan perawat dewasa ini di cegah untuk
mengurangi hak-hak klien dengan mengidentifikasi dan melindungi hak klien serta pembantu
klien menyatakan haknya (Healey, 1983).
Pada tahun 1973 di American Hospital Association menerbitkan a Patient’s Bill of
Rights dalam upaya meningkatkan hak klien yang dirawat. Seringkali klien tidak mengetahui
haknya, walaupun banyak rumah sakit dewasa ini memberi klien pada saat masuk pernyataan
haknya.
Empat hak yang dinyatakan dalam fasilitas asuhan kesehatan (Annas dan Healey,
1974)
1.       Hak untuk kebenaran secara menyeluruh
2.      Hak untuk privasi dan martabat pribadi
3.      Hak untuk memelihara penentuan diri dengan berpartisipasi dalam keputusan sehubungan
dengan kesehatan seseorang
4.      Hak untuk memperoleh catatan medis, baik selama maupun setelah dirawat

Pernyataan hak pasien/klien


Uraian pernyataan hak pasien (a Patient’s Bill of Rights) adalah sebagai berikut :
1.       Klien mempunyai hak untuk mempertimbangkan dan menghargai asuhan.
2.      Klien mempunyai hak untuk memperoleh informasi terbaru dan lengkap dari dokter
mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosisnya.
3.      Klien mempunyai hak untuk menerima informasi penting dari dokternya untuk memberikan
persetujuan tentang dimulainya suatu prosedur pengobatan, serta risiko kemungkinan
dialaminya, kecuali dalam sistem darurat.
4.      Klien mempunyai hak untuk menolak pengobatan sejauh diijinkan oleh hukum dan
diinformasikan tentang konsekuensi tindakannya.
5.      Klien mempunyai hak untuk mengetahui setiap pertimbangan dari privasinya yang
menyangkut program asuhan medis diskusi medis konsultasi, pemeriksaan, dan pengobatan
yang dilakukan dengan cermat dan dirahasiakan.
6.      Klein mempunyai hak untuk mengharapkan bahwa semua komunikasi dan catatan mengenai
asuhannya harus diberlakukan sebagai rahasia.
7.      Klien mempunyai hak untuk mengerti bila diperlukan rujukan ke tempat lain yang lebih
lengkap dan memperoleh informasi yang lengkap tentang alasan rujukan tersebut, dan rumah
sakit yang ditunjuk dapat menerimanya.
8.      Klien mempunyai hak untuk memperoleh informasi tentang hubungan rumah sakit dengan
instansi lain, seperti pendidikan institusi atau instansi lainnya sehubungan dengan asuhan
yang diterimanya.
Contoh : hubungan individu yang merawatnya, nama yang merawat dan sebagainya.
9.      Klien mempunyai hak untuk diberikan penasehat apabila rumah sakit mengajukan untuk
terlibat atu berperan dalam eksperimen manusiawi yang memengaruhi asuhan atau
pengobatannya. Klien mempunyai hak untuk menolak berpartisipasi dalam proyek riset
tersebut.
10.  Klien mempunyai hak untuk mengharapkan asuhan berkelanjutan yang dapat diterima. Klien
mempunyai hak untuk mengetahi lebih jauh waktu perjanjian dengan dokter yang ada. Klien
mempunyai hak untuk mengharapkan rumah sakit menyediakan mekanisme sehingga ia
mendapat informasi dari dokter atau staf yang didelegasikan oleh dokter tentang kesehatan
klien selanjutnya.
11.  Klien mempunyai hak untuk mengetahui peraturan dan ketentuan rumah sakit yang harus
diikitunya sebagai klien.
12.  Klien mempunyai hak untuk mengetahui peraturan dan ketentuan rumah sakit yang
diikutinya.
Menurut Fred Ameln hak-hak tersebut meliputi hak atas informasi, hak memberikan
informasi, hak memilih dokter, hak memilih sarana kesehatan, hak atas rahasia kedokteran,
hak menolak pengobatan, hak menolak sesuatu tindakan medik tertentu, hak untuk
menghentikan pengobatan, hak melihat rekam medis, hak second opinion.
Hak-hak pasien yang paling menonjol dalam hubungannya dengan pelayanan
kesehatan, yaitu (1) rekam medis, (2) persertujuan tindakan medis, (3) rahasia medis. Ketiga
hak tersebut dengan tiga doktrin kesehatan ( Poernomo, 2000).

B.     KEWAJIBAN KLIEN


Menurut Fred Ameln, kewajiban pasien adalah :
1.    Memberi informasi lengkap perihal penyakitnya kepada tenaga kesehatan.
2.    Mematuhi nasehat tenaga kesehatan.
3.    Menghormati privasi tenaga kesehatan yang mengobatinya.
4.    Memberi imbalan jasa.

