Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO A

Kelompok 1
Dosen Pembimbing: dr. Ni Made Elva Mayasari, Sp. JP
Anggota:
Yuniar Nabillah 702017020
Yogi Saputra 702018007
Siska Indriyani 702018011
Annisa Dwi Yosita 702018022
Putri Saudah Wulandari 702018030
Hana Sulistia 702018049
Mothiara Rezki Ramadhani 702018053
Putri Nersi Rizki 702018064
Yolanda Fitriyani 702018070
Wahyu Akbar Irsandy 702018077
Laila Rahmawati 702018087

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul
“Laporan Tutorial Kasus Skenario A Blok 18” sebagai tugas kompetensi
kelompok. Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi
besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan pengikut-pengikutnya
sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
perbaikan di masa mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan.
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun spiritual.
3. dr. Ni Made Elva Mayasari, Sp. JP selaku tutor kelompok 1
4. Teman-teman seperjuangan
5. Semua pihak yang membantu penulis.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan
tutorial ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga
kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.

Palembang, 24 Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.................................................................................1

1.2. Maksud Dan Tujuan.............................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Data Tutorial.......................................................................................2

2.2. Skenario..............................................................................................2

2.3. Klarifikasi Istilah................................................................................3

2.4. Identifikasi Masalah...........................................................................4

2.5. Analisis Masalah................................................................................4

2.6. Kesimpulan.......................................................................................29

2.7 Kerangka Konsep..............................................................................30

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................31

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Blok Metodologi penelitian dan Evidence based medicine adalah
blok ke 18 pada semester VI dari Kurikulum Berbasis Kompetensi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario A
yaitu tentang.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan
metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial

Tutor : dr. Ni Made Elva Mayasari, Sp. JP


Moderator : Yogi Saputra
Sekrearis Papan : Putri Nersi Rizki
Sekretaris Meja : Hana Sulistia
Waktu : Senin, 24 Mei 2021
Rabu, Mei 2021
Rule tutorial : 1. Dilarang mengaktifkan ponsel.
2. Dilarang makan di dalam ruangan.
3. Dilarang keluar tanpa izin tutor.
4. Boleh menjawab atau mengajukan pertanyaan
setelah ditunjuk oleh moderator.

2.2 Skenario

“Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Mikro (PPKM) ”

Laporan harian covid-19 Sumatera Selatan di bulan April menyatakan


bahwa tren kasus konfirmasi positif baru meningkat kembali setelah
sebelumnya ada penurunan, kasus aktif dan kematian juga meningkat
sehingga Satgas Covid-19 menjadikan Sumatera Selatan salah satu provinsi
yang diperlakukan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Masyarakat
mikro).berdasarkan penelitian secara kualitatif dengan indepth interview pada
beberapa tokoh masyarakat protocol kesehatan seperti menggunakan masker,
menjaga jarak dan mencuci tangan saat mencuci tangan saat keluar rumah
masih sangat rendah. Tim ahli covid-19 ingin melakukan penelitian
kuantitatif faktor-faktor apa yang menyebabkan peningkatan tren kasus
konfirmasi positif, kasus aktif dan kematian meningkat serta apakah PPKM
Mikro merupakan solusi yang tepat dalam menurunkan kasus.

2
2.3 Klarifikasi Istilah

No Istilah Makna
.
1. Covid-19 Geanose virus dari family coronaviridae yang
menyebabkan penyakit saluran napas dan
kemungkinan gastroenteritis pada manusia dan dapat
menimbulkan hepatitis, encephalitis dan lain-lain.
2. Penelitian Kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan
Kuantitatif penyajian data yang dilakukan secara sistematis untuk
memecahkan suatu persoalan berdasarkan jumlah atau
banyaknya
3. Indepth Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
interview dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan responden atau orang yang
diwawancarai
4. Protokol Aturan dan ketentuan yang perlu diikuti oleh segala
kesehatan pihak agar dapat beraktivitas secara aman pada saat
pandemi covid-19
5. Penelitian Penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami
secara suatu fenomena dalam kontak social secara alami
kualitatif dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi
yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang
diteliti
6. PPKM Merupakan kebijakan pemerintah Indonesia untuk
(Pemberlakuan menangani pandemi covid-19
Pembatasan
Kegiatan
masyarakat
mikro)
7. Kasus Seseorang yang telah dinyatakan positif terinfeksi virus
konfirmasi covid-19 yang telah dibuktikan dengan pemeriksaan
positif laboratorium, rt-pcr

3
2.4 Identifikasi Masalah
1. Laporan harian covid-19 Sumatera Selatan di bulan April menyatakan
bahwa tren kasus konfirmasi positif baru meningkat kembali setelah
sebelumnya ada penurunan, kasus aktif dan kematian juga meningkat
sehingga Satgas Covid-19 menjadikan Sumatera Selatan salah satu
provinsi yang diperlakukan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan
Masyarakat mikro).
2. Berdasarkan penelitian secara kualitatif dengan indepth interview pada
beberapa tokoh masyarakat protokol kesehatan seperti menggunakan
masker, menjaga jarak dan mencuci tangan saat mencuci tangan saat
keluar rumah masih sangat rendah.
3. Tim ahli covid-19 ingin melakukan penelitian kuantitatif faktor-faktor apa
yang menyebabkan peningkatan tren kasus konfirmasi positif, kasus aktif
dan kematian meningkat serta apakah PPKM Mikro merupakan solusi
yang tepat dalam menurunkan kasus.

Prioritas Masalah

No. 3
Tim ahli covid-19 ingin melakukan penelitian kuantitatif faktor-faktor apa
yang menyebabkan peningkatan tren kasus konfirmasi positif, kasus aktif
dan kematian meningkat serta apakah PPKM Mikro merupakan solusi
yang tepat dalam menurunkan kasus

2.5 Analisis Masalah


1. Laporan harian covid-19 Sumatera Selatan di bulan April menyatakan
bahwa tren kasus konfirmasi positif baru meningkat kembali setelah

4
sebelumnya ada penurunan, kasus aktif dan kematian juga meningkat
sehingga Satgas Covid-19 menjadikan Sumatera Selatan salah satu
provinsi yang diperlakukan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan
Masyarakat mikro).
a. Apa yang dimaksud dengan laporan harian?
Jawab:
Laporan dapat didefinisikan sebagai bentuk penyajian dari suatu
fakta mengenai ahal yang berkenaan terhadap keadaan ataupun suatu
kegiatan. Tujuan laporan yaitu untuk mengetahui kemajuan dan
perkembangan suatu masalah, mengadakan pengawasan dan
perbaikan, serta untuk dapat mengambil suatu keputusan yang lebih
efektif. Laporan harian adalah data awal untuk membuat laporan
progress. Fungsinya adalah menampilkan data pelaksanaan
pekerjaan dalam kurun waktu satu hari kerja.

b. Apa makna Laporan harian covid-19 Sumatera Selatan di bulan


April menyatakan bahwa tren kasus konfirmasi positif baru
meningkat kembali setelah sebelumnya ada penurunan, kasus aktif
dan kematian juga meningkat sehingga Satgas Covid-19 menjadikan
Sumatera Selatan salah satu provinsi yang diperlakukan PPKM
(Pemberlakuan Pembatasan Masyarakat mikro)?
Jawab:
c. Bagaimana epidemiologi dari covid-19?

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit


menular yang disebabkan oleh Coronavirus jenis baru. Penyakit ini
diawali dengan munculnya kasus pneumonia yang tidak diketahui
etiologinya di Wuhan, China pada akhir Desember 2019 (Li et al,
2020). Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi, kasus tersebut
diduga berhubungan dengan Pasar Seafood di Wuhan. Pada tanggal
7 Januari 2020, Pemerintah China kemudian mengumumkan bahwa

5
penyebab kasus tersebut adalah Coronavirus jenis baru yang
kemudian diberi nama SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2). Virus ini berasal dari famili yang sama
dengan virus penyebab SARS dan MERS. Meskipun berasal dari
famili yang sama, namun SARS-CoV-2 lebih menular dibandingkan
dengan SARS-CoV dan MERS-CoV (CDC China, 2020). Proses
penularan yang cepat membuat WHO menetapkan COVID-19
sebagai KKMMD/PHEIC pada tanggal 30 Januari 2020. Angka
kematian kasar bervariasi tergantung negara dan tergantung pada
populasi yang terpengaruh, perkembangan wabahnya di suatu
negara, dan ketersediaan pemeriksaan laboratorium.
Thailand merupakan negara pertama di luar China yang
melaporkan adanya kasus COVID-19. Setelah Thailand, negara
berikutnya yang melaporkan kasus pertama COVID-19 adalah
Jepang dan Korea Selatan yang kemudian berkembang ke negara-
negara lain. Sampai dengan tanggal 30 Juni 2020, WHO melaporkan
10.185.374 kasus konfirmasi dengan 503.862 kematian di seluruh
dunia (CFR 4,9%). Negara yang paling banyak melaporkan kasus
konfirmasi adalah Amerika Serikat, Brazil, Rusia, India, dan United
Kingdom. Sementara, negara dengan angka kematian paling tinggi
adalah Amerika Serikat, United Kingdom, Italia, Perancis, dan
Spanyol.
Indonesia melaporkan kasus pertama COVID-19 pada tanggal 2
Maret 2020 dan jumlahnya terus bertambah hingga sekarang. Sampai
dengan tanggal 30 Juni 2020 Kementerian Kesehatan melaporkan
56.385 kasus konfirmasi COVID-19 dengan 2.875 kasus meninggal
Case Fatality Rate (CFR 5,1%) yang tersebar di 34 provinsi.
Sebanyak 51,5% kasus terjadi pada laki-laki. Kasus paling banyak
terjadi pada rentang usia 45-54 tahun dan paling sedikit terjadi pada
usia 0-5 tahun. Angka kematian tertinggi ditemukan pada pasien
dengan usia 55-64 tahun.

