Anda di halaman 1dari 3

Keberadaan Organisasi Profesi dalam UU Kesehatan yang baru , sebagai Hak Dasar

Warga Profesi Kesehatan di Indonesia (Komparasi UUPK-Draf RUU-DIM-UU Kes)


Oleh: Dr dr ABD HALIM SpPD SH MH MM
Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesehatan dengan metode Omnubus Law padahari Selasa
tanggal 11/7/2023, resmi disahkan dalam Rapat Paripurna ke-29 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
masa sidang 2022-2023. Dalam rapat itu, terdapat 2 fraksi yang menolak pengesahan yakni Fraksi
Demokrat dan Fraksi Keadilan Sejahtera (PKS). Sedangkan yang mendukung pengesahan adalah
fraksi PDI-P, Golkar, Gerindra, Nasdem, PKB, PAN, dan PPP.

Inilah adalah klimak dari “kegaduhan” antara pemerintah-DPR RI sebagai pemegang kekuasan
pembentukan Undang Undang dengan masyarakat khususnya Organisasi Profesi Kesehatan yang
sejak awal menolak RUU Kesehatan OBL ini. Dengan demo yang berjilid-jilid dan solidaritas
yang luarbiasa antara semua OP profesi Kesehatan menentang dan menolak pembahasan dan
pengesahan RUU ini. Dilain pihak, pemerintah dalam hal ini Kemkes dan Komisi IX dan Baleg
DPR RI membuka ruang untuk Public Hearing dengan masyarakat khususnya masyarakat
Kesehatan.
Mengenai Organisasi Profesi Kesehatan dalam UU Kesehatan yang baru disahkan ini mengalami
degradasi yaitu hilangnya pasal 1 ayat 37 Draft RUU Kesehatan hasil insiatif DPR RI sebelum
dimintakan DIM kepada Pemerintah. Yaitu Organisasi Profesi adalah wadah untuk berhimpun
Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan yang seprofesi berdasarkan kesamaan keahlian, aspirasi,
kehendak, etika profesi, kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam
pembangunan kesehatan. Dan ini merupakan DIM pemerintah yang menghendaki pasal 1 ayat 37
dihapus dengan alasan Pemerintah mengusulkan dalam UU tidak mengatur mengenai organisasi
profesi, karena pada prinsipnya pembentukan organisasi profesi merupakan hak setiap warga
negara untuk berkumpul yang telah dijamin dalam UUD 1945, sehingga definisi diusulkan
dihapus.(DIM halaman 12 ). Bahkan pemerintah mengusulkan pasal 314 tentang Organisasi Profesi
Draf RUU Kesehatan dari DPR RI dihilangkan/ dihapus (DIM halaman 281). Alasannya bahwa
Pemerintah mengusulkan dalam UU tidak mengatur mengenai organisasi 280 profesi, karena pada
prinsipnya pembentukan organisasi profesi merupakan hak setiap warga negara untuk berkumpul
yang telah dijamin dalam UUD 1945, sehingga bagian kesepuluh mengenai organisasi profesi
dihapus.
Padahal dalam pasal 314 tersebut bahwa pembentukan OP adalah kewajiban dan keharusan dari
masyarakat profesi Kesehatan. Disebutkan dalam pasal 314 (1) Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan harus membentuk Organisasi Profesi sebagai wadah untuk meningkatkan dan/atau
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, martabat, dan etika profesi Tenaga Medis dan
Tenaga Kesehatan. (2) Setiap kelompok Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan hanya dapat
membentuk 1 (satu) Organisasi Profesi.
Dalam UU Kesehatan yang baru ini pihak pemerintah dan DPR RI telah terjadi pembahasan yang
alot dan akhirnya mengenai pembentukan organisasi profesi Kembali muncul pada Bagian Kedua
Belas Organisasi Profesi Pasal 311 (1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan dapat membentuk
organisasi profesi. (2) Pembentukan organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian kata “harus” adalah 1 patut; 2 wajib; mesti
(tidak boleh tidak) sehingga dalam Draf RUU Kesehatan pembentukan OP adalah kewajiban
warga Profesi Kesehatan akan tetapi dalam UU Kesehatan yang disahkan kemarin pembentukan
OP adalah menjalankan Hak berkumpul dan berserikat seperti Amanah pasal 28 dan 28E ayat 3
UUD 1945. Yaitu kata “dapat” diartikan dalam KBBI adalah bisa, boleh dan merupakan hak warga
yang bisa digunakan atau tidak dan tidak mengikat secara hukum apabila tidak membentuk atau
bergabung dalam OP Kesehatan.

Mengingat Kembali dalam UU pradok yang cabut dengan UU Kesehatan OBL ini, dalam pasal 1
ayat 12 bahwa Organisasi Profesi adalah Ikatan Dokter Indonesia untuk dokter dan Persatuan
Dokter Gigi Indonesia untuk dokter gigi. Dalam UU Kesehatan yang baru ini tidak ditetapkan
secara nyata apakah nanti bentuk multibar atau monobar OP dan apakah perhimpunan
Spesialis/SubSepesialis dan seminat akan bisa menjadi OP dan hal ini akan diatur dalam
permenkes. Dapat diduga bahwa sesuai dengan persepsi dan kemauan pemerintah kemungkinan
besar akan multibar seperti organisasi profesi advokat dan notaris.

Keberadaan OP yang terbentu sesuai dengan aturan yang lama yaitu UU 29 tahun 2004 ddalam
Draf RUU Kesehatan masih berlaku seperti pada usulan Pasal 475: Pada saat Undang-Undang ini
mulai berlaku, Organisasi Profesi yang telah berbadan hukum sebelum berlakunya Undang-
Undang ini tetap diakui keberadaannya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini dan harus
menyesuaikan dengan ketentuan Undang-Undang ini dalam jangka waktu paling lama 1 (satu)
tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan. Pasal 476 Peraturan pelaksanaan dari
Undang-Undang ini harus ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang
ini diundangkan.

Pada UU Kesehatan yang baru ditetapkan kemarin pasal 475 dan 476 tersebut HILANG
mengakibatkan legal standing OP jadi kabur dan ada kekosongan hukum. Walaupun pada Pasal
456 Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun
terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan..

Dalam Pasal 453 Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-
undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari UU 29 tahun 2004 yang tidak bertentangan
dengan UU Kesehatan yang ini masih berlaku. Tapi sayangnya karena dalam UU 29 tahun 2004
masalah OP sudah sangat jelas dan tidak ada perintah undang-undang untuk membuat peraturan
pelaksananya. Cantulan legal standing OP yang sekarang ada menjadi kabur. Info Valid bahwa
kemenkes sudah menyiapkan mengeluarkan semua aturan turunan yang diwajibkan UU tersebut
termasuk tentang OP setelah ditanda tangani Presiden dan dimasukan dalam lembaran negara.

Berbeda dengan UU nomor 1 tahun 2023 KHUP untuk pemberlakuan UU, UU KUHP pada Pasal
624 Undang-Undang ini (KUHP) mulai berlaku setelah 3 (tiga) tahun terhitung sejak tanggal
diundangkan. Sedangkan untuk UU Kesehatan pada pasal 458 disebutkan bahwa Undang-Undang
ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Sepertinya pemerintah berpacu dengan waktu untuk
kesuksesan tranformasi bidang Kesehatan yang merupakan arahan dan visi misi periode kedua
presiden Jokowi yang diterjemahkan dalam Permenkes nomor 15 tahun 2022.
Banjarbaru 12 Juli 2023

Penulis Bacaleg DPR RI PKS Dapil 2 Kalimatan Selatan

Anda mungkin juga menyukai