Oleh:
Kelompok 5
Semester 1 Angkatan 2019
1
HALAMAN PERSETUJUAN
Hari :
Tanggal :
Dosen Tutor
2
KATA PENGANTAR
Akhirkata,penulisberharapsemogaAllahmembalasdengankebaikansemu
a pihakyang telahmembantu penulis menyadari bahwa makalah scenario ini
masih jauh dari sempurna, namun demikian makalah ini diusahakan sesuai
dengan kemampuan penulis.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca dan semoga tugas makalah ini memberikan manfaat bagi
yang membutuhkan serta bagi pembaca untuk tugas atau penelitian
selanjutnya.
Peneliti
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................1
HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................2
KATA PENGANTAR...............................................................................3
DAFTAR ISI.............................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................6
1.1 latar belakang...............................................................................6
1.2 Definisi Etika Kedokteran dan Bioetika........................................6
1.2.1 Etika Kedokteran..................................................................7
1.2.2 Bioetika................................................................................9
1.2.2.1 Prinsip-prinsip dasar bioetika...................................10
1.3 Kode Etik Indonesia (KODEKI)....................................................13
1.4 Informed Consent (IC)..................................................................16
1.5 Skenario.......................................................................................18
1.6 Rumusan Masalah.......................................................................19
1.7 Hipotesa.......................................................................................20
1.8. Learning Objectives/Tujuan Pembelajaran.................................20
BAB II STUDI PUSTAKA........................................................................22
2.1 Mengidentifikasi permasalahan kedisiplinan dan profesionalisme
dokter yang terjadi di dalam skenario................................................22
2.2 Mengidentifikasi dilema etika medis yang dihadapi dokter muda di
dalam skenario...................................................................................22
2.3 Mahasiswa mampu menganalisis kemungkinan diagnosa yang dialami
oleh pasien di dalam skenario............................................................23
2.4 Mahasiswa mampu menjelaskan Teknik dasar anamnesa,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan oleh
pasien di dalam scenario
............................................................................................................24
2.5 Mahasiswa mampu menjelaskan alur pengambilan keputusan
Bersama pada pasien tanpa hendaya berat dan Teknik pengambilan
persetujuan tindakan medis...............................................................24
2.6 Mahasiswa mampu menjelaskan peran dan keterbatasan dokter muda
dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan masyarakat awam 25
4
2.7 Mahasiswa mampu mengidentifikasi factor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan identitas professional seorang fakultas kedokteran....26
2.8 Mahasiswa mampu menganalisa proses pembentukan identirtas
professional yang terjadi pada mahasiswa kedokteran.....................26
2.9. Mahasiswa mampu menyusun konsep transformasi dan rencana aksi
untuk dapat menjadi pembelajar sepanjang hayat yang adaptif dan
bermoral sesuai kode etik profesi kedokteran serta nilai-nilai Al-isla,
Muhammadiyyah dan kemanusiaan..................................................27
2.10 Penegakan diagnosa..................................................................28
2.11 Patologi Anatomi........................................................................29
2.12 Prognosis....................................................................................29
2.13 Kedokteran Islam.......................................................................29
BAB III PEMBAHASAN..........................................................................31
BAB IV KESIMPULAN............................................................................33
4.1 Fcm..............................................................................................33
4.2 Narasi...........................................................................................34
BAB V PENUTUP....................................................................................36
5.1 Saran............................................................................................36
5.2 Rekomendasi...............................................................................36
DAFTAR PUSTAKA................................................................................37
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
1.2.1 Etika Kedokteran
Istilah Etik (Ethic) merupakan akar kata yang berasasl dari Bahasa Yunani
yaitu ethos yang bermakna akhlak, watak, perasaan, adat, kebiasaan, sikap
yang baik atau layak.Sedangkan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia
(Purwadarminta, 1953), etika adalah ilmu pengetahuan tentang azas akhlak.
Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia dari Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (1988), etika adalah:
a. Ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral
b. Kumpulan atau seperangkat azas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak
c. Nilai yang benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat
7
d. Pendidikan sesuai standard nasional
e. Mengutamakan panggilan kemanusiaan
f. Belajar sepanjang hayat
Dokter adalah profesi tertua dan terkenal sebagai profesi mulia dikarenakan
selalu menghadapi masalah kesehatan dan kehidupanmanusia(Hanafiah
Jusuf M & Amir Amri. 2009).
