Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan merupakan salah satu profesi yang berkecimpung untuk
kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu
yang sehat maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-
harinya. Salah satu yang mengatur hubungan antara perawat pasien adalah
etika. Istilah etika dan moral sering digunakan secara bergantian. Sehingga
perawat perlu mengetahui dan memahami tentang etik itu sendiri termasuk
didalamnya prinsip etik dan kode etik.
Para perawat juga harus tahu berbagai konsep hukum yang berkaitan
dengan praktik keperawatan karena mereka mempunyai akuntabilitas terhadap
keputusan dan tindakan profesional yang mereka lakukan. Pendokumentasian
merupakan unsur terpenting dalam pelayanan keperawatan. Karena melalui
pendokumentasian yang lengkap dan akurat akan memberi kemudahan bagi
perawat dalam menyelesaikan masalah klien Dokumentasi keperawatan
adalah suatu mekanisme yang digunakan untuk mengevaluasi asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien. Fungsi pendokumentasian
keperawatan bertanggugjawab untuk mengumpulkan data dan mengkaji
status klien, menyusun rencana asuhan keperawatan dan menentukan tujuan,
mengkaji kembali dan merevisi rencana asuhan keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, dapat kami sampaikan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan aspek legal pendokumentasian ?
2. Bagaimana aspek legal dokumentasi keperawatan ?
3. Bagaimana aturan dan norma yang mengatur aspek legal
pendokumentasian ?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini sebgai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian aspek legal pendokumentasian.
2. Untuk mengetahui aspek legal dokumentasi keperawatan.
3. Untuk mengetahui aturan dan norma yang mengatur aspek legal
pendokumentasian.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat yang dapat kami sampaikan dari penulisan makalah ini tentunya
menambah wawasan tentang aspek legal dari dokumentasi keperawatan, dapat
memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktik keprofesian yang
didasari motivasi altruistik, mempunyai standar kompetensi dan kode
etik profesi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aspek Legal Pendokumentasian


Legalitas adalah tujuan utama dari dokumentasi/pencatatan Keperawatan.
Beberapa aspek secara cerdik perlu dipelajari untuk mendapatkan
dokumentasi yang legal. Aspek legal dapat didefinisikan sebagai studi
kelayakan yang mempermasalahkan keabsahan suatu tindakan ditinjau dan
hukum yang berlaku di Indonesia. Asuhan keperawatan(askep) merupakan
aspek legal bagi seorang perawat walaupun format model asuhan keperawatan
di berbagai rumah sakit berbeda-beda. Aspek legal dikaitkan dengan
dokumentasi keperawatan merupakan bukti tertulis terhadap tindakan yang
sudah dilakukan sebagai bentuk asuhan keperawatan pada pasien/ keluarga/
kelompok/ komunitas (Dikutip dari Hand Out Aspek Legal & Manajemen
Resiko dalam pendokumentasian Keperawatan, Sulastri).
Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau
penyempurnaan perangkat hukum yang sudah ada yang mempengaruhi ilmu
dan kiat dalam praktik keperawatan (Sand Robbles, 1981).
Pendokumentasian merupakan unsur terpenting dalam pelayanan
keperawatan. Karena melalui pendokumentasian yang lengkap dan akurat
akan memberi kemudahan bagi perawat dalam menyelesaikan masalah klien
(Martono, 2012).
Profesi perawat mengemban tanggung jawab yang besar dan menuntut
untuk memiliki sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diterapkan pada
asuhan keperawatan sesuai dengan standar dan kode etik profesi. Dimana
keperawatan yang memberikan pelayanan 24 jam terus menerus pada klien,
dan menjadi satu-satunya profesi kesehatan di rumah sakit yang banyak
memberikan pelayanan kesehatan pada diri klien (Ferawati, 2012).
Dokumentasi asuhan keperawatan mempunyai aspek hukum, jaminan
mutu. komunikasi, keuangan, pendidikan, penelitian, dan akreditasi
(Nursalam, 2001).

