Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A

Kelompok V
Pembimbing : dr. Putri Zalika Laila, M.Pd.Ked.

Anggota Kelompok :
Nadhira Rizky Ramadhiani (702021004)
Maharani Bella Safitri (702021008)
Pingkan Ayu Putri Arta (702021012)
Reni Amalia Puspita (702021020)
Leni Winda Sari (702021029)
Denova Putri Apriliana Gumesna (702021036)
Muhammad Azman Muzakki (702021087)
M. Anugrah Eka Pratama (702021087)
Alhamdi Ikhsan (702021099)
Fitri Anggraini (702021117)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2021/2022

Kata Pengantar
Assalamualaikum wr. wb.
Puji dan syukur atas kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala karena atas berkah dan
rahmatnya juga kami dapat menyelesaikan Laporan Tutorial Skenario A blok 2 ini mengenai
Skenario A, shalawat dan salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta para keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir
zaman.
Kami mengucapkan terima kasih, terutama kepada dr. Putri Zalika Laila, M.Pd.Ked
karena atas bimbingan beliau akhirnya kami dapat menyelesaikan Laporan Tutorial ini. Kami
juga mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses
pembuatan laporan ini, karena tanpa bantuan dan bimbingannya maka proposal kami tidak bisa
menjadi lebih baik dan bermanfaat.
Akhir kata kami akhiri, semoga laporan yang telah kami buat ini berguna dan bermanfaat
sebagai bahan pembelajaran nantinya untuk orang yang membacanya, aamiin.
Wassalamualaikum wr.wb

Palembang, 3 November 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Blok ke dua  pada semester 1 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang adalah Blok Etika, Hukum, dan
Komunikasi Medik. Pada blok ini diajarkan bagaimana cara Etika Berkomunikasi  yang efektif
antara dokter dan pasien maupun keluarga pasien, antara sesama teman sejawat, yang mana
terdapat dalam UU Kedokteran  pada pasal 14 yaitu (Seorang dokter memperlakukan teman
sejawatnya sebagaimana ia ingin diperlakukan) & pasal 15 yaitu (Setiap dokter tidak boleh
mengambil alih pasien dari teman sejawatnya, kecuali dengan persetujuan ataupun berdasarkan
prosedur yang etis), selain itu juga terdapat hak-hak pasien yang tercantum dalam UUD RI 1945
dengan tegas di cantumkan sila ke-2 Pancasila, yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab. Hak-
hak dokter yang terdapat di dalam undang-undang kedokteran dalam UU No. 29 tahun 2004
tentang Praktik kedokteran Pasal 50 dinyatakan bahwa hak-hak dokter adalah memperoleh
perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas, memberikan pelayanan medis sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur operasional, dan memperoleh informasi yang
lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya, serta cara menyelesaikan sengketa medik. Selain
itu juga sebagaimana kita ketahui bahwa program pembelajaran di FK UMP ini menggunakan
sistem pembelajaran KBK, sehingga diharapkan lulusan dokter dari FK UMP menjadi dokter
yang mampu berkomunikasi yang efektif sebagai pemenuhan standar kompetensi dokter yang
Unggul dan Islami, tidak hanya kepada pasiennya tetapi juga kepada lingkungan kerjanya
sebagai seorang dokter yang unggul, dan Hubungan Kepada Sang Pencipta Sebagaimana di
ajarkan dalam Fakultas Kedokteran Muhamadiyah Palembang.Pada kesempatan ini dilaksanakan
tutorial studi kasus skenario A berjudul ” dr. Sakti Vs Covid-19”, yaitu: dr. Sakti seorang
alumni Fakultas Kedokteran Muhammadiyah, bekerja sebagai dokter jaga UGD RS. Situasi
daerah saat ini adalah zona merah pandemi Covid 19. Seorang pasien laki-laki umur 55 tahun
diantar keluarga ke IGD RS tersebut dengan keluhan utama sakit perut, batuk, dan sesak napas.
Dr. Sakti melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium dengan hasil
swab antigen positif.
Kesimpulan sementara dr. Sakti, pasien ini menderita covid-19 gejala sedang dengan
comorbid Diabetes Melitus tipe 2, karena hasil test PCR belum keluar. Sesuai dengan standar
etika pelayanan medis, kondisi penyakit pasien harus dikomunikasikan kepada pasien dan
keluarganya. Tindakan selanjutnya di rawat di ruang isolasi covid 19. Namun karena mendengar
penyakit covid 19 sebagian dari keluarga tidak menerima. Keluarga menganggap pasien hanya
sakit perut dan batuk biasa dan tentu kalau batuk ada sesak napasnya.
Pasien tetap dirawat isolasi namun setelah dirawat tiga hari keadaan pasien bertambah berat
akhirnya meninggal dunia. Selanjutnya pasien akan dimakamkan dengan prosedur covid 19
keluarga pasien ribut tidak menerima, mereka marah dan mencari dr. Sakti. Mereka menanyakan
mengapa hasil test PCR belum ada tetapi didiagnosa covid 19. Sikap dr. Sakti tetap tenang
menghadapi keluarga pasien karena dr. Sakti yakin dengan Karakter dan kompetensi dokter
Muhammadiyah sehingga dia akan dapat mengatasi hal tersebut.

