Anda di halaman 1dari 2

PEMERHATI PENDIDIKAN KEDOKTERAN DAN PELAYANAN KESEHATAN

DUKUNG RUU OMNIBUS LAW KESEHATAN

1. Penyusunan RUU Omnibus Law Kesehatan sudah sesuai prosedur pembentukan peraturan
Perundang-undangan karena yang harus terbuka adalah pada saat pembahasan di DPR dengan
melibatkan partisipasi masyarakat sipil dan organisasi profesi. Penyusunan draft awal cukup
melibatkan pakar yang dianggap perlu, hal yang sama juga dilakukan oleh organisasi profesi
ketika menyusun naskah untuk mengganti UU Pendidikan kedokteran yang hanya melibatkan
sekelompok pengurus saja. Untuk masuk dalam prolegnas, suatu rancangan undang-undang
tidak harus disertai dengan naskah akademis, tetapi harus disertai dengan keterangan pokok
pikiran dan materi muatan yang akan diatur.

2. Menurut UUD 1945 yang menganut sistem presidensiil”pouvoir executiv” ada di tangan
presiden dan tugas negara dibagi habis dalam berbagai kementerian; segala bentuk upaya
mengambil kewenangan pemerintah adalah bentuk yang mengarah pada tindakan makar.

3. Pendidikan Kedokteran sudah di address dengan baik RUU Omnibus Law Kesehatan dan tidak
ada masalah.

4. Pemidanaan terhadap tenaga kesehatan tetap mengikuti klausula UU Kesehatan yang lama,
tidak benar adanya tuduhan kriminalisasi karena masyarakat membutuhkan dokter

5. Penghapusan rekomendasi SIP dalam RUU Omnibus Law Kesehatan sama sekali tidak
mengancam hak rakyat, tapi lebih mengancam kepentingan pengurus organisasi profesi. Sudah
menjadi rahasia umum rekomendasi SIP disalahgunakan untuk menghambat masuknya sesawa
sejawat.

6. Tenaga Kesehatan yang datang dari luar negeri adalah warna negara Indonesia juga. Ketikan
akan berpraktik di Indonesia kompetensi mereka dikawal KKI. Justru organisasi profesi yang
mempersulit mereka praktik di INdonesia karena khawatir pasarnya direbut. Akibatnya rakyat
menderita karena kekurangan dokter spesialis.

7. RUU Omnibus Law Kesehatan meng-address kemandirian dibidang kesehatan, dibidang farmasi
dan alat kesehatan melalui kolaborasi dengan negara maju yang justru memproteksi
keselamatan pasien. Tenaga medis dan tenaga kesehatan memperoleh perlindungan hukum
yang layak, termasuk memproteksi para praktisi medis dan kesehatan dari kelompok yang sering
melakukan penekanan demi kepentingan kelompoknya sendiri.

8. RUU Omnibus Law Kesehatan dibuat justru untuk mendukung ketahanan bangsa, antara lain
memangkas kewenangan para pihak yang selama ini nyata-nyata menghambat kebijakan
pemerintah dengan menatas namakan rakyat.

9. Konsil Kedokteran dan Konsil Tenaga Kesehatan akan tetap ada untuk menjaga kualitas tenaga
kesehatan, dimanapun posisinya. Konsil Kedokteran dan Konsil Tenaga Kesehatan akan
dibebaskan dari konflik kepentingan kelompok-kelompok yang menggunakan konsil untuk
kepentingan sekelompok praktisi tertentu sesuai dengan Putusan Mahkamah Konstitusi.

10. Kekurangan tenaga kesehatan terkait dengan distribusi adalah tanggungjawab semua pihak,
baik pihak yang mengupayakan pemerataan kesehatan maupun pihak yang menggunakan
kewenangan secara tidak bertanggungjawab sehingga terjadi maldistribusi.

11. RUU Omnibus Law Kesehatan tidak mempermudah masuknya tenaga kesehatan asing tanpa
kompetensi dan keahlian yang jelas karena ada konsil kedokteran dan konsil tenaga kesehatan.
Ketakutan akan hilangnya monopoli pasar didalam negerilah yang diwujudkan dalam sikap
menentang kembalinya putra putri Indonesia kenegaranya dengan cara menghembuskan isu
tidak benar itu.

12. RUU Omnibus Law Kesehatan mempermudah implementasi hak masyarakat atas fasilitas
layanan kesehatan yang layak dan bermutu tanpa harus diganggu oleh kelompok yang memiliki
kepentingan sendiri tanpa mengindahkan kepentingan rakyat.

Alasan penolakan sebenarnya adalah (1) Organisasi Profesi minta diberikan kewenangan
monopoli organisasi oleh negara; (2) Organisasi Profesi minta diberikan kewenangan
memberikan ijin praktik; (3) Organisasi Profesi minta menjadi anggota konsil kedokteran dan
konsil tenaga kesehatan. RUU Omnibus Law memangkas ketiga keinginan diatas. Alasan
penolakan yang sebenarnya tidak dikemukakan, justru menggunakan kepentingan masyarakat
menjadi tameng untuk menutupi kepentingan sebenarnya organisasi profesi.

Anda mungkin juga menyukai