3
Dokumentasi keperawatan adalah suatu mekanisme yang digunakan untuk
mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien. Fungsi
pendokumentasian keperawatan bertanggugjawab untuk mengumpulkan data
dan mengkaji status klien, menyusun rencana asuhan keperawatan dan
menentukan tujuan, mengkaji kembali dan merevisi rencana asuhan
keperawatan (Nursalam, 2001).
Perawat professional dalam menjalankan peran dan fungsinya harus
mengacu pada standar profesi, standar profesi yang berlaku mencakup
beberapa aspek diantaranya standar Ilmu keperawatan, standar akuntabilitas,
standar pelaksanaan asuhan keperawatan. Pada aspek standar akuntabilitas
maka perawat dihadapkan pada tanggung jawab dan tanggung gugat dengan
demikian pendokumentasian praktik keperawatan menjadi unsure penting
dalam semua pelaksanaan aspek standar professional keperawatan. Beberapa
item standar akuntabilitas yang berhubungan dengan dokumentasi praktik
keperawatan antara lain: Standar Akuntabilitas Profesional keperawatan (
DPP PPNI tahun 1999 )
1. Berfungsi sejalan dengan legislasi dan standar praktek keperawatan yang
sesuai dengan tingkat pendidikannya.
2. Menunjukan minat, empati, percaya, jujur dan hangat pada saat
bertinteraksi dengan klien.
3. Bertindak sebagai perwakilan klien dengan membantu klien memahami
informasi yang relevan .
4. Bertindak sebagai perwakilan klien dengan melindungi dan meningkatkan
hak-hak klien untuk :
a. Memperoleh informasi yang absah.
b. Menyepakati secara sadar akan asuhan keperawatan, pengobatan
dan peran sertanya dalam kegiatan penelitian .
c. Privasi dan dan kerahasiaan
d. SPengobatan yang sesuai dengan manusia sebagai individu.
e. Berpartisipasi dalam membuat keputusan yang mempengaruhi
asuhan keperawatan yang ditujukan padanya.
5. Bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan.

4
6. Menunjukan kemampuan dalam hal pengetahuan yang mutakhir pada
saat menjalankan praktek.
7. Mencari bantuan dan bimbingan bila tidak dapat melaksanakan tugas
tugasnya secara kompenten
8. Menghindari mempraktekkan hal hal diluar batas kemampuan
9. Bekerjasama sesama anggota profesi
10. Bekerjasama dengan anggota kesehatan lain.
11. Membuat pertimbangan dalam menjalankan rencana keperawatan yang
bersifat multidisplin yang telah disusun.
12. Berbagi pengetahuan dan keahlian dengan orang lain
13. Melakukan tindakan pada kondisi dimana keamanan atau kesejahteraan
klien tidak diperhatikan / terancam.
14. Melaporakan kejadian tentang praktek yang tidak benar atau kekeliruan
dalam menjalankan pelayanan keperawatan oleh tenaga lain (bukan
perawat) kepada yang berwenang.
15. Membantu mengembangkan kebijakan dan prosedur yang berkaitan
dengan asuhan klien .
16. Membantu pengembangan keperawatn atau sistem pelayanan
keperawatan.

2.2 Aspek Legal Pendokumentasian


Aspek Legal dalam Pendokumentasian Keperawatan
Terdapat 2 tipe tindakan legal :
1. Tindakan sipil atau pribadi
Tindakan sipil berkaitan dengan isu antar individu
2. Tindakan criminal
Tindakan kriminal berkaitan dengan perselisihan antara individu dan
masyarakat secara keseluruhan.
Menurut hukum jika sesuatu tidak di dokumentasikan berarti pihak
yang bertanggung jawab tidak melakukan apa yang seharusnya di lakukan.
Jika perawat tidak melaksanakan atau tidak menyelesaikan suatau aktifitas
atau mendokumentasikan secara tidak benar, dia bisa di tuntut melakukan mal