6
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh CDC China,
diketahui bahwa kasus paling banyak terjadi pada pria (51,4%) dan
terjadi pada usia 30-79 tahun dan paling sedikit terjadi pada usia <10
tahun (1%). Sebanyak 81% kasus merupakan kasus yang ringan,
14% parah, dan 5% kritis (Wu Z dan McGoogan JM, 2020). Orang
dengan usia lanjut atau yang memiliki penyakit bawaan diketahui
lebih berisiko untuk mengalami penyakit yang lebih parah. Usia
lanjut juga diduga berhubungan dengan tingkat kematian. CDC
China melaporkan bahwa CFR pada pasien dengan usia ≥ 80 tahun
adalah 14,8%, sementara CFR keseluruhan hanya 2,3%. Hal yang
sama juga ditemukan pada penelitian di Italia, di mana CFR pada
usia ≥ 80 tahun adalah 20,2%, sementara CFR keseluruhan adalah
7,2% (Onder G, Rezza G, Brusaferro S, 2020). Tingkat kematian
juga dipengaruhi oleh adanya penyakit bawaan pada pasien. Tingkat
10,5% ditemukan pada pasien dengan penyakit kardiovaskular, 7,3%
pada pasien dengan diabetes, 6,3% pada pasien dengan penyakit
pernapasan kronis, 6% pada pasien dengan hipertensi, dan 5,6%
pada pasien dengan kanker.
(Kementerian Kesehatan RI, 2020)

Kementerian Kesehatan RI. (2020) ‘Pedoman Pencegahan dan Pengendalian


Corona Virus deases (Covid-19)’, Kementrian Kesehatan, 5, p. 178. Available
at: https://covid19.go.id/storage/app/media/Protokol/REV-
05_Pedoman_P2_COVID-19_13_Juli_2020.pdf.

Li, Q. et al. Early transmission dynamics in Wuhan, China, of novel


coronavirus–infected pneumonia. N. Engl. J. Med.
https://doi.org/10.1056/NEJMoa2001316 (2020).
CDC.2020. Human virus types. https://www.cdc.gov/coronavirus/types.html
Wu Z, McGoogan JM. Characteristics of and Important Lessons From the
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Outbreak in China: Summary of

7
a Report of 72 314 Cases From the Chinese Center for Disease Control
and Prevention. JAMA. 2020;323(13):1239–1242.
doi:10.1001/jama.2020.2648
Onder G, Rezza G, Brusaferro S. Case-Fatality Rate and Characteristics of
Patients Dying in Relation to COVID-19 in Italy. JAMA. Published
online March 23, 2020. doi:10.1001/jama.2020.4683
d. Apa saja varian virus covid-19?
Jawab:
Dengan munculnya beberapa varian, CDC dan WHO telah
membentuk sistem klasifikasi untuk membedakan varian SARS-
CoV-2 yang muncul menjadi varian yang menjadi perhatian
(variants of concern) dan varian yang diminati (variants of interest)
1. SARS-CoV-2 Variants of Concern (VOCs)
a. VOC 202012/01 (B.1.1.7 lineage)
Pada akhir Desember 2020, varian SARS-CoV-2 baru yang
menjadi perhatian, garis keturunan B.1.1.7, disebut sebagai
VOC 202012/01 atau 20I / 501Y.V1, dilaporkan di Inggris
berdasarkan sekuensing seluruh genom sampel dari pasien
yang dites positif SARS-CoV-2. Varian B.1.1.7 mencakup
17 mutasi pada genom virus. Dari jumlah tersebut, delapan
mutasi (penghapusan Δ69-70, penghapusan Δ144, N501Y,
A570D, P681H, T716I, S982A, D1118H) berada dalam
protein spike (S). N501Y menunjukkan peningkatan afinitas
protein lonjakan ke reseptor ACE 2, meningkatkan
perlekatan virus dan selanjutnya masuk ke sel inang.
Dilaporkan bahwa varian ini dapat lebih mudah ditularkan
yaitu sebesar 43% hingga 82% melebihi varian SARS-CoV-
2 yang sudah ada sebelumnya yang muncul sebagai varian
SARS-CoV-2 yang dominan di Inggris.
b. 501Y.V2 (B.1.351 lineage)

8
Merupakan varian baru dari garis keturunan SARS-CoV-2
(garis keturunan B.1.351 atau 501Y.V2) dengan beberapa
mutasi lonjakan, yang mengakibatkan gelombang kedua
infeksi COVID-19 di Teluk Nelson Mandela di Afrika
Selatan pada bulan Oktober 2020. Varian B.1.351
mencakup sembilan mutasi (L18F, D80A, D215G, R246I,
K417N, E484K, N501Y, D614G, dan A701V) dalam
protein lonjakan, di mana tiga mutasi (K417N, E484K, dan
N501Y) berada di RBD (receptor-binding domain ) dan
meningkatkan afinitas pengikatan untuk reseptor ACE.
SARS-CoV-2 501Y.V2 (garis keturunan B.1.351)
dilaporkan di AS pada akhir Januari 2021. Varian ini
dilaporkan memiliki peningkatan risiko penularan dan
penurunan netralisasi dengan terapi antibodi monoklonal,
serum penyembuhan, dan serum pasca vaksinasi.
c. P.1 (B.1.1.28.1 lineage)
Varian ketiga yang menjadi perhatian, varian B.1.1.28, juga
dikenal sebagai garis keturunan 501Y.V3 atau P.1,
diidentifikasi pada Desember 2020 di Brazil dan pertama
kali terdeteksi di AS pada Januari 2021.
Varian B.1.1.28 menyimpan sepuluh mutasi pada protein
lonjakan (L18F, T20N, P26S, D138Y, R190S, H655Y,
T1027I V1176, K417T, E484K dan N501Y). Tiga mutasi
(L18F, K417N, E484K) terletak di RBD (receptor-binding
domain), mirip dengan varian B.1.351. Berdasarkan update
epidemiologi WHO pada 30 Maret 2021, varian ini telah
menyebar ke 45 negara.
2. SARS-CoV-2 Variants of Interest (VOI)
VOI didefinisikan sebagai varian dengan penanda genetik
spesifik yang telah dikaitkan dengan perubahan yang dapat
menyebabkan peningkatan penularan atau virulensi,

9
pengurangan netralisasi oleh antibodi yang diperoleh melalui
infeksi atau vaksinasi alami, kemampuan untuk menghindari
deteksi, atau penurunan efektivitas terapi atau vaksinasi. Update
Epidemiologi WHO 30 Maret 2021 menggambarkan tiga
Variants of Interest (VOIs), yaitu B.1.427 / B.1.429; B.1.525,
dan B.1.1.28.2.
a. SARS-CoV-2 B.1.427 dan B.1.429
Disebut juga dengan varian CAL.20C / L452R, muncul di
AS sekitar Juni 2020 dan meningkat dari 0% menjadi >50%
kasus berurutan dari 1 September 2020, hingga 29 Januari
2021, menunjukkan peningkatan 18,6-24% dalam penularan
relatif terhadap wild-type circulating strains. Varian ini
mengandung mutasi spesifik (B.1.427: L452R, D614G;
B.1.429: S13I, W152C, L452R, D614G). Karena
penularannya yang meningkat, jenis ini diklasifikasikan
sebagai varian yang menjadi perhatian di AS
b. SARS-CoV-2 B.1.525 dan B.1.526
Memiliki mutasi lonjakan (B.1.525: A67V, Δ69 / 70, Δ144,
E484K, D614G, Q677H, F888L; B.1.526: (L5F *), T95I,
D253G, (S477N *), (E484K *), D614G, (A701V *)) dan
pertama kali terdeteksi di New York pada November 2020
dan diklasifikasikan sebagai varian yang diminati oleh CDC
dan WHO karena potensi penurunan netralisasi oleh
perawatan antibodi dan serum vaksin
c. SARS-CoV-2 B.1.1.28.2 / P2
Memiliki mutasi lonjakan (L18F; T20N; P26S; F157L;
E484K; D614G; S929I; dan V1176F) dan pertama kali
terdeteksi di Brazil pada April 2020 dan diklasifikasikan
sebagai varian yang diminati oleh CDC karena potensi
pengurangan netralisasi oleh antibodi perawatan dan serum
vaksin.

