Anda di halaman 1dari 2

Kawal Sampai Tuntas

Oleh : Muhammad Maslakul Abid

A. Pendahuluan

Sebagai salah satu mahasiswa baru dari Fakultas Farmasi di Universitas


Muhammadiyah Surakarta tahun 2021 ini, sudah semestinya saya mulai
mengetahui isu-isu apa yang berkembang di Indonesia mengenai kefarmasian
sendiri. Bisa tentang propaganda isu kefarmasian, perkembangan, tantangan, dan
strategi. Di sini saya sebagai mahasiswa tentunya sangat ingin berperan aktif
dalam menghadapi isu-isu ini.

Beberapa waktu lalu, adanya gerakan mahasiswa Farmasi dalam menyuarakan


suaranya terkait RUU Farmasi yang tidak masuk pembahasan Prioritas Prolegnas
2022. Banyak yang menyayangkan keputusan DPR itu, karena tidak hanya
berdampak pada pekerja farmasi, tapi juga pasien. Keselamatan dan peningkatan
kualitas hidup pasien serta masyarakat yang menjadi dasar perlunya RUU
Kefarmasian sebagai payung hukum yang kuat. Tanpa RUU Kefarmasian maka
sulit untuk membuat keteraturan dalam pelaksanaan pelayanan farmasi.
Sebelumnya, Rancangan Undang-Undang Kefarmasian menjadi hal yang penting
sebagai payung hukum, kejelasan hukum, serta pondasi bagi profesi kefarmasian
dalam melaksanakan praktek sesuai dengan standar profesionalitas sehingga baik
profesi maupun pasien merasa aman dalam pelayanan kesehatan. Tentu saja,
peran mahasiswa Farmasi dalam menyuarakan aspirasinya disini penting sekali
untuk memantau jalannya RUU Kefarmasian

B. Isi

Menanggapi isu mengenai RUU Kefarmasian yang mangkrak, di media sosial


telah ramai diperbincangkan masalah ini yang disampaikan dengan tagar
#Farmasikecewa dan #pray4farmasi, hal tersebut tentu saja merupakan hal yang
wajar jika dilihat dari pentingnya aspek-aspek Rancangan Undang-Undang
kefarmasian. Sebagai mahasiswa farmasi tentu perlu adanya peran dan pergerakan
untuk mengatasi masalah ini, karena hal ini menyangkup masa depan untuk
mahasiswa farmasi utamanya ketika akan melangkah ke dunia kerja.
Memperjuangkan nasib lulusan farmasi yang mana nantinya belum memiliki
payung hukum saat menjadi apoteker.

Peran mahasiswa untuk mendiskusikan masalah ini untuk mendapatkan solusi


yang terbaik salah satunya adalah dengan turun ke jalan dan menyampaikan
aspirasi kepada pejabat tinggi negara dengan cara mengirimkan surat terbuka
secara langsung demi memperjuangkan dan menuntut hak - hak untuk civitas
farmasi dan sebisa mungkin mendesak pemerintah untuk mengesahkan rancangan
undang - undang kefarmasian. Selain itu, kita juga bisa bekerja sama dan
menyatukan suara dari berbagai kalangan pendidikan farmasi seperti sekolah
menengah farmasi juga dapat turut menyatukan suaranya bersama mahasiswa,
selain itu, dapat pula dilakukan aksi berupa tulisan-tulisan atau poster-poster di
media sosial sebagai bentuk kekuatan untuk mendesak pengesahan rancangan
undang - undang kefarmasian ini agar masyarakat tahu bahwa farmasi saat ini
sedang tidak baik-baik saja.

C. Penutup

Rancangan Undang-Undang Kefarmasian menjadi hal yang penting sebagai


payung hukum, kejelasan hukum, serta pondasi bagi profesi kefarmasian dalam
melaksanakan praktek sesuai dengan standar profesionalitas sehingga baik profesi
maupun pasien merasa aman dalam pelayanan kesehatan. Petinggi negara
diharapkan untuk mengerti bagaimana profesi apoteker nantinya jika tanpa
payung hukum yang jelas.

Lalu, kita sebagai mahasiswa Farmasi yang merupakan calon-calon apoteker,


mempunyai peran penting dalam mengawal maju RUU Kefarmasian agar segera
disahkan menjadi Undang-Undang. Sikap-sikap yang bisa kita ambil dan lakukan
dalam mengawal RUU kefarmasian hingga disahkan nantinya seperti memahami
lebih dalam mengenai RUU Kefarmasian agar tidak salah persepsi dan agar tidak
terbawa hoax yang beredar. Kita juga dapat memantau perjalanan RUU
Kefarmasian dengan mengikuti kajian-kajian untuk mengikuti perkembangannya
serta melakukan kolaborasi dan diskusi baik secara internal di universitas sendiri
maupun eksternal seperti dalam ISMAFARSI untuk membahas mengenai RUU
Kefarmasian ini.

Anda mungkin juga menyukai