5
praktik. Dokumentasi keperawatan harus dapat diparcaya secara legal, yaitu
harus memberikan laporan yang akurat mengenai perewatan yang diterima
klien. Tappen Weiss dan whitehead (2001) manyatakan bahwa dokumen dapat
dipercaya apabila hal-halk sbb :
1. Dilakukan pada periode yang sama.
Perawatan dilakukan pada waktu perawatan diberikan.
2. Akurat.
Laporan yang akurat ditulis mengenai apa yang dilakukan oleh perawat
dan bagian klien berespon.
3. Jujur.
Dokumentasi mencakup laporan yang jujur mangenai apa yang sebenarnya
dilakukan atau apa yang sebenarnya diamati.
4. Tepat.
Apa saja yang dianggap nyaman oleh seseorang untuk dibahas di
lingkungan umum di dokumentasikan
Catatan medis klien adalah sebuah dokumentasi legal dan dapat
diperliahatkam di pengadilan sebagai bukti sering kali catatan tersebut
digunakan untuk mengingatkan saksi mengenai kejadian di seputar
tuntutan karena beberapa bulan atau tahun biasanya sudah berlalu sebelum
tuntutan di bawa ke pengadilan. Efektivitas kesaksian oleh saksi dapat
bergantung pada akurasi dari catatan semacam ini. Oleh karena itu perawat
perlu untuk tetap akurat dan melengkapi catatan askep yang diberikan
pada klien.
Kegagalan membuat catatan yang semestinya dapat dianggap
kelalaian dan menjadi dasar Liabilitas yang merugikan. Pengkajian dan
dokumentasi yang tidak memadai atau tidak akurat dapat menghalangi
diagnosis dan terapi yang tepat dan mengakibatkan cedera pada klien.
Profile Sarjana Keperawatan dan Ners ini dibagi menjadi 6, antara lain :
1. Care Provider
Perawat memiliki kemampuan dalam mengarahkan, menginisiasi, dan
melaksanakan rencana asuhan keperawatan professional di klinik dan

6
komunitas dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan dan
etika profesi sebagai tuntunan dalam melakukan praktik professional.
2. Community Leader
Perawat memiliki kesempatan untuk mendidik individu dan kelompok
di komunitas mengenai pencegahan dan pemeliharaan kesehatan
(Promosi kesehatan).
Peran perawat dalam promosi kesehatan, yaitu :
a. Menjadi panutan perilaku dan sikap gaya hidup sehat
b. Memfasilitasi keterlibatan klien dalam pengkajian, implementasi,
dan evaluasi tujuan kesehatan
c. Mengajarkan klien mengenai strategi perawatan diri untuk
meningkatkan kebugaran, memperbaiki nutrisi, mengatasi stress,
dan meningkatkan hubungan
d. Membantu individu, keluarga, dan komunitas untuk meningkatkan
derajat kesehatan mereka
a. Mendidik klien untuk menjadi konsumen perawatan kesehatan
yang efektif
3. Educator
Perawat juga berpartisipasi dalam aktivitas pendidikan di komunitas.
Peran perawat-pendidik, antara lain :
a. Mengidentifikasi kebutuhan belajar
b. Menentukan materi pembelajaran sesuai dengan tingkat kebutuhan
(formal dan non- formal)
c. Merancang metode pembelajaran
d. Merancang model evaluasi pembelajaran yang sesuai
e. Melaksanakan proses pembelajaran pada praktikan, praktisi dan
klien sesuai dengan karakteristik pembelajaran
f. Melakukan evaluasi sesuai dengan rancangan yang telah dibuat.
g. Mengorganisasikan pengelolaan pada tatanan pendidikan dan
pelayanan