8
Penanaman etika dalam pendidikan kedokteran bertujuan menjadikan
calon dokter lebih manusiawi dengan memiliki kematangan intelektual dan
emosional.Para pendidik masa lalu melihat perlu tersedia berbagai pedoman
agar anggotanya dapat menjalankan profesinya dengan baik dan benar. Para
pendidik di bidang kesehatan masa lalu melihat adanya peluang yang
diharapkan tidak akan terjadi sehingga merasa perlu membuat rambu-rambu
yang akan mengingatkan para peserta didik yang dilepas ditengah-tengah
masyarakat selalu mengingat pedoman yang membatasi mereka untuk
berbuat yang tidak layak (Hanafiah Jusuf M & Amir Amri. 2009).
1.2.2 Bioetika
9
masa kini dan masa mendatang.Bioetika meliputi agama, ekonomi,
permasalahan-permasalahan sosial dan hukum, maupun politik. Bioetika
selain menjelaskan permasalahan-permasalahan medis, seperti transplantasi
organ, abortus, teknologi reproduksi butan, dan rekayasa genetik, euthanasia,
bahkan membahaspulapermasalahan kesehatan yang lain terkait faktor
budaya yang berperan di suatu lingkup kesehatan Masyarakat, hak pasien,
lingkungan kerja, demografi, moralitas penyembuhan tradisional dan
sebagainya. Bioetika juga memperhatikan pada penelitian kesehatan
terutama manusia dan hewan coba (Hanafiah Jusuf M & Amir Amri. 2009).
10
digunakan sebagai pengorbanan prinsip yang lainnya.Kondisi terakhir
disebutkan dengan istilah Prima Facie. Konsil Kedokteran
Indonesiamengambil prinsip etika kedokteran budaya barat yang menetapkan
praktik kedokteran Indonesia mengarah pada 4 kaidah dasar moral
yangdinamakanbioetika atau kaidah dasar etika kedokteran yaitu:
a. Beneficience
Mengandung makna bahwa seorang dokter yang berbuat baik,
menghormati martabat manusia.Dokter tersebutharus mengupayakan
semaksimal mungkin agar pasien yang dirawatnya menjadi sehat.Prinsip ini
menegaskantentang pentingnya perlakuan terbaik untuk pasien.Beneficence
memberikan kesenangan serta kemudahan bagi pasien untuk memilih
langkah positif supaya memaksimalkan efekterbaik dibandingkan dengan efek
buruk. Ciri-ciri prinsip ini adalah:
b. Non-maleficience
Non-maleficience merupakan prinsip bahwa seorang dokter tidak
melakukan perbuatan yang akanmembuat pasien semakin
memburuk.Kemudian pasien memilih pengobatan lainnya yang beresiko
untuk pasien itu sendiri.Terdapat didalam pernyataan kuno Fist, do no harm,
masih berlaku dan wajib diikuti. Ciri-ciri non-malificience adalah:
Tidak membunuh pasien
Melindungi pasien dari serangan
11
Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
Manfaat pasien lebih banyak daripada kerugian dokter
Menolong pasien emergensi
Mengobati pasien yang luka
Tidak memandang pasien sebagai objek
Tidak melakukan White Collar Crime
c. Justice
Keadilan (Justice) merupakan sebuah prinsip bahwa seorang dokter
memberlakukan pasiensecara menyeluruh dan adil untuk terciptanyarasa
nyaman dan kebahagiaanpada pasien.Tidak merubah sikap dan pandangan
seorang dokter kepada pasiennya dari segi membedakanukuransecara
ekonomi, agama, kebangsaan, pandangan politik, perbedaan kedudukan
sosial, dan kewarganegaraan. Justice memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
d. Autonomy
Autonomy memiliki prinsip bahwa seorang dokter menghormati harkat
martabat kemanusiaan.Semua manusia diperlakukansama antara manusia
yang lainnya yang memiliki hak untuk menentukan diri sendiri.Hal tersebut
memberikan pasien supayamengikuti logika atau pemikirannya serta
membuat pilihan benar sendiri.Autonomymempunyai artimenyetujui,
menghendaki, membela, membenarkan, dan membiarkan pasien memilih
keputusan untuk dirinya sendiri.Ciri-ciri autonomy sebagai berikut:
12
1.3 Kode Etik Indonesia (KODEKI)
Berkaitan erat dengan Inhotep yang berasal dari Mesir, Hipocrates dari
Yunani, Galenus dari Roma adalah beberapapelopor kedokteran kuno yang
sudah menata letakkanpilar-pilar dan sendi-sendi sebagai bentuk awal untuk
memupuk atau membina tradisi dalam ilmu kedokteran yang baik dan mulia.