1.2. Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus B, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran
KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario A dengan metode analisis dan
pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial


Tutor : dr. Putri Zalika Laila, M.Pd.Ked.
Moderator : M. Anugrah Eka Pratama
Sekretaris Papan : Maharani Bella Safitri
Waktu : Senin, 1 November 2021
Pukul 08.00 – 10.30 WIB
Rabu, 3 November 2021
Pukul 08.00 – 10.30 WIB
Peraturan :
1. Saling menghormati antar sesama peserta tutorial
2. Menggunakan komunikasi yang baik dan tepat
3. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan pendapat
4. Izin saat akan keluar ruangan.
5. Tepat waktu.

2.2 Skenario Kasus

SKENARIO A BLOK 1
” dr. Sakti Vs Covid-19”

dr. Sakti seorang alumni Fakultas Kedokteran Muhammadiyah, bekerja sebagai dokter jaga
UGD RS. Situasi daerah saat ini adalah zona merah pandemi Covid 19. Seorang pasien laki-laki
umur 55 tahun diantar keluarga ke IGD RS tersebut dengan keluhan utama sakit perut, batuk,
dan sesak napas. Dr. Sakti melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium dengan hasil swab antigen positif.

Kesimpulan sementara dr. Sakti, pasien ini menderita covid-19 gejala sedang dengan
comorbid Diabetes Melitus tipe 2, karena hasil test PCR belum keluar. Sesuai dengan standar
etika pelayanan medis, kondisi penyakit pasien harus dikomunikasikan kepada pasien dan
keluarganya. Tindakan selanjutnya di rawat di ruang isolasi covid 19. Namun karena mendengar
penyakit covid 19 sebagian dari keluarga tidak menerima. Keluarga menganggap pasien hanya
sakit perut dan batuk biasa dan tentu kalau batuk ada sesak napasnya.
Pasien tetap dirawat isolasi namun setelah dirawat tiga hari keadaan pasien bertambah berat
akhirnya meninggal dunia. Selanjutnya pasien akan dimakamkan dengan prosedur covid 19
keluarga pasien ribut tidak menerima, mereka marah dan mencari dr. Sakti. Mereka menanyakan
mengapa hasil test PCR belum ada tetapi didiagnosa covid 19. Sikap dr. Sakti tetap tenang
menghadapi keluarga pasien karena dr. Sakti yakin dengan Karakter dan kompetensi dokter
Muhammadiyah sehingga dia akan dapat mengatasi hal tersebut.