7
4. Manager
Sebagai seorang manager dan pemberi perawatan klien, perawat
mengkoordinasikan berbagai professional perawatan kesehatan dan
layanan untuk membantu klien mencapai hasil akhir yang diinginkan.
Sedangkan organisasi birokratik menggunakan control melalui
kebijakan, pekerjaan terstruktur, dan tindakan pembagian kategori.
Organisasi lain mendesentralisasikan control dan menekankan
pengarahan diri dan disiplin diri anggotanya. Fungsi manajerial, antara
lain :
a. Perencanaan
a) Mengidentifikasi kesempatan di masa yang akan dating
b) Mengantisipasi dan menghindari masalah di masa yang akan
datang
c) Menyusun strategi dan rangkaian tindakan
b. Pengorganisasian
a) Mengidentifikasi tugas tertentu dan menugaskannya pada
individu atau tim yang telah mendapatkan pelatihan dan
memiliki keahlian untuk melaksanakannya.
b) Mengoordinasikan aktivitas untuk mencapai tujuan unit
5. Pemanduan (Leading) dan Pendelegasian
Fungsi pendelegasian adalah untuk memberikan perawatan dan seluk-
beluk hubungan antarstaf, klien, dan lingkungan. Peran perawat
manager, antara lain :
a. Melakukan kajian situasi pada tatanan pelayanan atau pendidikan
keperawatan atau kesehatan
b. Membuat perencanaan baik strategis maupun operasional sesuai
dengan kajian situasi pada tatanan pelayanan/pendidikan
c. Mengorganisasikan pola pelayanan/ pendidikan keperawatan/
kesehatan sesuai dengan lingkupnya
d. Melakukan pengelolaan staff sesuai dengan lingkupnya (rekrutmen
sampai dengan penataan jenjang karier)

8
e. Memberikan pengarahan baik pada tatanan pelayanan/ pendidikan
sesuai dengan prinsip-prinsip kepemimpinan, motivasi, dsb
f. Melakukan proses kontrol sesuai dengan prinsip-prinsip mutu dan
managemen resiko
6. Reseacher
Menurut Position Statement on Education for Participation in Nursing
Research (1994) oleh American Nurses Association(ANA), semua
perawat berbagi komitmen untuk kemajuan ilmu keperawatan. Praktik
berbasis penelitian dipandang sebagai hal penting agar asuhan
keperawatan efektif dan efisien. Menurut Polit dan Hungler(1999),
menetapkan empat alasan penelitian itu penting dalam keperawatan,
antara lain:
- Sebagai profesi, keperawatan memerlukan penelitian untuk
mengembangkan dan memperluas ilmu pengetahuan ilmiah
yang unik dan terpisah dari disiplin lain.
- Penelitian itu penting untuk mempertahankan tanggung gugat
ilmiah keperawatan terhadap klien, keluarga, dan masyarakat
secara umum.
- Perhatian saat ini mengenai ekonomi dan keefektifan
perawatan kesehatan menuntut keperawatan untuk
mendokumentasikan melalui penelitian bagaimana layanan
keperawatan berperan pada pemberian perawatan kesehatan.
- Saat intervensi multipel mungkin diberikan dalam situasi klien
tertentu, penelitian keperawatan penting untuk proses
pengambilan keputusan klinis.

2.3 Aturan Legal Dalam Dokumentasi Keperawatan


Dalam melaksanakan pendokumentasian keperawatan selain harus
sesuai dengan standar dokumentasi keperwatan tentunya diperlukan aturan
atau norma yang mengatur untuk pertanggung jawaban dan tanggung
gugat. Aturan atau norma yang mengatur tentang aspek legal dalam
pendokumentasian keperawatan adalah sebagai berikut ;

9
1. Kode Etik Keperawatan
Kode etik keperawatan mejadi kerangka dasar bagi profesi perawat untuk
bersikap, bertindak, mengembangkan fungsi dan peranya , tanggung jawab
kepada individu, keluarga dan masyarakat, tanggung jawab terhadap tugas,
tanggung jawab terhadap profesi serta tanggung jawab kepada bangsa
dan tanah air. Pasal pasal Kode etik keperwatan yang berhubungan
dengan dokumentasi keperawatan secara implisit diatur pada :
Pasal 1 .
Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya senantiasa berpedoman
pada tanggung jawab yang bersumber dari adanya kebutuhan akan
perawatan , Individu , keluarga dan masyarakat.
Pasal 5.
Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan nyang
tinggi disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan
serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu ,
keluarga dan masyarakat.
Pasal 6.
Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui
sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika
diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Pasal 10.
Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antar sesama perawat
dan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara keserasian
suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh.
2. Undang Undang Kesehatan
a. Dalam UU No.23 tahun 1992
Diatur secara garis besar tanggung jawab tenaga kesehatan
(termasuk perawat)yang berhubungan pendokumentasian tenaga
kesehatan. Secara implisit sebenarnya diatur pada semua pasal pasal
yang ada namun lebih jelas diatur pada :

