Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO A

DosenPembimbing :dr. TamzilBurmawi, MPH.

Kelompok 5
1. Bagaskara 702015029
2. RizkyAnisaNurjanah 702015056
3. ApriliaSartikaSujirata 702015072
4. M. RenaldiFahlevi 702014066
5. WoroNurul Sandra A. 702015082
6. AnnisaNabillaAdwiria 702015065
7. Hurait Hernando Hurairo 702015074
8. Elva Diana Miswandi 702015006
9. DwiOktavilia 702015044
10. Nadya Safitri 702015069

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

Skenario A Blok XXII


1
2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul
“Laporan Tutorial Skenario A Blok XXII” sebagai tugas kompetensi kelompok.
Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi besar
Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya
sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
perbaikan di masa mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih kepada:
1. dr. Tamzil Burmawi, MPH.sebagai pembimbing tutorial skenario A.
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun
spiritual.
3. Teman-teman seperjuangan.
4. Semua pihak yang membantu penulis.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan
tutorial ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga
kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.

Palembang, Oktober 2018

Penulis

Skenario A Blok XXII


2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................................. ii
BAB I : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang............................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan ...................................................................1
BAB II : Pembahasan
2.1 Data Tutorial .......................................................................... .2
2.2 Skenario Kasus ....................................................................... .2
2.3 Klarifikasi Istilah .................................................................... .3
2.4 Identifikasi Masalah ................................................................ .4
2.5 Analisis Masalah ..................................................................... .4
2.6 Kesimpulan ........................................................................... .51
2.7 Kerangka Konsep ........................................................... ...…52
Daftar Pustaka...... ............................................................................................... 53

Skenario A Blok XXII


3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Blok Ilmu Kedokteran Komunitas dan Kesehatan Masyarakatadalah blok
XXII pada semester 7 dari sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.Salah satu strategi pembelajaran sistem Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) ini adalah Problem Based Learning (PBL). Tutorial
merupakan pengimplementasian dari metode Problem Based Learning (PBL)
tersebut. Dalam tutorial mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil
dan setiap kelompok dibimbing oleh seorang tutor atau dosen sebagai
fasilitator untuk memecahkan kasus yang ada.
Proses tutorial juga merupakan bagian dari evaluasi mahasiswa pada
bagian evaluasi formatif dengan tujuan untuk membantu peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran. Proses tutorial juga merupakan syarat untuk
mengikuti ujian OSOCA (Objective Structure Oral Case Analysis) yang
merupakan bagian dari evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif bertujuan untuk
menilai hasil pencapaian peserta didik agar dapat ditentukan tingkatan
kompetensi yang telah dicapai. Penilaian sumatif dilakukan dengan merujuk
kepada taksonomi pembelajaran yang dikemukakan oleh Bloom yang terdiri
dari penilaian kognitif, psikomotor, dan afektif.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaranKurikulum Berbasis Kompetensi(KBK) di Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode
analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

Skenario A Blok XXII


4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial


Tutor : dr. Tamzil Burmawi, MPH
Waktu : Selasa, 23Oktober 2018
Kamis, 25 Oktober 2018
Moderator : Bagaskara
Sekretaris Meja : Nadya Safitri
Sekretaris Papan : Aprillia Sartika Sujirata
Rule Tutorial : 1. Alat komunikasi dinonaktifkan.
2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan
pendapat.
3. Berbicara yang sopan dan penuh tata karma.

2.2 Skenario Kasus

“BAB di Jamban”
Dokter Rama, Kepala Puskesmas Dusun Lintas, sebelum melakukan
pengobatan terhadap pasien yang datang selalu mengumpulkan semua pasiennya
di ruang tunggu puskesmas untuk diberikan pendidikan kesehatan atau promosi
kesehatan agar masyarakat sadar akan BAB di jamban. Materi yang diberikan
berkaitan dengan masalah kesehatan yang tercantum pada dokumen Rencana
Usulan Kegiatan (RUK) puskesmas.
Penyakit menular yang merupakan wabah di wilayan puskesmas dokter
Rama adalah gastroenteritis. Upaya pelayanan pencegahan penyakit menular
(P2M) saat ini masih rendah. Dokter Rama menyelenggarakan latihan mengenai
teknik promosi kesehatan bagi kader posyandu dan P2M Puskesmas.

Skenario A Blok XXII


5
2.3 Klarifikasi Istilah
No Istilah Klarifikasi
1 Puskesmas Unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten atau kota yang bertanggun jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
wilayah kerja.
2 Promosi Kesehatan Upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh
untuk bersama masyarakat agar mereka dapat
menolong dirinya sendiri serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber
daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat
dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan.
3 Pendidikan kesehatan Upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lainbaik individu,
kelompok, masyarakat sehingga mereka
melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku
pendidikan.
4 Rencana Usulan Sebuah proses yang ditempuh untuk mencapai
Kegiatan sasaran kegiatan.
5 Posyandu (Pos Salah satu tanggung jawab puskesmas berupa
Pelayanan Terpadu) program terpaket terpadu kesehatan dan
keluarga berencana.
6 P2M Puskesmas Untuk mengendalikan dan mencegah penyakit
menular dengan tujuan untuk mengurangi
angka kesakitan, kematian dan kecacatan.
7 Kader Suatu orang atau perkumpulan orang yang
dibina oleh suatu lembaga pengurusan dalam
sebuah organisasi yang berfungsi untuk
membantu tugas pokok dalam suatu organisasi
tersebut.

Skenario A Blok XXII


6
8 Gastroenteritis Peradangan lambung dan usus yang
disebabkan oleh toksin bakteri atau infeksi
bakteri.
9 Wabah Penyakit menular yang berjangkit dengan
cepat menyerang sejumlah besar orang di
daerah luas dan dapat menimbulkan mala
petaka.

2.4 Identifikasi Masalah


1. Dokter Rama, Kepala Puskesmas Dusun Lintas, sebelum melakukan
pengobatan terhadap pasien yang datang selalu mengumpulkan semua
pasiennya di ruang tunggu puskesmas untuk diberikan pendidikan
kesehatan atau promosi kesehatan agar masyarakat sadar akan BAB di
jamban. Materi yang diberikan berkaitan dengan masalah kesehatan yang
tercantum pada dokumen Rencana Usulan Kegiatan (RUK) puskesmas.
2. Penyakit menular yang merupakan wabah di wilayan puskesmas dokter
Rama adalah gastroenteritis. Upaya pelayanan pencegahan penyakit
menular (P2M) saat ini masih rendah. Dokter Rama menyelenggarakan
latihan mengenai teknik promosi kesehatan bagi kader posyandu dan P2M
Puskesmas.

2.5 Analisis Masalah


1. Dokter Rama, Kepala Puskesmas Dusun Lintas, sebelum melakukan
pengobatan terhadap pasien yang dating selalu mengumpulkan semua
pasiennya di ruang tunggu pskesmas untuk diberikan pendidikan
kesehatan atau promosi kesehatan agar masyarakat sadar akan BAB
di jamban. Materi yang diberikan berkaitan dengan masalah
kesehatan yang tercantum pada dokumen Rencana Usulan Kegiatan
(RUK) puskesmas.

Skenario A Blok XXII


7
a. Apa definisi Puskesmas ?
Jawab :
Menurut Permenkes RI No. 75/MenKes/2014, Puskesmas adalah
Fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan peventif untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya.

b. Apa saja tugas dan peran Kepala Puskesmas ?


Jawab :
Kepala Puskesmas adalah penanggung jawab pembangunan
kesehatan di tingkat kecamatan, Sedangkan Dokter Puskesmas adalah
tenaga kesehatan yang berkerja di Puskesmas yang diberi tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk melakukan kegiatan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat pada sarana pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2014).
Tugas Kepala Puskesmas:
a) Membuat Perencanaan Puskesmas
Menganalisa kondisi, situasi dan kinerja puskesmas, apakah
sudah baik, masih kurang ataukah banyak yang belum beres,
kemudian menentukan perencanaan kegiatannya.
1. Mengatur Pelayanan Puskesmas
Menata apa saja jenis kegiatan program pelayanan, siapa saja
yang akan menjalankannya bersama seluruh staf puskesmas.
2. Menggerakkan Pegawai Puskesmas
Mendorong segenap komponen pelayanan puskesmas untuk
melaksanakan tugas pokok sesuai fungsinya dalam pelayanan
kepada masyarakat.
3. Mengevaluasi Kinerja Puskesmas

Skenario A Blok XXII


8
Menelaah hasil pencapaian program puskesmas secara terpadu
dengan instansi terkait, sebagai pedoman untuk menentukan
perencanaan pelayanan puskesmas.
4. Menggalang Kerjasama Pelayanan Puskesmas
Menjalin kerjasama internal puskesmas dan eksternal
puskesmas, antara staf, pegawai, petugas, aparat, pejabat,
kader kesehatan, tokoh masyarakat, dan yang lainnya,
khususnya diwilayah kerja puskesmas.

c. Apa saja stratifikasi di Puskesmas ?


Jawab :
1. Starata satu : Puskesmas dengan prestasi sangat baik
2. Strata dua : Puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standar
3. Strata tiga : puskesmas dengan prestasi di bawah rata-rata
(Notoatmodjo, 2012)
Berdasarkan karakteristik wilayah kerjanya, puskesmas dikategorikan
menjadi:
 Puskesmas kawasan perkotaan
Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang
memenuhi paling sedikit 3 dari 4 kriteria kawasan perkotaan
sbb:
 Aktivitas penduduk > 50 % non agraris (terutama
industri, perdagangan dan jasa)
 Memiliki fasilitas perkotaan a.l: sekolah radius 2,5 km,
pasar radius 2 km, RS radius < 5 km, bioskop atau hotel.
 Rumah tangga dengan listrik ≥ 90 %
 Terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju
fasilitas tersebut.
 Puskesmas kawasan pedesaan
Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang
memenuhi palingsedikit 3 dari 4 kriteria sbb:
1) Aktivitas penduduk > 50 % agraris.

