Kelompok 4
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan Rahmat, Taufik serta Hidayah-nya dan tentunya Nikmat kesehatan
sehingga kami dapat menyusun tugas Undang undang dan etika kefarmasian ini
dengan baik dan tepat waktu.
Tugas ini kami buat untuk memberikan penjelasan tentang “Dasar Hukm
Informed Consent”. Semoga makalah yang kami buat dapat membantu
menambah wawasan kita menjadi lebih luas lagi.
Kami sadar bahwa makalah yang kami disusun ini masih punya banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapakan kritik dan saran dari bapak/ibu
dosen. Dan ucapan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Harapan kami, mudah-mudahan makalah ini dapat
memenuhi harapan kita semua, atas perhatian dan waktu nya kami ucapkan
banyak terimakasih.
i
Daftar Isi
Bab 1
PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu Informed Consent
b. Untuk mengetahui apa tujuan dan fungsi Informed Consent
c. Untuk mengetahui dasar hukum Informed Consent
d. Untuk mengetahui jenis-jenis Informed Conset
e. Untuk mengetahui apa saja bentuk-bentuk Informed Consent
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
3
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa informed
consent dalam perjanjian terapeutik adalah pemenuhan atas asas
konsensualisme yang menjiwai hukum perjanjian dimana berdasarkan
pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata disebutkan bahwa suatu
perjanjian akan terjadi. ketika kedua belah pihak mencapai kesepakatan.
Bagi dokter informed consent memberikan rasa aman dalam menjalankan
tindakan medis terhadap pasien, sekaligus dapat dijadikan sebagai alat
pembelaan diri terhadap kemungkinan adanya tuntutan atau gugatan dari
pasien atau keluarganya bila suatu saat timbul akibat yang tidak
dikehendaki. Persetujuan dari pasien dalam hal ini mempunyai arti yang
sangat luas sebab dengan sekali pasien membubuhkan tanda tangannya di
formulir persetujuan medis, maka dianggap pasien telah informed dan
pasien telah menyerahkan nasibnya kepada dokter, dan dokter boleh
melaksanakan apa yang menurut dokter baik. Namun, di sisi pasien,
informed consent merupakan perwujudan dari hak pasien dimana pasien
berhak mendapatkan informasi penyakit yang dideritanya.
4
penyelidikan bio-medik . adapaun menurut J. Guwandi Fungsi dari
informed consent adalah
a. Promosi dari hak otonomi perorangan;
b. Proteksi dari pasien dan subyek;
c. Mencegah terjadinya penipuan dan paksaan;
d. Menimbulkan rangsangan kepada profesi medis untuk mengadakan
introspeksi terhadap diri sendiri;
e. Promosi dari keputusan-keputusan rasional;
f. Keterlibatan masyarakat (dalam memajukan prinsip otonomi sebagai
suatu nilai sosial dan mengadakan pengawasan dalam penyelidikan
biomedik).
5
2.3 Dasar Hukum Informed Consent
6
5) memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi;
6) mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang
didapatkan: memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit,
7) meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada
dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di
dalam maupun di luar Rumah Sakit;
8) mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya;
9) mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan,
risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan;
10) memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang
dideritanya;
11) didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
12) menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang
dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya;
13) memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit;
14) mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit
terhadap dirinya;
15) menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan
agama dan kepercayaan yang dianutnya;
16) menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah
Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan
standar baik secara perdata ataupun pidana; dan
7
17) mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
8
b. Pasal 2
1) Semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien
harus mendapat persetujuan.
2) Persetujuan yang sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dapat
diberikan secara tertulis maupun lisan.
3) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberika setelah
pasien mendapat penjelasan yang diperlukan tentang perlunya
tindakan kedokteran yang dilakukan.
c. Pasal 3
1) Setiap tindakan kedoketran yang mengandung risiko tinggi harus
memproleh persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang
berhak memberikan persetujaun.
2) Tindakan kedokteran yang tidak termasuk dalam ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) satu dapat diberikan
persetujuan lisan.
3) Persetujuan tertulis sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
dibuat dalam bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir
khusus yang dibuat.
4) Persetujuan yang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
diberikan dalam ucapan setuju atau bentuk gerakan mengangguk
kepala yang dapat diartikan sebagai ungkapan setuju.
5) Dalam hal persetujuan lisan yang diberikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dianggap meragukan, maka dapat
dimintakan persetujuan tertulis.
9
kepadanya setelah menerima dan memahami informasi mengenai
tindakan tersebut secara lengkap.
