Kelompok 6
FAKULTAS KEDOKTERAN
Puji dan syukur atas kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala karena atas
berkah dan rahmatnya juga kami dapat menyelesaikan Laporan Tugas Pengenalan
Profesi (TPP) Blok 2 ini mengenai Observasi Informed Consent, shalawat dan
salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam beserta para keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir
zaman.
Akhir kata kami akhiri, semoga laporan yang telah kami buat ini berguna
dan bermanfaat sebagai bahan pembelajaran nantinya untuk orang yang
membacanya, aamiin.
Wassalamualaikum wr.wb
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
4.1. Hasil ........................................................................................................ 16
4.2. Pembahasan............................................................................................. 19
BAB V ...................................................................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 22
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 22
5.2. Saran ....................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23
LAMPIRAN ......................................................................................................... 25
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
sebagai pernyataan persetujuan. Namun, jika dianggap meragukan, dapat
dimintakan persetujuan tertulis.
Persetujuan tindakan medis tidak diperlukan untuk situasi di mana
pasien dalam keadaan darurat, di mana dokter bertindak untuk
menyelamatkan pasien atau mencegah kecacatan. Persetujuan tindakan
medis juga dapat dibatalkan atau ditarik kembali oleh pengambil
keputusan sebelum tindakan medis dimulai dimana yang bertanggung
jawab atas segala akibat yang timbul dari pembatalan tindakan itulah
yang membatalkan tindakan medis tersebut.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Medis, Pasal 7
(ayat 3) : Penjelasan sebagaimana dimaksud pada (ayat 2) paling sedikit
meliputi: Diagnosis dan tata cara pengobatan, Tujuan tindakan medis
yang dilakukan, Tindakan alternatif lain, dan risiko, Kemungkinan risiko
dan komplikasi; dan Prognosis tindakan yang dilakukan, Perkiraan
pembiayaan (Wahyuni, dkk, 2020).
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan proses observasi video informed
consent yaitu:
1. Mengetahui bagaimana langkah-langkah melakukan informed
consent.
2. Mengetahui bagaimana komunikasi antara dokter dan pasien dalam
informed consent.
3. Mengetahui apa saja bentuk-bentuk informed consent.
4. Mengetahui apa isi dari informed consent.
2
1.4. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara menerapkan komunikasi informed
consent tindakan medis dengan baik dan benar kepada pasien maupun
pihak keluarga pasien.
2. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dan tujuan informed consent
antara dokter dan pasien.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
3. Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI).
5
pemberian suntikan pada pasien, penjahitan luka dan sebagainya.
Implied consent berlaku pada tindakan yang biasa dilakukan atau
sudah diketahui umum.
6
2.1.5. Langkah-langkah Melakukan Informed Consent
8
memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah
kesehatannya; mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter
gigi; mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan
kesehatan dan memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang
diterima. Transaksi terapeutik yang dilakukan oleh pasien dan dokter
11 mewajibkan kedua belah pihak untuk memenuhi hak dan
kewajibannya masing-masing.
9
diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu
meninggal dunia, melakukan pertolongan darurat atas dasar
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas
dan mampu melakukannya, serta menyelenggarakan kendali mutu
dan kendali biaya (Astutik, 2017).
Untuk pasien dalam keadaan yang tidak sadar atau pingsan dan
tidak didampingi oleh keluarga terdekat dan secara medis berada
dalam keadaan gawat atau darurat serta memerlukan tindakan medis
yang segera karena apabila terlambat penanganannya dapat
mengakibatkan sesuatu yang fatal dalam arti cacat atau kematian,
maka tidak dibutuhkan persetujuan siapapun juga.
• Untuk pasien dalam keadaan yang tidak sadar atau pingsan dan
tidak didampingi oleh keluarga terdekat dan secara medis berada
dalam keadaan gawat atau darurat serta memerlukan tindakan medis
yang segera, maka tidak dibutuhkan persetujuan siapapun juga.
10
Keadaan tidak mampu yang dialami pasien dalam hal
persetujuan tindakan medis, berdasarkan Undang-Undang, adalah:
• Terguncang (Shock)
• Pendarahan (hemorrhage)
• Kesakitan (pain).
2. Pembiusan (anesthesia)
11
persetujuannya dimintakan kepada keluarga terdekat. Apabila tidak
ada keluarga dan patologi itu akan membahayakan jiwa pasien bila
tidak diambil tindakan segera, operasi tambahan tersebut dilakukan
tanpa persetujuan pasien maupun keluarganya. Hal tersebut
dilakukan atas dasar penyelamatan jiwa pasien (Amir, 1997).
1. Fase Pertama
2. Fase Kedua
Pada saat ini pasien sudah duduk berhadapan dengan dokter dan
dokter telah mulai melakukan anamnese terhadap pasien dan
mencatatnya dalam rekam medis pasien. Pada saat ini dapat
dikatakan sudah terjadi hubungan dokter-pasien.
3. Fase Ketiga
12
yang beresiko tinggi adalah tindakan bedah atau tindakan invasif
lainnya. Sedangkan tindakan invasif dalam Surat Keputusan Dirjen
Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Nomor HK.00.06.3.5.1866
Tahun 1999 tentang Pedoman Persetujuan Tindakan Medis
menyebutkan bahwa tindakan invasif adalah tindakan medis
langsung yang dapat mempengaruhi keutuhan jaringan (Guwandi,
1983).
c) Wali atau curator bagi pasien yang dewasa yang berada dalam
pengampuan;
d) Orang tua atau wali atau curator bagi pasien dewasa yang
menderita gangguan mental;
1. Penolakan Pemeriksaan/Tindakan
2. Penundaan Persetujuan
14
tindakan, apabila memungkinkan, dokter harus menghentikan
tindakannya, mencari tahu masalah yang dihadapi pasien dan
menjelaskan akibatnya apabila tindakan tidak dilanjutkan. Dalam hal
tindakan sudah berlangsung sebagaimana di atas, maka penghentian
tindakan hanya bisa dilakukan apabila tidak akan mengakibatkan hal
yang membahayakan pasien (Tohari, 2014).
BAB III
METODE PENELITIAN
15
2. Mencatat Kembali hasil observasi.
3. Membuat laporan Tugas Pengenalan Profesi (TPP) blok2.
4. Membuat Kesimpulan.
16
BAB IV
4.1. Hasil
17
b. Mengkonfirmasi nama, umur dan ✓
alamat pasien serta tempat
perawatannya
3. Menjelaskan diagnosis yang diderita ✓
pasien
4 Menjelaskan kepada keluarga pasien ✓
jenis tindakan medis yang akan
dilakukan
a. Menjelaskan nama tindakan
b. Menjelaskan dengan bahasa yang
mudah dipahami
5. Menjelaskan keuntungan/manfaat dan ✓
kerugian/risiko dari tindakan medis
tersebut
a. Menjelaskan keuntungan/manfaat
b. Menjelaskan kerugian/risiko
tindakan medis
c. Tidak terkesan menakut-nakuti ibu
pasien
6. Menjelaskan prosedur tata laksana ✓
tindakan medis
7. Mengkonfirmasi tingkat pemahaman ✓
dari keluarga pasien/pasien
8. Memberi kesempatan kepada keluarga ✓
pasien/pasien untuk
mempertimbangkan keputusan
persetujuan
9. Dengan sopan meminta keluarga ✓
pasien/pasien untuk mengisi dan
menandatangani surat pernyataan
persetujuan tindakan medis
10. Memenuhi kaidah ✓
a. Empathy
b. Humbleness (rendah hati)
c. Truthtelling (jujur)
d. Social integrity
e. Virtue ethics/ahklak mulia
f. Win win solution
18
Adapun observasi informed consent antara dokter dan keluarga pasien
pada video 2. Observasi antara dokter dengan keluarga pasien. Pada saat
melakukan observasi ada seorang pasien Nn. Kharisma yang diantar oleh
suaminya, dimana Nn. Kharisma menderita fracture di lengan sebelah kanan.
Dokter juga menjelaskan dengan baik keuntungan dari tindakan medis yang
akan dilakukan dan akibat atau dampak jika tindakan medis itu dilakukan.
Sehingga suami pasien setuju dengan tindakan operasi yang akan dilakukan
dan bersedia mengisi dan menandatangani informed consent yang diberikan
oleh dokter.
Pada video ini termasuk informed consent dalam bentuk expressed
consent karena persetujuan tersebut dilakukan secara lisan dan tertulis. Dari
hasil observasi informed consent dokter dan keluarga pasien diperoleh hasil
pengamatan TPP disajikan dalam tabel.
19
dilakukan
a. Menjelaskan nama tindakan ✓
b. Menjelaskan dengan bahasa ✓
yang mudah dipahami
5. Menjelaskan keuntungan/manfaat
dan kerugian/risiko dari tindakan
medis tersebut
a. Menjelaskan
keuntungan/manfaat ✓
b. Menjelaskan kerugian/risiko ✓
tindakan medis
c. Tidak terkesan menakut-nakuti
ibu pasien
6. Menjelaskan prosedur tata laksana ✓
tindakan medis
7. Mengkonfirmasi tingkat pemahaman ✓
dari keluarga pasien
8. Memberi kesempatan kepada ✓
keluarga pasien untuk
mempertimbangkan keputusan
persetujuan
9. Dengan sopan meminta keluarga ✓
pasien untuk mengisi dan
menandatangani surat pernyataan
persetujuan tindakan medis
10. Memenuhi kaidah ✓
a. Empathy
b. Humbleness (rendah hati)
c. Truthtelling (jujur)
d. Social integrity
e. Virtue ethics/ahklak mulia
f. Win win solution
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil dari observasi dengan mengamati video satu
mengenai informed consent bahwa dokter telah menjalankan informed
consent dengan baik dan benar antara dokter dan pasien/keluarga pasien.
Dokter telah melakukan langkah-langkah atau urutan informed consent
dengan benar namun ada langkah-langkah yang tidak dilakukan oleh dokter
20
seperti menanyakan nama, umur, alamat, dan hubungan kekeluargaan
dengan pasien.
Berdasarkan hasil dari observasi dengan mengamati video dua
mengenai informed consent bahwa dokter telah menjalankan informed
consent dengan cukup baik dan benar antara dokter dan pasien/keluarga
pasien. Dokter telah melakukan langkah-langkah atau urutan informed
consent dengan benar namun ada beberapa langkah-langkah yang tidak
dilakukan oleh dokter seperti menjelaskan keuntungan atau manfaat dari
tindakan medis, menjelaskan prosedur tata laksana tindakan medis, dan
mengkonfirmasi tingkat pemahaman dari keluarga pasien.
Menurut Setyawan (2017) bahwa prosedur pelaksanaan pemberian
informasi informed consent:
Mengucapkan Salam :
- Memperkenalkan diri
- Menanyakan identitas pasien
- Menjelaskan diagnosis yang diderita pasien
- Menjelaskan tindakan medis yang akan dilakukan
- Menjelaskan prosedur tata laksana tindakan medis
- Mengkonfirmasi tingkat pemahaman dari keluarga pasien
- Memberi kesempatan bagi keluarga pasien untuk mempertimbangkan
keputusan
- Meminta keluarga pasien mengisi dan menandatangani surat pernyataan
persetujuan tindakan medis
- Memenuhi kaidah (Empathy, Humbleness (rendah hati), Truthtelling (jujur),
Social integrity, Virtue ethics/ahklak mulia, Win win solution)
Pada saat melakukan informed consent dokter melakukan informed
consent secara tertulis dimana pasien mengisi formulir dan menandatangani
surat informed consent dengan pasien yang akan melakukan tindakan medis.
Berdasarkan video yang kami amati bentuk informed consent pada video
tersebut adalah jenis video dan expressed consent.
21
22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Informed Consent adalah persetujuan oleh pasien yang di mana
persetujuan itu diberikan ketika telah mendapat informasi mengenai
tindakan penyembuhan yang telah disampaikan oleh dokter (Jayajendra
dan Indrawati, 2020).
Menurut Setyawan (2017) bahwa prosedur pelaksanaan pemberian
informasi informed consent:
Mengucapkan Salam :
- Memperkenalkan diri
- Menanyakan identitas pasien
- Menjelaskan diagnosis yang diderita pasien
- Menjelaskan tindakan medis yang akan dilakukan
- Menjelaskan prosedur tata laksana tindakan medis
- Mengkonfirmasi tingkat pemahaman dari keluarga pasien
- Memberi kesempatan bagi keluarga pasien untuk mempertimbangkan
keputusan
- Meminta keluarga pasien mengisi dan menandatangani surat pernyataan
persetujuan tindakan medis
- Memenuhi kaidah (Empathy, Humbleness (rendah hati), Truthtelling
(jujur), Social integrity, Virtue ethics/ahklak mulia, Win win solution)
2. Cara pelaksanaan informed consent antara dokter dan pasien dalam video
sudah baik dan benar karena adanya komunikasi efektif antara dokter dan
pasien. Dokter menjelaskan diagnosis kepada pasien dengan bahasa yang
mudah di pahami dan jelas. Kemudian dokter mengkonfirmasi lagi
pemahaman pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan dan meminta
persetujuan pada pasien tanpa adanya paksaan.
3. Ada dua bentuk Informed consent yaitu: (1) dengan pernyataan
(expression), dapat secara lisan (oral) dan secara tertulis (written); (2)
dianggap diberikan, tersirat (implied) yaitu dalam keadaan biasa atau
normal dan dalam keadaan gawat darurat.
23
Expressed consent adalah persetujuan yang dinyatakan secara lisan atau
tulisan, bila yang akan dilakukan lebih dari prosedur pemeriksaan dan
tindakan yang biasa. Implied consent adalah persetujuan yang diberikan
pasien secara tersirat, tanpa pernyataan tegas.
4. Isi dari informed consent adalah identitas pasien atau keluarga pasien,
kalimat izin persetujuan pasien untuk dokter melakukan tindakan medis,
tanda tangan pasien dan keluarga pasien, tanda tangan dokter yang
merawat, dan tanggal serta waktu pengisian informed consent.
5.2. Saran
1. TPP sebaiknya dilakukan secara langsung tidak melalui video agar
mahasiswa dapat melihat langsung dan dapat mengobservasi langsung
kegiatan yang sedang diamati seperti informed consent ini.
2. Pada saat mengerjakan laporan TPP ini terdapat kendala seperti
gangguan jaringan sinyal pada saat diskusi, sehingga komunikasi antara
mahasiswa dan dokter kurang efektif yang menyebabkan informasi yang
di dapat kurang jelas.
24
DAFTAR PUSTAKA
Busro, A., 2018. Aspek Hukum Persetujuan Tindakan Medis (Inform Consent)
Dalam Pelayanan Kesehatan. Law, Development and Justice Review,
1(1), 1-18.
Chaeria, Y., Busthami, D. and Djanggih, H., 2020. Implikasi Kedudukan Tenaga
Medis (Informed Consen) Terhadap Pertanggungjawaban Rumah
Sakit. Petitum, 8(1 April), 1-19.
J. Guwandi. 1983. Dokter dan Hukum. Jakarta: PT. Monell.
J. Guwandi. 2003. Informed Consent dan Informed Refusal. Jakarta: Penerbit
Fakultas Kedokteran UI
Jayarajendra, A.A.G., Indrawati, A.A.S., 2020. Informed Consent Dalam
Penanganan Pasien Penyandang Disabilitas Mental. Jurnal Kertha
Semata, 8(3), 397-412.
25
Pakendek, A.P.A., 2010. Informed consent dalam pelayanan kesehatan. Al-Ihkam:
Jurnal Hukum dan Pranata Sosial, 5(2), 309-318.
26
LAMPIRAN
27
28