Skenario A Blok XXII


9
2) Memiliki fasilitas a.l: sekolah radius > 2,5 km, pasar dan
perkotaan (radius > 2 km), RS (radius > 5 km), tidakmemiliki
fasilitas bioskop/hotel .
3) Rumah tangga dengan listrik < 90 %
4) Terdapat akses jalan dan transportasi menuju fasilitas tsb.
 Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil
Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan
dengan karakteristik sbb:
 Berada di wilayah yg sulit dijangkau atau rawan bencana,
pulau kecil, gugus pulau atau pesisir
 Akses transportasi umum rutin 1 kali dalam 1
minggu,waktu tempuh PP dari ibukota Kab.
memerlukan ≥ 6 jam, trasportasi yg ada sewaktu-waktu
terhalang iklim/cuaca.
 Kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi
keamanan
Tujuan pembagian Puskesmas atas kategori karakteristik
wilayah kerja
1. Pendekatan pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai
karakteristik pola kehidupan masyarakat setempat.
2. Pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat setempat.
3. Pelayanan yang diberikan mampu menyelesaikan
permasalahan kesehatan yang biasanya dihadapi pada kawasan
tersebut.
4. Kebijakan dan dukungan pemerintah fokus berdasarkan
priority setting.

Skenario A Blok XXII


10
Berdasarkan kemampuan penyelenggaraan, puskesmas
dikategorikan menjadi:
 Puskesmas non rawat inap
 Puskesmas rawat inap
(Permenkes RI No. 75 Tahun 2014).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


(Permenkes RI) No. 75 Tahun 2014 Pasal33 dan 34, yaitu:
 Puskesmas dipimpin oleh seorang Kepala Puskesmas.
 Kepala Puskesmas bertanggungjawab atas seluruh kegiatan
diPuskesmas.
 Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud
padaayat (3), Kepala Puskesmas merencanakan dan
mengusulkankebutuhan sumber daya Puskesmas kepada dinas
kesehatan kabupaten/kota.
 Dalam hal di Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil
tidaktersedia seorang tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat(2) huruf a, maka Kepala Puskesmas merupakan
tenaga kesehatandengan tingkat pendidikan paling rendah
diploma tiga.
 Organisasi Puskesmas disusun oleh dinas kesehatan
kabupaten/kotaberdasarkan kategori, upaya kesehatan dan beban
kerja Puskesmas.
 Organisasi Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
palingsedikit terdiri atas:
 Kepala Puskesmas;
 Kepala sub bagian tata usaha;
 Penanggung jawab UKM dan Keperawatan
Kesehatan Masyarakat;
 Penanggungjawab UKP, kefarmasian dan
Laboratorium; dan

Skenario A Blok XXII


11
 Penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas
dan jejaringfasilitas pelayanan kesehatan.

d. Apa tujuan dan fungsi dari Puskesmas ?


Jawab :
Menurut Permenkes RI No. 75/MenKes/2014 dalam Bab I Pasal
2 tujuan Puskesmas yaitu:
1. Mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat yang
meliputi; kesadartan, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
3. Hidup dalam lingkungan sehat
4. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu,
kelompok maupun masyarakat
Tujuan Puskesmas:
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal di wilayah
kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya (Trihono, 2005).
Fungsi Puskesmas berdasarkan Permenkes RI No. 75 tahun
2014 pasal 5 dan pasal 8, yaitu:
1) Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya;
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan
dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.
2) Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah
kerjanya.Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) adalah suatu
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan
yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan
penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan

Skenario A Blok XXII


12
memulihkan kesehatan perseorangan. Selain
menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3) Puskesmas dapat berfungsi sebagai wahana pendidikan Tenaga
Kesehatan.

Menurut Permenkes RI No. 75/MenKes/2014 dalam Bab II


Pasal 5,6 dan 7 fungsi Puskesmas yaitu :
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya
1. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah
kesehatanasyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang
diperlukan;
2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan
kesehatan;
3. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan;
4. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat
perkembangan masyarakatyang bekerjasama dengan sektor
lain terkait;
5. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan
pelayanan danupaya kesehatan berbasis masyarakat;
6. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya
manusiaPuskesmas;
7. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan
kesehatan;
8. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap
akses,mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan;
danmemberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan
masyarakat,termasuk dukungan terhadap sistem
kewaspadaan dini dan responpenanggulangan penyakit.
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya

Skenario A Blok XXII


13
1. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara
komprehensif,berkesinambungan dan bermutu;
2. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang
mengutamakan upayapromotif dan preventif;
3. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi
padaindividu, keluarga, kelompok dan masyarakat;
4. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang
mengutamakankeamanan dan keselamatan pasien, petugas
dan pengunjung;
5. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip
koordinatifdan kerja sama inter dan antar profesi;
6. Melaksanakan rekam medis;
7. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap
mutu danakses Pelayanan Kesehatan;
8. Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan;
Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas
pelayanankesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan.
melaksanakan penapisan

e. Apa hak dan kewajiban dari Kepala Puskesmas ?


Jawab :
Menurut Permenkes RI No. 75/MenKes/2014 dalam Bab II
Pasal 4 (Kewajiban)
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan
untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya
dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
Pasal 5
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4,
Puskesmas menyelenggarakan fungsi:
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya;
dan
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.

Skenario A Blok XXII


14
Pasal 6 (Hak)
Dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf a, Puskesmas berwenang untuk:
a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah
kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang
diperlukan;
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan;
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat
perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor
lain terkait;
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan
dan upaya kesehatan berbasis masyarakat;
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
puskesmas;
g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan
kesehatan;
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap
akses, mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan; dan
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan
masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan
dini dan respon penanggulangan penyakit.
Pasal 7
Dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf b, Puskesmas berwenang untuk:
a. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara
komprehensif, berkesinambungan dan bermutu;
b. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
upaya promotif dan preventif;

Skenario A Blok XXII


15
c. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi
pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat;
d. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;
e. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip
koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi;
f. Melaksanakan rekam medis;
g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap
mutu dan akses Pelayanan Kesehatan;
h. Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan;
i. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan
sistem rujukan.

f. Bagaimana alur pelayanan Puskesmas ?


Jawab :
Secara umum alur pelayanan pasien di Puskesmas adalah
sebagai berikut:
1. Pasien berkunjung ke puskesmas, ada beberapa Puskesmas yang
menyediakan nomer antrian
2. Pasien dipanggil sesuai nomor urutan untuk didaftar di loket
pendaftaran. Pada proses ini, dicatat nomer Rekam Medis pasien
3. Pasien menunggu sementara petugas akan mencari Rekam
Medis pasien yang bersangkutan di ruang catatan medis, untuk
diberikan ke unit Pelayanan.
4. Pasien dipanggil oleh petugas bisa juga oleh perawat.
5. Pasien diperiksa, dicatat anamnesis, terapi, diagnosa dan lain-
lain, termasuk obat yang diberikan dan tindakan medis kalau
ada.
6. Pasien keluar, sementara dari unit pelayanan membuat resep
untuk diberikan ke ruang obat.

Skenario A Blok XXII


16
7. Pasien dipanggil untuk membayar (di beberapa daerah sudah
gratis), kemudian dipanggil lagi untuk menerima obat.
Pasien pulang.

g. Apa saja upaya pokok Puskesmas ?


Jawab :
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat dinyatakan bahwa Puskesmas
berfungsi menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan
Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama. Upaya
kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni:
1) Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang
mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat
kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus
diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah
Indonesia.
Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:
a) Upaya Promosi Kesehatan
b) Upaya Kesehatan Lingkungan
c) Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
d) Upaya Perbaikan Gizi
e) Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
f) Upaya Pengobatan

2) Upaya Kesehatan Pengembangan


Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan
di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan
puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar
upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni:

Skenario A Blok XXII


17
a) Upaya Kesehatan Sekolah
b) Upaya Kesehatan Olah Raga
c) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
d) Upaya Kesehatan Kerja
e) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
f) Upaya Kesehatan Jiwa
g) Upaya Kesehatan Mata
h) Upaya Kesehatan Usia Lanjut
i) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan


masyarakat serta upaya pencatatan dan pelaporan tidak termasuk
pilihan karena ketiga upaya ini merupakan pelayanan penunjang
dari setiap upaya wajib dan upaya pengembangan puskesmas.

h. Apa saja definisi Promosi Kesehatan ?


Jawab :
Promosi kesehatan adalah proses peningkatan pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan yang disertai dengan upaya
memfasilitasi perubahan perilaku dan merupakan program kesehatan
yang dirancang uuntuk membawa perbaikan atau perubahan dalam
indivudu, masyarakat, dan lingkungan. Menurut Ottawa Charter,
Promosi kesehatan adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat
sehingga mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka sendiri (Novita dan Fransiska, 2011).
Istilah promosi kesehatan adalah perwujudan dari perubahan
konsep pendidikan kesehatan yang secara structural tahun 1984 WHO,
merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan pada masa lalu, dimana
dalam konsep promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran
masyarakat dalam hal pemberian dan peningkatan pedngetahuan
masyarakat dalam bidang kesehatan saja, melainkan juga upaya

Skenario A Blok XXII


18
bagaimana mampu menjembatani adanya perubahan perilaku
seseorang (Mubarak dan Cahyatin, 2009).
Green dan Kreuter (2005) menyatakan bahwa “Promosi
kesehatan adalah kombinasi upaya-upaya pendidikan, kebijakan
(politik), peraturan, dan organisasi untuk mendukung kegiatan-
kegiatan dan kondisi-kondisi hidup yang menguntungkan kesehatan
individu, kelompok, atau komunitas”. Definisi/pengertian yang
dikemukakan Green ini dapat dilihat sebagai operasionalisasi dari
definisi WHO (hasil Ottawa Charter) yang lebih bersifat konseptual.
Di dalam rumusan pengertian diatas terlihat dengan jelas aktivitas-
aktivitas yang harus dilakukan dalam kerangka “promosi kesehatan”.
Kementerian/Departemen Kesehatan Republik Indonesia
merumuskan pengertian promosi kesehatan sebagai berikut: “Upaya
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan
faktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri,
serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat,
sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik
yang berwawasan kesehatan.” Hal tersebut tertuang dalam Keputusan
Menteri Kesehatan No. 1114/Menkes/SK/VIII/2005.Definisi dari
depkes tersebut lebih menggambarkan bahwa promosi kesehatan
adalah gabungan antara pendidikan kesehatan yang didukung oleh
kebijakan publik berwawasan kesehatan, karena disadari bahwa
gabungan kedua upaya ini akan memberdayakan masyarakat sehingga
mampu mengontrol determinan-determinan kesehatan.

i. Apa saja strategi dari Promosi Kesehatan ?