10
(Aleem A, 2021)
Aleem A, Akbar Samad AB, Slenker AK. Emerging Variants of
SARS-CoV-2 And Novel Therapeutics Against Coronavirus
(COVID-19) [Updated 2021 Apr 11]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-.
Diakses tanggal 25 mei 2021.
e. Apa saja jenis klasifikasi dari status pasien covid-19?
Jawab:
Berdasarkan “Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus
Disease (COVID-19) Revisi ke-4” status pasien covid-19 sebagai
berikut:

1. Pasien dalam Pengawasan


a. Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu
demam (≥38°C) atau riwayat demam; disertai salah satu
gejala/tanda penyakit pernapasan seperti: batuk/ sesak nafas/ sakit
tenggorokan/ pilek/ pneumonia ringan hingga berat dan tidak ada
penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan dan
pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang melapoorkan
transmisi lokal
b. Orang dengan demam (≥38°C) atau riwayat demam atau ISPA
dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
kontak dengan kasus konfirmasi atau probabel COVID-19
c. Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan
perawatan di rumah sakit dan tidak ada penyebab lain berdasarkan
gambaran klinis yang meyakinkan
2. Orang dalam Pemantauan
a. Orang yang mengalami demam (≥38°C) atau riwayat demam;
atau gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit
tenggorokan/batuk dan tidak ada penyebab lain berdasarkan

11
gambaran klinis yang meyakinkan dan pada 14 hari terakhir
sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal
di negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal.

b. Orang yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan


seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk dan pada 14 hari terakhir
sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus
konfirmasi COVID-19.
3. Orang Tanpa Gejala (OTG)
Seseorang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari
orang konfirmasi COVID-19. Orang tanpa gejala (OTG)
merupakan kontak erat dengan kasus konfirmasi COVID-19.
Kontak Erat adalah seseorang yang melakukan kontak fisik atau
berada dalam ruangan atau berkunjung (dalam radius 1 meter
dengan kasus pasien dalam pengawasan atau konfirmasi) dalam 2
hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus
timbul gejala. Termasuk kontak erat adalah:
a. Petugas kesehatan yang memeriksa, merawat, mengantar dan
membersihkan ruangan di tempat perawatan kasus tanpa
menggunakan APD sesuai standar.

b. Orang yang berada dalam suatu ruangan yang sama dengan


kasus (termasuk tempat kerja, kelas, rumah, acara besar)
dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari
setelah kasus timbul gejala.

c. Orang yang bepergian bersama (radius 1 meter) dengan segala


jenis alat angkut/kendaraan dalam 2 hari sebelum kasus timbul
gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.
4. Kasus Konfirmasi
Pasien yang terinfeksi COVID-19 dengan hasil pemeriksaan tes
positif melalui pemeriksaan PCR.

(Isbaniah, 2020)

12
Isbaniah, F. (2020) ‘Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus
Disease (COVID-19)’, Germas, pp. 0–115. Available at:
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/download/REV-
04_Pedoman_P2_COVID-19__27_Maret2020_TTD1.pdf.

Berdasarkan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus


Disease (COVID-19) Revisi ke-5” definisi operasional kasus COVID-19
yaitu Kasus Suspek, Kasus Probable, Kasus Konfirmasi, Kontak Erat,
Pelaku Perjalanan, Discarded, Selesai Isolasi, dan Kematian. Untuk Kasus
Suspek, Kasus Probable, Kasus Konfirmasi, Kontak Erat, istilah yang
digunakan pada pedoman sebelumnya adalah Orang Dalam Pemantauan
(ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP), Orang Tanpa Gejala (OTG).
1. Kasus Suspek
Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut:
a. Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)*
DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki
riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah Indonesia
yang melaporkan transmisi lokal**.

b. Orang dengan salah satu gejala/tanda ISPA* DAN pada 14


hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak
dengan kasus konfirmasi/probable COVID-19.

c. Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat*** yang


membutuhkan perawatan di rumah sakit DAN tidak ada
penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang
meyakinkan.
2. Kasus Probable

13
Kasus suspek dengan ISPA Berat/ARDS***/meninggal dengan
gambaran klinis yang meyakinkan COVID-19 DAN belum ada
hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR.
3. Kasus Konfirmasi
Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19
yang dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium RT-PCR.
Kasus konfirmasi dibagi menjadi 2:
a. Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik)

b. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik)


4. Kontak Erat
Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau
konfirmasi COVID-19. Riwayat kontak yang dimaksud antara
lain:
a. Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable atau
kasus konfirmasi dalam radius 1 meter dan dalam jangka
waktu 15 menit atau lebih.

b. Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau


konfirmasi (seperti bersalaman, berpegangan tangan, dan
lain-lain).

c. Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus


probable atau konfirmasi tanpa menggunakan APD yang
sesuai standar.

d. Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak


berdasarkan penilaian risiko lokal yang ditetapkan oleh tim
penyelidikan epidemiologi setempat (penjelasan sebagaimana
terlampir).
Pada kasus probable atau konfirmasi yang bergejala
(simptomatik), untuk menemukan kontak erat periode kontak
dihitung dari 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14
hari setelah kasus timbul gejala.

14
Pada kasus konfirmasi yang tidak bergejala (asimptomatik),
untuk menemukan kontak erat periode kontak dihitung dari 2
hari sebelum dan 14 hari setelah tanggal pengambilan spesimen
kasus konfirmasi.
5. Pelaku Perjalanan
Seseorang yang melakukan perjalanan dari dalam negeri
(domestik) maupun luar negeri pada 14 hari terakhir.
6. Discarded
Discarded apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:
a. Seseorang dengan status kasus suspek dengan hasil pemeriksaan
RT-PCR 2 kali negatif selama 2 hari berturut-turut dengan selang
waktu >24 jam.

b. Seseorang dengan status kontak erat yang telah menyelesaikan


masa karantina selama 14 hari.
7. Selesai Isolasi
Selesai isolasi apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:
a. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik) yang tidak
dilakukan
pemeriksaan follow up RT-PCR dengan ditambah 10 hari
isolasi mandiri sejak pengambilan spesimen diagnosis
konfirmasi.

b. Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala


(simptomatik) yang tidak dilakukan pemeriksaan follow up
RT-PCR dihitung 10 hari sejak tanggal onset dengan
ditambah minimal 3 hari setelah tidak lagi menunjukkan
gejala demam dan gangguan pernapasan.
c. Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala
(simptomatik) yang mendapatkan hasil pemeriksaan follow
up RT-PCR 1 kali negatif, dengan ditambah minimal 3 hari
setelah tidak lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan
pernapasan.

15
8. Kematian
Kematian COVID-19 untuk kepentingan surveilans adalah kasus
konfirmasi/probable COVID-19 yang meninggal.
(Kementerian Kesehatan RI, 2020)

Kementerian Kesehatan RI. (2020) ‘Pedoman Pencegahan dan Pengendalian


Corona Virus deases (Covid-19)’, Kementrian Kesehatan, 5, p. 178. Available
at: https://covid19.go.id/storage/app/media/Protokol/REV-
05_Pedoman_P2_COVID-19_13_Juli_2020.pdf.

f. Apa saja faktor risiko dari covid-19?


Jawab:
Laki-laki perokok aktif adalah faktor risiko dari infeksi Covid-19.
(29) Begitu pula dengan pasien yang sudah ada penyakit bawaan
seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit kardiovaskular
(perokok, diabetes mellitus, serta hipertensi) terdapat peningkatan
pada reseptor Angiotensin-converting enzyme ACE2. (29)(30) Pasien
lanjut usia yang memiliki komorbiditas seperti penyakit
kardiovaskular, hipertensi, penyakit ginjal kronis, dan diabetes
mellitus memiliki faktor risiko lebih besar terkena SARS-CoV-2.
(30) Pengguna angiotensin receptor blocker (ARB) berisiko tinggi
terkena Covid-19.(31) Pasien dengan kanker lebih rentan terhadap
infeksi daripada orang yang tidak memiliki kanker, karena keadaan
imunosupresif sistemik pada pasien kanker yang disebabkan oleh
kemoterapi dan pembedahan.(32) Karenanya, pasien kanker
memiliki risiko tinggi terkena Covid-19 dan prognosisnya buruk.(32)
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), faktor
risiko yang paling penting adalah kontak langsung dengan penderita
Covid-19.(10) Baik itu tinggal serumah atau memiliki riwayat
berpergian ke tempat pandemik.(10)Tenaga medis adalah salah satu
risiko paling tinggi tertular SARS-CoV-2 ini.(10)

16
10. Susilo A, Rumende CM, Pitoyo CW, Santoso WD, Yulianti M,
Herikurniawan H, et al. Coronavirus Disease 2019: Tinjauan
Literatur Terkini. J Penyakit Dalam Indones. 2020;7(1):45.
29. Cai H. Sex difference and smoking predisposition in patients
with COVID-19. Lancet Respir Med [Internet]. 2020;8(4):e20.
30. Lei F, George K, Roth M. Are patients with hypertension and
diabetes mellitus at increased risk for COVID-19 infection?
Lancet [Internet]. 20AD;8(April):e21.
31. Diaz JH. Hypothesis: angiotensinconverting enzyme inhibitors
and angiotensin receptor blockers may increase the risk of
severe COVID-19. J Travel Med. 2020;27(3):1–7.
32. Liang W, Guan W, Chen R, Wang W, Li J, Xu K, et al.
Cancer patients in SARS-CoV2 infection: a nationwide
analysis in China. Lancet Oncol. 2020;21(3):335–7.
g. Apa manifestasi klinis dari covid-19?
Jawab:

Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul


secara bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan
gejala apapun dan tetap merasa sehat. Gejala COVID-19 yang paling
umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien
mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek,
nyeri kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, hilang
penciuman dan pembauan atau ruam kulit.
Menurut data dari negara-negara yang terkena dampak awal
pandemi, 40% kasus akan mengalami penyakit ringan, 40% akan
mengalami penyakit sedang termasuk pneumonia, 15% kasus akan
mengalami penyakit parah, dan 5% kasus akan mengalami kondisi
kritis. Pasien dengan gejala ringan dilaporkan sembuh setelah 1
minggu. Pada kasus berat akan mengalami Acute Respiratory
Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik, gagal multi-

17
organ, termasuk gagal ginjal atau gagal jantung akut hingga
berakibat kematian. Orang lanjut usia (lansia) dan orang dengan
kondisi medis yang sudah ada sebelumnya seperti tekanan darah
tinggi, gangguan jantung dan paru, diabetes dan kanker berisiko
lebih besar mengalami keparahan.
(Kementerian Kesehatan RI, 2020)

Kementerian Kesehatan RI. (2020) ‘Pedoman Pencegahan dan Pengendalian


Corona Virus deases (Covid-19)’, Kementrian Kesehatan, 5, p. 178. Available
at: https://covid19.go.id/storage/app/media/Protokol/REV-
05_Pedoman_P2_COVID-19_13_Juli_2020.pdf.

h. Bagaimana cara pencegahan penularan dari covid-19?


Jawab:

Penularan COVID-19 terjadi melalui droplet yang mengandung virus


SARS-CoV-2 yang masuk ke dalam tubuh melalui hidung, mulut
dan mata, untuk itu pencegahan penularan COVID-19 dilakukan
dengan beberapa tindakan, seperti:
a. Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai
sabun dan air mengalir selama 40-60 detik atau menggunakan
cairan antiseptik berbasis alkohol (handsanitizer) minimal 20 –
30 detik. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan
tangan yang tidak bersih.

b. Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi


hidung dan mulut jika harus keluar rumah atau berinteraksi
dengan orang lain yang tidak diketahui status kesehatannya
(yang mungkin dapat menularkan COVID-19).

c. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk


menghindari terkena droplet dari orang yang yang batuk atau
bersin. Jika tidak memungkin melakukan jaga jarak maka dapat

18
dilakukan dengan berbagai rekayasa administrasi dan teknis
lainnya.

d. Membatasi diri terhadap interaksi / kontak dengan orang lain


yang tidak diketahui status kesehatannya.

e. Saat tiba di rumah setelah bepergian, segera mandi dan berganti


pakaian sebelum kontak dengan anggota keluarga di rumah.

f. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan pola hidup


bersih dan sehat (PHBS) seperti konsumsi gizi seimbang,
aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, istirahat yang cukup
termasuk pemanfaatan kesehatan tradisional. Pemanfaatan
kesehatan tradisional, salah satunya dilakukan dengan
melaksanakan asuhan mandiri kesehatan tradisional melalui
pemanfaatan Taman Obat Keluarga (TOGA) dan akupresur
(Kementerian Kesehatan RI, 2020)

Kementerian Kesehatan RI. (2020) ‘Pedoman Pencegahan dan


Pengendalian Corona Virus deases (Covid-19)’, Kementrian
Kesehatan, 5, p. 178. Available at:
https://covid19.go.id/storage/app/media/Protokol/REV-
05_Pedoman_P2_COVID-19_13_Juli_2020.pdf.

i. Bagaimana cara menegakkan diagnosis dari covid-19?


Jawab:
WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh
pasien yang terduga terinfeksi COVID-19. Metode yang dianjurkan
adalah metode deteksi molekuler/NAAT (Nucleic Acid
Amplification Test) seperti pemeriksaan RT-PCR.

(Kementerian Kesehatan RI, 2020)

Kementerian Kesehatan RI. (2020) ‘Pedoman Pencegahan dan


Pengendalian Corona Virus deases (Covid-19)’, Kementrian

19
Kesehatan, 5, p. 178. Available at:
https://covid19.go.id/storage/app/media/Protokol/REV-
05_Pedoman_P2_COVID-19_13_Juli_2020.pdf.

j. Apa saja tugas dan wewenang dari petugas satgas covid-19 dalam
melakukan PPKM mikro?
Jawab:
k. Apa tujuan diberlakukannya PPKM mikro?
Jawab:
Dalam rangka melakukan pencegahan penularan covid-19
l. Apa saja pengaruh yang timbul akibat diberlakukannya PPKM mikro
pada masyarakat Sumatera Selatan?
Jawab:

m. Apa saja isi dari PPKM mikro yang diberlakukan di Sumatera


Selatan?
Jawab: banyak kali loh

PPKM Mikro sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU dalam


instruksi menteri dalam negeri nomor 10 tahun 2021 tentang
PERPANJANGAN PEMBERLAKUAN PEMBATASAN
KEGIATAN MASYARAKAT BERBASIS MIKRO DAN
MENGOPTIMALKAN POSKO PENANGANAN CORONA VIRUS
DISEASE 2019 DI TINGKAT DESA DAN KELURAHAN UNTUK
PENGENDALIAN PENYEBARAN CORONA VIRUS DISEASE
2019 dilakukan dengan mempertimbangkan kriteria zonasi
pengendalian wilayah hingga tingkat RT dengan kriteria sebagai
berikut:
a. Zona Hijau dengan kriteria tidak ada kasus COVID-19 di satu
RT, maka scenario pengendalian dilakukan dengan surveilans
aktif, seluruh suspek di tes dan pemantauan kasus tetap
dilakukan secara rutin dan berkala;

20
b. Zona Kuning dengan kriteria jika terdapat 1 (satu) sampai
dengan 2 (dua) rumah dengan kasus konfirmasi positif dalam
satu RT selama 7 (tujuh) hari terakhir, maka scenario
pengendalian adalah menemukan kasus suspek dan pelacakan
kontak erat, lalu melakukan isolasi mandiri untuk pasien positif
dan kontak erat dengan pengawasan ketat;
c. Zona Oranye dengan kriteria jika terdapat 3 (tiga) sampai
dengan 5 (lima) rumah dengan kasus konfirmasi positif dalam
satu RT selama 7 (tujuh) hari terakhir, maka scenario
pengendalian adalah menemukan kasus suspek dan pelacakan
kontak erat, lalu melakukan isolasi mandiri untuk pasien positif
dan kontak erat dengan pengawasan ketat, serta menutup rumah
ibadah, tempat bermain anak, dan tempat umum lainnya kecuali
sektor esensial; dan
d. Zona Merah dengan kriteria jika terdapat lebih dari 5 (lima)
rumah dengan kasus konfirmasi positif dalam satu RT selama 7
(tujuh) hari terakhir, maka skenario pengendalian adalah
Pemberlakuan PPKM tingkat RT yang mencakup:
1. Menemukan kasus suspek dan pelacakan kontak erat;
2. Melakukan isolasi mandiri/ terpusat dengan pengawasan
ketat;
3. Menutup rumah ibadah, tempat bermain anak dan tempat
umum lainnya kecuali sektor esensial;
4. Melarang kerumuman lebih dari 3 (tiga) orang;
5. Membatasi keluar masuk wilayah rt maksimal hingga pukul
20.00; dan
6. Meniadakan kegiatan sosial masyarakat di lingkungan rt yang
menimbulkan kerumunan dan berpotensi menimbulkan
penularan

21
Pengaturan lebih lanjut hal-hal sebagaimana dimaksud pada huruf a
sampai dengan huruf d ditetapkan oleh Satuan Tugas (Satgas)
Penanganan COVID-19 Nasional.