2.3 Klarifikasi istilah

1. Anamnesis: Riwayat penyakit pasien khusus nya berdasarkan ingatan pasien (Kamus
Dorland)
2. Pandemi: wabah yang berjangkit serempak dimana mana, meliputi daerah geografi yang
luas (KBBI, 2021)
3. Swab: bantalan kapas atau bahan penyerap lainya yang dilekatkan pada ujung sebuah
kawat atau batang, digunakan untuk memoleskan obat, mengambil sample bakteriologis
(Kamus Dorland)
4. PCR: suatu metode enzimatis untuk amplifikasi DNA dengan cara in vitro (Jurnal UNG)
5. Comorbid Diabetes Melitus tipe 2: berkenaan dengan suatu penyakit atau proses
patologis lainya yang terjadi bersamaan dengan yang lainya dalam hal ini diabetes
melitus tipe 2 (Kamus Dorland)
6. Ruang isolasi: ruangan yang bertujuan untuk memisahkan suatu hal dari hal lain atau
manusia dari manusia lain (KBBI)
7. Karakter: sifat-sifat kejiwaan dan akhlak atau budi (KBBI)
8. Sesak nafas: sedak atau senap, sukar bernafas, berasa sesak dalam dada sehingga tidak
bisa bernafas dengan lega (KBBI)
9. Batuk: penyakit pada jalan pernafasan atau paru paru yang kerap kali menimbulkan rasa
gatal dalam tenggorokan sehingga merangsang penderita mengeluarkan bunyi yang keras
seperti menyelak (KBBI)
10. Zona merah pandemi covid 19: masih ada kasus pada satu atau lebih klaster dengan
peningkatan kasus yang tertinggi (KBBI)
11. Isolasi: pemisahan suatu hal dari hal lain atau usaha untuk memencilkan manusia dari
manusia lain (KBBI)
12. Prosedur: tahap kegiatan untuk menyelsaikan suatu aktifitas atau metode langkah demi
langkah secara pasti dalam memecahkan suatu masalah (KBBI)
13. Diagnosa: penentuan jenis penyakit dengan cara memeriksa gejala-gejalanya (KBBI)
14. Pemeriksaan fisik: pemeriksaan tubuh untuk menilai kesehatan seseorang (KBBI)
15. Standar etika pelayanan medis: hukum yang mengikat para pihak yang berprofesi di
bindang kesehatan yaitu untuk mengatur pelaanan kesehatan dan mencegah terjadinya
kelalaian staff medis dalam melakukan tindakan medis (Jurnal Standar Pelayanan Medis
Nasional Sebagai Bentuk Pembatasan Otonomi Profesi Medis, 2017)
16. Kompetensi: kewenangan atau kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu
(KBBI)

2.4 Identifikasi Masalah

1. dr. Sakti seorang alumni Fakultas Kedokteran Muhammadiyah, bekerja sebagai dokter
jaga UGD RS. Situasi daerah saat ini adalah zona merah pandemi Covid 19. Seorang
pasien laki-laki umur 55 tahun diantar keluarga ke IGD RS tersebut dengan keluhan
utama sakit perut, batuk, dan sesak napas. Dr. Sakti melakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan laboratorium dengan hasil swab antigen positif.
2. Kesimpulan sementara dr. Sakti, pasien ini menderita covid-19 gejala sedang dengan
comorbid Diabetes Melitus tipe 2, karena hasil test PCR belum keluar. Sesuai dengan
standar etika pelayanan medis, kondisi penyakit pasien harus dikomunikasikan kepada
pasien dan keluarganya. Tindakan selanjutnya di rawat di ruang isolasi covid 19. Namun
karena mendengar penyakit covid 19 sebagian dari keluarga tidak menerima. Keluarga
menganggap pasien hanya sakit perut dan batuk biasa dan tentu kalau batuk ada sesak
napasnya.
3. Pasien tetap dirawat isolasi namun setelah dirawat tiga hari keadaan pasien bertambah
berat akhirnya meninggal dunia. Selanjutnya pasien akan dimakamkan dengan prosedur
covid 19 keluarga pasien ribut tidak menerima, mereka marah dan mencari dr. Sakti.
Mereka menanyakan mengapa hasil test PCR belum ada tetapi didiagnosa covid 19.
Sikap dr. Sakti tetap tenang menghadapi keluarga pasien karena dr. Sakti yakin dengan
Karakter dan kompetensi dokter Muhammadiyah sehingga dia akan dapat mengatasi hal
tersebut

2.5 Prioritas Masalah


Sesuai dengan standar etika pelayanan medis, kondisi penyakit pasien harus
dikomunikasikan kepada pasien dan keluarganya. Tindakan selanjutnya di rawat di ruang
isolasi covid 19. Namun karena mendengar penyakit covid 19 sebagian dari keluarga
tidak menerima. Keluarga menganggap pasien hanya sakit perut dan batuk biasa dan
tentu kalau batuk ada sesak napasnya.