Jawab :
Strategi promosi kesehatan paripurna yang terdiri dari:
(1) pemberdayaan, yang didukung oleh
(2) bina suasana dan
(3) advokasi, serta dilandasi oleh semangat

Skenario A Blok XXII


19
(4) kemitraan.
Pemberdayaan adalah pemberian informasi dan pendampingan
dalam mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan, guna
membantu individu, keluarga atau kelompok-kelompok masyarakat
menjalani tahap-tahap tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS.
Bina suasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial
yang kondusif dan mendorong dipraktikkannya PHBS serta
penciptaan panutan-panutan dalam mengadopsi PHBS dan
melestarikannya.
Advokasi adalah pendekatan dan motivasi terhadap pihak-pihak
tertentu yang diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan
pembinaan PHBS baik dari segi materi maupun non materi.
Kemitraan harus digalang baik dalam rangka pemberdayaan
maupun bina suasana dan advokasi guna membangun kerjasama dan
mendapatkan dukungan. Dengan demikian kemitraan perlu digalang
antar individu, keluarga, pejabat atau instansi pemerintah yang terkait
dengan urusan kesehatan (lintas sektor), pemuka atau tokoh
masyarakat, media massa dan lain-lain. Kemitraan harus berlandaskan
pada tiga prinsip dasar, yaitu:
(a) kesetaraan,
(b) keterbukaan dan
(c) saling menguntungkan
(Kemenkes, 2011)

j. Bagaimana merancang Promosi Kesehatan ?


Jawab :
Ada 2 tahap:
 Tahap diagnosis (needs assessment)
PRECEDE
Predisposing, Reinforcing, and Enabling Constructs in
Educational/environmental Diagnosis and Evaluation

Skenario A Blok XXII


20
 Tahap perencanaan, implementasi dan evaluasi
PROCEED
Policy, Regulatory, and Organizational Constructs in Educational
and Environmental Development.

 Fase 1: Diagnosis Sosial


Diagnosis sosial adalah proses penentuan persepsi masyarakat
terhadap kebutuhan kualitas hidupnya dan aspirasi masyarakat
untuk meningkatkan kualitas hidupnya, melalui partisipasi dan
penerapan berbagai informasi yang didesain sebelumnya. Data
dapat dikumpulkan dari sensus ataupun vital statistik yang tersedia,
ataupun dengan melakukan pengumpulan data langsung dari
masyarakat menggunakan teknik wawancara dan Focus Group
Discussion (FGD)
 Fase 2: Diagnosis Epidemiologi
Pada fase ini dicari faktor kesehatan yang mempengaruhi kualitas.
Faktor ini harus digambarkan secara rinci berdasarkan data yang

Skenario A Blok XXII


21
ada, baik yang berasal dari data lokal, regional, maupun nasional.
Pada fase ini harus diidentifikasi siapa atau kelompok mana yang
terkena masalah kesehatan (umur, jenis kelamin, lokasi, suku dll),
bagaimana pengaruh atau akibat dari masalah kesehatan tersebut.
 Fase 3: Diagnosis perilaku dan lingkungan
Pada fase ini selain diidentifikasi masalah perilaku yang
mempengaruhi masalah kesehatan juga sekaligus diidentifikasi
masalah lingkungan (fisik dan sosial) yang mempengaruhi perilaku
dan status kesehatan ataupun kualitas hidup.
 Fase 4: Diagnosis Pendidikan dan Organisasi
Determinan perilaku yang mempengaruhi status kesehatan
seseorang atau masyarakat dapat dilihat dari:
 Faktor predisposisi (predisposing factor) seperti: pengetahuan,
sikap, persepsi, kepercayaan dan nilai atau norma yang diyakini
seseorang.
 Faktor pemungkin (enabling factor), yaitu faktor lingkungan
yang memfasilitasi perilaku seseorang determinan perilaku yang
mempengaruhi status kesehatan seseorang atau masyarakat.
 Faktor penguat (reinforcing factor) seperti perilaku orang lain
yang berpengaruh (tokoh masyarakat, guru, petugas kesehatan,
orang tua, pemegang keputusan) yang dapat mendorong orang
berprilaku
Pada fase ini setelah diidentifikasi faktor pendidikan dan
organisasional, maka ditetapkan tujuan pembelajaran yang akan
dicapi, selain itu berdasarkan faktor pemungkin dan penguat yang
teridentifikasi ditetapkan tujuan organisasional yang akan dicapai
melalui upaya pengembangan orang dan sumber daya.
 Fase 5: Diagnosis Administrasi & kebijakan
Pada fase ini dilakukan analisis kebijakan, sumber daya dan
peraturan yang berlaku yang dapat memfasilitasi atau
mengahambat pengembangan program promosi kesehatan.
Kebijakan yang dimaksud disini adalah seperangkat peraturan yang

Skenario A Blok XXII


22
digunakan sebagai petunjuk untuk melaksanakan suatu kegiatan.
Sedangkan peraturan adalah penerapan kebijakan dan penguat
hukum serta perundang-undangan dan organisasional adalah
kegiatan memimpin atau mengkoodinasi sumber daya yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan program.
 Fase 6: Implementasi
Tindakan mengubah tujuan program ke dalam tindakan melalui
perubahan kebijakan, regulasi dan organisasi.
 Fase 7, 8, 9: Evaluasi
1. Evaluasi proses
2. pengukuran implementasi untuk mengontrol, meyakinkan dan
meningkatkan kualitas program
3. Evaluasi Dampak
Dampak diamati langsung program
Evaluasi hasil efek jangka panjang program

k. Apa tujuan dan sasaran Promosi Kesehatan ?


Jawab :
 Tujuan Promkes menurut WHO
a. Tujuan Umum
Mengubah perilaku individu/masyarakat di bidang Kesehatan
b. Tujuan Khusus
1. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai bagi
masyarakat.
2. Menolong individu agar mampu secara mandiri/berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
3. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat
sarana pelayanan kesehatan yang ada.
c. Tujuan Operasional:
1. Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang
eksistensi dan perubahan-perubahan sistem dalam pelayanan

Skenario A Blok XXII


23
kesehatan serta cara memanfaatkannya secara efisien &
efektif.
2. Agar klien/masyarakat memiliki tanggung jawab yang lebih
besar pada kesehatan (dirinya), keselamatan lingkungan dan
masyarakatnya.
3. Agar orang melakukan langkah2 positip dlm mencegah
terjadinya sakit,mencegah berkembangnya sakit menjadi
lebih parah dan mencegah keadaan ketergantungan melalui
rehabilitasi cacat karena penyakit.
4. Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri
dan bagaimana caranya, tanpa selalu meminta pertolongan
kepada sistem pelayanan kesehatan yang normal.

 Menurut Green, tujuan promosi kesehatan terdiri dari 3 tingkatan


tujuan, yaitu:
1. Tujuan Program
Merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam
periode waktu tertentu yang berhubungan dengan status
kesehatan.
2. Tujuan Pendidikan
Merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai dapat
mengatasi masalah kesehatan yang ada.
3. Tujuan Perilaku
Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus tercapai
(perilaku yang diinginkan). Oleh sebab itu, tujuan perilaku
berhubungan dengan pengetahuan dan sikap.
4. Tujuan Intervensi Perilaku dalam promosi kesehatan
a. Mengurangi perilaku negatif bagi kesehatan. Misal:
mengurangi kebiasaan merokok
b. Mencegah meningkatnya perilaku negatif bagi kesehatan.
Misal : mencegah meningkatnya perilaku ‘seks bebas'

Skenario A Blok XXII


24
c. Meningkatkan perilaku positif bagi kesehatan. Misal :
mendorong kebiasaan olah raga
d. Mencegah menurunnya perilaku positif bagi kesehatan. Misal
: mencegah menurunnya perilaku makan kaya serat.

Berdasarkan pentahapan upaya promosi kesehatan ini, maka


sasaran dibagi dalam 3 (tiga) kelompok sasaran:
1. Sasaran primer (Primary Target)
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala
upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan
permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan
menjadi; kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil
dan menyusui untuk masalah KTA (kesehatan ibu dan anak), anak
sekolah untuk untuk kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya
promosi yang dilakukan terhadap sasaran primer ini sejalan dengan
strategi pemberdayaan masyarakay (empowerment).
2. Sasaran sekunder (Secondary Target)
Pada tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dn sebagainya.
Disebut sasaran sekunder karena dengan memberikan pendidikan
kesehatan kepada kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya
kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang ditujukan
kepada sasaran sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan
social (Social support).
3. Sasaran Tertier (Tertiary Target)
Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik ditingkat
pusat, maupun daerah adalah sasaran tertier promosi kesehatan.
Dengan kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh
kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh
masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat umum
(sasaran primer). Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada
sasaran tertier ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy).

