Sebagai salah satu mahasiswa baru dari Fakultas Farmasi di Universitas
Muhammadiyah Surakarta tahun 2021 ini, sudah semestinya saya mulai mengetahui isu-isu apa yang berkembang di Indonesia mengenai kefarmasian sendiri. Bisa tentang propaganda isu kefarmasian, perkembangan, tantangan, dan strategi. Di sini saya sebagai mahasiswa tentunya sangat ingin berperan aktif dalam menghadapi isu-isu ini.
Beberapa waktu lalu, adanya gerakan mahasiswa Farmasi dalam menyuarakan
suaranya terkait RUU Farmasi yang tidak masuk pembahasan Prioritas Prolegnas 2022. Banyak yang menyayangkan keputusan DPR itu, karena tidak hanya berdampak pada pekerja farmasi, tapi juga pasien. Keselamatan dan peningkatan kualitas hidup pasien serta masyarakat yang menjadi dasar perlunya RUU Kefarmasian sebagai payung hukum yang kuat. Tanpa RUU Kefarmasian maka sulit untuk membuat keteraturan dalam pelaksanaan pelayanan farmasi. Sebelumnya, Rancangan Undang-Undang Kefarmasian menjadi hal yang penting sebagai payung hukum, kejelasan hukum, serta pondasi bagi profesi kefarmasian dalam melaksanakan praktek sesuai dengan standar profesionalitas sehingga baik profesi maupun pasien merasa aman dalam pelayanan kesehatan. Tentu saja, peran mahasiswa Farmasi dalam menyuarakan aspirasinya disini penting sekali untuk memantau jalannya RUU Kefarmasian
B. Isi
Menanggapi isu mengenai RUU Kefarmasian yang mangkrak, di media sosial
telah ramai diperbincangkan masalah ini yang disampaikan dengan tagar #Farmasikecewa dan #pray4farmasi, hal tersebut tentu saja merupakan hal yang wajar jika dilihat dari pentingnya aspek-aspek Rancangan Undang-Undang kefarmasian. Sebagai mahasiswa farmasi tentu perlu adanya peran dan pergerakan untuk mengatasi masalah ini, karena hal ini menyangkup masa depan untuk mahasiswa farmasi utamanya ketika akan melangkah ke dunia kerja. Memperjuangkan nasib lulusan farmasi yang mana nantinya belum memiliki payung hukum saat menjadi apoteker.
Peran mahasiswa untuk mendiskusikan masalah ini untuk mendapatkan solusi
yang terbaik salah satunya adalah dengan turun ke jalan dan menyampaikan aspirasi kepada pejabat tinggi negara dengan cara mengirimkan surat terbuka secara langsung demi memperjuangkan dan menuntut hak - hak untuk civitas farmasi dan sebisa mungkin mendesak pemerintah untuk mengesahkan rancangan undang - undang kefarmasian. Selain itu, kita juga bisa bekerja sama dan menyatukan suara dari berbagai kalangan pendidikan farmasi seperti sekolah menengah farmasi juga dapat turut menyatukan suaranya bersama mahasiswa, selain itu, dapat pula dilakukan aksi berupa tulisan-tulisan atau poster-poster di media sosial sebagai bentuk kekuatan untuk mendesak pengesahan rancangan undang - undang kefarmasian ini agar masyarakat tahu bahwa farmasi saat ini sedang tidak baik-baik saja.
C. Penutup
Rancangan Undang-Undang Kefarmasian menjadi hal yang penting sebagai
payung hukum, kejelasan hukum, serta pondasi bagi profesi kefarmasian dalam melaksanakan praktek sesuai dengan standar profesionalitas sehingga baik profesi maupun pasien merasa aman dalam pelayanan kesehatan. Petinggi negara diharapkan untuk mengerti bagaimana profesi apoteker nantinya jika tanpa payung hukum yang jelas.
Lalu, kita sebagai mahasiswa Farmasi yang merupakan calon-calon apoteker,
mempunyai peran penting dalam mengawal maju RUU Kefarmasian agar segera disahkan menjadi Undang-Undang. Sikap-sikap yang bisa kita ambil dan lakukan dalam mengawal RUU kefarmasian hingga disahkan nantinya seperti memahami lebih dalam mengenai RUU Kefarmasian agar tidak salah persepsi dan agar tidak terbawa hoax yang beredar. Kita juga dapat memantau perjalanan RUU Kefarmasian dengan mengikuti kajian-kajian untuk mengikuti perkembangannya serta melakukan kolaborasi dan diskusi baik secara internal di universitas sendiri maupun eksternal seperti dalam ISMAFARSI untuk membahas mengenai RUU Kefarmasian ini.
Pendekatan sederhana untuk komunikasi profesional: Panduan praktis untuk komunikasi profesional dan strategi komunikasi bisnis tertulis dan interpersonal terbaik