Alasan: setelah informed consent yang dilakukan dari skenario tidak diketahui apakah
terjadinya persetujuan antara keluarga pasien dan pihak medis yang melakukan tindakan
medis.

2.6 Analisis Masalah

1. dr. Sakti seorang alumni Fakultas Kedokteran Muhammadiyah, bekerja sebagai dokter
jaga UGD RS. Situasi daerah saat ini adalah zona merah pandemi Covid 19. Seorang
pasien laki-laki umur 55 tahun diantar keluarga ke IGD RS tersebut dengan keluhan
utama sakit perut, batuk, dan sesak napas. Dr. Sakti melakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan laboratorium dengan hasil swab antigen positif.

a. Apa makna dr.sakti seorang alumni Fakultas Kedokteran Muhammadiyah, bekerja


sebagai dokter jaga UGD RS” ?

b. Apa makna ”Dr. Sakti melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium dengan hasil swab antigen positif”?
Makna dari ” dr Sakti melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium dengan hasil swab antigen positif" adalah dr. Sakti melakukan tahapan-
tahapan dalam melakukan diagnosis. Diagnosis merupakan prosedur yang dilakukan
dokter untuk menentukan suatu kondisi pasiennya. Tahapan-tahapan dalam
melakukan diagnosis, yaitu:
1. Anamnesa
Proses wawancara oleh dokter atau tenaga medis yang lain kepada pasien dan atau
keluarga pasien dalam rangka menggali informasi tentang penyakit pasien sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
2. Pemeriksaan tubuh/Fisik pasien
Prosedur pelaksanaan pemeriksaan untuk mengetahui kondisi pasien secara
konkret.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menentukan diagnosis penyakit
penderita. Pemeriksaan penunjang ini biasanya dilakukan apabila tindakan-
tindakan medis di atas belum dapat memastikan diagnosis suatu penyakit yang
diderita pasien sehingga dianggap perlu untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
4. Diagnosis
Penetapan jenis penyakit tertentu berdasarkan analisis hasil anamnesis dan
pemeriksaan yang cermat. Sumber lain menyatakan bahwa diagnosis juga
merupakan pengenalan sifat-sifat penyakit atau kondisi tertentu untuk
membedakan satu penyakit dari penyakit yang lain.
(Mauli,2018)

c. Bagaimanacara melakukan anamnesis?

d. Apa tujuan dan manfaat dari anamnesis?

e. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan fisik?


Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh
pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit, pemeriksaan akan dicatat dalam
rekam medis (Arafah, et al., 2021). Pemeriksaan fisik merupakan proses pemeriksaan
tubuh pasien untuk menentukan ada atau tidaknya masalah fisik. Tujuan pemeriksaan
fisik adalah untuk mendapatkan informasi valid tentang kesehatan pasien (Sugiarto, et
al., 2018).
Pemeriksaan fisik merupakan langkah awal yang harus dilakukan agar
perawat dapat merumuskan diagnosa keperawatan dan membuat rencana asuhan
keperawatan (Manalu, 2016). Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara
sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gera (Arafah, et al.,
2021).
Pada pemeriksaan fisik terdapat 5 prinsip cardinal, yaitu:
1. Melihat (inspeksi),
Inspeksi adalah memeriksa dengan melihat dan mengingat. Inspeksi merupakan
metode observasi yang digunakan dalam pemeriksaan fisik.
2. Meraba (palpasi),
Merupakan metode pemeriksaan dengan cara meraba menggunakan satu atau dua
tangan. Dengan palpasi dapat terbentuk gambaran organ tubuh atau massa
abnormal.
3. Mengetuk (perkusi)
Suatu metode pemeriksaan fisik dengan cara melakukan pengetukan pada bagian
tubuh dengan menggunakan jari, tangan, atau alat kecil untuk mengevaluasi
ukuran, konsistensi, batas atau adanya cairan dalam organ tubuh. Perkusi pada
bagian tubuh menghasilkan bunyiyang mengindikasikan tipe jaringan di dalam
organ. Perkusi penting untuk pemeriksaan dada dan abdomen.
4. Mendengarkan (auskultasi).
Auskultasi adalah pemeriksaan dengan cara mendengarkan bunyi yang berasal
dari dalam tubuh, yang meliputi frekuensi, intensitas, durasi dan kualitasl, dengan
bantuan alat yang disebut stetoskop.
Adapun cara melakukannya bisa secara sequential dan dapat pula dengan proper
expose.
 Sequential : per bagian, secara urut dan sistematis
Dilakukan dengan urutan dari kepala sampai dengan kaki. Kepala, leher,
dada, abdomen/ perut, tulang belakang, anggota gerak, anal/ anus, alat genital dan
sistem saraf. Penderita akan cepat lelah jika diminta untuk berganti-ganti posisi
yaitu duduk, berbaring, berbalik ke sisi kiri dan seterusnya.
 Proper Expose / hanya menampakkan atau menyingkapkan bagian yang tepat/
bagian tertentu saja (bagian yang akan diperiksa), tanpa mempertunjukkan daerah/
area lainnya.
Ketika memeriksa payudara seorang wanita, perlu untuk memeriksa
adanya asimetri dengan melihat kedua payudara pada saat yang bersamaan.
Setelah inspeksi dilaksanakan dengan lengkap, dokter harus memakaikan pakaian
milik pasien untuk menutupi payudara yang tidak diperiksa. Hal ini untuk
menjaga privasi untuk jangka lama, dalam mempertahankan hubungan yang baik
antara dokter-pasien (Sugiarto, et al., 2018).