Skenario A Blok XXII


25
l. Apa saja faktor yang mempengaruhi proses Promosi Kesehatan ?
Jawab :
Faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam
keberhasilan penyuluhan kesehatan, diantaranya tingkat pendidikan,
tingkat sosial ekonomi, adat istiadat, kepercayaan masyarakat,
ketersediaan waktu dari masyarakat. Faktor lain yang mempengaruhi
keberhasilan penyuluhan yaitu faktor penyuluh, sasaran penyuluhan
dan proses dalam pelaksanaan penyuluhan. Faktor penyuluh misalnya
kurang persiapan, kurang menguasai materi yang akan dijelaskan,
penampilan kurang meyakinkan sasaran, bahasa yang digunakan
kurang dapat dimengerti oleh sasaran karena terlalu banyak.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu penyuluhan
kesehatan masyarakat menurut Effendy (2001, pp. 247-248), apakah
itu dari penyuluh, sasaran atau dalam proses penyuluhan itu sendiri.
1) Faktor penyuluh
a. Kurang persiapan
b. Kurang menguasai materi yang akan dijelaskan
c. Penampilan kurang meyakinkan sasaran
d. Bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh
sasaran karena terlalu banyak menggunakan istilah–
istilah asing
e. Suara terlalu kecil dan kurang dapat didengar
f. Penyampaian materi penyuluhan terlalu monoton sehingga
membosankan.
2) Faktor sasaran
a. Tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit menerima
pesan yang disampaikan
b. Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak
begitu memperhatikan pesan–pesan yang disampaikan,
karena lebih memikirkan kebutuhan–kebutuhan lain yang
lebih mendesak

Skenario A Blok XXII


26
c. Kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah tertanam
sehingga sulit untuk mengubah misalnya, makan ikan
dapat menimbulkan cacingan, makan telur dapat
menimbulkan cacingan
d. Kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak
mungkin terjadi perubahan perilaku. Misalnya masyarakat
yang tinggal di daerah tandus yang sulit air akan sangat
sukar untuk memberikan penyuluhan tentang hygiene dan
sanitasi dan perseorangan.
3) Faktor proses dalam penyuluhan
a. Waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang
diinginkan sasaran
b. Tempat penyuluhan dilakukan dekat tempat keramaian
sehingga mengganggu proses penyuluhan kesehatan yang
dilakukan
c. Jumlah sasaran yang mendengarkan penyuluhan terlalu
banyak sehingga sulit untuk menarik perhatian dalam
memberikan penyuluhan
d. Alat peraga dalam memberikan penyuluhan kurang
ditunjang oleh alat peraga yang dapat mempermudah
pemahaman sasaran
e. Metode yang dipergunakan kurang tepat sehingga
membosankan sasaran untuk mendengarkan penyuluhan
yang disampaikan
Bahasa yang dipergunakan sulit dimengerti oleh sasaran, karena
tidak menggunakan bahasa keseharian sasaran.

m. Apa saja prinsip-prinsip dari Promosi Kesehatan ?


Jawab :
Berdasarkan Kepmenkes Nomor 1114 /MENKES/SK/VII/2005:
1. Memberikan suasana gembira dan semangat hidup
2. Menghargai pasien sepenuh hati

Skenario A Blok XXII


27
3. Melihat pasien sebagai subyek
4. Mengembangkan dialog yang menyentuh perasaan
5. Memberikan keteladanan

Dalam strategi global promosi kesehatan Organisasi Kesehatan


Dunia (WHO,1984) dirumuskan bahwa promosi kesehatan sekurang-
kurangnya mengandung prinsip, yaitu sebagai berikut:
1. Empowerment (pemberdayaan)
2. Partisipative (partisipasi)
3. Holistic (menyeluruh)
4. Equitable (kesetaraan)
5. Intersectoral (antar sektor)
6. Sustainable (berkelanjutan)
Multi Strategy(Notoadmodjo,2012)

n. Apa saja visi dan misi Promosi Kesehatan ?


Jawab :
Visi:
Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan baik fisik, mental, dan sosialnya
sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial.
Misi:
Misi pendidikan kesehatan adalah upaya yang harus dilakukan
untuk mencapai visi tersebut. Misi promosi kesehatan secara umum
dapat dirumuskan menjadi tiga butir:
1. Advokat (Advocate)
Melakukan advokasi berarti melakukan upaya-upaya agar para
pembuatan keputusan atau penentu kebijakan tersebut
mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang
ditawarkan perlu didukung melalui kebijakan-kebijakan atau
keputusan-keputusan politik
2. Menjembatani (Mediate)

Skenario A Blok XXII


28
Menjadi jembatan dan menjalin kemitraan dengan berbagai
program dan sector yang terkait dengan kesehatan. Dalam
melaksanakan program-program kesehatan perlu kerja sama
dengan program lain dilingkungan kesehatan , maupun sector
lain yang terkait. Oleh ebab itu dalam mewujudkan kerja sama
atau kemitraan ini peran promosi kesehatan diperlukan.
3. Memampukan (Enable)
Memberikan kemampuan dan ketrampilan kepada mayaarakat
agar mereka mampu memlihara dan meningkatkan kesehatan
mereka sendiri secara mandiri. Hal ini berarti kepada
masyarakat diberikan kemampuan dan ketrampilan agar mereka
mandiri dibidang kesehatan, termasuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka.

o. Apa saja 5 komponen utama Promosi Kesehatan berdasarkan Piagam


Ottawa ?
Jawab :
Piagam Ottawa adalah piagam kesepakatan yang dihasilkan
pada Konferensi Internasional Promosi Kesehatan Pertama di Ottawa,
Canada tahun 1986, telah membawa perubahan dalam pengertian dan
praktek “health promotion” atau promosi kesehatan.
Piagam ini mendefinisikan Promosi Kesehatan sebagai “Proses
yang memungkinkan individu mengendalikan dan memperbaiki
kesehatannya. Untuk mencapai kesehatan jasmani, rohani dan sosial
yang sempurna, seseorang atau kelompok harus mampu
mengidentifikasi dan mewujudkan aspirasi, mampu memenuhi
kebutuhan, mampu mengubah atau beradaptasi dengan lingkungan”.
Piagam tersebut merumuskan upaya promosi kesehatan
mencakup 5 butir.
i. Kebijakan Berwawasan Kesehatan (Health Public Policy).
Ditujukan kepada policy maker agar mengeluarkan kebijakan-
kebijakan publik yang mendukung kesehatan.

Skenario A Blok XXII


29
ii. Lingkungan yang Mendukung (Supportive Environment).
Ditujukan kepada para pengelola tempat umum termasuk
pemerintah kota, agar menyediakan prasarana sarana yang
mendukung terciptanya perilaku sehat bagi masyarakat.
iii. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service).
Selama ini yang menjadi penyedia (provider) pelayanan
kesehatan adalah pemerintah dan swasta sedangkan masyarakat
adalah sebagai pengguna (customers) pelayanan kesehatan.
Pemahaman ini harus diubah, bahwasanya masyarakat tidak
sekedar pengguna tetapi bisa sebagai provider dalam batas-batas
tertentu melalui upaya pemberdayaan.
iv. Keterampilan Individu (Personnel Skill). Kesehatan masyarakat
akan terwujud apabila kesehatan individu, keluarga dan kelompok
tersebut terwujud.
v. Gerakan Masyarakat (Community Action). Adanya gerakan-
gerakan atau kegiatankegiatan di masyarakat yang mendukung
kesehatan agar terwujud perilaku yang kondusif dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka.

p. Apa manfaat RUK bagi Puskesmas ?


Jawab :
Agar kegiatan yang telah dirancang dapat berjalan dengan baik
dan dapat didukung oleh dinas terkait sehingga dapat memperoleh
dukungan pembiayaan dan politik.

q. Bagaimana langkah-langkah dalam penyusunan RUK ?


Jawab :
Terdapat empat tahapan untuk melakukan penyusunan
perencanaan tingkat Puskesmas berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan No. 44 Tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen
Puskesmas, yaitu:
 Persiapan

Skenario A Blok XXII


30
Tahap ini mempersiapkan staf Puskesmas yang terlibat dalam
proses penyusunan Rencana Lima Tahunan Puskesmas agar
memperoleh kesamaan pandangan dan pengetahuan untuk
melaksanakan tahap perencanaan. Tahap ini dilakukan dengan cara:
a. Kepala Puskesmas membentuk Tim Manajemen Puskesmas
yang anggotanya terdiri dari Tim Pembina Wilayah, Tim
Pembina Keluarga, Tim Akreditasi Puskesmas, dan Tim Sistem
Informasi Puskesmas.
b. Kepala Puskesmas menjelaskan tentang Pedoman Manajemen
Puskesmas kepada tim agar dapat memahami pedoman tersebut
demi keberhasilan penyusunan Rencana Lima Tahunan
Puskesmas.
c. Tim mempelajari:
 Rencana Lima Tahunan dinas kesehatan kabupaten/kota,
yang merupakan turunan dari Rencana Lima Tahunan dinas
kesehatan provinsi dan Rencana Lima Tahunan Kementerian
Kesehatan.
 Standar Pelayanan Minimal tingkat kabupaten/kota.
 Target yang disepakati bersama dinas kesehatan
kabupaten/kota, yang menjadi tanggung jawab Puskesmas.
 Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga.
 Penguatan Manajemen Puskesmas Melalui Pendekatan
Keluarga.
 NSPK lainnya yang dianggap perlu untuk diketahui oleh tim
di dalam penyusunan perencanaan Puskesmas.

