Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

STANDAR PROFESIONAL DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN

PENGAMPU MATA KULIAH:


Ns. DESWITA, M. Kep, Sp. Kep. An
DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

ANNISA LISTYANTI (1911312016)


ATTIVA ZARIFATUL ZAHRA (1911313024)
DEA ANGGUN SAFITRI (1911311016)
DHEA IRMA PUTRI (1911311019)
FADILA RAMANI (1911312040)
ILNA ARMENIA PUTRI (1911312001)
MIFTAHUL KHAIRAH (1911313015)
SALSHABILLA (1911312037)
SHINDY RAHMADESWITA (1911313030)

Program Studi Ilmu keperawatan

Fakultas Keperawatan

Universitas Andalas

Padang, 2019

i
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kelancaran kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan I yang
diampu oleh Ibu Ns. Deswita, M. Kep, Sp. Kep. An. Makalah ini memuat tentang “Standar
Profesional Dalam Pelayanan Keperawatan”. Makalah ini tidak akan selesai tepat pada
waktunya tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang berkaitan dalam proses
penyelesaian makalah ini. Dalam membuat makalah ini tentu ada kurang dan salahnya,
sehingga penulis memiliki harapan besar kepada pembaca agar memberikan kritik dan saran
yang membangun. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca.

Padang, 13 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman judul....................................................................................................................... i

Kata pengantar...................................................................................................................... ii

Daftar isi................................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1

I. Latar belakang.............................................................................................................. 1

II. Tujuan penulisan.......................................................................................................... 1

III. Manfaat........................................................................................................................ 2

BAB II KERANGKA TEORI.............................................................................................. 3

I. Pengertian.................................................................................................................... 3

II. Standar praktik keperawatan profesional.................................................................... 3

III. Standar kinerja profesional.......................................................................................... 9

IV. Pemanfaatan sumber-sumber interprofessional education dan collaboration........... 22

BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 24

I. Kesimpulan.................................................................................................................. 24

II. Saran ........................................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Standar praktek keperawatan adalah acuan untuk praktik keperawatan yang harus dicapai
oleh seorang perawat dan dikembangkan untuk membantu perawat melakukan validasi mutu
dan mengembangkan keperawatan. Keperawatan bertanggung jawab dalam pelayanan
profesional kepada klien yang diberikan secara manusiawi komprehensif dan
individual,berlanjut sejak klien membutuhkan pelayanan sampai klien mampu melakukan
kegiatan sehari-hari untuk diri sendiri maupun orang lain.

Praktik keperawatan profesional adalah tindakan mandiri perawat Ahli Media


Keperawat, Ners, Ners Spesialis dan Ners Konsultan melalui kerjasama bersifat kolaboratif
dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai
wewenang dan tanggung jawabnya. Praktik keperawatan di Indonesia seringkali diasumsikan
sama dengan praktik kedokteran,salah satu penyebabnya yaitukurangnya pengetahuan
tentang praktik keperawatan professional.

Oleh karena itu kita sebagai perawat yang mengedepankan profesionalitas harus mampu
memenuhi standar praktek keperawatan yang telah ditetapkan tersebut agar mampu
memelihara interaksi antara perawat dengan klien maupun tenaga kesehatan lainnya.

II. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui apa itu praktik keperawatan profesional

2. Untuk mengetahui standar praktik professional

3. Untuk mengetahui standar kinerja professional

4. Untuk mengetahui pemanfaatan sumber-sumber interprofesional education dan


interprofesional collaboration.

1
III. Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah:

1. Dapat memahami tentang praktik keperawatan profesional

2. Dapat mengetahui standar praktik profesional dan mengetahui standar kinerja


professional

3. Dapat mengetahui pemanfaatan sumber-sumber interprofesional education dan


interprofesional collaboration

2
BAB II

KERANGKA TEORI

I. Pengertian

Praktik keperawatan profesional menurut (Gillies, 1989, hl.121) adalah sesuai dengan
yang diminta untuk melengkapi kualitas yang dibutuhkan terhadap pelayanan keperawatan
yang diberikanuntuk klien, sedangkan standar praktik keperawatan professional merupakan
pedoman bagi perawat di Indonesia dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui
pendekatan proses keperawatan. Standar praktik tersebut dilaksanakan oleh perawat generalis
maupun spesialis di seluruh tatanan pelayanan kesehatan di rumah sakit, puskesmas maupun
tatanan pelayanan kesehatan lain di masyarakat (PPNI, 2000).