10
Pasal 11 ayat 2.
Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat
( 1 ) didukung oleh sumber daya kesehatan .
Pasal 32 ayat 2.
Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan
pengobatan dan atau perawatan .
Pasal 32 ayat 3.
Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu
edokteran dan ilmu keperawatan dan atau cara lain yang dapat
dipertanggung jawabkan .
Pasal 32 ayat 4.
Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu
kedokteran dan ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu .
Pasal 49 .
Suber daya kesehatan merupakan semua perangkat keras dan
perangkat lunak yang diperlukan sebagai pendukung penyelenggaraan
upaya kesehatan meliputi
a. tenaga kesehatan ;
b. sarana kesehatan ;
c. perbekalan kesehatan ;
d. pembiayaan kesehatan ;
e. pengelolaan kesehatan ;
f. penelitian dan pengembangan kesehatan.
Pasal 53 ayat 1.
Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
Pasal 53 ayat 2.
Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.

11
Pasal 54 ayat 1
Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian
dalam melaksanakan profesinyadapat dikenakan tindakan disiplin.
Pasal 55 ayat 1.
Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian
yang dilakukan tenaga kesehatan.
Dalam pasal pasal yang disebutkan diatas, tidak ada yang mengatur
secara jelas tentang pemdokumentasian, namun pelaskanaan pasal
pasal tersebut dan termasuk pasal pasal tentang ketentuan pidana
serta sanksi dalam UU No.23 tahun 1992 memerlukan perangkat
dokumentasi sebagai perangkat lunak.
b. Undang-undang Kesehatan No.36 Tahun 2009
Pasal 63 ayat (4) yang berbunyi Pelaksanaan pengobatan dan/atau
perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya
dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu. Hal ini memberi arah bahwa siapapun tenaga
kesehatan yang akan menangani klien/pasien harus mempunyai
kompetensi yang cukup untuk dapat memberikan asuhan sesuai dengan
kewenangannya yang mungkin akan dapat memberikan kenyamanan
kepada pasien sebagai customer dari pelayanan kesehatan.
Praktisi kesehatan harus mampu menggunakan berbagai telaahan
ilmiah, legal etis, praktis dan juga colegial dalam upaya untuk
memberikan asuhan yang tepat kepada pasien serta juga menggunakan
pendekatan Humanistik dalam mengimplementasikan berbagai
tindakan yang dilakukannya. Akibatnya siapapun yang sudah
berkecimpung dan memegang profesi dalam bidang kesehatan harus
mempunyai kemampuan yang memadai dalam mengatasi pasiennya
secara ilmiah dengan jalan mengetahui rasional setiap tindakan, secara
legal dan etis untuk mengetahui tindakannya tidak melanggar norma
yang ada, secara praktis dalam hal menjalankan standar asuhan,
colegial dalam berhubungan dengan tim kesehatan lainnya dan juga

12
secara humanistik dalam memperlakukan pasien sebagai subjek dan
objek dalam pelaksanaan asuhannya.
Kegiatan keperawatan ditujukan untuk dapat meningkatkan
kesejahteraan pasien dan kemandirian pasien dalam menangani
masalah yang menghadang pada dirinya. Untuk dapat terjadi hal
tersebut maka diperlukan suatu regulasi yang dapat menuntun profesi
keperawatan melaksanakan aktifitasnya sehingga pasien sebagai
subjek dan objek dari tindakan keperawatan mendapatkan kepuasan
terhadap pelayanan yang diberikan.
Berdasarkan hasil dari Lokakarya Keperawatan Nasional tahun
1983 didapatkan definisi Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan
bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat baik yang sakit maupun sehat yang
mencakkup seluruh siklus hidup manusia.
Personil yang melaksanakan asuhan keperawatan disebut dengan
perawat yang menurut Permenkes No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010
dikatakan bahwa perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan
perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai peraturan
perundang-undangan.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perawat
merupakan suatu profesi yang mana dalam kegiatannya berusaha untuk
memberikan kesejahteraan kepada pasien (individu, keluarga dan
masyarakat) dengan menggunakan cara dan teknik yang diajarkan
dalam dunia keperawatan itu sendiri.
Segi Yuridis Praktik Keperawatan
Dalam pemberian asuhannya, seluruh tenaga kesehatan diatur
dalam berbagai peraturan, baik berhubungan dengan hukum kegiatan
perawat dibatasu oleh keahlian dan kewenangan. Keahlian dalam hal
ini merujuk kepada kemampuan yang wajib dikuasai oleh perawat
dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Untuk dapat menjaga

