“INFORMED CONSENT”
Oleh :
Tri Wahyuni
Nim 2022206206017
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karuniaNya
penulis akhirnya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu. Dan dengan
mengucap puji syukur atas curahan kasih karunia-Nya kepada penulis, terutama
ilmu dan akal sehat sehingga dengan ijin-Nya penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah yang berjudul “INFORMED CONSENT”
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini penuh
keterbatasan dan masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, saran yang
konstruktif merupakan bagian yang tak terpisahkan dan senantiasa kami harapkan
demi penyempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Allahumma Amin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................1
1.3 TUJUAN .......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN INFORMED CONSENT.......................................................
2.2 DASAR HUKUM INFORMED CONSENT..................................................
2.3 BENTUK INFORMED CONSENT................................................................
2.4 TUJUAN DEN MANFAAT INFORMED CONSENT..................................
2.5 ELEMENT INFORMED CONSENT.............................................................
2.6 ETIK DALAM INFORMED CONSENT.......................................................
2.7 CONTOH INFORMED CONSENT DALAM TINDAKAN PERSALINAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui dan mengerti informed consent
2. Mengetahui tujuan dari informed consent?
3. Mengetahui langkah-langkah pencegahan masalah etik?
4. Mengetahui bentuk informed consent?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
operatif, dokter selalu meminta persetujuan tertulis dari pihak pasien atau
keluarganya sebelum tindakan operasi itu dilakukan.
Baru sekitar tahun 1988 di Indonesia ada peraturan dan pedoman bagi para
dokter untuk melaksanakan konsep informed consent dalam praktek sehari-hari
yakni berupa fatwa PB. IDI No. 319/PB/A.4/88 tentang informed consent, yang
kemudian diadopsi isinya hampir sebagian besar oleh Permenkes No. 585 Tahun
1989 tentang persetujuan tindakan medik.
4
4. Persetujuan sebagaimana dimaksud padaf ayat (2) dapat diberikan baik
secara tertulis maupun lisan.
5. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko
tinggi harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani
oleh yang berhak memberikan persetujuan.
6. Ketentuan mengenai tata cara persetujuan tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (30),
ayat (4) dan ayat (5) diatur dengan Peraturan Menter.
Dari Ketentuan Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran tersebut terutama pada pasal 45 ayat (6) menyebutkan bahwa
pengaturan mengenai tata cara persetujuan tindakan kedokteran (informend
consent) diatur oleh peraturan menteri yaitu Permenkes No.585 Tahun 1989.
5
Secara umum bentuk persetujuan yang diberikan pengguna jasa tindakan
medis (pasien) kepada pihak pelaksana jasa tindakan medis (petugas kesehatan)
untuk melakukan tindakan medis dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu :
a. Persetujuan Tertulis, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang
mengandung resiko besar, sebagaimana ditegaskan dalam PerMenKes
No. 585/Men.Kes/Per/IX/1989 Pasal 3 ayat (1) dan SK PB-IDI No.
319/PB/A.4/88 butir 3, yaitu intinya setiap tindakan medis yang
mengandung resiko cukup besar, mengharuskan adanya persetujuan
tertulis, setelah sebelumnya pihak pasien memperoleh informasi yang
adekuat tentang perlunya tindakan medis serta resiko yang berkaitan
dengannya (telah terjadi informed consent);
b. Persetujuan Lisan, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang
bersifat non-invasif dan tidak mengandung resiko tinggi, yang diberikan
oleh pihak pasien;
c. Persetujuan dengan isyarat, dilakukan pasien melalui isyarat, misalnya
pasien yang akan disuntik atau diperiksa tekanan darahnya, langsung
menyodorkan lengannya sebagai tanda menyetujui tindakan yang akan
dilakukan terhadap dirinya.
6
memperlancar tindakan yang akan dilakukan. Keadaan ini dapat
meningkatkan efisiensi waktu dalam upaya tindakan kedaruratan.
2. Mengurangi efek samping dan komplikasi yang mungkin terjadi. Tindakan
bidan yang tepat dan segera, akan menurunkan resiko terjadinya efek
samping dan komplikasi.
3. Mempercepat proses pemulihan dan penyembuhan penyakit, karena si ibu
memiliki pemahaman yang cukup terhadap tindakan yang dilakukan.
4. Meningkatkan mutu pelayanan. Peningkatan mutu ditunjang oleh tindakan
yang lancar, efek samping dankomplikasi yang minim, dan proses
pemulihan yang cepat.
5. Melindungi bidan dari kemungkinan tuntutan hukum. Jika tindakan medis
menimbulkan masalah, bidan memiliki bukti tertulis tentang persetujuan
pasien.