PPKM Mikro dilakukan bersamaan dengan PPKM Kabupaten/


Kota, yang terdiri dari:
a. Membatasi tempat kerja/ perkantoran dengan menerapkan Work From
Home (WFH) sebesar 50% (lima puluh persen) dan Work From Office
(WFO) sebesar 50% (lima puluh persen) dengan memberlakukan protokol
kesehatan secara lebih ketat;
b. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara daring ( online) dan luring
(offline) atau tatap muka, untuk perguruan tinggi/akademi dibuka secara
bertahap dengan proyek percontohan yang ditetapkan dengan Peraturan
Daerah (Perda) atau Peraturan Kepala Daerah (Perkada), dengan
penerapan protokol kesehatan secara lebih ketat;
c. Untuk sektor esensial seperti, kesehatan, bahan pangan, makanan,
minuman, energi, komunikasi dan teknologi informasi, keuangan,
perbankan, sistem pembayaran, pasar modal, logistik, perhotelan,
konstruksi, industri strategis, pelayanan dasar, utilitas publik, dan industri
yang ditetapkan sebagai objek vital nasional dan objek tertentu, kebutuhan
sehari-hari yang berkaitan dengan kebutuhan pokok masyarakat tetap
dapat beroperasi 100% (seratus persen) dengan pengaturan jam
operasional, kapasitas, dan penerapan protocol kesehatan secara lebih
ketat;
d. Melakukan pengaturan pemberlakuan pembatasan:
1. Kegiatan restoran (makan/ minum di tempat sebesar 50% (lima puluh
persen) dan untuk layanan makanan melalui pesan antar/dengan jam
operasional restoran dengan penerapan protokol kesehatan yang lebih
ketat; dan

22
2. Pembatasan jam operasional untuk pusat perbelanjaan / mall sampai
dengan Pukul 21.00 dengan penerapan protokol kesehatan yang lebih
ketat,
e. Mengizinkan kegiatan konstruksi beroperasi 100% (seratus persen) dengan
penerapan protokol kesehatan yang lebih ketat;
f. Mengizinkan tempat ibadah untuk dilaksanakan dengan pembatasan
kapasitas sebesar 50% (lima puluh persen) dengan penerapan protokol
kesehatan yang lebih ketat;
g. Kegiatan fasilitas umum diizinkan dibuka, dengan pembatasan kapasitas
maksimal 50% (lima puluh persen) yang pengaturannya ditetapkan dengan
Peraturan Daerah (Perda) atau Peraturan Kepala Daerah (Perkada);
h. Kegiatan seni, sosial dan budaya yang dapat menimbulkan kerumunan
diizinkan dibuka maksimal 25% (dua puluh lima persen) dengan
penerapan protokol kesehatan secara lebih ketat; dan
i. Dilakukan pengaturan kapasitas dan jam operasional transportasi umum.

n. Dimana saja tempat yang dilakukan pemberlakuan PPKM mikro?


Jawab:
Berdasarkan diktum kesatu dalam instruksi menteri dalam negeri
nomor 10 tahun 2021 tentang PERPANJANGAN
PEMBERLAKUAN PEMBATASAN KEGIATAN
MASYARAKAT BERBASIS MIKRO DAN
MENGOPTIMALKAN POSKO PENANGANAN CORONA VIRUS
DISEASE 2019 DI TINGKAT DESA DAN KELURAHAN UNTUK
PENGENDALIAN PENYEBARAN CORONA VIRUS DISEASE
2019. Daerah yang dihimbau untuk memberlakukan PPKM mikro
adalah sebagai berikut:
1. DKI Jakarta
2. Jawa Barat dengan prioritas wilayah Kabupaten Bogor,
Kabupaten Bekasi, Kota Cimahi, Kota Bogor, Kota Depok,
Kota Bekasi, dan Wilayah Bandung Raya

23
3. Banten dengan prioritas wilayah Kabupaten Tangerang, Kota
Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan
4. Jawa Tengah dengan prioritas wilayah Semarang Raya,
Banyumas Raya, Kota Surakarta, dan sekitarnya

5. Daerah Istimewa Yogyakarta dan Bupati/ Wali kota dengan


prioritas wilayah Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul,
Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Sleman dan Kabupaten
Kulon Progo
6. Jawa Timur dengan prioritas wilayah Surabaya Raya,
Madiun Raya dan Malang Raya
7. Bali dengan prioritas wilayah Kabupaten Badung, Kabupaten
Gianyar, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Tabanan, dan
Kota Denpasar
8. Sumatera utara
9. Kalimantan timur
10. Kalimantan selatan
11. Kalimantan tengah
12. Sulawesi utara
13. Sulawesi selatan
14. Nusa tenggara barat
15. Nusa tenggara timur
16. Aceh
17. Riau
18. Sumatera selatan
19. Kalimantan utara
20. Papua
21. Sumatera barat
22. Jambi
23. Lampung

24
24. Kalimantan barat
25. Kepulauan Bangka Belitung
26. Kepulauan riau
27. Bengkulu
28. Sulawesi tengah
29. Sulawesi tenggara
30. Papua barat
o. Apa saja syarat pemberlakuan PPKM mikro?
Jawab:

PPKM Mikro sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU dalam


instruksi menteri dalam negeri nomor 10 tahun 2021 tentang
PERPANJANGAN PEMBERLAKUAN PEMBATASAN
KEGIATAN MASYARAKAT BERBASIS MIKRO DAN
MENGOPTIMALKAN POSKO PENANGANAN CORONA VIRUS
DISEASE 2019 DI TINGKAT DESA DAN KELURAHAN UNTUK
PENGENDALIAN PENYEBARAN CORONA VIRUS DISEASE
2019 dilakukan dengan mempertimbangkan kriteria zonasi
pengendalian wilayah hingga tingkat RT dengan kriteria sebagai
berikut:
e. Zona Hijau dengan kriteria tidak ada kasus COVID-19 di satu
RT, maka scenario pengendalian dilakukan dengan surveilans
aktif, seluruh suspek di tes dan pemantauan kasus tetap
dilakukan secara rutin dan berkala;
f. Zona Kuning dengan kriteria jika terdapat 1 (satu) sampai
dengan 2 (dua) rumah dengan kasus konfirmasi positif dalam
satu RT selama 7 (tujuh) hari terakhir, maka scenario
pengendalian adalah menemukan kasus suspek dan pelacakan
kontak erat, lalu melakukan isolasi mandiri untuk pasien positif
dan kontak erat dengan pengawasan ketat;

25
g. Zona Oranye dengan kriteria jika terdapat 3 (tiga) sampai
dengan 5 (lima) rumah dengan kasus konfirmasi positif dalam
satu RT selama 7 (tujuh) hari terakhir, maka scenario
pengendalian adalah menemukan kasus suspek dan pelacakan
kontak erat, lalu melakukan isolasi mandiri untuk pasien positif
dan kontak erat dengan pengawasan ketat, serta menutup rumah
ibadah, tempat bermain anak, dan tempat umum lainnya kecuali
sektor esensial; dan
h. Zona Merah dengan kriteria jika terdapat lebih dari 5 (lima)
rumah dengan kasus konfirmasi positif dalam satu RT selama 7
(tujuh) hari terakhir, maka skenario pengendalian adalah
Pemberlakuan PPKM tingkat RT yang mencakup:
1. Menemukan kasus suspek dan pelacakan kontak erat;
7. Melakukan isolasi mandiri/ terpusat dengan pengawasan
ketat;
8. Menutup rumah ibadah, tempat bermain anak dan tempat
umum lainnya kecuali sektor esensial;
9. Melarang kerumuman lebih dari 3 (tiga) orang;
10. Membatasi keluar masuk wilayah rt maksimal hingga pukul
20.00; dan
11. Meniadakan kegiatan sosial masyarakat di lingkungan rt yang
menimbulkan kerumunan dan berpotensi menimbulkan
penularan
Pengaturan lebih lanjut hal-hal sebagaimana dimaksud pada huruf a
sampai dengan huruf d ditetapkan oleh Satuan Tugas (Satgas)
Penanganan COVID-19 Nasional.

Cakupan pengaturan pemberlakuan pembatasan meliputi Provinsi dan


Kabupaten / Kota yang memenuhi unsur:
a. Tingkat kematian di atas rata-rata tingkat kematian nasional;
b. Tingkat kesembuhan di bawah rata-rata tingkat kesembuhan nasional;

26
c. Tingkat kasus aktif di atas rata-rata tingkat kasus aktif nasional;
d. Tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit ( bed occupancy ratio/
bor) untuk intensive care unit (icu) dan ruang isolasi di atas 70%
(tujuh puluh persen); dan
e. Positivity rate (proporsi tes positif) di atas 5% (lima persen).
2. Berdasarkan penelitian secara kualitatif dengan indepth interview pada
beberapa tokoh masyarakat protokol kesehatan seperti menggunakan
masker, menjaga jarak dan mencuci tangan saat mencuci tangan saat
keluar rumah masih sangat rendah.
a. Apa makna berdasarkan penelitian secara kualitatif dengan indepth
interview pada beberapa tokoh masyarakat protokol kesehatan seperti
menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan saat
mencuci tangan saat keluar rumah masih sangat rendah?
b. Apa saja jenis-jenis desain penelitian kualitatif?
Jawab:
1. Pernyataan masalah
2. Desain riset yang meliputi : teknik sampling, sampel, jenis data,
instrument pengambilan data, metode pengambilan data dan
teknik analisis data

27
1. Pernyataan masalah
Rumuskan masalah yang akan diteliti, masalah yang
jelas dan tidak bermakna ganda sehingga menimbulkan
berbagai interpretasi
2. Teknik sampling
Pertimbangan pertama dalam menentukan sampel ialah
bahwa untuk penelitian kualitatif kita menggunakan apa
yang disebut dengan teknik non probabilitas yaitu
teknik mengambil sampel yang tidak didasarkan pada
formulasi statistic. Teknik tersebut meliputi kesesuaian
(convenience), penilaian (judgment), bola salju
(snowball). Pertimbangan kedua adalah penentuan
kualitas responden.
3. Jenis data
Primer dan sekunder dalam bentuk selain angka

28
4. Instrument pengambilan data Wawancara (in depth
interview)
5. Metode pengambilan data
Melakukan wawancara, observasi terlibat langsung, dan
review dokumen
6. Teknik analisis
Teknik analisis terdiri dari analisis domain, taksonomi,
komponensial, tema kultural dan komparasi konstan
c. Bagaimana cara pengumpulan data kualitatif?
Jawab:

d. Bagaimana cara pengambilan data dengan indepth interview?