13
kesinambungan dan menjaga bahwa tindakan yang dilakukan tersebut
sesuai maka perlu dibuatkan suatu Standar baik standar yang memang
merujuk pada pengetahuan secara global maupun standar yang telah
digunakan di lingkup yang lebih kecil di rumah sakit. Sedangkan
Kewenangan merujuk kedalam hak perawat yang diperbolehkan untuk
melakukan segenap tindakan kepada pasien, dimana hak ini akan
diseimbangkan dengan tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh
perawat itu tadi.
Dalam melakukan semua keahlian dan kewenangan di atas, perlu
dibuat suatu regulasi yang dapat memberikan suatu Izin kepada tenaga
keperawatan supaya dapat memberikan tindakan kepada pasien dalam
level aman. Berdasarkan Kepmenkes no 1239/2001 tentang registrasi
perawat dan Permenkes No 148/2009 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat didapatkan beberapa izin yang harus
dipunyai oleh seorang perawat:
1. Surat Izin Kerja selanjutnya disebut SIK adalah bukti tertulis
yang diberikan kepada perawat untuk melakukan praktik
keperawatan di sarana pelayanan kesehatan
2. Surat Izin Perawat selanjutnya disebut SIP adalah bukti tertulis
pemberian kewenangan untuk menjalankan pekerjaan
keperawatan di seluruh wilayah Indonesia
3. Surat Izin Praktik Perawat selanjutnya disebut SIPP adalah
bukti tertulis yang diberikan kepada perawat untuk melakukan
praktik keperawatan secara perorangan dan/atau berkelompok
4. STR (Surat Tanda Registrasi) adalah bukti tertulis dari
pemerintah kepada tenaga kesehatan yang telah memiliki
sertifikat kompetensi sesuai ketentuan perundang-undangan
Aplikasi Aspek Legal Dalam Keperawatan
Hukum mengatur perilaku hubungan antar manusia sebagai subjek
hukum yang melahirkan hak dan kewajiban. Dalam kehidupan
manusia, baik secara perorangan maupun berkelompok, hukum
mengatur perilaku hubungan baik antara manusia yang satu dengan

14
yang lain, antar kelompok manusia, maupun antara manusia dengan
kelompok manusia. Hukum dalam interaksi manusia merupakan suatu
keniscayaan (Praptianingsih, S., 2006).
Berhubungan dengan pasal 1 ayat 6 UU no 36/2009 tentang
kesehatan berbunyi : Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
Begitupun dalam pasal 63 ayat 4 UU no 36/2009 berbunyi
Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu
kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
Yang mana berdasarkan pasal ini keperawatan merupakan salah satu
profesi/tenaga kesehatan yang bertugas untuk memberikan pelayanan
kepada pasien yang membutuhkan
Pelayanan keperawatan di rumah sakit meliputi : proses pemberian
asuhan keperawatan, penelitian dan pendidikan berkelanjutan. Dalam
hal ini proses pemberian asuhan keperawatan sebagai inti dari kegiatan
yang dilakukan dan dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian-
penelitian yang menunjang terhadap asuhan keperawatan, juga
peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang diperoleh
melalui pendidikan dimana hal ini semua bertujuan untuk keamanaan
pemberian asuhan bagi pemberi pelayanan dan juga pasien selaku
penerima asuhan.
Berdasarkan undang-undang kesehatan yang diturunkan dalam
Kepmenkes 1239 dan Permenkes No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010,
terdapat beberapa hal yang berhubungan dengan kegiatan keperawatan.
Adapun kegiatan yang secara langsung dapat berhubungan dengan
aspek legalisasi keperawatan
1) Proses Keperawatan
2) Tindakan keperawatan