f. Apa yang seharusnya dilakukan DR.sakti setelah melakukan Anamnesis, pemeriksaan


fisik, dan pemeriksaan lab?
Dimensi kompetensi klinis terdiri dari hubungan dokter-pasien, anamnesis,
pemeriksaan fisik, kemampuan diagnostik, tata laksana, keterampilan komunikasi,
dan profesionalitas. Sehingga, yang harus dilakukan oleh dr. Sakti selanjutnya adalah
membuat diagnosis.
(Novitasari, et al, 2017)

g. Bagaimana langkah dalam pemerksaan pasien?

2. Kesimpulan sementara dr. Sakti, pasien ini menderita covid-19 gejala sedang dengan
comorbid Diabetes Melitus tipe 2, karena hasil test PCR belum keluar. Sesuai dengan
standar etika pelayanan medis, kondisi penyakit pasien harus dikomunikasikan
kepada pasien dan keluarganya. Tindakan selanjutnya di rawat di ruang isolasi covid
19. Namun karena mendengar penyakit covid 19 sebagian dari keluarga tidak
menerima. Keluarga menganggap pasien hanya sakit perut dan batuk biasa dan tentu
kalau batuk ada sesak napasnya.
a. Apa makna ”Kesimpulan sementara dr. Sakti, pasien ini menderita covid-19 gejala
sedang dengan comorbid Diabetes Melitus tipe 2, karena hasil test PCR belum
keluar”?

b. Apa hak dan kewajiban pasien?

c. Apa makna ” Sesuai dengan standar etika pelayanan medis, kondisi penyakit pasien
harus dikomunikasikan kepada pasien dan keluarganya”?

d. Bagaimana sikap yang harus diambil dr.sakti saat keluarga pasien tidak menerima
bahwa pasien menderita covid-19?

e. Bagaimana cara dr.sakti menyampaikan berita buruk terkait kondisi pasien yang
mengalami covid-19 terhadap keluarganya?

f. Bagaimana persetujuan dan penjelasan terkait informed consent kasus non bedah?
Informed consent ialah persetujuan bebas yang diberikan oleh pasien terhadap suatu
tindakan medis, setelah ia memperoleh semua informasi yang penting mengenai sifat
serta konsekuensi tindakan tersebut. Informed consent dibuat berdasarkan prinsip
autonomi, beneficentia dan nonmaleficentia, yang berakar pada martabat manusia di
mana otonomi dan integritas pribadi pasien dilindungi dan dihormati. Jika pasien
tidak kompeten, maka persetujuan diberikan oleh keluarga atau wali sah.
Informasi/keterangan yang wajib diberikan sebelum suatu tindakan kedokteran
dilaksanakan adalah:

1. Diagnosa yang telah ditegakkan.


2. Sifat dan luasnya tindakan yang akan dilakukan.
3. Manfaat dan urgensinya dilakukan tindakan tersebut.
4. Risiko-risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi daripada tindakan
kedokteran tersebut.
5. Konsekuensinya bila tidak dilakukan tindakan tersebut dan adakah alternatif
cara pengobatan yang lain.
6. Kadangkala biaya yang menyangkut tindakan kedokteran tersebut.