7
B. Information elements
Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, disclosure(pengungkapan)
dan understanding (pemahaman). Pengertian ”berdasarkan pemahaman yang
adekuat membawa konsekuensi kepada tenaga medis untuk memberikan
informasi (disclosure) sedemikian rupa sehingga pasien dapat mencapai
pemahaman yang adekuat. Dalam hal ini, seberapa ”baik” informasi harus
diberikan kepada pasien, dapat dilihat dari 3 standar, yaitu :
a. Standar Praktik Profesi
Bahwa kewajiban memberikan informasi dan kriteria ke-adekuat-an informasi
ditentukan bagaimana biasanya dilakukan dalam komunitas tenaga medis. Dalam
standar ini ada kemungkinan bahwa kebiasaan tersebut di atas tidak sesuai dengan
nilai-nilai sosial setempat, misalnya resiko yang ”tidak bermakna” (menurut
medis) tidak diinformasikan, padahal mungkin bermakna dari sisi sosial pasien.
b. Standar Subyektif
Bahwa keputusan harus didasarkan atas nilai-nilai yang dianut oleh pasien
secara pribadi, sehingga informasi yang diberikan harus memadai untuk pasien
tersebut dalam membuat keputusan. Kesulitannya adalah mustahil (dalam hal
waktu/kesempatan) bagi profesional medis memahami nilai-nilai yang secara
individual dianut oleh pasien.
c. Standar pada reasonable person
Standar ini merupakan hasil kompromi dari kedua standar sebelumnya, yaitu
dianggap cukup apabila informasi yang diberikan telah memenuhi kebutuhan
umumnya orang awam.
8
Informed concent merupakan butir yang paling penting, kalau informed
concent gagal, maka butir selanjutnya perlu dipergunakan secara berurutan sesuasi
dengan kebutuhan. Informed concent adalah persetujuan yang diberikan oleh
pasien/walinya yang berhak terhadap bidan untuk melakukan suatu tindakan
kebidanan terhadap pasien sesudah memperoleh informasi lengkap dan yang
dipahaminya mengenai tindakan itu.
Ada dua dimensi dalam proses informed concent :
a) Dimensi yang menyangkut hokum
Dalam hal ini informed concent merupakan perlindungan bagi pasien
terhadap bidan yang berperilaku memaksakan kehendak, dimana proses
informed concent sudah memuat :
1. Keterbukaan informasi dari bidan kepada pasien
2. Informasi tersebut harus dimengerti pasien
3. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk memberikan kesempatan
yang baik
b) Dimensi yang meyangkut etik.
9
kekuatan hukum karena mempunyai bukti tertulis, jika terjadi permasalahan, maka
secara hukum bidan mempunyai kekuatan hukum karena mempunyai bukti
tertulis yang menunjukkan bahwa prosedur pemberian informasi telah dilalui dan
keputusan ada di tangan klien untuk menyetujui atau menolak. Hal ini sesuai
dengan hak pasien untuk menentukan diri sendiri, yaitu pasien berhak menerima
atau menolak tindakan atas dirinya setelah diberi penjelasan sejelas-jelasnya.
Pelaksanaan informed consent cukup sulit terbukti masih ditemukan beberapa
masalah yang dihadapi oleh pihak bidan atau rumah sakit atau rumah bersalin,
yaitu:
a. Pengertian kemampuan secara hukum dari orang yang akan
menjalani tindakan, serta siapa yang berhak menandatangani surat
persetujuan dimana harus ditentukan peraturan mengenai batas
usia, kesadaran, kondisi mentalnya dan sebagainya. Sampai sejauh
mana orang yang sedang merasa kesakitan, seperti misalnya ibu
inpartu mampu menetapkan pilihan atau berkonsentrasi terhadap
penjelasan yang diberikan. Apakah orang dalam keadaan sakit
mampu secara hukum menyatakan persetujuan.
b. Masalah wali yang sah. Timbul apabila pasien atau ibu tidak
mampu secara hukum untuk menyatakan persetujuannya.
c. Masalah informasi yang diberikan yaitu seberap jauh informasi
dianggap telah dijelaskan dengan cukup jelas, tetapi juga tidak
terlalu terinci sehingga dianggap menakut-nakuti.
d. Dalam memberikan persetujuan, apakah diperlukan sanksi, apabila
diperlukan apakah sanksi tersebut perlu menandatangani formulir
yang ada. Bagaimana menentukan sanksi.
e. Dalam keadaan darurat, misalnya kasus perdarahan pada ibu
hamil, dan keluarganya belum dapat dihubungi, dalam keadaan
seperti ini siapakah yang berhak memberikan persetujuan,
sementara pasien perlu segera ditolong. Bagaimana perlindungan
hukum kepada si bidan yang melakukan tindakan atas dasar
10
keadaan darurat dan dalam upaya penyelamatan jiwa ibu dan
janinnya.