Selain itu, menurut buku Pengantar Pendidikan Keperawatan karya A. Aziz Alimul
H., S.Kep.,Kewajiban pasien antara lain :
1.      Pasien dan keluarga berkewajiban untuk mentaati segala peraturan tata tertib rumah sakit.
2.      Pasien wajib menceritakan sejujurnya tentang segala sesuatu mengenai penyakit yang
diderita.
3.      Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter atau perawat dalam rangka
pengobatan.
4.      Pasien beserta penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas jasa
pelayanan rumah sakit atau dokter.
5.      Pasien dan penanggungnya berkewajiban untuk memenuhi segala perjanjian yang
ditandatangani.

Sedangkan menurut M. Jusuf Hanafiah dalam buku Etika Kedokteran & Hukum
Kesehatan edisi 3, kewajiban pasien adalah :
1.      Memeriksakan diri sedini mungkin pada dokter.
2.      Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang penyakitnya.
3.      Mematuhi nasehat dan petunjuk dokter.
4.      Menandatangani surat-surat PTM, surat jaminan dirawat di rumah sakit dan lain – lainnya.
5.      Yakin pada dokternya, dan yakin akan sembuh.
6.      Melunasi biaya perawatan di rumah sakit, biaya pemeriksaan dan pengobatan serta
honorarium dokter.

C.    UNDANG – UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN


Undang-undang Perlindungan Konsumen No. 8 tahun 1999(UUPK) mengartikan
konsumen sebagai setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dimasyarakat, baik
untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain, dan tidak
untuk dipedagangkan. Pelaku usaha didefinisikan sebagai setiap orang perseorang atau badan
usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia,
baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha
dalam berbagai bidang ekonomi. Pengertian jasa menurut UU konsumen adalah setiap
layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk
dimanfaatkan konsumen.
Dalam UU ini dijabarkan hak dan kewajiban konsumen, pelaku usaha dan jasa yang
kalau kita periksa satu-persatu semuanya dapat kita aplikasikan dalam tatanan hubungan
antara perawat dan pasien/klien. Hal ini mengingat bahwa hubungan antara perawat dan
pasien kontraktual, adanya jasa asuhan keperawatan yang disepakati bersama, dan juga
mengingat ada kecenderunagan konsumerasi pelayanan kesehatan yang memandang pasien
atau klien sebagai konsumen pelayanan kesehatan. Salah satu hak pasien untuk mendapatkan
pelayanan yang nyaman, aman, dan selamat.