Jawab:
Pada jenis wawancara ini peneliti menggali data seperti halnya
pada diskusi terarah, namun subyek diwawancara secara
individual. Wawancara ini biasanya mencakup data secara luas
namun mengarah pada masalah tertetentu secara detil. Peneliti
jarang menggunakan daftar pertanyaan yang sudah menjurus
seperti yang sering digunakan pada penelitian kuantitatif.
Peneliti mendorong subyek untuk mengekspresikan pandangan
secara panjang-lebar. Salah satu teknik disebut dengan "the
critical incident study" yaitu subyek diminta memberikan
komentar terhadap suatu kejadian nyata. Teknik ini memberikan
gambaran lebih dalam tentang kepercayaan, sikap dan perilaku
subyek.
(Sastroasmoro, 2011)
Sastroasmoro S., Ismael S. 2011. Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Klinis edisi ke-4. Sagung Seto: Jakarta.
e. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari penelitian kualitatif?
Jawab:
A. Kelebihan

29
1. Permasalahan dapat diteliti secara lebih detil dan mendalam
2. Wawancaia tidak dibatasi oleh pertanyaan spesifik yang telah
dipersiapkan, namun dapat diarahkan ke arah yang lebih
mendalam pada saat wawancara dilaksanakan
3. Kerangka pikir dan arah penelitian dapat direvisi dengan cepat
oleh peneliti atas adanya informasi baru
4. Data yang terkumpul didasarkan atas pengalaman individu yang
sangat kuat dan kadang lebih meyakinkan ketimbang data
kuantitatif yang bersifat data agregat
5. Pada penelitian kualitatif memang data seringkali didapat dari
sedikit kasus atau individu sehingga temuan tidak dapat
digeneralisasi ke populasi yang lebih besar. Namun temuan
dapat ditransfer ke situasi/setting yang lain.
B. Kekurangan
1. Kualitas penelitian sangat bergantung pada keterampilan
individu dan lebih mudah dipengaruhi oleh bias personal dan
idiosinkrasi peneliti
2. Akurasi penelitian lebih sulit dipertahankan, dianalisis dan
disajikan
3. Besarnya volume data membuat analisis dan interpretasi
menghabiskan waktu yang lama
4. Seringkali penelitian kualitatif tidak dapat dimengerti dan
diterima sebaik penelitian kuantitatif oleh komunitas ilmiah
5. Kehadiran peneliti selama pengumpulan data (yang sering tidak
dapat dihindari dalam penelitian kualitatif) dapat memengaruhi
respons subyek.
6. Saat menyajikan temuan penelitian, kerahasiaan identitas subyek
dapat menjadi masalah
(Sastroasmoro, 2011)
Sastroasmoro S., Ismael S. 2011. Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Klinis edisi ke-4. Sagung Seto: Jakarta.

30
f. Apa saja metode pengambilan data dari penelitian kualitatif?
Jawab:
1. Diskusi kelompok terarah (focus group discussion)
Pada metode ini peneliti membentuk kelompok kecil yang
terdiri atas beberapa responden untuk mendiskusikan suatu
topik. Kelompok kecil ini membuat responden merasa nyaman,
tidak terintimidasi sehingga dapat mengemukakan pendapat
secara bebas. Panduan topik diskusi biasanya telah disiapkan
oleh peneliti yang biasanya sekaligus menjadi pemimpin
kelompok agar dapat memastikan bahwa seluruh aspek yang
berkaitan dengan topik sudah didiskusikan. Jalannya diskusi
seringkali direkam untuk kemudian dibuat transkripnya untuk
kemudian dianalisis.
2. Observasi langsung (direct observation)
Pada metode ini peneliti berusaha untuk tidak terlihat sebagai
seorang pengamat tetapi justru menjadi bagian dari populasi
yang diteliti. Ini dimaksudkan agar mereka dapat menjalin
pengertian tentang nilai-nilai dan kepercayaan-kepercayaan
anggota populasi tersebut. Data dapat dikumpulkan oleh
pengamat eksternal yang tidak ikut dalam proses diskusi. Pada
proses ini peneliti kadang menyiapkan daftar apa yang ingin
diobservasi sebelumya, namun bisa juga peneliti membuat
catatan-catatan hasil pengamatan setelah selesai dilakukan
observasi.
3. Wawancara mendalam (in- depth interviews)
Pada jenis wawancara ini peneliti menggali data seperti halnya
pada diskusi terarah, namun subyek diwawancara secara
individual. Wawancara ini biasanya mencakup data secara luas
namun mengarah pada masalah tertetentu secara detil. Peneliti
jarang menggunakan daftar pertanyaan yang sudah menjurus
seperti yang sering digunakan pada penelitian kuantitatif.

31
Peneliti mendorong subyek untuk mengekspresikan pandangan
secara panjang-lebar. Salah satu teknik disebut dengan "the
critical incident study" yaitu subyek diminta memberikan
komentar terhadap suatu kejadian nyata. Teknik ini memberikan
gambaran lebih dalam tentang kepercayaan, sikap dan perilaku
subyek.
Metode lainnya yang juga sering digunakan adalah metode
catatan harian (diary methods), role-play and stimulation,
serta studi kasus (case study).
(Sastroasmoro, 2011)
Sastroasmoro S., Ismael S. 2011. Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Klinis edisi ke-4. Sagung Seto: Jakarta.
g. Apa saja langkah-langkah dalam melakukan penelitian?
Jawab:
1. Mengidentifikasi masalah
Ialah peneliti melakukan perumusan masalah yang akan diteliti.
Merupakan tahapan terpenting tanpa perumusan masalah yang
jelas maka peneliti akan kehilangan arah dalam melakukan
penelitian
2. Membuat hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari persoalan yang
akan di teliti. Perumusannya dibagi menjadi tuga tahapan yaitu
pertama menentukan hipotesis penelitian yang didasari oleh
asumsi penulis terhadap hubungan variabel yang sedang diteliti.
Kedua, tentukan hipotesis operasional yang terdiri dari hipotesis
0 (H0) dan hipotesis 1 (H1). Ketiga, menentukan hipotesis
statistic.
3. Studi literatur
Peneliti melakukan kajian pustaka yaitu mempelajari buku-buku
referensi dan hasil penelitian sejenis sebelumnya yang pernah
dilakukan oleh orang lain.

32
4. Mengidentifikasi dan memberi nama variabel
Merupakan salah satu tahapan penting karena hanya dengan
mengenal variabel yang sedang diteliti seorang peneliti dapat
memahami hubungan dan makna variabel- variabel yang sedang
diteliti.
5. Membuat definisi operasional
Definisi operasional memungkinkan sebuah konsep yang
bersifat abstrak dijadikan suatu yang operasional sehingga
memudahkan peneliti dalam melakukan pengukuran.
6. Memanipulasi dan mengontrol variabel
Memanipulasi disini ialah memberikan suatu perlakuan pada
variabel bebas dengan tujuan peneliti dapat melihat efeknya bagi
variabel tergantung atau variabel yang dipengaaruhinya.
Sedangkan yang dimaksud dengan mengontrol variabel adalah
melakukan control terhadap variabel tertentu dalam penelitian
agar variabel tersebut tidak mengganggu hubungan antara
variabel bebas dan variabel tergantung.
7. Menyusun desain penelitian
Desain penelitian bagaikan alat penuntun bagi peneliti dalam
melakukan proses penentuan instrument pengambilan data,
penentuan sampel, koleksi data dan analisisnya
8. Mengidentifikasi dan menyusun alat observasi dan pengukuran
Seorang peneliti harus melakukan identifikasi alat apa yang
sesuai untuk mengambil data dalam hubungannya dengan tujuan
penelitiannya.
9. Membuat kuesioner
10. Melakukan analisis statistik
11. Menggunakan komputer untuk analisis data
12. Menulis laporan hasil penelitian
(Sarwono, 2018)

