Anda di halaman 1dari 1

RUU KEFARMASIAN

RUU Kefarmasian adalah suatu landasan yang mengatur tentang pendidikan, profesi apoteker, serta
payung hukum yang mendasari praktik kefarmasian. Selain itu, RUU Kefarmasian merupakan penjabaran
serta jawaban dari hal hal yang melatarbelakangi di bentuknya RUU serta regulasi yang berhubungan
dengan RUU Kefarmasian.

Urgensi RUU Kefarmasian sangat penting untuk memberikan landasan yang kuat serta payung hukum
untuk dunia kefarmasian serta ada banyak hal yang perlu diatur dalam RUU tersebut. Maraknya masalah
tentang kefarmasian disebabkan karena tidak adanya Undang – Undang yang mengatur tentang hal
tersebut sehingga terjadi ketidak teraturan dalam pelaksanaannya.

Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) berencana menyusun Rancangan Undang-Undang tentang
Praktik Kefarmasian. Meski belum menjadi prioritas yang akan dibahas pada 2017 ini, RUU Praktik
Kefarmasian telah ditetapkan masuk ke dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) long list 2015 –
2019.Namun pada kenyataannya, semua adalah rencana yang tidak memiliki titik akhir tanpa
penyelesaian yang pasti.

Dengan tercapainya kepastian hukum, subjek hukum akan memperoleh akibat hukum yang dikehendaki
dalam suatu peristiwa hukum tertentu dan terhindar dari tindakan sewenang-wenang, dengan kata lain
suatu kepastian hukum akan memberikan perlindungan hukum kepada subjek hukum. Kemudian,
tercapainya kepastian hukum juga akan memberikan keadilan dan ketertiban bagi subjek hukum.
Sehingga, apabila Peraturan Menteri Kesehatan No. 284/MENKES/PER/III/2007 tentang Apotek Rakyat
tidak memberikan kepastian hukum bagi apoteker dalam menjalankan tugas keprofesiannya atas
pekerjaan kefarmasian, maka Peraturan Menteri Kesehatan No. 284/MENKES/PER/III/2007 tidak dapat
memberikan perlindungan hukum, keadilan dan ketertiban bagi subjek hukum, yang dalam hal ini adalah
masyarakat, baik masyarakat umum maupun masyarakat

Serta ada dampak positif dan negatif dari disahkannya RUU Kefarmasian. Dampak positifnya adalah
memberikan kejelasan ranah kerja apoteker, meningkatnya eksistensi ranah keprofesian farmasi, dan
adanya payung hukum. Solusi dari permasalahan ini adalah berdiskusi dan membahas permasalahan
RUU untuk mahasiswa, menyampaikan aspirasi kepada petinggi negara, bekerja sama dengan berbagai
lembaga, dan bahkan turun ke jalan untuk memperjuangkan hak. Aksi berupa tulisan pun juga bisa
disampaikan kepada petinggi negara. Mengkaji melalui media sosial mengenai masalah RUU Kefarmasian
ini pun bisa dilakukan. Satukan suara untuk tindak lanjut RUU Kefarmasian yang lebih nyata.

Melihat dari fakta dan opini diatas, lantas apakah RUU Kefarmasian perlu cepat direalisasikan? Apakah
dengan adanya pengesahan RUU Kefarmasian akan menjadi solusi dari masalah yang ada? Semuanya
akan dikaji secara tajam dalam MATA KASTRAT #1 “Urgensi RUU Kefarmasian”

Anda mungkin juga menyukai