Dengan melibatkan semua tokoh yang berperan dan organisasi kedokteran
yang menuangkan dalam suatu forum internasional.Selanjutnya para tokoh
bermaksut untuk memfikirkansecara mendasar tradisi dan kedisiplinan dalam
kedokteran sebagai pondasiataupun alas etika professional.Etik tersebut
selamanya memprioritaskanpertama pasien yang berobat dan keselamatan
pasien serta kepentingan pasien tersebut.Etik merupakan suatu cakupan
yang berlandaskan prinsip-prinsip yaitu beneficence, non-malificence,
autonomy dan justice.
13
merumuskan kode etik kedokteran Indonesia (KODEKI), yang diuraikan
dalam pasal-pasal berikut:
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 2
Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan professional
secara independen dan mempertahankan perilaku professional dalam ukuran
yang tertinggi.
Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh
dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi.
Jika ditinjau butir-butir KODEKI tersebut diatas, dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
14
10. Tulus, ikhlas menerapkan ilmunya. Bila tidak
mampu merujuknya
11. Merahasiakan segala sesuatu tentang pasiennya
12. Memberikan pertolongan darurat
13. Memperlakukan sejawatnya sebagaimana ia
sendiri ingin diperlakukan
14. Memelihara kesehatannya
15. Mengikuti perkembangan IPTEK kedokteran
II. Larangan-larangannya
1. Memuji diri
2. Perbuatan atau nasihat yang melemahkan daya
tahan pasien
3. Mengumumkan dan menerapkan teknik atau
pengobatan yang belum diuji kebenarannya
4. Mengambil alih pasien sejawat lain tanpa
persetujuannya
5. Melepaskan kebebasan dan kemandirian profesi
karena pengaruh sesuatu
17
e. Perluasan tindakan yang mungkin dilakukan untuk mengatasi keadaan
darurat akibat risiko dan komplikasi tersebut atau keadaan tak terduga
lainnya.
(Guwandi J. 2004.Hlm:42).
1.5 Skenario
Pria usia 40 tahun datang ke sebuah RSUD dengan keluhan luka
membusuk pada telapak kaki kanan yang tidak sembuh-sembuh sejak 7
bulan terakhir. Pasien adalah seorang pekerja serabutan. Pasien membawa
surat rujukan dari puskesmas didekat rumahnya untuk mendapatkan
penanganan lebih lanjut dari poli penyakit dalam dan poli bedah. Dua orang
dokter muda tahun pertama menerima telpon dari loket yang menghimbau
18
agar pelayanan segera dimulai karena sudah ada pasien. Kedua dokter muda
tersebut megetahui bahwa dokter spesialis yang seharusnya mengisi poli
sedang izin tidak masuk dan beberapa kali rekan sejawatnya di poli yang lain
ditugaskan menggantikan spesialis dengan alasan yang serupa.
Rotasi dibagian bedah adalah stase perdana dari stase ini. Hingga hari ke-
4 di poli, aktivitas kedua dokter muda adalah melakukan observasi saat
pelayanan dan belum pernah berinteraksi langsung dengan pasien tanpa
supervise spesialis. Dokter muda pertama kemudian langsung menanyakan
secara detail keluhan-keluhan dan hal-hal lain yang berkaitan degan riwayat
penyakit pasien. Setelah itu, dokter muda kedua melakukan pemeriksaan fisik
yang diajukan dengan membersihkan luka pasien.Setelah luka dibersihkan
pertama yang bertugas di poli bedah saat itu meminta pasien untuk
menandatangani “informed consent” tindakan rawat luka.
19
c. Apa kemungkinan diagnosa penyakit yang dialami oleh pasien didalam
scenario?
d. Bagaimana teknik dasar anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan oleh pasien didalam
scenario?
e. Bagaimana alur pengambilan keputusan bersama pada pasien tanpa
hendaya berat dan teknik pengambilan persetujuan tindakan medis?
f. Apa saja peran dan keterbatasan dokter muda dalam memberikan
pelayanan kepada pasien dan masyarakat awam?
g. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan identitas
professional seorang mahasiswa fakultas kedokteran?
h. Bagaimana cara menyusun konsep transformasi dan rencana aksi
untuk dapat menjadi pembelajar sepanjang hayat yang adaptif dan
bermoral sesuai kode etik profesi kedokteran serta nilai-nilai Al-islam,
Muhammadiyah, dan kemanusiaan?
1.7 Hipotesa
a. Dokter muda mengalami dilema etik kedokteran saat jaga di Poli RSUD
b. Dokter spesialis yang tidak hadir terkait pelanggaran kode etik
kedokteran
20
f. Mahasiswa mampu menjelaskan peran dan keterbatasan dokter muda
dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan masyarakat awam.
g. Mahasiswa mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan identitas professional seorang mahasiswa fakultas
kedokteran.
h. Mahasiswa mampu menganalisis proses pembentukan identitas
professional yang terjadi pada mahasiswa kedokteran.
i. Mahasiswa mampu menyusun konsep transformasi dan rencana aksi
untuk dapat menjadi pembelajar sepanjang hayat yang adaptif dan
bermoral sesuai kode etik profesi kedokteran serta nilai-nilai Al-islam,
Muhammadiyah, dan kemanusiaan.
21
BAB II
STUDI PUSTAKA
b. Dokter atau dokter gigi pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dokter atau dokter gigi yang mempunyai surat izin praktik.
(UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004
TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN).
Dilema etika medis yang dihadapi dokter muda pada scenario terdapat
dalam pasal sebagai berikut:
b. Pasal 29 ayat 1: Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik
kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi dokter dan surat
tanda registrasi dokter gigi.
22
d. Pasal 40 ayat 2: Dokter atau dokter gigi pengganti sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus dokter atau dokter gigi yang mempunyai surat
izin praktik
23
2.4 Mahasiswa mampu menjelaskan teknik dasar anamnesa,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan oleh
pasien didalam skenario.
Anamnesa:
Sambung rasa dengan pasien
Pria 40 tahun bekerja serabutan
Ada luka planta pedis dextra sejak 7 bulan terakhir
Pemeriksaan Fisik:
Pembersihan luka
Pemeriksaan penunjang:
Rontgen thorax
Rontgen pedis antero-posterio/lateral
Laboraturium darah lengkap
Gula darah
Fungsi liver
Fungsi ginjal.
24
a. Pasal 42: Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dilarang mengizinkan
dokter atau dokter gigi yang tidak memiliki surat izin praktik untuk melakukan
praktik kedokteran di sarana pelayanan kesehatan tersebut.
b. Pasal 29 ayat 1: Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik
kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi dokter dan surat
tanda registrasi dokter gigi.
25
G. Membuat laporan jaga melakukan serah terima laporan dan serah
terima follow up pasien setiap pergantian shift jaga
a. Kesadaran
26
e. Membangun hubungan baik dengan keluarga pasien dan pasien untuk
menjelaskan diagnosa terkait dampak efek jangka panjang dilakukan
sangat jelas.
27
d. Safety atau tidak tindakan pembersihan luka yang dilakukan oleh dokter
muda tersebut
Anamnesa:
Pria 40 tahun bekerja serabutan
Ada luka planta pedis dextra sejak 7 bulan terakhir
Pemeriksaan Fisik:
Pembersihan luka
Pemeriksaan penunjang:
Rontgen thorax
Rontgen pedis antero-posterio/lateral
Laboraturium darah lengkap
Gula darah
Fungsi liver
Fungsi ginjal.
28
2.11 Patologi Anatomi
Ulkus pedis didefinisikan sebagai Ulkus diabetikum. Ulkus pedis
merupakan adanya luka atau rusaknya barier kulit sampai ke seluruh lapisan
dari dermis dan proses penyembuhannya cenderung lambat. Ulkus pada kulit
dapat mengakibatkan hilangnya epidermis hingga dermis dan bahkan lemak
subkutan (Angale, 2013).
Komplikasi jangka panjang dari diabetes mellitus salah satunya adalah
ulkus pedis (15%) dan merupakan penyebab terbanyak (85%) terjadinya
amputasi pada pasien diabetes mellitus (ADA, 2015). Adanya luka terbuka
pada kulit akan memudahkan invasi dari bakteri, beberapa penelitian
menunjukkan sekitar 40-80% ulkus diabetik mengalami infeksi (Richard et al.,
2011). Infeksi ulkus pedis jika tidak ditangani dengan serius akan menyebar
secara cepat dan masuk kejaringan yang lebih dalam (Scott, 2013).
Infeksi yang berat pada jaringan lunak dan tulang seringkali berakhir pada
tindakan amputasi (McCallum & Tagoe, 2012).Beberapa penelitian
menunjukkan, sekitar 13-40% pasien ulkus pedis memerlukan tindakan
amputasi. Kondisi pasien pasca amputasi pun tidak sepenuhnya baik, sekitar
14,3% pasien akan meninggal dunia setelah satu tahun diamputasi dan
sekitar 37% pasien akan meninggal dunia setelah 3 tahun tindakan amputasi
(Waspadji, 2014).
Pengobatan diabetes memerlukan waktu yang lama karena diabetes
merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup dan sangat
kompleks tidak hanya membutuhkan pengobatan tetapi juga perubahan gaya
hidup sehingga seringkali pasien tidak patuh dan cenderung menjadi putus
asa dengan program terapi yang lama, kompleks dan tidak menghasilkan
kesembuhan (Aini, 2011).
2.12 PROGNOSIS
Diagnosa yang dini serta tata laksana yang tepat dan sesuai maka
pasien akan membaik.
Artinya: Kerajaan yang hak pada hari itu adalah milik Tuhan Yang Maha
Pengasih. Dan itulah hari yang sulit bagi orang-orang kafir.
30
BAB III
PEMBAHASAN
(2) Dokter atau dokter gigi pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dokter atau dokter gigi yang mempunyai surat izin praktik.(UNDANG-
UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG
PRAKTIK KEDOKTERAN).
b. Pasal 29 ayat 1: Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik
kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi dokter dan surat
tanda registrasi dokter gigi.
31
d. Pasal 40 ayat 2: Dokter atau dokter gigi pengganti sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus dokter atau dokter gigi yang mempunyai surat izin praktik
(Kode etik kedokteran)
32
BAB IV
KESIMPULAN
33
Dokter Muda baru stase
perdana
Tentang praktik
kedokteran pasal 40
Dokter Muda menulis ayat 1 dan 2
resep paten mahal
Pasien Komplain
34
b. Narasi
35
BAB V
PENUTUP
5.1 Saran
5.2 Rekomendasi
Dokter juga memiliki hak dan kewajiban yang sudah dalam undang
undang dan SKDI yang berguna untuk dapat menjaga profesionalisme
sebagai seorang yang bisa menerapkan asa etik kedokteran. Seperti kasus
ini yang dijadikan sebagai ketidaksepahaman antara tim dokter dengan
keluarga pasien. Sebelumnya dokter juga harus bisa memiliki sebuah prinsip
yang sangat kuat untuk menentukan sebuah pilihan atau tindakan. Serta
dokter dapat membuat keputusan tentang tindakan apa yang cocokk untuk
mengatasi masalah. Supaya tidak terjadi ketidakseimbangan antara pihak
keluarga pasien dengan tim dokter harus melakukan rundingan secara
tertutup di sebuah ruangan kosong untuk melaukan penawaran kepada
keluarga pasien. Dan akhirnya tim dokter dan keluarga pasien sama setuju
dengan keputusan yang telah diberikan dari keluarga pasien
36
Daftar Pustaka
Angela, angesti. 2013, Hubungan status gizi dan Faktor lain dengan status
hidrasi pada remaja di 3 SMA Kota Bekasi tahun 2013. Skripsi. Universitas
Indonesia
Scott, H. 2015. Is social use relate to sleep quality self esteem, Anxiety &
Depression in Adolesence. Halaman 1-24
37
Junqueira L.C.,J.Carneiro, R.O. Kelley. 2007. Histologi Dasar. Edisi ke-5.
Tambayang J., penerjemah Terjemahan dari Basic Histology. EGC. Jakarta.
Guyton, A.C., E.J. Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-9.
Setiawan I., Tengadi K.A., Santoso A, penerjemah: Setiawan I, editor.
Jakarta:EGC. Terjemahan dari Textbook of Medical Physiology
Kumar, V., R.S. Citran, S.L. Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi Kedokteran.
EGC. Jakarta. Halaman 83-102
Kimbal, J.W. 1983. Biologi Jilid 3. Edisi 5.Erlangga. Jakarta. Halaman 942
38
39