33
Sarwono J. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif Dan
Kualitatif. Graha Ilmu: Yogyakarta
h. Apa jenis laporan hasil penelitian dibidang kedokteran?
i. Bagaimana cara penyusunan laporan yang baik dan benar? (susunan
laporan)
j. Bagaimana cara pengambilan data untuk penelitian?
k. Apa saja variabel-variabel dari penelitian?
Jawab:
Variabel yaitu konsep yang mempunyai variasi nilai. Jadi
konsep “Badan” bukan variabel, karena badan tidak mengandung
pengertian adanya nilai yang bervariasi. “Berat Badan” adalah
variabel karena memiliki nilai yang berbeda. Seks adalah variabel
karena mempunyai nilai yaitu laki-laki dan wanita. Umur,
Pendidikan, Status perkawinan, jumlah anak, status pemilikan tanah,
peredaranuang semuanya adalah variabel. Konsep-konsep yang tidak
mengandung pengertian nilai yang beragam biasanya dapat diubah
menjadi variabel dengan memusatkan pada aspek tertentu dari
konsep tersebut (Siyoto, 2015)
Dalam penelitian yang dilakukan secara kualitatif dengan
indepth interview pada beberapa tokoh masyarakat protokol
kesehatan seperti menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci
tangan saat mencuci tangan saat keluar rumah masih sangat rendah.
Veriabel bebasnya adalah protocol kesehatan dan variabel terikatnya
adalah menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan saat
mencuci tangan.
1. Variabel bebas dan variabel terikat
Variabel bebas sering disebut independent, variabel stimulus, prediktor,
antecedent. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel
terikat atau dependen atau disebut variabel output, kriteria, konsekuen,
adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

34
variabel bebas. Variabel terikat tidak dimanipulasi, melainkan diamati
variasinya sebagai hasil yang dipradugakan berasal dari variabel bebas.
Biasanya variabel terikat adalah kondisi yang hendak kita jelaskan. Dalam
eksperimen-eksperimen, variabel bebas adalah variabel yang
dimanipulasikan (“dimainkan”) oleh pembuat eksperimen. Misalnya,
manakala peneliti di bidang pendidikan mengkaji akibat dari berbagai
metode pengajaran, peneliti dapat memanipulasi metode sebagai (variabel
bebasnya) dengan mengggunakan berbagai metode. Dalam penelitian yang
bersifat tidak eksperimental, yang dijadikan variabel bebas ialah yang
“secara logis” menimbulkan akibat tertentu terhadap suatu variabel terikat.
Contohnya, dalam penelitian tentang merokok dan kanker paru-paru,
merokok (yang memang telah dilakukan oleh banyak subyek) merupakan
variable bebas, sementara kanker paru-paru merupakan akibat dari
merokok atau sebagai variabel terikat. Jadi variabel bebas adalah variabel
penyebab, sadangkan variabel terikat yang menjadi akibatnya. Dalam
bidang pendidikan variabel terikat yang paling lazim adalah, misalnya
prestasi, atau “hasil belajar”. Untuk mengetahui prestasi belajar peserta
didik, peneliti memiliki sejumlah besar kemungkinan variabel bebasnya,
antara lain: kecerdasan, kelas sosial, metode pembelajaran, tipe
kepribadian, tipe motivasi (imbalan/hadiah dan hukuman), sikap terhadap
sekolah, suasana kelas dan seterusnya. Untuk lebih mudah dipahami
berikut ini ditampilkan skema mengenai penjelasan di atas.
2. Variabel aktif dan variabel atribut
Variabel aktif adalah variabel bebas yang dimanipulasi. Sebarang variabel
yang dimanipulasikan merupakan variabel aktif. Misalnya peneliti
memberikan penguatan positif untuk jenis kelakuan tertentu dan
melakukan hal yang berbeda terhadap kelompok lain atau memberikan
instruksi yang berlainan pada kedua kelompok tersebut atau peneliti
menggunakan metode pembelajaran yang berbeda, atau memberikan
imbalan kepada subyek-subyek dalam kelompok lain, atau menciptakan
kecemasan dengan instruksi-instruksi yang meresahkan, maka peneliti

35
secara aktif memanipulasi variabel metode, penguatan, dan kecemasan.
Variabel atribut adalah yang tidak dapat dimanipulasi atau kata lain
variabel yang sudah melekat dan merupakan ciri dari subyek penelitian.
Misalnya: Intelegensi, bakat jenis kelamin, status sosialekonomi, sikap,
daerah geografis suatu wilayah, dan seterusnya. Ketika kita melakukan
penelitian atau kajian subyek-subyek penelitian kita sudah membawa
variabel-variabel (atribut-atribut) itu. Yang membentuk individu atau
subyek penelitian tersebut adalah lingkungan, keturunan, dan situasi-
situasi lainnya. Perbedaan variabel aktif dan variabel atribut ini bersifat
umum. Akan tetapi variabel atribut dapat pula menjadi variabel aktif. Ciri
ini memungkinkan untuk penelitian relasi “yang sama” dengan cara
berbeda. Misalnya kita dapat mengukur kecemasan subyek. Jelas bahwa
dalam hal ini kecemasan merupakan atribut. Akan tetapi kita dapat pula
memenipulasi kecemasan. Kita dapat menumbuhkan kecemasan dengan
tingkat yang berbeda, dengan mengatakan kepada subyek-subyek yang
termasuk dalam kelompok eksperimen (kelompok yang diteliti) bahwa
yang harus mereka kerjakan sulit, maka tingkat kecerdasan mereka akan
diukur dan masa depan mereka tergantung pada skor tes itu. Sedangkan
kepada subyek lainya dipesan bahwa kerja sebaik-baiknya tetapi santai
saja; hasil tes tidak terlalu penting dan sama sekali tidak mempengaruhi
hari depan mereka.
3. Variabel kontinu dan variabel kategori
Sebuah variabel kontinu memiliki sehimpunan harga yang teratur dalam
suatu cakupan (range) tertentu. Arti defenisi ini ialah:
a. Harga-harga suatu variabel kontinu mencerminkan setidaknya suatu
urutan peringkat. Harga yang lebih besar untuk variabel itu berarti
terdapatnya lebih banyak sifat tertentu (sifat yang dikaji) yang
dikandungnya, dibandingkan dengan variabel dengan harga yang lebih
murah. Misalnya, harga-harga yang diperoleh dari suatu skala untuk
mengukur ketergantungan (depedensi) mengungkapkan

36
ketergantungan dengan kadar yang berbeda-beda, yakni mulai dari
tinggi, menengah/sedang, sampai rendah.
b. Ukuran-ukuran kontinu dalam penggunaan nyata termuat dalam suatu
range, dan tiap individu mendapatkan skor yang ada dalam range
tersebut. Misalnya suatu skala untuk mengukur ketergantungan
mungkin memiliki range dari 1 hingga 7.
c. Secara teoritis terdapat himpunan harga atau nilai yang tak berhingga
banyaknya dalam range itu. Demikianlah maka skor seseorang
individu mungkin sekali adalah 4,72 dan bukan 4 atau 5.
Variabel kategori variabel yang berkaitan dengan suatu jenis pengukuran
yang dinamakan pengukuran nominal. Dalam pengukuran nominal terdapat
dua himpunan bagian atau lebih yang merupakan bagian dari himpunan
obyek yang diukur. Individu-individu dikategorisasikan berdasarkan
pemilikan ciri-ciri tertentu yang merupakan penentu suatu himpunan bagian.
Jadi persoalah variabel ini adalah antara “ya” atau “tidak”. Contoh paling
mudah adalah variabel kategori dikotomis: jenis kelamin, republik-demokrat,
kulit putih-kulit hitam, dan sebagainya. Politomi, yakni pilihan (partisi) cukup
lazim terdapat khususnya dalam sosiologi dan ilmu ekonomi: anutan agama,
pendidikan, kewarganegaraan, pilihan pekerjaan, dan seterusnya.
Siyoto S., Sodik AM. 2015. Dasar metodologi penelitian. Literasi Media
Publishing: Yogyakarta.
3. Tim ahli covid-19 ingin melakukan penelitian kuantitatif faktor-faktor apa
yang menyebabkan peningkatan tren kasus konfirmasi positif, kasus aktif
dan kematian meningkat serta apakah PPKM Mikro merupakan solusi
yang tepat dalam menurunkan kasus.
a. Apa saja desain penelitian kuantitatif?
Jawab:
b. Apa saja metode pengambilan data penelitian kuantitatif?
Jawab:

c. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari penelitian kuantitatif?