Suatu persetujuan dianggap sah apabila:


1. Pasien telah diberi penjelasan/ informasi
2. Pasien atau yang sah mewakilinya dalam keadaan cakap (kompeten) untuk
memberikan keputusan/persetujuan
3. Persetujuan harus diberikan secara sukarela.
(Purnama, 2016)

g. Apa hak dan kewajiban dokter?

3. Pasien tetap dirawat isolasi namun setelah dirawat tiga hari keadaan pasien bertambah
berat akhirnya meninggal dunia. Selanjutnya pasien akan dimakamkan dengan
prosedur covid 19 keluarga pasien ribut tidak menerima, mereka marah dan mencari
dr. Sakti. Mereka menanyakan mengapa hasil test PCR belum ada tetapi didiagnosa
covid 19. Sikap dr. Sakti tetap tenang menghadapi keluarga pasien karena dr. Sakti
yakin dengan Karakter dan kompetensi dokter Muhammadiyah sehingga dia akan
dapat mengatasi hal tersebut.

a. Apakah dr sakti telah mencerminkan sikap dan etika seorang dokter muslim, apa saja
sikap dan etika tersebut?

b. Apa saja standar kompetensi dokter muhammadiyah yang diterapkan oleh dr.sakti
terkait dengan kasus di atas?

c. Bagaimana Karakter dan kompetensi dokter Muhammadiyah?


d. Apa makna ”Selanjutnya pasien akan dimakamkan dengan prosedur covid 19
keluarga pasien ribut tidak menerima, mereka marah dan mencari dr. Sakti. Mereka
menanyakan mengapa hasil test PCR belum ada tetapi didiagnosa covid 19”?
Hal ini bermakna bahwa keluarga pasien telah menyalahgunakan hak mereka
sebagai keluarga pasien dan melanggar kewajiban sebagai keluarga pasien. Berikut
ini hak dan kewajiban pasien dan keluarga pasien:
a. Hak- hak pasien dan keluarga:
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit;
2. memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
3. memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi
4. memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional
5. memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar
dari kerugian fisik dan materi
6. mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan
7. memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit
8. meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain
yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar
Rumah Sakit;
9. mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya;
10. mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan
11. memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan
oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya
12. didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
13. menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya
14. memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
di Rumah Sakit
15. mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap
dirinya
16. menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama
dan kepercayaan yang dianutnya
17. menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara
perdata ataupun pidana
18. mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
b. Kewajiban (tanggung jawab) pasien dan kleuarga:
1. Memberikan informasi yang akurat dan lengkap tentang keluhan penyakit
sekarang, riwayat medis yang lalu, hospitalisasi, medikasi/pengobatan
dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kesehatan pasien.
2. Mengikuti rencana pengobatan yang diadviskan oleh dokter termasuk
instruksi para perawat dan profesional kesehatan yang lain sesuai
perintah Dokter
3. Memperlakukan staf Rumah Sakit dan pasien lain dengan bermartabat
dan hormat serta tidak melakukan tindakan yang akan mengganggu
pekerjaan Rumah sakit
4. Menghormati privasi orang lain dan barang milik Rumah sakit
5. Tidak membawa alkohol, obat-obat yang tidak mendapat persetujuan dan
senjata ke dalam Rumah Sakit
6. Menghormati bahwa Rumah Sakit adalah area bebas rokok
7. Mematuhi jam kunjungan dari Rumah Sakit
8. Meninggalkan barang berharga di rumah dan membawa hanya barang-
barang yang penting selama tinggal di Rumah Sakit
9. Memastikan bahwa kewajiban finansial atas asuhan pasien dipenuhi
sebagaimana kebijakan Rumah Sakit
10. Tidak melepaskan gelang tanda pengenal hingga waktu kepulangan Anda
dari rumah sakit.
11. Bertanggungjawab atas tindakan-tindakannya sendiri bila mereka
menolak pengobatan atau advis dari Dokter (RS dr. Oen Kandang Sapi
Solo, 2017).
“Keluarga pasien ribut tidak menerima, mereka marah dan mencari dr. Sakti”
dengan melakukan hal tersebut, keluarga pasien melanggar kewajiban sebagai
keluarga pasien pada poin “Memperlakukan staf Rumah Sakit dan pasien lain dengan
bermartabat dan hormat serta tidak melakukan tindakan yang akan mengganggu
pekerjaan Rumah sakit” dan poin “Mengikuti rencana pengobatan yang diadviskan
oleh dokter termasuk instruksi para perawat dan profesional kesehatan yang lain
sesuai perintah Dokter” karena keluarga pasien tersebut tidak memperlakukan dr.
Sakti dengan baik dan hormat serta marah-marah kepada dokter sakti, mereka tidak
terima keluarganya dimakamkan dengan prosedur covid-19 dalam hal ini berarti
mereka tidak mengikuti instruksi dokter padahal apa yang dilakukan oleh dr. Sakti
dan pihak RS/ staf medis lainnya sudha sesuai dengan aturan yang berlaku dan
prosedur covid-19 saat ini.