Menurut CHS (1983) Praktik Keperawatan sebagai tindakan keperawatan profesional


menggunakan pengetahuan teoritis yang mantap dan kokoh dari berbagai ilmu dasar
(biologi,fisika,biomedis,perilaku dan sosiologi) serta ilmu keperawatan dasar,klinik, dan
komunitas sebagai landasan untuk melakukan asuhan keperawatan.

II. Standar praktik keperawatan profesional

A. Standar I : Pengkajian Keperawatan

Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis,


menyeluruh, akurat , singkat dan berkesinambungan.

 Rasional

Pengkajian keperawatan merupakan aspek penting dalam proses keperawatan


yang bertujuan menetapkan data dasar tentang tingkat kesehatan klien yang digunakan
untuk merumuskan masalah klien dan rencana tindakan.

 Kriteria Struktur
1. Metode pengumpulan data yang diguynakan dapat menjamin:

a. Pengumpulan data yang sistematis dan lengkap.

b. Diperbaharuinya data dalam pencatatan yang ada.

c. Kemudahan memperoleh data.

3
d. Terjaganya kerahasiaan.

2.Tatanan praktek mempunyai sistem pengumpulan data keperawatan yang


merupakan bagian integral dari sistem pencatatan pengumpulan data klien

3. Sistem pencatatan berdasarkan proses keperawatan. Singkat, menyeluruh, akurat


dan berkesinambungan.

4. Praktek mempunyai sistem pengumpulan data keperawatan yang menjadi bagian


dari sistem pencatatan kesehatan klien.

5.Ditatanan praktek tersedia sistem penyimpanan data yang dapat memungkinkan


diperoleh kembali bila diperlukan.

6.Tersedianya sarana dan lingkungan yang mendukung.

 Kriteria Proses

1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan


fisik dan mempelajari data penunjang ( pengumpulan data penunjang diperoleh
dari hasil pemeriksaan laboratorium dan uji diagnosis), serta mempelajari catatan lain.

2. Sumber data adalah klien, keluarga atau orang terkait, tim kesehatan, rekam medis,
serta catatan lain.

3.Klien berpartisipasi dalam proses pengumpulan data.

4.Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi :

a. Status kesehatan klien saat ini

b. Status kesehatan klien masa lalu

c. Status biologis (Fisiologis)

d. Status psikologis (Pola koping)

e. Status social cultural

f. Status spiritual

g. Respon terhadap terapi

h. Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal

4
i. Resiko masalah potensial

 Kriteria Hasil

1. Data dicatat dan dianalisis sesuai standar dan format yang ada.

2. Data yang dihasilkan akurat, terkini, dan relevan sesuai kebutuhan klien.

B. Standar II: Diagnosis Keperawatan

Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosis keperawatan.

 Rasional

Diagnosis keperawatan sebagai dasar pengembangan rencana intervensi


keperawatan dalam rangka mencapai peningkatan, pencegahan dan penyembuhan
penyakit serta pemulihan kesehatan klien.

 Kriteria Struktur

Tatanan praktek memberi kesempatan :

a. Kepada teman sejawat, klien untuk melakukan validasi diagnosis keperawatan

b. Adanya mekanisme pertukaran informasi tentang hasil penelitian dalam


menetapkan diagnosis keperawatan yang tepat.

c. Untuk akses sumber-sumber dan program pengembangan profesional yang


terkait.

d. Adanya pencatatan yang sistematis tentang diagnosis klien.

 Kriteria Proses

1. Proses dianogsis terdiri dari analisis, & interpretasi data, identifikasi masalah klien
dan perumusan diagnosis keperawatan.

2. Komponen diagnosis keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), gejala/
tanda (S) atau terdiri dari masalah dengan penyebab (PE).

3. Bekerjasama dengan klien, dekat dengan klien, petugas kesehatan lain untuk
memvalidasi diagnosis keperawatan.

5
4. Melakukan kaji ulang dan revisi diagnosis berdasarkan data terbaru.

 Kriteria Hasil

1. Diagnosis keperawatan divalidasi oleh klien bila memungkinkan

2. Diagnosis keperawatan yang dibuat diterima oleh teman sejawat sebagai


diagnosis yang relevan dan signifikan.

3. Diagnosis didokumentasikan untuk memudahkan perencanaan, implementasi,


evaluasi dan penelitian.

C. Standar III: Perencanaan

Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan


dan meningkatkan kesehatan klien.

 Rasional
Perencanaan dikembangkan berdasarkan diagnosis keperawatan.
 Kriteria Struktur
Tatanan praktek menyediakan :

1. Sarana yang dibutuhkan untuk mengembangkan perencanaan.

2. Adanya mekanisme pencatatan, sehingga dapat dikomunikasikan.

 Kriteria Proses

1. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan
keperawatan.

2. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.

3. Perencanaan bersifat individual (sebagai individu, kelompok dan masyarakat) sesuai


dengan kondisi atau kebutuhan klien.

4. Mendokumentasikan rencana keperawatan.

 Kriteria Hasil

6
1. Tersusunnya suatu rencana asuhan keperawatan klien

2. Perencanaan mencerminkan penyelesaian terhadap diagnosis keperawatan.

3. Perencanaan tertulis dalam format yang singkat dan mudah didapat.

4. Perencanaan menunjukkan bukti adanya revisi pencapaian tujuan.

D. Standar IV: Pelaksanaan Tindakan (Implementasi)

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan


keperawatan.

 Rasional

Perawat mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan untuk mencapai


tujuan yang telah ditetapkan dan partisipasi klien dalam tindakan keperawatan
berpengaruh pada hasil yang diharapkan.

 Kriteria Struktur

Tatanan praktek menyediakan :

1. Sumber daya untuk pelaksanaan kegiatan.

2. Pola ketenagaan yang sesuai kebutuhan.

3. Ada mekanisme untuk mengkaji dan merevisi pola ketenagaan secara periodik.

4. Pembinaan dan peningkatan keterampilan klinis keperawatan.

5. Sistem Konsultasi keperawatan.

 Kriteria Proses

1. Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

2. Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk meningkatkan status kesehatan


klien.

3. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah klien.

7
4. Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana keperawatan dibawah tanggung
jawabnya.

5. Menjadi koordinator pelayanan dan advokasi terhadap klien untuk mencapai


tujuan kesehatan.

6. Menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan dan fasilitas-fasilitas


pelayanan kesehatan yang ada.

7. Memberikan pendidikan pada klien & keluarga mengenai konsep &


keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan yang
digunakannya.

8. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan


respon klien.

 Kriteria Hasil

1. Terdokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien secara sistematik dan


dengan mudah diperoleh kembali.

2. Tindakan keperawatan dapat diterima klien.

3. Ada bukti-bukti yang terukur tentang pencapaian tujuan.

E. Standar V : Evaluasi

Perawat mengevaluasi perkembangan kesehatan klien terhadap tindakan dalam


pencapaian tujuan, sesuai rencana yang telah ditetapkan dan merevisi data dasar dan
perencanaan.

 Rasional

Praktek keperawatan merupakan suatu proses dinamis yang mencakup berbagai


perubahan data, diagnosa atau perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Efektivitas
asuhan keperawatan tergantung pada pengkajian yang berulang-ulang.

 Kriteria Struktur

8
1.Tatanan praktek menyediakan : sarana dan lingkungan yang mendukung
terlaksananya proses evaluasi.

2.Adanya akses informasi yang dapat digunakan perawat dalam penyempurnaan


perencanaan

3.Adanya supervisi dan konsultasi untuk membantu perawat melakukan evaluasi


secara effektif dan mengembangkan alternatif perencanaan yang tepat.

 Kriteria Proses

1.Menyusun rencanaan evaluasi hasil tindakan secara komprehensif, tepat waktu dan
terus-menerus.

2.Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan kearah
pencapaian tujuan.

3.Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan klien

4.Bekerjasama dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan


keperawatan.

5.Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.

6.Melakukan supervisi dan konsultasi klinik.

 Kriteria Hasil

1.Diperolehnya hasil revisi data, diagnosis, rencana tindakan berdasarkan evaluasi.

2.Klien berpartisipasi dalam proses evaluasi dan revisi rencana tindakan.

3.Hasil evaluasi digunakan untuk mengambil keputusan

4.Evaluasi tindakan terdokumentasikan sedemikian rupa yang menunjukan kontribusi


terhadap efektifitas tindakan keperawatan dan penelitian.

III. Standar kinerja profesional

A. Jaminan Mutu

Perawat secara sitematis melakukan evaluasi mutu dan efektifitas praktek keperawatan.

9
a. Rasional

Evaluasi mutu asuhan keperawatan melalui penilaian praktek keperawatan


merupakan suatu cara untuk memenuhi suatu kewajiban profesi yaitu menjamin klien
mendapat asuhan yang bermutu.

Pengembangan Model atau Jaminan Mutu Asuhan Keperawatan mengacu pada


sistem mutu dan temuan hasil analisis penelitian kinerja (empiris) dan kajian teoritis
.Asumsi dasar model asuhan keperawatan yang lama lebih menekankan pada
penerapan asuhan keperawatan (proses asuhan keperawatan dan caring), belum secara
komprehensif mempertimbangkan semua komponen sistem kinerja atau sistem mutu
oleh Donabedian (1980), yang meliputi komponen struktur (input), proses dan
outcome.

Asumsi kedua Evolusi paradigma mutu, yang semula didorong dari“provider


driven” menjadi “customer driven). Customer driven adalah salah kunci keberhasilan
dalam memenangkan persaingan SDM (competitive advantage). Customer driven
adalah mutu layanan yang berusaha memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.
Pengembangan mutu asuhan keperawatan berdasarkan kedua asumsi tersebut, di mulai
dari kondisi outcome saat ini (kepuasan pasien dan kepuasan perawat), kemudian di
analisis penyebabnya pada proses mutu (penerapan asuhan keperawatan dan kinerja
profesional perawat). Masalah proses mutu di analisis penyebabnya di komponen
struktur.

b.Kriteria Struktur

1.Adanya kebijakan institusi untuk mendukung terlaksananya jaminan mutu .

2.Tersedia mekanisme telaah sejawat dan program evaluasi terdisiplin di tatanan


praktek.

3.Perawat menjadi anggota telaah sejawat dan angggota program evaluasi terdisiplin
untuk menilai hasil akhir asuhan kesehatan.

4.Tersediannya rencana pengembangan jaminan mutu berdasarkan standar praktek


yang sudah ditetapkan untuk memantau mutu asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien.

c. Kriteria Proses

10
1. Perawat berperan serta secara teratur dan sistematis pada evaluasi praktek
keperawatan melalui :

a) Penetapan indikator kritis dan alat pemantauan.


b)Pengumpulan data dan analisi data .
c) Perumusan kesimpulan,umpan balik dan rekomendasi .
d)Penyebaran informasi.
e) Penyusunan rencana tindak lanjut.
f) Penyusunan rencana dan pelaksanaan nilai secara periodik.

2. Perawat memanfaatkan usulan-usulan yang sesuai, yang diperoleh melalui


program evaluasi praktek keperawatan.

d.Kriteria Hasil

1. Adanya hasil pengendalian mutu

2. Adanya tindakan perbaikan terhadap kesenjangan yang di identifikasi melalui


program evaluasi baik pada individu perawat, unit atau organisasi.

B. Pendidikan

Perawat bertanggung jawab untuk memperoleh ilmu pengetahuan mutakhir dalam


praktek keperawatan.Perawat memperoleh dan mempertahankan pengetahuan saat ini
dalam praktek keperawatan. Banyak negara sekarang memerlukan kredit pendidikan
berkelanjutan harus diterima oleh perawat. Jumlah kredit bervariasi dari negara ke
negara. Namun perawat tidak dapat memperbarui lisensi mereka tanpa bukti dari kredit
pendidikan berkelanjutan. Kredit ini membantu untuk menjaga perawat saat ini dengan
medica baru / kemajuan nursing berkaitan dengan perawatan pasien.

Kualitas pelayanan kesehatan sangat berkaitan erat dengan kualitas tenaga perawat,
karena sebagian besar tenaga kesehatan Indonesia adalah perawat. Selain itu tenaga
perawat juga mempunyai kedudukan yang penting dalam menghasilkan kualitas
pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan perawatan yang diberikannya
berdasarkan pendekatan biopsikososial-spiritual, dilaksanakan selama 24 jam secara
berkesinambungan.

Di Era globalisasi, kualitas perawat yang bertaraf internasional menjadi prasyarat


mutlak untuk dapat bersaing dengan perawat-perawat dari negara lain.Untuk itu

11
diperlukan perawat yang mempunyai kemampuan profesional dengan standar
internasional dalam aspek intelektual, interpersonal, dan teknikal, bahkan peka terhadap
perbedaan sosial budaya, serta mempunyai pengetahuan yang luas dan mampu
memanfaatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek).