 Analisis Situasi
Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai
keadaan dan mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi
Puskesmas, agar dapat merumuskan kebutuhan pelayanan dan

Skenario A Blok XXII


31
pemenuhan harapan masyarakat yang rasional sesuai dengan keadaan
wilayah kerja Puskesmas. Tahap ini dilakukan dengan cara:
- Mengumpulkan data kinerja Puskesmas
Puskesmas mengumpulkan dan mempelajari data kinerja dan
gambaran status kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
dalam 4 tahun yang dimulai dari tahun N-5 sampai dengan tahun
N-2 untuk setiap desa/kelurahan. Data yang dikumpulkan adalah:
a) Data Dasar, yang mencakup:
a) Identitas Puskesmas
b) Wilayah kerja Puskesmas
c) Sumber daya Puskesmas, meliputi: Manajemen
Puskesmas;Gedung dan sarana Puskesmas;Jejaring
Puskesmas, lintas sektor serta potensi sumber daya
lainnya;Sumber daya manusia kesehatan; danKetersediaan
dan kondisi peralatan Puskesmas
b) Data UKM Esensial, yang mencakup:
a) Promosi Kesehatan;
b) Kesehatan Lingkungan;
c) Pelayanan Gizi KIA-KB;
d) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
e) Surveilans dan Sentinel SKDR; dan
f) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular.
c) Data UKM Pengembangan, yaitu:
1) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS); Kesehatan Jiwa;
2) Kesehatan Gigi Masyarakat;
3) Kesehatan Tradisional dan Komplementer;
4) Kesehatan Olahraga;
5) Kesehatan Kerja;
6) Kesehatan Indera;
7) Kesehatan Lanjut Usia; dan/atau
8) Pelayanan kesehatan lainnya sesuai kebutuhan Puskesmas.
d) Data UKP, antara lain:

Skenario A Blok XXII


32
i. Kunjungan Puskesmas;
ii. Pelayanan Umum;
iii. Kesehatan Gigi dan Mulut; dan
iv. Rawat Inap, UGD, Kematian, dll.
e) Data Keperawatan Kesehatan Masyarakat, data laboratorium,
dan data kefarmasian.
f) Kondisi keluarga di wilayah kerjanya yang diperoleh dari Profil
Kesehatan Keluarga (Prokesga) melalui pelaksanaan Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
Data tersebut diolah dan dianalisis sehingga menghasilkan
Indeks Keluarga Sehat (IKS) pada tingkat keluarga, tingkat desa atau
kelurahan, dan tingkat Puskesmas. Hasil kemudian ditentukan
kategori kesehatan masing-masing keluarga dengan mengacu pada
ketentuan berikut:
1) Nilai indeks > 0,800 : keluarga sehat
2) Nilai indeks 0,500 – 0,800 : pra-sehat
3) Nilai indeks < 0,500 : tidak sehat

- Analisis Data
Dalam rangka mendapatkan informasi sebagai landasan
penyusunan Rencana Lima Tahunan Puskesmas, dilaksanakan
analisis data Puskesmas, berdasarkan hasil analisis perhitungan
IKS dan data kesehatan lain yang telah dikumpulkan. Beberapa
metode analisis data yang dapat dilaksanakan di Puskesmas adalah
sebagai berikut:
i. Analisis Deskriptif
Menggambarkan/menjelaskan data yang terdapat dalam
tabel sesuai karakteristik data yang ditampilkan, termasuk nilai
rata-rata, nilai minimal dan maksimal, serta nilai kuartil.
ii. Analisis Komparatif
Menjelaskan data dengan membandingkan karakteristik
data wilayah yang satu dengan wilayah lainnya atau

Skenario A Blok XXII


33
membandingkan dengan target/standar tertentu, antar jenis
kelamin, antar kelompok umur, antar sumber data. Secara
khusus, dengan tersedianya data kesehatan yang terpilah
menurut jenis kelamin, dapat dikomparasikan derajat
kesehatan, upaya kesehatan, dan sumber daya kesehatan antara
laki-laki dan perempuan.
iii. Analisis Hubungan Dalam Program dan Antar Program
Analisis
Hubungan dalam program dan antar program adalah
analisis yang menjelaskan hubungan/keterkaitan variabel
dalam dan atau antar program yang secara logika memiliki
hubungan.

- Analisis masalah dari sisi pandang masyarakat, yang


dilakukan melalui Survey Mawas Diri/Community SelfSurvey
(SMD/CSS)
 Survei Mawas Diri adalah kegiatan untuk mengenali
keadaan dan masalah yang dihadapi masyarakat, serta potensi
yang dimiliki masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut.
Potensi yang dimiliki antara lain ketersediaan sumber daya,
serta peluang-peluang yang dapat dimobilisasi.
 Tahapannya dimulai dari pengumpulan data primer dan
data sekunder, pengolahan dan penyajian data masalah dan
potensi yang ada dan membangun kesepakatanbersama
masyarakat dan kepala desa/kelurahan, untuk bersama-sama
mengatasi masalah kesehatan di masyarakat.
 Instrumen SMD/CSS disusun Puskesmas sesuai masalah
yang dihadapi dan masalah yang akan ditanggulangi Puskesmas.

 Perumusan Masalah
Dari hasilanalisisdata,dilaksanakanperumusanmasalah.Masalah
adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan.

Skenario A Blok XXII


34
 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilaksanakan dengan membuat daftar
masalah yang dikelompokkan menurut jenis upaya, target,
pencapaian, dan masalah yang ditemukan. Masalah dirumuskan
berdasarkan prinsip 5W1H (What, Who,When, Where, Why and
How/Apa masalahnya, siapa yangterkena masalahnya, kapan
masalah itu terjadi, dimana masalah itu terjadi, kenapa dan
bagaimana masalah itu terjadi).
 Menetapkan Urutan Prioritas Masalah
Mengingat adanya keterbatasan kemampuan dalam mengatasi
masalah, ketidaktersediaan teknologi yang memadai atau adanya
keterkaitan satu masalah dengan masalah lainnya, maka perlu dipilih
masalah prioritas dengan jalan kesepakatan tim. Bila tidak dicapai
kesepakatan dapat ditempuh dengan menggunakan kriteria lain.
Dalam penetapan urutan prioritas masalah dapat mempergunakan
berbagai macam metode seperti metode USG (Urgency,Seriousness,
Growth) dan sebagainya.
 Mencari Akar Penyebab Masalah
Beberapa metode yang dapat dipergunakandalam mencari
akar penyebab masalah yaitu:
 Diagram sebab akibat dari Ishikawa (diagram tulang ikan/
fish bone).
 Pohon masalah (Problem Trees)
 Menetapkan Cara Pemecahan Masalah
Untuk menetapkan cara pemecahan masalah dapat dilakukan
kesepakatan di antara anggota tim dengan didahului brainstorming
(curah pendapat). Bila tidak terjadi kesepakatan dapat digunakan
tabel cara pemecahan masalah.
 Penyusunan Rencana Lima Tahunan
Berdasarkan kesepakatan cara pemecahan masalah dapat
dikembangkan program kegiatan dan ditentukan target yang akan
dicapai. Pengawasan dan pengendalian untuk pencapaian target

Skenario A Blok XXII


35
Rencana Lima Tahunan dilakukan setiap tahun, dan pada tengah
periode lima tahunan dilakukan evaluasi periode tengah lima tahun
(Midterm evaluation), untuk menyesuaikan target akhir Rencana
Lima Tahunan. Hal ini perlu dilakukan untuk mengakomodir
perubahan kebijakan ataupun kebijakan yang baru, hasil analisis
trend pencapaian program, kemungkinan penambahan sumber daya
dan kemungkinan masalah kesehatan yang baru. Rincian
pelaksanaan kegiatan dalam mencapai target prioritas yang telah
ditetapkan pada perencanaan lima tahunan akan disusun dalam
perencanaan tahunan Puskesmas.

r. Apa saja definisi dari Pendidikan Kesehatan ?


Jawab :
Pendidikankesehatan adalah istilah yang diterapkan pada
penggunaan proses pendidikan secara terencana untuk mencapai tujuan
kesehatan yang meliputi beberapa kombinasi dan kesepakatan belajar
atau aplikasi pendidikan didalam bidang kesehatan (Notoatmodjo,
2013).

s. Apa saja ruang lingkung dari Pendidikan Kesehatan ?


Jawab :
Ruang lingkup pendidikan kesehatandapat dilihat dari berbagai
dimensi, antara lain dimensi sasaran pendidikan, dimensi tempat
pelaksanaan atau aplikasinya, dan dimensi tingkat pelayanan
kesehatan.
Dari dimensi sasarannya, pendidikan kesehatan dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yakni:
4. Pendidikan kesehatan individual, dengan sasaran individu
5. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok
6. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat
luas

Skenario A Blok XXII


36
Dimensi tempat pelaksanaanya, pendidikan kesehatann dapat
berlangsung di berbagai tempat atau tatanan dengan sendirinya
sasarannya berbeda pula, misalnya:
1. Pendidikan kesehatan di dalam keluarga (rumah)
2. Pendidikan kesehatan sekolah, dilakukan di sekolah dengan
sasaran murid
3. Pendidikan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan
(dilakukan di rumah sakit dengan sasaran pasien atau keluarga
pasien, di Puskesmas dan sebagainya)
4. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran
buruh atau karyawan yang bersangkutan
5. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum (TTU)
Dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehtan dapat
dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of
prevention) dari Leavel and Clarksebagai berikut:
1. Promosi kesehatan
2. Perlindungan khusus
3. Diagnosis dini dan pengobatan segera
4. Pembatasan cacat
5. Rehabilitasi
(Notoatmodjo, 2011)

t. Apa saja alat bantu dari proses Pendidikan Kesehatan ?