e. Apa saja hak keluarga pasien terhadap diagnosa yang dijelaskan oleh seorang dokter?

f. Apa makna ”Pasien tetap dirawat isolasi namun setelah dirawat tiga hari keadaan
pasien bertambah berat akhirnya meninggal dunia”?

4. Nilai-Nilai Islam

1. Apa saja nilai nilai islam yang terkandung dalam skenario di atas ?
 Ikhlas, penyantun, ramah, sabar, dan tenang
1. QS. Ali Imran: 159
“Maka disebabkan rahmat dari Allah SWT lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”.
2. QS. Asy-Syura: 43
“Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan)
yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan”.
3. QS. Al-Bayyinah: 5
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah SWT
dengan memurnikan keta’atan kepada Nya dalam (menjalankan) agama
dengan lurus”.
4. HR al-Thabrani dan al-Baihaqi
“Bersikap tenang kamu sekalian”.
 Teliti
1. HR. al-Baihaqi
“Sesungguhnya Allah SWT menyukai bila seseorang di antara kalian
mengerjakan pekerjannya dengan teliti”.
 Bertanggung jawab
1. QS. al –Isra : 36
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya”.
 Mwnggunkan Metode Ilmuah dalam Berfikir
1. QS. Al – Baqarah : 164
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya
malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang
berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air,
lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati ( kering ) nya dan Dia
sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan
yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh ( terdapat ) tanda
tanda ( keesaan dan kebesaran Allah ) bagi kaum yang memikirkan”.
2. QS. Yunus: 101
“ Perhatikanlah apa yang ada dilangit dan di bumi”

2. Apa saja sikap rasul yang bisa kita terapkan sebagai seorang dokter ?

3. Bagaimana adap terhadap pasien yang meninggal menurut agama islam ?

2.7 Hipotesis
Keluarga pasien tidak menerima hasil diagnosa dr. Sakti karena hasil tes PCR belum
keluar dan tidak adanya informed consent.

2.8 Kerangka Konsep

Keluarga pasien tidak


menerima hasil diagnosis

Tidak ada persetujuan


atas Informed consent

Konflik antara dokter


dan keluarga pasien
DAFTAR PUSTAKA

ah, Fadli, Muhammad, M., (2021). Pengetahuan Perawat Dalam Melakukan Pemeriksaan Fisik
Pada Kasus Kardiovaskuler. Google Scholar: Jurnal Pendidikan Keperawatan dan
Kebidanan, 2-3.
Manalu. N.V. 2016. Pelaksanaan Pemeriksaan Fisik Oleh Perawat Di Rumah Sakit Advent
Bandar Lampung. Jurnal Skolastik Keperawatan.
RS dr. Oen Kandang Sapi Solo. (2017, november 6). Hak dan Tanggung Jawab Pasien dan
Keluarga. https://www.droenska.com/informasi-umum/350-hpk: 01 November 2021
Sugiarto, et al., (2018). BUKU MANUAL KETERAMPILAN KLINIK BASIC PHYSICAL
EXAMINATION :TEKNIK INSPEKSI, PALPASI, PERKUSI DAN AUSKULTASI.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Anda mungkin juga menyukai