3) Pasal 65 ayat (2) Pengambilan organ atau jaringan tubuh dari
seorang donor harus memperhatikan kesehatan pendonor yang
bersangkutan dan mendapat persetujuan pendonor danatau ahli
waris atau keluarganya.
10
h) Bab (VIII) Ketentuan Penutup pasal (15 dan 16)
11
penelitian. Ada dua macam bentuk persetujuan tindakan medis atau
informed consent yaitu sebagai berikut:
a. Implied consent
Implied consent yaitu persetujuan tersirat atau dianggap telah
diberikan, umumnya pasien dalam keadaan nomal atau darurat.
Dalam keadaan normal bentuk persetujuan diberikan pada tindakan
yang sudah biasa dilakukan atau sudah diketahui umum seperti
penyuntikan dan pengambilan darah untuk pemeriksaan
laboratorium. Bila pasien dalam keadaan gawat darurat atau
emergency memerlukan tindakan segera, sementara pasien dalam
keadaan tidak bisa memberikan persetujuan dan keluarganyapun
tidak ditempat, maka dokter dapat melakukan tindakan medik
terbaik menunut dokter.
b. Expressed consent
Expressed consent yaitu persetujuan dinyatakan, baik secara lisan
maupun tertulis. Persetujuan secara lisan diperlukan pada tindakan
medik yang tidak mengandung risiko tinggi seperti pencabutan
kuku. Segi praktis dan kelancaran pelayanan medik yang dilakukan
oleh dokter merupakan alasan persetujuan ini. Persetujuan secara
tertulis mutlak diperlukan pada tindakan medik yang mengandung
risiko tinggi seperti tindakan pembedahan. Tanda setuju secara
tertulis dengan penandatangan formulir hanya untuk memudahkan
pembuktian jika pasien kelak menyangkal telah memberikan
persetujuannya. Dengan sudah ditandatanganinya formulir
tersebut, maka jika pasien menyangkal, pasien yang harus
membuktikan bahwa ia tidak diberi informasi. Namun demikian
bila tindakan yang akan dilakukan mengandung resiko seperti
tindakan pembedahan atau prosedur pemeriksaan dan pengobatan
yang beresiko sebaiknya informed consent dibuat secara tertulis
(Achadiat, 2006).
12
Terdapat beberapa undang-undang dan peraturan yang membahas
tentang bentuk pemberian informed consent di berbagai negara, di
antaranya:
13
b. Di Amerika Serikat, ada undang-undang yang mengatur tentang
informed consent yaitu The Common Rule atau Federal Policy for
the Protection of Human Subjects. Undang-undang ini
mensyaratkan bahwa pemberian informed consent harus secara
tertulis dan harus mencakup informasi tentang tujuan penelitian,
risiko dan manfaat yang mungkin terjadi, serta alternatif yang
tersedia.
c. Di Eropa, terdapat General Data Protection Regulation (GDPR)
yang juga mengatur tentang informed consent. GDPR mensyaratkan
bahwa pemberian informed consent harus dilakukan secara
sukarela, spesifik, dan informasi yang jelas dan mudah dipahami.
d. Di Australia, National Statement on Ethical Conduct in Human
Research memberikan panduan tentang pemberian informed
consent. Panduan ini mensyaratkan bahwa pemberian informed
consent harus dilakukan secara tertulis dan mencakup informasi
yang memadai tentang risiko, manfaat, dan alternatif yang tersedia.
14
pemeriksaan dan tindakan yang biasa. Sebaiknya pasien diberikan
pengertian terlebih dahulu tindakan apa yang akan dilakukan.
Misalnya, pemeriksaan dalam lewat anus atau dubur atau
pemeriksaan dalam vagina, dan lain-lain yang melebihi prosedur
pemeriksaan dan tindakan umum. Di sini belum diperlukan
pernyataan tertulis, cukup dengan persetujuan secara lisan saja.
Namun bila tindakan yang akan dilakukan mengandung resiko
tinggi seperti tindakan pembedahan atau prosedur pemeriksaan dan
pengobatan invasif, harus dilakukan secara tertulis.
b. Implied consent adalah persetujuan yang diberikan pasien secara
tersirat, tanpa pernyataan tegas. Isyarat persetujuan ini ditangkap
dokter dari sikap pasien pada waktu dokter melakukan tindakan,
misalnya pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium,
pemberian suntikan pada pasien, penjahitan luka dan sebagainya.