Jawab :
Hanya ada dua macam alat bantu pendidikan yang disebut
dengan alat peraga :
1. Alat bantu lihat (Visual Aids)
Alat ini berguna dalam membantu menstimulasi indra mata
(penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan. Alat
ini ada dua bentuk :
a. Alat yang diproyeksikan, misalnya: slide, film, film
stripe, dan sebagainya.

Skenario A Blok XXII


37
b. Alat-alat yang tidak diproyeksikan :
1) dua dimensi, gambar peta, bagan, dan sebagainya.
2) Tiga dimensi misal bola dunia, boneka, dan
sebagainya.
2. Alat-alat bantu dengar (Audio Aids)
Ialah alat yang dapat membantu menstimulasi indra
pendengaran, pada waktu proses penyampaian bahan
pendidikan/pengajaran. Misalnya; piringan hitam, radio, pita
suara, dan sebagainya.
3. Alat bantu lihat-dengar, seperti: televise dan video cassette.
Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan Audio
Visual Aids (AVA).
Disamping pembagian tersebut, alat peraga juga dapat
dibedakan menjadi dua macam menurut pembuatannya dan
penggunaannya.
1. Alat peraga yang ‘complicated’ (rumit), seperti film, film
stripe, slide, dan sebagainya yang memerlukan listrik dan
proyektor.
2. Alat peraga yang sederhana, yang mudah dibuat sendiri,
dengan bahan-bahan setempat yang mudah diperoleh seperti:
bamboo, karton, kaleng bekas, kertas Koran, dan sebagainya.
Beberapa contoh alat peraga yang sederhana yang dapat
dipergunakan di berbagai tempat, misalnya :
a. Di rumah tangga, seperti : leaflet, model buku bergambar,
benda-benda yang nyata seperti buah-buahan, sayur-
sayuran, dan sebagainya.
b. Di kantor-kantor dan sekolah-sekolah, seperti papan tulis,
flipchart, poster, leaflet, buku cerita dan bergambar,
kotak gambar gulung, boneka, dan sebagainya.
c. Di masyarakat umum: misalnya poster, spanduk, leaflet,
flannel graph, boneka wayang, dan sebagainya.
(Soekidjo, 2011).

Skenario A Blok XXII


38
u. Bagaimana proses Pendidikan Kesehatan ?
Jawab :
Terapat unsur-unsur dalam proses pendidikan kesehatan, yakni:
a. Input (sasaran dan pendidik dari pendidikan)
Menyangkut pada sasaran belajar (sasaran didik) yaitu individu
kelompok masyarakat yang sedang belajar itu sendiri dengan
berbagai latar belakangnya
b. Proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang
lain)
Mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan
lingkungan (perilaku) pada diri subjek belajar tersebut. Dalam
proses ini terjadi pengaruh timbal balik antara berbagai factor
lain antara lain subjek belajaj, pengajar (pendidik dan
fasilitator), metode, tekhnik belajar, alat bantu belajar serta
materi atau bahan yang dipelajari
c. Output (melakukan apa yang diharapkan)
Merupakan hasil belajar itu sendiri yaitu berupa kemampuan
atau perubahan perilaku dari subjek belajar.
(Notoadmojo, 2012).

v. Apa tujuan dari Pendidikan Kesehatan ?


Jawab :
Tujuan pendidikan kesehatan adalah suatu perubahan sikap dan
tingkah laku individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat
dalam membina serta memelihara perilaku hidup sehat juga berperan
aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Nursalam
dkk, 2009).

Skenario A Blok XXII


39
w. Apa perbedaan dari Pendidikan Kesehatan dan Promosi Kesehatan ?
Jawab :
Perbedaan pendidikan dan promosi kesehatan hanya pada penekanan
saja. Apabila pendidikan kesehatan dalam mencapai perubahan perilaku
masyarakat ditekankan pada faktor predisposisi perilaku, dengan
pemberian informasi atau peningkatan pengetahuan dan sikap.
Sedangkan, promosi kesehatan upaya perubahan perilaku hidup sehat
masyarakat, tidak hanya ditujukan kepada faktor predisposisi atau
peningkatan pengetahuan dan sikap saja, tetapi juga terhadap faktor
yang lain, yakni “enabling” (pemungkin) dan “reinforcing” (penguat).
Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehtan merupakan revitalisasi
pendidikan kesehatan. Upaya perubahan perilaku kesehtan bukan hanya
ditekankan pada upaya penyuluhan atau pemberian informasi-informasi
kesehtan guna meningkatkan pengetahuan dan sikap positif terhadap
kesehatan saja. Promosi kesehatan juga memandang penting upaya
meningkatkan faktor-faktor lain seperti srana dan prasarana atau
fasilitas untuk terwujudnya perilaku hidup sehat tersebut. Contoh: agar
masyarakat mau mengonsumsi makanan yang bergizi, minum air
bersih, buang air besar di jamban, dan sebagainya, tidak hanya cukup
untuk diberikan pengetahuan atau pemahaman tentang hal-hal tersebut.
Tetapi masyarakat juga harus diberi kemampuan atau difasilitasi agar
mereka mampu membeli atau menghasilkan makanan yang bergizi,
mempunyai atau mudah mengakses air bersih, mampu membuat
jamban keluarga, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2011).

2. Penyakit menular yang merupakan wabah di wilayan puskesmas


dokter Rama adalah gastroenteritis. Upaya pelayanan pencegahan
penyakit menular (P2M) saat ini masih rendah. Dokter Rama
menyelenggarakan latihan mengenai teknik promosi kesehatan bagi
kader posyandu dan P2M Puskesmas.

Skenario A Blok XXII


40
a. Apa definisi dari wabah ?
Jawab :
Menurut Undang-undang No 4 Tahun 1984, Wabah adalah
kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat
yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada
keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka.

b. Apa saja kriteria suatu penyakit dikatakan suatu wabah ?


Jawab :
1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagaimana dimaksud
penyakit-penyakit tersebut di atas yang sebelumnya tidak ada atau
tidak dikenal pada suatu daerah.
2. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun
waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis
penyakitnya.
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau
minggu menurut jenis penyakitnya.
4. Jumlah periode baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.
5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun
sebelumnya.
6. Angka kematian kasus suatu penyakit dalam 1 kurun waktu tertentu
menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibandingkan dengan angka
kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun
waktu yang sama.

Skenario A Blok XXII


41
7. Angka proporsi penyakit penderita baru pada satu periode
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih disbanding satu periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

c. Apa saja jenis penyakit yang menimbulkan wabah ?


Jawab :
1. Kolera 9. Malari
2. Pes 10. Avian Influenza H5N1 (Flu
Burung)
3. Demam Berdarah Dengue 11. Antraks
4. Campak 12. Leptospirosis
5. Polio 13. Hepatitis
6. Difteri 14. Influenza A baru (H1N1)
7. Pertusis 15. Meningitis
8. Rabies 16. Yellow Fever
9. Chikungunya

d. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan wabah ?


Jawab :
1. Penyelidikan epidemiologis
2. Penatalaksanaan penderita yang mencakup kegiatan pemeriksaan,
pengobatan, perawatan dan isolasi penderita, termasuk tindakan
karantina
3. Pencegahan dan pengebalan
4. Pemusnahan penyebab penyakit
5. Penanganan jenazah akibat wabah
6. Penyuluhan kepada masyarakat
7. Upaya penanggulangan lainnya

Skenario A Blok XXII


42
e. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit menular ?
Jawab :

Pada saat terjadi ketidakseimbangan antara Host, Agent dan


Environmentakan menimbulkan penyakit pada individu atau masalah
kesehatan di masyarakat.
1. Host (inang): umur, jenis kelamin, ras, agama, keturunan,
kepribadian, perilaku dan gizi.
2. Agent: Agen dapat berupa agen biologi (vektor, biologi, dan
virus); agen kimia (insektisida); fisik (iklim); dan makanan
(makanan basi dan makanan berlemak).
3. Environtment (lingkungan): ingkungan fisik, biologi, iklim,
politik dan adat istiadat.

f. Apa saja variabel epidemiologi pada kasus Gastroenteritis ?


Jawab :
Gastroentritis
- Frekuensi gastroentritis menurut WHO adalah suatu penyakit yang
ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang
lembek sampai mencair disertai lendir dan bertambahnya frekuensi
buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam
sehari. Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak balita,

Skenario A Blok XXII


43
terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, dimana seorang anak
bisa mengalami 1-3 episode gastroentritis berat.
- Distribusi
1. Orang (person)
Penyakit gastroenteritisakut lebih sering terjadi pada bayi
daripada anak yang lebih besar. Kejadian gastroentritis akut
pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan.
2. Tempat (place)
Penyakit gastroentritis tidak hanya terdapat di negara-negara
berkembang atau terbelakang saja yang dikarenakan kondisi
lingkungan yang sangat buruk, akan tetapi juga dijumpai di
negara industri bahkan di negara yang sudah maju sekalipun,
hanya saja di negara maju keadaan penyakit gastroentritis
infeksinya jauh lebih kecil.
3. Waktu (time)
Masih seringnya terjadi wabah atau Kejadian Luar Biasa
(KLB) gastroentritis menyebabkan pemberantasannya
menjadi suatu hal yang sangat penting. Di Indonesia, KLB
gastroentritis masih terus terjadi hampir di setiap musim
sepanjang tahun.
- Faktor determinan
1. Faktor Gizi
Berat dan lamanya gastroentritis sangat dipengaruhi oleh
status gizi panderita dan gastroentritis yang diderita oleh anak
dengan kekurangan gizi yang akan menyebabkan anak
dehidrasi dan malnutrisi.
2. Faktor Sosial Ekonomi
Kebanyakan anak yang mudah menderita gastroentritis
berasal dari keluarga ekonomi rendah, kondisi rumah yang
buruk, tidak mempunyai sediaan air bersih yang memenuhi
persyaratan kesehatan, pendidikan orang tuanya yang rendah.
3. Faktor Jamban

Skenario A Blok XXII


44
Resiko kejadian gastroentritis lebih besar pada keluarga yang
tidak mempunyai fasilitas jamban keluarga. Berkaitan
dengan personal hygiene dari masyarakat yang ditunjang
dengan situasi kebiasaan yang menimbulkan pencemaran
lingkungan sekitarnya dan terutama di daerah-daerah dimana
air merupakan masalah dan kebiasaan buang air besar yang
tidak sehat.
4. Faktor Sumber Air
Sumber air adalah tempat mendapatkan air yang digunakan.
Air baku tersebut sebelum digunakan adalah yang diolah
dulu, namun ada pula yang langsung digunakan oleh
masyarakat. Kualitas air baku pada umumnya tergantung dari
mana sumber air tersebut didapat. (Simatupang, 2004)

g. Apa saja metode dari promosi kesehatan ?