D.    INFORMED CONSENT


Kata concent berasal dari bahasa latin, consentio yang artinya persetujuan izin,
menyetujui ; atau pengertian yang lebih luas adalah member izin atau wewenang kepada
seseorang untuk melakukan suatu informed consent (IC), dengan demikian suatu penyataan
setuju atau izin oleh pasien secara sadar, bebas dan rasional setelah memperoleh informasi
yang dipahaminya darri tenaga kesehatan/dokter tentang penyakitnya. Harus diingat bahwa
yang terpenting adalah pemahaman oleh pasien.
Pengertian lain yaitu Informed Consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien
(orang tua/wali/suami/istri/orang yang berhak mewakilinya) kepada tenahga kesehatan/dokter
untuk dilakukan suatu tindakan medis yang bertujuan untuk kesembuhan penyakit yang
dideritanya. Informed Consent berarti pernyataan kesediaan atau penolakan setelah mendapat
informasi secukupnya.
Jay katz  mengemukakan falsafah dasar informed consent yaitu pada hakikatnya suatu
keputusan pemberian pengobatan atas pasien harus terjadi secara kolaboratif (kerjasama)
antara tenaga kesehatan/dokter dan pasien serta bukan semata – mata keputusan sepihak.
Dengan demikian, informed consent mengandung 2 unsur utama, yakni sukarela
(voluntariness) dan memahami (understanding).
            Ada 2 bentuk informed consent yaitu :
1.      Tersirat atau dianggap telah diberikan (Implied consent)
a.       Keadaan normal
b.      Keadaan darurat
2.      Dinyatakan (expressed consent)
a.       Lisan (oral)
b.      Tulisan  (written)
Implied consent adalah persetujuan yang diberikan pasien secara tersirat, tanpa
pernyataan tegas. Isyarat persetujuan ini ditangkap dokter dari sikap dan tindakan pasien.
Umumnya tindakan dokter disini adalah tindakan yang biasa dilakukan atau sudah diketahui
umum.
Implied consent bentuk lain adalah bila pasien dalam keadaan gawat darurat
(emergency) sedang dokter memerlukan tindakan segera, sementara pasien dalam keadaan
tidak bisa memberikan persetujuan dan keluarganya pun tidak ditempat maka dokter dapat
melakukan tindakan medic terbaik menurut dokter (Permenkes No. 585 tahun 1989, pasal
11). Jenis persetujuan ini disebut sebagai Presumed Consent, artinya bila pasien dalam
keadaan sadar, dianggap akan menyetujui tindakan yang akan dilakukan dokter.
Exressed Consent adalah persetujuan yang dinyatakan secara lisan atau tulisan, bila
yang akan dilakukan lebih dari prosedur pemeriksaan dan tindakan yang biasa. Dalam
keadaan demikian sebaiknya kepada pasien disampaikan terlebih dahulu tindakan apa yang
akan dilakukan supaya tidak sampai terjadi salah pengertian.
1)      Informasi
            Dalam Permenkes No. 585 tahun 1989 tentang informed consent dinyatakan bahwa
dokter harus menyampaikan informasi atau penjelasan kepada pasien/keluarga diminta atau
tidak diminta, jadi indormasi harus disampaikan. Informasi tersebut meliputi informasi
mengenai apa (what) yang perlu disampaikan, kapan disampaikan (when), siapa yang harus
menyampaikan (Who), dan informasi yang mana (Which) yang perlu disampaikan.
2)      Persetujuan
            The Medical Denfence Union dalam bukunya Medicolegal Issues in Clinical
Practice,menyatakan bahwa ada 5 syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya Informed Consent
yaitu :
1.      Diberikan secara bebas
2.      Diberikan oleh orang yang sanggup membuat perjanjian
3.      Telah dijelaskan bentuk tindakan yang akan dilakukan sehingga pasien dapat memahami
tindakan itu perlu dilakukan
4.      Mengenai sesuatu hal yang khas
5.      Tindakan itu juga dilakukan pada situasi yang sama
3)      Penolakan
            Seperti dikemukakan pada bagian awal, tidak selamanya pasien atau keluarga setuju
dengan tindakan medic yang akan dilakukan dokter. Dalam situasi demikian kalangan dokter
maupun kalangan kesehatan lainnya harus memahami bahwa pasien atau keluarga
mempunyai hak menolak usul tindakan yang akan dilakukan. In I disebut sebagai informed
Refusal.
            Tidak ada hak dokter yang dapat memaksa pasien mengikuti anjuran, walaupun
dokter menganggap penolakan bisa berakibat gawat atau kematian pada pasien.
            Bila dokter gagal dalam meyakinkan pasien pada alternative tindakan yang
diperlukan, maka untuk keamanan dikemudian hari, sebaiknya dokter atau rumah sakit
meminta pasien atau keluarga menandatangani surat penolakan terhadap anjuran tindakan
medic yang diperlukan.

                                    KESIMPULAN
1.      Hak-hak pasien yang paling menonjol dalam hubungannya dengan pelayanan kesehatan,
yaitu  rekam medis, persertujuan tindakan medis, rahasia medis.
2.      Kewajiban klien antara lain, memberi informasi lengkap perihal penyakitnya mematuhi
nasehat perawat, menghormati privasi, memberi imbalan jasa.
3.      Undang-undang Perlindungan Konsumen No. 8 tahun 1999 (UUPK) mengartikan konsumen
sebagai setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dimasyarakat, baik untuk
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain, dan tidak untuk
dipedagangkan.
Dalam UU ini dIjabarkan hak dan kewajiban konsumen, pelaku usaha dan jasa yang kalau
kita periksa satu-persatu semuanya dapat kita aplikasikan dalam tatanan hubungan antara
perawat dan pasien/klien.
4.       Informed Consent berarti pernyataan kesediaan atau penolakan setelah mendapat informasi
secukupnya.

  

DAFTAR PUSTAKA
Praptianingsih, S.H., M.H., Sri. 2006. Kedudukan Hukum Perawat dalam Upaya Pelayanan
Kesehatan di Rumah Sakit. Jakarta : Rajawali Pers.
Alimul H, Aziz. 2002. Pengantar Pendidikan Keperawatan. Jakarta : CV. Sagung Seto.
Priharjo, Robert. 2008. Konsep & Perspektif Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC.
Hanafiah, M. Jusuf dan Amir, Amri. 1991. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta : EGC.
Potter & Perry. 1999. Fundamental Keperawatan Edisi 4 Volume 1. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai