SENGKETA MEDIK
Oleh:
Nadia Uluhiyah M 21904101061
Evilya Fitra Indriana 21904101062
Arini Dwi Ayu Lestari 21904101063
Moch.Saifudin 21904101076
Ilham Rial Ali 21904101077
Dosen Pembimbing
dr. Edy Suharto, Sp.F
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya, sholawat serta salam yang kami junjungkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah menuntun kita menuju jalan kebenaran sehingga dalam penyelesaian tugas
ini kami dapat memilah antara yang baik dan buruk. Kami mengucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing pada Laboratorium Ilmu Forensik, yaitu dr. Edy Suharto, Sp.F yang
memberikan bimbingan dalam menempuh pendidikan ini. Tak lupa pula kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak sehingga dalam penyusunan laporan kasus ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari dalam laporan ini belum sempurna secara keseluruhan oleh karena itu
kami dengan tangan terbuka menerima masukan-masukan yang membangun sehingga dapat
Demikian pengantar kami, semoga makalahini dapat bermanfaat bagi semua. Amin.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Cover................................................................................................ 1
Kata pengantar.................................................................................. 2
Daftar isi........................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................ 4
1.3 Tujuan......................................................................................... 7
1.4 Manfaat....................................................................................... 7
3.2 Saran........................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................... 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pada akhir-akhir waktu ini banyak sekali masalah yang terjadi antara pasien
dengan dokter/dokter gigi dan juga pasien dengan rumah sakit. Tetapi sebenarnya
permasalahan itu juga tidak terlepas dari permasalahan yang dapat terjadi terhadap
tenaga kesehatan lain, seperti bidan, perawat dan lain-lain yang berhubungan dengan
sehari-hari tidak pernah luput dari sengketa. Sengketa yang terjadi bisa
mengakibatkan munculnya sebuah konflik yang berakibat pada kedua belah pihak
yang bersengketa. Biasanya apabila ada sengketa yang ringan dapat diselesaikan
dengan cara yang damai antara kedua belah pihak tanpa ada proses yang
berkelanjutan. Tetapi apabila sengketa tersebut mulai besar dan sulit untuk
perdamaian, biasanya kedua belah pihak yang bersengketa akan memilih jalur
negosiasi untuk kasus yang sulit dalam menyelesaikan sengketa, maka para pihak
membutuhkan kehadiran pihak ketiga untuk membantu proses damai, untuk mencapai
suatu proses kesepakatan antara para pihak, sehingga pihak ketiga disebut sebagai
Sengketa medis adalah sengketa yang terjadi antara pasien atau keluarga pasien
dengan tenaga kesehatan atau antara pasien dengan rumah sakit/fasilitas kesehatan.
4
Biasanya yang dipersengketakan adalah hasil atau hasil akhir pelayanan kesehatan
kesehatan diakui bahwa tenaga kesehatan atau pelaksana pelayanan kesehatan saat
memberikan pelayanan hanya bertanggung jawab atas proses atau upaya yang
pasien ke instansi kepolisian dan juga ke media massa, sehingga pers menghukum
bulan-bulanan, yang tidak jarang merusak reputasi nama dan juga karir tenaga
kesehatan ini. Sementara itu pengaduan ke kepolisian baik di tingkat Polsek, Polres
maupun Polda diterima dan diproses seperti layaknya sebuah perkara pidana.
Menggeser kasus perdata ke ranah pidana, penggunaan pasal yang tidak konsisten,
medis oleh para penegak hukum di hampir setiap tingkatan menjadikan sengketa
Sengketa yang terjadi antara dokter dengan pasien biasanya disebabkan oleh
kurangnya informasi dari dokter, padahal informasi mengenai segala sesuatu yang
berhubungan dengan tindakan medis yang dilakukan oleh dokter merupakan hak
pasien, hal tersebut terjadi karena pola paternalistik yang masih melekat dalam
selama ini ditempuh tidak dapat memuaskan pihak pasien, karena putusan hakim
dianggap tidak memenuhi rasa keadilan pihak pasien. Hal ini disebabkan sulitnya
pasien atau Jaksa Penuntut Umum maupun Hakim untuk membuktikan adanya
5
kesalahan dokter. Kesulitan pembuktian dikarenakan minimnya pengetahuan mereka
sengketa yang dianggap ideal bagi para pihak adalah penyelesaian yang melibatkan
para pihak secara langsung sehingga memungkinkan dialog terbuka, dengan demikian
keputusan bersama kemungkinan besar dapat tercapai. Selain itu karena pertemuan
para pihak bersifat tertutup maka akan memberikan perasaan nyaman, aman kepada
para pihak yang terlibat sehingga kekhawatiran terbukanya rahasia dan nama baik
yang sangat dibutuhkan oleh dokter maupun sarana pelayanan kesehatan dapat
Konflik adalah sebuah situasi dimana dua pihak atau lebih dihadapkan pada
apabila pihak yang merasa dirugikan telah menyatakan rasa tidak puasnya atau
keprihatinannya baik secara langsung kepada pihak yang dianggap sebagai penyebab
kerugian atau kepada pihak lain. Jadi konflik dapat berubah atau berlanjut menjadi
sengketa, yang berarti bahwa sebuah konflik yang tidak terselesaikan akan berubah
perhatian dan penyelesaian yang baik karena semakin banyak sengketa medis akan
membuat pelayanan kesehatan menjadi lebih rumit, semakin mahal dan kepercayaan
6
3. Bagaimana proses terjadinya sengketa medis dan penyelesaian sengketa
medis?
1.3 Tujuan
medis
1.4 Manfaat
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sengketa medik berasal dari dua kata, yaitu sengketa dan medik. Kosa kata
“sengketa” yang dipadankan dari bahasa Inggris disamakan dengan “confict” dan
perbedaan kepentingan diantara kedua belah pihak atau lebih, tetapi keduanya dapat
terjadi di dalam diri sendiri (internal) atau pertentangan terhadap dua kekuatan atau
pihak (eksternal).
dikatakan bahwa konflik adalah sebuah situasi di mana dua pihak atau lebih
dihadapkan pada perasaan tidak puas pada salah satu pihak yang merasa dirugikan
oleh pihak lain dengan memunculkan persoalan tersebut ke permukaan untuk dicari
pemecahannya. Sengketa dapat berkembang dari sebuah konflik yang telah mencapai
Sementara kata medik dapat didefinisikan sebagai “termasuk atau sesuatu yang
berhubungan dengan bidang kedokteran”, yaitu mulai dari dokter dan tenaga
kesehatan lainnya yang dibawah kendali atau tempat di mana dokter menjalakan
8
pertentang antara pihak pasien dan pihak dokter dan/atau rumah sakit disebabkan
adanya salah satu pihak yang tidak puas atau terlanggar haknya oleh pihak lainnya.
ataupun konflik) adalah hal yang lumrah dalam kehidupan bermasyarakat, yang dapat
terjadi saat dua orang atau lebih berinteraksi pada suatu peristiwa/situasi dan mereka
situasi tersebut.
Sengketa Medik tidak secara eksplisit tetapi dijelaskan pada Pasal 66 ayat (1) yang
dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan
sehingga Sengketa Medik berawal dari rasa ketidakpuasan Pasien terhadap tindakan
Dokter (dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis) dalam
menjalankan praktik kedokterannya serta meluas kepada tingkat rumah sakit, di mana
rumah sakit mempunyai kewajiban dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam
rangka pelayanan kesehatan serta mengatur segala hal yang berhubungan dengan
(Pasal 29 UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit). Dengan kata lain bahwa
sengketa medik berawal dari adanya perasaan tidak puas dari salah satu pihak lain
yang tidak memenuhi prestasi yang telah diperjanjikan. Rasa tidak puas pasien
terhadap pelayanan rumah sakit dapat menimbulkan keluhan ataupun protes yang
9
apabila tidak tertangani secara bijak oleh pihak rumah sakit akan menimbulkan
konflik antara pihak pasien dan pihak rumah sakit sehingga apabila terdapat kerugian
yang cukup berarti dari pihak pasien seperti ketidakjelasan pembebanan tarif,
kerugian fisik atau psikis yang diderita oleh pasien yang dianggap berawal dari tidak
adanya atau buruknya komunikasi yang terjalin dapat menyebabkan sengketa yang
keluhannya.
Indonesia dipicu oleh adverse event (kejadian tidak diharapkan) dan menjadi opini
bahwa setiap adverse eksternal pasien. Kasus dugaan malpraktik yang dilaporkan ke
Konsil Kedokteran Indonesia kurun waktu tahun 2006-2015 sebanyak 317 kasus, 114
diantaranya adalah dokter umum, disusul dokter bedah 76 kasus, dokter obsgyn
(spesialis kandungan) 56 kasus dan dokter spesialis anak 27 kasus. 2 Di wilayah IDI
Sengketa medik tidak timbul begitu saja, minimal ada suatu masalah yang
dirasa menimbulkan rasa ketidakpuasan dari salah satu pihak yang dianggap
merugikan pihak lainnya dan yang sering adalah rasa tidak puas dari seseorang pasien
yang mendapatkan pelayanan, pengobatan, atau perawatan dari dokter ataupun rumah
sakit.
10
Sebelum mencapai level sengketa, baisanya didahului dengan adanya gap atau
kesengajaan antara yang diharapkan (expected) dan yang terjadi (fact) pada diri
persoalan yang mengganjal di dalam hati, baik yang dimaknai secara internal
(pertentangan batin) ataupun secara eksternal untuk diungkapkan keluar dalam bentuk
1. Kelalaian Medik
Kelalaian medik adalah sebuah sikap atau tindakan yang dilakukan oleh
2. Pembiaran Medik
Pembiaran medik secara umum belum di kenal secara luas di kalangan masyarakat
baik itu profesi hukum, pembiaran medik merupakan salah satu tindakan kedokteran
dimana dalam memberikan pelayanan kesehatan tidak sesuai standar prosedur yang
berlaku, adapun dapat dikatakan pembiaran medik adalah suatu tindakan dokter tidak
11
dalam keadaan seperti semula, dengan pengembalian hubungan tersebut maka mereka
dapat mengadakan hubungan baik sosial maupun hubungan hukum antara satu
dengan lainnya.
berjenjang, mengingat profesi tenaga kesehatan atau lembaga yang menaunginya ini
rentan terhadap pembunuhan karakter oleh media massa atau rentan terhadap
1. Pada tataran pertama, bila gejala sengketa terbuka mulai muncul surat
ketidakpuasan hanya ditujukan ke pihak RS, sebaikanya pihak rumah sakit melalui
terhadap permasalahan yang ada sehingga pihak pengadu/pelapor merasa puas dan
terselesaikan permasalahannya.
2. Pada tataran kedua, bila sengketa telah meluas (laporan ketidakpuasan pelayanan
3. Pada tataran ke tiga, jika laporan sengketa kesehatan sudah meluas pada lembaga
12
Penyelesaian sengketa dapat ditempuh dengan dua cara yaitu melalui proses
masalah dimana pihak ketiga yang tidak memihak (imparsial) bekerjasama dengan
metode yang mendasarkan diri pada kesukarelaan para pihak untuk urun
II. prinsip penentuan diri sendiri (self determination principle), yaitu terkait
rahasia dimana semua informasi hanya boleh diketahui oleh parapihak dan
mediator.
IV. prinsip itikad baik (good faith principle), yaitu kemauan para pihak untuk
mediator, para pihak harus membuat menyepakati dan mematuhi aturan main
13
sebelum memulai proses mediasi agar bisa berjalan dengan konstruktif dan
mediator dan para pihak bisa dan berhak mengadakan pertemuan terpisah
dengan salah satu pihak ketika mengadapi situasi tertentu, seperti perundingan
Menurut sulistyono yang ikut mengawasi medis ada 3 bagian: (i) MKEK yaitu
yang menangani etika kedokteran (ii) MKDKI yaitu yang menangani disiplin
kedokteran (iii) pengadilan yaitu yang menangani sengketa. `akan tetapi jika terjadi
kelailaian medis langkah awal penyelesaiannya melalui mediasi, tertuang dalam pasal
29 Undang- Undang No.36 tahun Kesehatan yang menyebutkan “Dalam hal tenaga
Konsideran Perma No. 1 Tahun 2008 menyatakan bahwa mediasi merupakan salah
satu proses penyelesaian sengketa yang lebih cepat dan murah, serta dapat
memberikan akses yang lebih besar kepada para pihak untuk menemukan
mengikat para pihak yang berselisih dalam suatu proses hukum yang terdapat dalam
14
suatu tingkatan. Proses litigasi dilakukan pada masing-masing tingkatan peradilan,
kerugian dalam proses litigasi bagi dokter dan/atau dokter gigi dan juga Rumah
Sakit adalah dari sisi dampak reputasi yang menurun bagi Rumah Sakit dan biaya premi
asuransi dokter dan/atau dokter gigi yang meningkat. Hal tersebut menyebabkan secara
psikologis pada masyarakat tetap akan menilai citra buruk pada Rumah Sakit atau dokter
keuntungan :
pihak.
mediasi adalah:
a. Proses yang berlarut-larut atau lama untuk mendapatkan suatu putusan yang
15
c. Kemampuan dan pengetahuan yang terbatas dan bersifat umum.
g. Putusan hakim mungkin tidak dapat diterima oleh salah satu pihak karena
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sengketa medik adalah pertentangan antara pihak pasien dan pihak dokter
dan/atau rumah sakit yang disebabkan adanya salah satu pihak yang merasa tidak
puas atau terlanggar haknya. Sengketa medik diawali dengan adanya gap atau
Penyelesaian sengketa medik dapat dilakukan dengan cara yaitu mediasi (non-litigasi)
3.2 Saran
1. Perlu adanya inform consent yang baik ke pasien agar pasien mengerti dan
memahami alur atau prosedur medis yang akan dijalani sehingga tidak
menimbulkan gap atau persoalan yang dapat merugikan kedua belah pihak.
17
DAFTAR PUSTAKA
Irfan, M., dan Hidayat, S. 2018. Mediasi Sebagai Pilihan Penyelesaian Sengketa
Hermien Hadiati Koeswadji, 1984. Hukum dan Masalah Medik. Airlangga University
Press, Surabaya.
Keadilan Dalam Hubungan Dokter Dan Pasien’, Jurnal Pasca Sarjana Hukum
18