15
3) Informed Consent
3. Kepustusan Menteri Kesehatan : KepMenkes No. 1239/ Meskes/ SK /
XI/2001
Hal hal yang prinsip mengatur tentang aspeg legal etik praktek
keperawatan dan dokumentasi keperawatan diatur dalam keputusan
Menteri Kesehatan No. 1239 / Menkes / Sk /XI/2001, pada pasal pasal :
Pasal 15
Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan berwenang untuk
a. Melaksankan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,
penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan, melaksanakan
tindakan keperaatan dan evaluasi keperawatan;
b. Tindakan keperawatan sebagai mana yang dimaksud pada butir
a) meliputi Intervensi keperawatan, observasi keperawatan,
pendidikan dan konseling ;
c. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagai mana yang
dimaksud pada huruf a) dan b) harus sesuai dengan standar
asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi ;
d. Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan berdasarkan
permintaan tertulis dari dokter.
Pasal 16
Dalam melaksanakan kewenangan sebagai mana dimaksud pada pasal
15 perawat berkewajiban untuk :
a. Menghormati hak pasien ;
b. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ;
c. Menyimpan rahasia sesuai dengan perundang undangan yang
berlaku ;
d. Memberikan informasi ;
e. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan ;
f. Melakukan catatan keperawatan dengan baik.
Pasal 23
1. Perawat dalam melaksanakan praktik perorangan sekurang
kurangnya memenuhi persyaratan :

16
a. Memiliki tempat praktik yang memenuhi syarat kesehatan
b. Memiliki perlengkapan untuk tindakan asuhan keperawatan
maupun kunjungan rumah
c. Memiliki perlengkapan administrasi yang meliputi buku
catatan kunjungan, formulir catatan tindakan asuhan
keperawatan serta formulir rujukan.
2. Persyaratan perlengkapan sebagai mana yang dimaksud pada ayat
1), sesuai dengan standar perlengkapan asuhan keperawatan yang
ditetapkan organisasi profesi. Aturan aturan yang disebutkan
diatas dalam hal dokumentasi keperawatan ada yang dengan jelas
menyebutkan dan merupakan bagian dari tindakan yang dilakukan
dan ada yang secara implisit, namun begitu pentingnyad
dokumentasi tersebut tidak lah kegiatan secara sempurna tanpa
pendokumentasian.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Adapun simpulan dari penulisan makalah ini sebagai berikut.
1. Aspek legal dapat didefinisikan sebagai studi kelayakan yang
mempermasalahkan keabsahan suatu tindakan ditinjau dan hukum yang
berlaku di Indonesia. Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan
undang-undang atau penyempurnaan perangkat hukum yang sudah ada
yang mempengaruhi ilmu dan kiat dalam praktik keperawatan.
2. Aspek legal dalam pendokumentasian keperawatan terdapat 2 tipe
tindakan legal, yaitu tindakan sipil atau pribadi dan tindakan criminal.
3. Aturan atau norma yang mengatur tentang aspek legal dalam
pendokumentasian keperawatan adalah kode etik keperawatan, undang-
undang kesehatan dan Kepustusan Menteri Kesehatan : KepMenkes No.
1239/ Meskes/ SK / XI/2001

3.2 Saran
Dokumentasi keperawatan sangatlah penting dalam proses keperawatan
terhadap klien. Jadi, kita sebagai mahasiswa harus belajar memahami apa
yang dimaksud dengan dokumentasi keperawatan dan bagaimana cara
membuatnya. Sehingga kita sebagai calon perawat yang profesional sudah
memahami aspek legal dari dokumentasi keperawatan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang


Registrasi dan Praktek Keperawatan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02-148/Menkes/148/2010 Tentang
Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat
Somantri, I. (2006). Konsep Dasar Keperawatan. Bandung: Stikes A. Yani Press.
Susilaningsih, F.S. 2002. Evaluasi Pembelajaran Klinik Keperawatan. PSIK-FK
Unpad: Proceeding
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144144)

19

Anda mungkin juga menyukai