Akhirnya bahwa manfaat informed consent adalah untuk mengurangi
keadaan malpraktek dan agar bidan lebih berhati-hati dan alur pemberian
informasi benar-benar dilakukan dalam memberikan pelayanan kebidanan.
Nomor:........
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Tempat/Tinggal Lahir :
Alamat :
Kartu Identitas :
Pekerjaan :
Selaku individu yang meminta bantuan pada fasilitas kesehatan ini,
bersama ini menyatakan kesediaannya untuk dilakukan tindakan dan prosedur
pertolongan persalinan pada diri saya berikan setelah mendapat penjelasan dari
bidan yang berwenang di fasilitas kesehatan tersebut diatas, sebagaimana berikut
ini:
a. Diagnosis kebidanan
………………………………………………….
11
b. Untuk melakukan pertolongan persalinan, perlu dilakukan
tindakan……………………………………………………………
…..
c. Setiap tindakan kebidanan yang dipilih bertujuan untuk
kesejahteraan dan keselamatan ibu dan janin. Namun demikian,
sebagaimana telah dijelaskan terdahulu, setiap tindakan
mempunyai resiko, baik yang telah diduga maupun yang tidak
diduga sebelumnya.
d. Penolong telah pula menjelaskan bahwa ia akan berusaha sebaik
mungkin untuk melakukan tindakan pertolongan persalinan dan
menghindarkan kemungkinan risiko, agar diperoleh hasil asuhan
kebidanan yang optimal.
e. Semua penjelasan tersebut diatas, sudah saya maklumi dan
dijelaskan dengan kalimat yang jelas dan saya mengerti sehingga
saya memaklumi arti tindakan atau asuhan kebidanan yang saya
alami. Dengan demikian terjadi kesalah pahaman diantara pasien
dan bidan tentang upaya serta tujuan, untuk mencegah timbulnya
masalah hukum dikemudian hari.
Demikian agar saya maklum, surat persetujuan ini saya buat tanpa paksaan
dari pihak manapun dan agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
12
Bidan Yang Memberi Persetujuan Pasien
(............................) (...............................)
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Informed Consent adalah persetujuan tindakan kebidanan atau kedokteran
yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan
penjelasan secara lengkap mengenai tindakan yang akan dilakukan terhadap
pasien tersebut.
Informed Choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan
tentang alternatif asuhan yang akan dialaminya, pilihan (choice).Persetujuan
(consent) penting dari sudut pandang bidan, karena berkaitan dengan aspek
hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang dilakukan oleh
bidan.Pilihan (choice) lebih penting dari sudut pandang wanita (pasien) sebagai
konsumen penerima jasa asuhan kebidanan.
3.2 Saran
Sebelum melakukan tindakan medis, bidan dan klien harus membuat dan/atau
menyetujui informed consent dan informed choice agar dapat menanggulangi
masalah secara proporsional dan mencegah apa yang dinamakan malpraktek di
bidang kebidanan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Alvionita, V., Harahap, J., & Aini, N. (2022). Analisis Pelaksanaan Informed
consent Pada Pasien Bedah Elektif Rawat Inap Di Rsud Dr. Pirngadi
Medan. JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND
MEDICINE, 7(2).
Astuti, L. P., Prasida, D. W., & Wardhani, P. K. (2017). Peran Dan Fungsi Bidan
Dalam Pelaksanaan Informed Consent Pada Kegawat Daruratan Obstetri
Di Puskesmas. Jurnal Kebidanan, 101-120.
Dyaswaranti, A., Sri Wahtini, S. K. M., & Kes, M. H. (2018). HUBUNGAN
PENERAPAN INFORMED CONSENT TERHADAP TINGKAT
KEPUASAN PASIEN DALAM PELAYANAN AKSEPTOR KB DI
PUSKESMAS KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA (Doctoral
dissertation, Universitas' Aisyiyah Yogyakarta).
Permatasari, G., Antari, G. Y., & Yuliastuti, L. P. S. (2023). ANALISIS
PELAKSANAAN INFORMED CONSENT PADA PASIEN
BERSALIN DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN ELY FARIDAH. Jurnal
Kesehatan, 11(1), 71-79.
Zuhana, N., Budiarto, E., Prafitri, L. D., & Kristiyanti, R. (2023, May).
Identification of Informed Consent Implementation in Midwifery
Services: A Description Study. In 1st UMSurabaya Multidisciplinary
International Conference 2021 (MICon 2021) (pp. 933-938). Atlantis
Press.Permatasari, G., Antari, G. Y., & Yuliastuti, L. P. S. (2023).
ANALISIS PELAKSANAAN INFORMED CONSENT PADA PASIEN
BERSALIN DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN ELY FARIDAH. Jurnal
Kesehatan, 11(1), 71-79.
15