Jawab :
Beberapa metode pendidikan atau promosi kesehatan
a. Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai
1. Metode Individual (Perorangan)
Bentuk pendekatannya, antara lain:
a. Bimbingan dan Penyuluhan
b. Wawancara
2. Metode Kelompok
Dalam memilih metode kelompok, harus diingat
besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan
formal dan sasaran.
a. Kelompok Besar
Apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode
yang baik untuk kelompok besar ini antara lain ceramah
dan seminar
b. Kelompok Kecil

Skenario A Blok XXII


45
Apabila peserta kegiatan kurang dari 15 orang, metode
yang cocok untuk kelompok kecil ini adalah diskusi
kelompok, curhat pendapat (brain storming) dan juga
dibagi jadi kelompok-kelompok kecil
3. Metode Massa
Pendekatan massa cocok untuk mengkomunikasikan
pesan-pesan kesehatann yang ditujukan kepada
masyarakat. Pendekatan ini biasany adigunakan untuk
menggugah kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi
awareness, dan belum begitu diharapkan untuk sampai
ke perubahan perilaku. Beberapa contoh metode yang
cocok untuk pendekatan massa, antara lain :
a. Ceramah umum
b. Berbincang-bincang (talk show) tentang kesehatan
melalui media elektronik
c. Simulasi
d. Tulisan-tulisan di majalah atau koran tentang konsultasi
maupun tanya jawab kesehatan dan penyakit
e. Billboard yang dipasang dipinggir jalan, spanduk, poster,
dan sebagainya.
Berdasarkan Teknik Komunikasi
1. Metode penyuluhan langsung. Dalam hal ini para penyuluh
langsung berhadapan atau bertatap muka dengan sasaran.
Termasuk di sini antara lain: kunjungan rumah, pertemuan
diskusi (FGD), pertemuan di balai desa, pertemuan di
Posyandu, dll.
2. Metode yang tidak langsung. Dalam hal ini para penyuluh
tidak langsung berhadapan secara tatap muka dengan sasaran,
tetapi ia menyampaikan pesannya dengan perantara (media).
Umpamanya publikasi dalam bentuk media cetak, melalui
pertunjukan film, dsb(Notoatmojo, Soekidjo, 2012).

Skenario A Blok XXII


46
h. Siapa saja sasaran dalam promosi kesehatan ?
Jawab :
Dalam pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 (tiga)
jenis sasaran, yaitu (1) sasaran primer, (2) sasaran sekunder dan (3)
sasaran tersier.
Sasaran Primer
Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya
adalah pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai
komponen dari masyarakat. Mereka ini diharapkan mengubah perilaku
hidup mereka yang tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS). Akan tetapi disadari bahwa mengubah
perilaku bukanlah sesuatu yang mudah. Perubahan perilaku pasien,
individu sehat dan keluarga (rumah tangga) akan sulit dicapai jika tidak
didukung oleh: Sistem nilai dan norma-norma sosial serta norma-norma
hukum yang dapat diciptakan/dikembangkan oleh para pemuka
masyarakat, baik pemuka informal maupun pemuka formal.
Keteladanan dari para pemuka masyarakat, baik pemuka informal
maupun pemuka formal, dalam mempraktikkan PHBS. Suasana
lingkungan sosial yang kondusif (social pressure) dari kelompok-
kelompok masyarakat dan pendapat umum (public opinion). Sumber
daya dan atau sarana yang diperlukan bagi terciptanya PHBS, yang
dapat diupayakan atau dibantu penyediaannya oleh mereka yang
bertanggung jawab dan berkepentingan (stakeholders), khususnya
perangkat pemerintahan dan dunia usaha.
Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka
informal (misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun
pemuka formal (misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan
lain-lain), organisasi kemasyarakatan dan media massa. Mereka
diharapkan dapat turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien,
individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara: Berperan
sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS. Turut menyebarluaskan

Skenario A Blok XXII


47
informasi tentang PHBS dan menciptakan suasana yang kondusif bagi
PHBS. Berperan sebagai kelompok penekan (pressure group) guna
mempercepat terbentuknya PHBS.
Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa
peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang
lain yang berkaitan serta mereka yang dapat memfasilitasi atau
menyediakan sumber daya. Mereka diharapkan turut serta dalam upaya
meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah
tangga) dengan cara: Memberlakukan kebijakan/peraturan
perundangundangan yang tidak merugikan kesehatan masyarakat dan
bahkan mendukung terciptanya PHBS dan kesehatan masyarakat.
Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang
dapat mempercepat terciptanya PHBS di kalangan pasien, individu
sehat dan keluarga (rumah tangga) pada khususnya serta masyarakat
luas pada umumnya.

i. Apa yang dimaksud dengan kader posyandu ?


Jawab :
Kader posyandu adalah anggota masyarakat yang dipilih dari dan
oleh masyarakat, mau dan mampu bekerja bersama dalam berbagai
kegiatan kemasyarakatan secacar sukarela (Depkes RI, 2003).

j. Apa saja tugas dan fungsi kader posyandu ?


Jawab :
Tugas dan Fungsi Kader Posyandu:
A. Sebelum Hari Buka Posyandu
1. Melakukan persiapan penyelenggaraan kegiatan Posyandu.
2. Menyebarluaskan informasi tentang hari buka Posyandu melalui
pertemuan warga setempat atau surat edaran.

Skenario A Blok XXII


48
3. Melakukan pembagian tugas antar kader, meliputi pendaftaran,
penimbangan, pencatatan, penyuluhan, pemberian makanan
tambahan, serta pelayanan yang dapat dilakukan oleh kader.
4. Melakukan koordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas
lainnya terkait dengan jenis layanan yang akan diselenggarakan.
Jenis kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan Posyandu
sebelumnya atau rencana kegiatan yang telah ditetapkan
berikutnya.
5. Menyiapkan bahan penyuluhan dan pemberian makanan
tambahan. Bahan-bahan penyuluhan sesuai permasalahan yang di
dihadapi para orang tua serta disesuaikan dengan metode
penyuluhan, misalnya: menyiapkan bahan-bahan makanan
apabila ingin melakukan demo masak, lembar balik untuk
kegiatan konseling, kaset atau CD, KMS, buku KIA, sarana
stimulasi balita.
6. Menyiapkan buku-buku catatan kegiatan Posyandu.

B. Saat Hari Buka Posyandu


1. Melakukan pendaftaran, meliputi pendaftaran balita, ibu hamil,
ibu nifas, ibu menyusui, dan sasaran lainnya.
2. Pelayanan kesehatan ibu dan anak. Untuk pelayanan kesehatan
anak pada Posyandu, dilakukan penimbangan, pengukuran tinggi
badan, pengukuran lingkar kepala anak, pemantauan aktifitas
anak, pemantauan status imunisasi anak, pemantauan terhadap
tindakan orangtua tentang pola asuh yang dilakukan pada anak,
pemantauan tentang permasalahan anak balita, dan lain
sebagainya.
3. Membimbing orangtua melakukan pencatatan terhadap berbagai
hasil pengukuran dan pemantauan kondisi anak balita.
4. Melakukan penyuluhan tentang pola asuh anak balita. Dalam
kegiatan ini, kader bisa memberikan layanan konsultasi,

Skenario A Blok XXII


49
konseling, diskusi kelompok dan demonstrasi dengan
orangtua/keluarga anak balita.
5. Memotivasi orangtua balita agar terus melakukan pola asuh yang
baik pada anaknya, dengan menerapkan prinsip asih-asah-asuh.
6. Menyampaikan penghargaan kepada orangtua yang telah datang
ke Posyandu dan minta
mereka untuk kembali pada hari Posyandu berikutnya.
7. Menyampaikan informasi pada orangtua agar menghubungi kader
apabila ada permasalahan terkait dengan anak balitanya.
8. Melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan pada hari
buka Posyandu.

C. Sesudah Hari Buka Posyandu


1. Melakukan kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir pada
hari buka Posyandu, anak yang kurang gizi, atau anak yang
mengalami gizi buruk rawat jalan, dan lain-lain.
2. Memotivasi masyarakat, misalnya untuk memanfaatkan
pekarangan dalam rangka meningkatkan gizi keluarga, menanam
tanaman obat keluarga, membuat tempat bermain anak yang aman
dan nyaman. Selain itu, memberikan penyuluhan tentang Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
3. Melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat, pimpinan
wilayah untuk menyampaikan hasil kegiatan Posyandu serta
mengusulkan dukungan agar Posyandu terus berjalan dengan
baik.
4. Menyelenggarakan pertemuan, diskusi dengan masyarakat, untuk
membahas kegiatan Posyandu. Usulan dari masyarakat digunakan
sebagai bahan menyusun rencana tindak lanjut kegiatan
berikutnya.
5. Mempelajari Sistem Informasi Posyandu (SIP). SIP adalah sistem
pencatatan data atau informasi tentang pelayanan yang
diselenggarakan di Posyandu. Manfaat SIP adalah sebagai

Skenario A Blok XXII


50
panduan bagi kader untuk memahami permasalahan yang ada,
sehingga dapat mengembangkan jenis kegiatan yang tepat dan
sesuai dengan kebutuhan sasaran.
6. Format SIP meliputi;
 catatan ibu hamil, kelahiran, kematian bayi, kematian ibu hamil,
melahirkan, nifas;
 catatan bayi dan balita yang ada di wilayah kerja Posyandu; jenis
kegiatan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan sasaran. catatan
pemberian vitamin A, pemberian oralit, pemberian tablet tambah
darah bagi ibu hamil, tanggal dan status pemberian imunisasi;
 catatan wanita usia subur, pasangan usia subur, jumlah rumah
tangga, jumlah ibu hamil, umur kehamilan, imunisasi ibu hamil,
risiko kehamilan, rencana penolong persalinan, tabulin,ambulan
desa, calon donor darah yang ada di wilayah kerja Posyandu.
(KEMENKES, 2012).

k. Apa saja syarat yang kader posyandu ?


Jawab :
Para kader kesehatan masyarakat itu seyogyanya memiliki latar
belakang pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan mereka
untuk membaca, menulis dan menghitung secara sederhana (Meilani
Niken, dkk, 2009: 129). Proses pemilihan kader hendaknya melalui
musyawarah dengan masyarakat, dan para pamong desa harus juga
mendukung (R. fallen dan R. Budi, 2010: 59). Hal ini disebabkan
karena kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan
pelatihan kader. Pelatihan kader ini diberikan kepada para calon kader
di desa yang telah ditetapkan (Meilani Niken, dkk, 2009).
Persyaratan umum yang dapat dipertimbangkan untuk pemilihan
kader antara lain:
 Dapat baca, tulis dengan bahasa Indonesia
 Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader
 Mempunyai penghasilan sendiri

Skenario A Blok XXII


51
 Tinggal tetap di desa yang bersangkutan dan tidak sering
meninggalkan tempat untuk waktu yang lama.
 Aktif dalam kegiatan sosial maupun pembangunan desanya
 Dikenal masyarakat, diterima masyarakat dan dapat bekerja
sama dengan masyarakat
 Berwibawa
 Sanggup membina paling sedikit 10 kepala keluarga. (R. Fallen
dan R. Budi, 2010: 59-60).
Dari persyaratan-persyaratan yang diutamakan oleh beberapa
ahli di atas, dapatlah disimpulkan bahwa kriteria pemilihan kader
kesehatan antara lain sanggup bekerja secara sukarela, mendapat
kepercayaan dari masyarakat serta mempunyai kredibilitas yang baik
dimana perilakunya menjadi panutan masyarakat, memiliki jiwa
pengabdian yang tinggi, mempunyai penghasilan tetap, pandai
membaca dan menulis, serta sanggup membina masyarakat
sekitarnya(Efendi, 2009)

l. Apa saja fungsi posyandu ?


Jawab :
a) Fungsinya untuk mempercepat penurunan angka
kematian bayi dan anak balita, dan angka kelahiran
b) Mempercepat penerimaan norma keluarga kecil
bahagia dan sejahtera (NKKBS)
Berkembangnya kegiatan-kegiatan masyarakat sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuannya.

m. Apa saja kegiatan dan pelayanan posyandu ?


Jawab :
a. Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan
pengembangan/pilihan. Kegiatan utama, mencakup :
1. Kesehatan ibu dan anak
2. Keluarga berencana

Skenario A Blok XXII


52
3. Imunisasi
4. Gizi
5. Pencegahan dan penanggulangan diare.
b. Kegiatan pengembangan/pilihan, masyarakat dapat menambah
kegiatan baru disamping 5 kegiatan utama yang telah ditetapkan,
dinamakan Posyandu Terintegrasi. Kegiatan baru tersebut misalnya :
1. Bina Keluarga Balita (BKB)
2. Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
3. Bina Keluarga Lansia (BKL)
4. Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
5. Berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya.
Semua anggota yang membutuhkan pelayanan kesehatan dasar
yang ada di Posyandu terutama :
1. Bayi dan anak balita
2. Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui
3. Pasangan usia subur
4. Pengasuh anak
(Depkes, 2012)

n. Apa saja kegiatan yang dilakukan P2M puskesmas ?


Jawab :
Upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan dalam
Penanggulangan Penyakit Menular dilakukan melalui kegiatan:
5. Promosi kesehatan
6. Surveilans kesehatan;
7. Pengendalian faktor risiko;
8. Penemuan kasus;
9. Penanganan kasus;
10. Pemberian kekebalan (imunisasi)
11. Pemberian obat pencegahan secara massal
12. Kegiatan lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
(KEMENKES, 2014)

Skenario A Blok XXII


53
3. Bagaimana Nilai-Nilai Islam tentang pencegahan penyakit menular ?
Jawab :
Allah SWT berfirman:
 “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula)
pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh
Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang
demikian itu adalah mudah bagi Allah”. (QS. Al-Hadid: 22).
 “Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang
melainkan dengan izin Allah” (QS. At-Taghaabun: 11).
 Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Orang yang sakit
janganlah datangi orang yang sehat”. (HR. Bukhari no. 5771 dan
Muslim no. 2221).

2.6 Kesimpulan
Dokter Rama, Kepala Puskesmas Dusun Lintas memberikan Pendidikan
Kesehatan dan Promosi Kesehatan karena ada wabah Gastroenteritis dan PWS
P2M yang rendah.

Skenario A Blok XXII


54
2.7 Kerangka Konsep

Wabah PWS P2M yang


Gastoenteritis rendah

Upaya Pendidikan Kesehatan


dan Promosi Kesehatan

Latihan mengenai teknik


Promosi Kesehatan bagi kader
dan P2M Puskesmas

Skenario A Blok XXII


55
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2003. Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan


Media Promosi Kesehatan. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2008. Buku Kesehatan Ibu dan Anak Provinsi Jawa
Timur. Departemen Kesehatan dan JICA (Japan International Cooperation
Agency). Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2014. PERMENKES Nomor 75 Tahun 2014 tentang


Pusat Kesehatan Masyarakat. (Diakses dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/peraturan/PMK-No-75-Th-
2014-ttg-Puskesmas.pdfpada tanggal 24 Oktober 2018).

Dinkes. 2012. Media Promosi Kesehatan. (http://dinkes.slemankab.go.id/wp-


content/uploads/2012/07/Media-Promkes.pdf). Diakses 27 Oktober 2016.

Dinus. 2015. Konsep Promosi


Kesehatan.(http://eprints.dinus.ac.id/6342/1/3._KONSEP_PROMOSI_KES
EHATAN.pdf). Diakses tanggal 27 Oktober 2016.

Effendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori


dan Praktik dalam Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.

Fallen, R dan R. Budi Dwi K. 2010. Catatan Kuliah Keperawatan Komunitas.


Nuha Medika. Yogyakarta.

Fitriani,Sinta.2011. Promosi Kesehatan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Green, L & Kreuter, M.W, 2005. Health Promotion Planning, An Educational and
Environmental Approach, Second Edition, Mayfield Publishing Company.

Skenario A Blok XXII


56
Keputusan Menteri Kesehatan.2005. Keputusan Menteri Kesehatan
RepublikIndonesia No. 1114 Tahun 2005.Depkes. Jakarta.

Kementrian Kesehatan. 2011. Promosi Kesehatan di Daerah Masalah Kesehatan


Panduan bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Kementrian
Kesehatanb Republik Indonesia Pusat Promosi Kesehatan

KEMENKES, RI. 2012. Ayo Ke Posyandu Setiap Bulan; POSYANDU Menjaga


Anak dan Ibu tetap Sehat. Jakarta: Kemenkes RI. Diakses pada 24 Oktober
2018. (http://www.depkes.go.id/resources/download/promosi-
kesehatan/buku-saku-posyandu.pdf).

Kementerian Kesehatan RI. 2014. PERMENKES Nomor 82 Tahun 2014 tentang


Penanggulangan Penyakit Menular. (Diakses dari
http://sinforeg.litbang.depkes.go.id/upload/regulasi/PMK_No._82_ttg_Pena
nggulangan_Penyakit_Menular_.pdf pada tanggal 24 Oktober 2018)

Mubarak, W. I., dan Cahyatin, N. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka


Cipta. Hal 114-115

Notoatmodjo, Soekidjo.2012.Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.Rineka


Cipta. Jakarta.

Novita, N. Dan Fransiska, Y. 2011. Promosi Kesehatan dalam Pelayanan


Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Skenario A Blok XXII


57
PERMENKES, RI. 2010. Permenkes No. 1501. Tahun 2010 Tentang Jenis
Penyakit Menular tertentu Yang dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan. Jakarta. Diakses pada 24 Oktober 2018.

PERMENKES, RI. 2016. Permenkes No. 44 Tahun 2016 Tentang Pedoman


Manajemen Puskesmas. Diakses pada 15 Oktober 2018.
(http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/PMK_No._44_ttg_Pedoman_
Manajemen_Puskesmas_%20(1).pdf).

Simatupang M. 2004. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Kejadian Diare Pada Balita Di Kota Sibolga Tahun 2003. Program
Pascasarjana, Medan: Universitas Sumatera Utara.

Trihono. 2005. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. CV Sagung


Seto. Jakarta.

Widoyono.2011.Penyakit Tropis: Epidemologi, Penularan, Pencegahan,


Pemberantasan. Erlangga. Jakarta.

Zulkifli, 2003. Posyandu dan Kader Kesehatan. Pelaksanaan Program Deteksi


Dini Tumbuh Kembang Balita di Posyandu. http://library.usu.ac.id. Diakses
tanggal 27 Oktober 2016.

Skenario A Blok XXII


58

Anda mungkin juga menyukai