Implied consent berlaku pada tindakan yang biasa dilakukan atau
sudah diketahui umum.
c. Persetujuan tersirat Persetujuan tersirat adalah ketika tindakan
individu menyarankan mereka bersedia untuk berpartisipasi dalam
prosedur atau penelitian medis. Misalnya, seorang pasien mungkin
menyingsingkan lengan bajunya untuk mendapatkan vaksin, yang
menunjukkan kesediaannya untuk menerima suntikan.
d. Persetujuan: Persetujuan adalah suatu bentuk persetujuan yang
diberikan oleh anak di bawah umur yang terlalu muda untuk
memberikan persetujuan secara hukum. Ini melibatkan penjelasan
prosedur medis atau belajar kepada anak dengan cara yang dapat
mereka pahami dan mendapatkan persetujuan mereka untuk
berpartisipasi.
e. Pengesampingan persetujuan: Pengesampingan persetujuan
diberikan oleh dewan peninjau institusional (IRB) dalam situasi di
mana memperoleh persetujuan tidak layak, seperti dalam situasi
darurat atau ketika studi melibatkan risiko minimal.
15
Penting untuk diperhatikan bahwa bentuk spesifik dari informed
consent yang digunakan akan bergantung pada prosedur atau penelitian
medis dan peraturan di negara atau negara bagian tempat pelaksanaannya.
Pendapat Mertokusumo, menyebutkan bahwa informed consent dari
pasien dapat dilakukan dengan cara antara lain:
a. Dengan bahasa yang sempurna dan tertulis,
b. Dengan bahasa sempurnasecara lisan,
c. Dengan bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterima oleh pihak
lawan,
d. Dengan bahasa isyarat asal dapat diterima oleh pihak lawan,
e. Dengan diam atau membisu tetapi asal dipahami atau diterima oleh
pihak lawan.
16
pasien. Dalam memberi informasi kepada keluarga terdekat dengan
pasien, kehadiran seorang perawat/ paramedik lain sebagal saksi
adalah penting.
f. Isi informasi mencakup keuntungan dan kerugian tindakan medis
yang direncanakan, baik diagnostik, terapeutik maupun paliatif.
Informasi biasanya diberikan secara lisan, tetapi dapat pula secara
tertulis (berkaitan dengan informed consent).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Informed consent atau persetujuan tindakan medis adalah persetujuan
yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai
tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Informed
consent terdiri dari dua jenis yaitu impiled consent dan expressed consent.
Informed consent dibuat sebagai bukti bahwa pasien telah menyetujui upaya
tindakan medis yang akan dilakukan oleh dokter dan menerima segala risiko
yang mungkin timbul. Informed consent diatur dalam undang-undang
Nomor 29 Tahun 2004, undang-undang RI Nomor 36 tahun 2009, dan
undang-undang RI Nomor 44 tahun 2009.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu agar masyarakat bisa
mendapatkan pengetahuan ataupun sosialisasi mengenai prosedur informed
consent yang ada di Indonesia agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
Selain itu, dalam melakukan upaya pengobatan diri, sebaiknya pasien
mendapatkan penjelasan detail dan rinci mengenai penyakit, tindakan yang
17
akan dilakukan dokter, dan prosedur apa yang harus disepakati. Hal ini
dilakukan agar pasien yang melakukan pengobatan juga dapat membantu
tenaga medis untuk bersama - sama mengupayakan kesehatan dan keselamatan
pasien.
18
DAFTAR PUSTAKA
Dali, et al.(2019). Aspek Hukum Informed Consent Dan Perjanjian Terapeutik. Jurnal
Ilmiah Media Publikasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Vol 8(2). Hal 98
Hanun, HD. (2020). Informed Consent. Semarang, Jawa Tengah : Universitas
Muhammadiyah Semarang
Kinanti, et al. (2015). Urgensi Penerapan Mekanisme Informed Consent Untuk Mencegah
Tuntutan Malpraktik Dalam Perjanjian Terapeutik. Jurnal Hukum Pribadi. Vol 3(2).
Hal 111
Pakendek., A. 2010. Informed Consent Dalam Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher. Vol. 5. No 2. Hal. 314-315
Pebriani.R.A, Et al. (2022). Fungsi Penerapan Informed Consent Sebagai Persetujuan
Pada Perjanjian Terapeutik
Purnama, S.G. (2016). Modul etika dan hukum kesehatan: informed consent. Universitas
udayans.
Republik Indonesia. 2004. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29
TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN. Lembaran negara RI tahun
2004, No.29. Sekretariat Negara. Jakarta
19