37
Jawab:
d. Apa perbedaan angka kematian dengan angka kesakitan?
e. Apa perbedaan penelitian kuantitatif dan kualitatif?
Jawab:
1. Dari segi perspektifnya penelitian kuantitatif lebih menggunakan
pendekatan etik, dalam arti bahwa peneliti mengumpulkan data
dengan menetapkan terlebih dahulu konsep sebagai
variabelvariabel yang berhubungan yang berasal dari teori yang
sudah ada yang dipilih oleh peneliti. Kemudian variabel tersebut
dicari dan ditetapkan indikator-indikatornya. Hanya dari indikator
yang telah ditetapkan tersebut dibuat kuesioner, pilihan jawaban
dan skor-skornya. Sebaliknya penelitian kualitaif lebih
menggunakan persepektif emik. Peneliti dalam hal ini
mengumpulkan data berupa cerita rinci dari para informan dan
diungkapkan apa adanya sesuai dengan bahasa dan pandangan
informan.
2. Dari segi konsep atau teori, penelitian kuantitatif bertolak dari
konsep (variabel) yang terdapat dalam teori yang dipilih oleh
peneliti kemudian dicari datanya, melalui kuesioner untuk
pengukuran variabel-variabelnya. Di sisi lain penelitian kualitatif
berangkat dari penggalian data berupa pandangan responden
dalam bentuk cerita rinci atau asli mereka, kemudian para
responden bersama peneliti meberi penafsiran sehingga
menciptakan konsep sebagai temuan. Secara sederhana penelitian
kuantitatif berangkat dari konsep, teori atau menguji (retest) teori,
sedangkan kualitatif mengembangkan, menciptakan, menemukan
konsep atau teori.
3. Dari segi hipotesis, penelitian kuantitatif merumuskan hipotesis
sejak awal, yang berasal dari teori relevan yang telah dipilih,
sedang penelitian kualitatif bisa menggunakan hipotesis dan bisa
tanpa hipotesis. Jika ada maka hipotesis bisa ditemukan di tengah

38
penggalian data, kemudian “dibuktikan” melalui pengumpulan
data yang lebih mendalam lagi.
4. Dari segi teknik pengumpulan data, penelitian kuantitatif
mengutamakan penggunaan kuisioner, sedang penelitaian
kualitatif mengutamakan penggunaan wawancara dan observasi.
5. Dari segi permasalahan atau tujuan penelitian, penelitian
kuantitatif menanyakan atau ingin mengetahui tingkat pengaruh,
keeretan korelasi atau asosiasi antar variabel, atau kadar satu
variabel dengan cara pengukuran, sedangkan penelitian kualitatif
menanyakan atau ingin mengetahui tentang makna (berupa
konsep) yang ada di balik cerita detail para responden dan latar
sosial yang diteliti.
6. Dari segi teknik memperoleh jumlah (size) responden (sample)
pendekatan kuantitatif ukuran (besar, jumlah) sampelnya bersifat
representatif (perwakilan) dan diperoleh dengan menggunakan
rumus, persentase atau tabel-populasi-sampel serta telah
ditentukan sebelum pengumpulan data. Penelitian kualitatif
jumlah respondennya diketahui ketika pengumpulan data
mengalami kejenuhan. Pengumpulan datanya diawali dari
mewawancarai informan-awal atau informan-kunci dan berhenti
sampai pada responden yang kesekian sebagai sumber yang sudah
tidak memberikan informasi baru lagi. Maksudnya berhenti
sampai pada informan yang kesekian ketika informasinya sudah
“tidak berkualitas lagi” melalui teknik bola salju (snow-ball),
sebab informasi yang diberikan sama atau tidak bervariasi lagi
dengan para informan sebelumnya. Jadi penelitian kualitatif
jumlah responden atau informannya didasarkan pada suatu proses
pencapaian kualitas informasi.
7. Dari segi alur pikir penarikan kesimpulan penelitian kuantitatif
berproses secara deduktif, yakni dari penetapan variabel (konsep),
kemudian pengumpulan data dan menyimpulkan. Di sisi lain,

39
penelitian kualitatif berproses secara induktif, yakni prosesnya
diawali dari upaya memperoleh data yang detail (riwayat hidup
responden, life story, life sycle, berkenaan dengan topik atau
masalah penelitian), tanpa evaluasi dan interpretasi, kemudian
dikategori, diabstraksi serta dicari tema, konsep atau teori sebagai
temuan.
8. Dari bentuk sajian data, penelitian kuantitatif berupa angka atau
tabel, sedang penelitian kualitatif datanya disajikan dalam bentuk
cerita detail sesuai bahasa dan pandangan responden.
9. Dari segi definisi operasional, penelitian kuantitatif
menggunakannya, sedangkan penelitian kualitatif tidak perlu
menggunakan, karena tidak akan mengukur variabel (definisi
operasional adalah petunjuk bagaimana sebuah variabel diukur).
Jika penelitian kualitatif menggunakan definisi operasional,
berarti penelitian telah menggunakan perspektif etik bukan emik
lagi. Dengan menetapkan definisi operasional, berarti peneliti
telah menetapkan jenis dan jumlah indikator, yang berarti telah
membatasi subjek penelitian mengemukakan pendapat,
pengalaman atau pandangan mereka
10. Dari segi analisis data penelitian kuantitatif dilakukan di akhir
pengumpulan data dengan menggunakan perhitungan statistik,
sedang penelitian kualitatif analisis datanya dilakukan sejak awal
turun ke lokasi melakukan pengumpulan data, dengan cara
“mengangsur atau menabung” informasi, mereduksi,
mengelompokkan dan seterusnya sampai terakhir memberi
interpretasi.
11. Dari segi instrumen, penelitian kualitatif memiliki instrumen
berupa peneliti itu sendiri. Karena peneliti sebagai manusia dapat
beradaptasi dengan para responden dan aktivitas mereka. Yang
demikian sangat diperlukan agar responden sebagai sumber data
menjadi lebih terbuka dalam memberikan informasi. Di sisi lain,

40
pendekatan kuantitatif instrumennya adalah angket atau
kuesioner.
12. Dari segi kesimpulan, penelitian kualitatif interpretasi data oleh
peneliti melalui pengecekan dan kesepakatan dengan subjek
penelitian, sebab merekalah yang yang lebih tepat untuk
memberikan penjelasan terhadap data atau informasi yang telah
diungkapkan. Peneliti memberikan penjelasan terhadap
interpretasi yang dibuat, mengapa konsep tertentu dipilih. Bisa
saja konsep tersebut merupakan istilah atau kata yang sering
digunakan oleh para responden. Di sisi lain, penelitian kuantitatif
“sepenuhnya” dilakukan oleh peneliti, berdasarkan hasil
perhitungan atau analisis statistik (Siyoto, 2015)
Siyoto S., Sodik AM. 2015. Dasar metodologi penelitian. Literasi
Media Publishing: Yogyakarta.
f. Bagaimana etika dalam melakukan penelitian?
Jawab:

g. Bagaimana menentukan latar belakang pada penelitian ini?


h. Bagaimana menentukan rumusan masalah pada penelitian kasus ini?
i. Bagaimana mementukan tujuan pada pemelitian kasus ini?
j. Apa manfaat pada penelitian kasus ini?
k. Apa landasan teori pada penelitian kasus ini?
l. Apa saja variabel yang perlu dimasukkan di kerangka teori?
m. Bagaimana hipotesis pada penelitian kasus ini?
n. Apa jenis penelitian pada kasus ini?
o. Dimana tempat dan waktu pada penelitian kasus ini?
p. Bagaimana populasi dan sampel pada penelitian kasus ini?
q. Bagaimana metode pengumpulan data pada penelitian kasus ini?
r. Bagaimana kerangka konsep penelitian pada penelitian kasus ini?
s. Bagaimana cara membuat kesimpulan dan saran?
t. Bagaimana cara menilai validasi penelitian?

41
u. Bagaimana NNI terkait kasus?
Jawab:
1. HR. Bukhari no. 5771, HR. Muslim no. 2221

Artinya:

“Orang yang sakit tidak bisa menularkan penyakit pada orang yang
sehat”.

Maksud dari hadits tersebut adalah penyakit tidak dapat menular


dengan sendirinya. Namun Allah ta’ala jadikan penularan penyakit
itu ada sebab-sebabnya, diantaranya adalah bercampurnya dan
bergaulnya orang yang sakit dengan orang yang sehat. Sehingga
orang yang sehat tertular. Dan ada sebab-sebab lain yang
menyebabkan penularan penyakit (kontak fisik, udara, pandangan,
dll). Ini pendapat yang dikuatkan oleh Ibnu Shalah (lihat Ulumul
Hadits, hal. 257).

2. QS At-Taubah: 108

Artinya:
“Janganlah kamu sholat dalam mesjid itu selama-lamanya.
Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid
Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di
dalamnya. Di dalamnya masjid itu ada orang-orang yang ingin

42
membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bersih”.
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah
pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam
Masjidil Haram)
Kemudian Allah melarang dengan tegas Rasulullah SAW untuk
mendirikan shalat di Masjid Dhirar yang didirikan untuk
menyebarkan fitnah; dan Allah menjelaskan bahwa mendirikan
shalat di Masjid Quba’ yang dirikan atas dasar ketakwaan pada hari
pertama Rasulullah memasukinya pada saat dia berhijrah, lebih
utama daripada shalat di Masjid Dhirar. Allah memuji orang-orang
yang ada di Masjid Quba’, dengan menyebut mereka adalah orang-
orang yang suka membersihkan diri dari dosa, dan bersuci dengan
wudhu dan mandi untuk menghilangkan kotoran dan najis. Allah
mencintai orang-orang yang senantiasa menjaga kebersihan jiwa dan
raga mereka.

2.6 Hipotesis
Tim ahli covid – 19 melakukan penelitian faktor faktor yang menyebabkan
peningkatan tren kasus konfirmasi positif, kasus aktif dan kematian
meningkat covid-19 dengan penelitian case control

43
2.7 Kerangka Konsep

Tren kasus konfirmasi covid


meningkat, kasus aktif, kematian
meningkat

Satgas covid melakukan PPKM

Tim ahli ingin mengetahui faktor


yang menyebabkan masalah
peningkatan kasus

Tim ahli melakukan penelitian


kuantitatif dengan case control

44
DAFTAR PUSTAKA

45

Anda mungkin juga menyukai