Tenaga perawat yang berkualitas identik dengan perawat profesional. Keperawatan


yang profesional mempersyaratkan pelayanan keperawatan diberikan dengan kompetensi
yang memenuhi standar dan memperhatikan kaidah etik dan moral, sehingga masyarakat
terlindungi karena menerima pelayanan dan asuhan keperawatan yang bermutu.
Keperawatan sebagai profesi jug memiliki body of knowledge yang jelas berbeda dengan
profesi lain, altruistis, memiliki wadah profesi, memiliki standar, dan etika profesi,
akuntabilitas, otonomi, serta kesejawatan (Leddy & Pepper, 1993). Perawat juga
diharuskan akuntabel terhadap praktik keperawatan, yang berarti dapat memberikan
pembenaran terhadap keputusan.

Tindakan yang dilakukan dengan konsekuensi dapat digugat secara hukum apabila
tidak melakukan praktik keperawatan sesuai dengan standar profesi, kaidah etik dan
moral (Darmawan, 2003). Di Indonesia, selama ini pengaturan mengenai pendirian dan
penyelenggaraan pendidikan keperawatan masih belum tegas dan jelas, sehingga banyak
sekali berdiri institusi pendidikan keperawatan yang kualitasnya masih diragukan. Selain
itu standardisasi dalam penyelenggaraan uji kompetensi masih belum ada, sehingga hasil
yang dicapai juga beragam kualitasnya.

Di sisi lain, penjenjangan pendidikan tidak berpengaruh banyak terhadap


kompetensi, pengakuan, dan kesejahteraan perawat di tempat kerja di dalam melakukan
asuhan keperawatan. (Setjen DPR RI,2011). Padahal pendidikan keperawatan merupakan
satu proses penting yang harus dilalui oleh setiap perawat. Untuk itu langkah yang paling
awal dan dilakukan dalam proses profesionalisme keperawatan di Indonesia adalah
menata pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesional, agar peserta didik
memperoleh pendidikan dan pengalaman belajar sesuai dengan tuntutan profesi
keperawatan. Oleh karena itu sifat pendidikan keperawatan juga harus menekankan
pemahaman tentang keprofesian (Nurhidayah, 2011).

Pada hakikatnya Pendidikan Keperawatan merupakan institusi yang memiliki


peranan besar dalam mengembangkan dan menciptakan proses profesionalisasi para
tenaga keperawatan. Pendidikan Keperawatan mampu memberikan bentuk dan corak

12
tenaga yang pada gilirannya memiliki tingkat kemampuan dan mampu memfasilitasi
pembentukan komunitas keperawatan dalam memberikan suara dan sumbangsih bagi
profesi dan masyarakat (Ma’rifin, 1999). Selain itu, ada beberapa perubahan mendasar
terkait pelayanan kesehatan di era globalisasi dan perubahan-perubahan tersebut
merupakan dampak dari perubahan: ekonomi, kependudukan, perkembangan ilmu
pengetahuan dan Iptek, serta tuntutan profesi.

a. Rasional

Perkembangan ilmu dan teknologi, sosial, ekonomi, politik dan penddikan


masyarakat menuntut komitmen perawat untuk terus menerus meningkatkan
pengetahuan sehingga memacu pertumbuhan profesi.

b. Kriteria Struktur

1. Adanya kebijakan di tatanan praktek untuk tetap memberi peluang dan fasilitas pada
perawat untuk mengikuti kegiatan yang terkait dengan pengembangan keperawatan.
2. Tersedianya peluang dan fasilitas belajar pada tatanan praktek.
3. Adanya peluang untuk berpartisipasi dalam kegiatan organisasi profesi untuk
mengembangkan profesi.
c. Kriteria Proses

1. Perawat mempunyai prakarsa untuk belajar mandiri agar dapat mengikuti


pengembangan ilmu dan meningkatkan keterampilan.
2. Perawat berperan serta dalam kegiatan pemantapan ditempat kerja (insevice) seperti
diskusi ilmiah, ronde keperawatan.
3. Perawat mengikuti pelatihan, seminar atau pertemuan profesional lainnya.
4. Perawat membantu sejawat mengidentifikasi kebutuhan belajar.
5. Melanjutkan studi kejenjang yang lebih tinggi.
d. Kriteria Hasil

1.Adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan perawat tentang ilmu keperawatan


dan teknologi mukhtahir.
2.Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi mutahir dalam praktek klinik.

C. Penilaian Kinerja

a. Defenisi

13
Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh manajer
perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas (swanburg,1987).
Proses penilain kinerja dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan prilaku
pegawai dalam rangka menghasilkan jasa kperawatan dalam kualitas dan volume yang
tinggi. Perawat manajer dapat menggunakan proses aprassial kinerja untuk mengatur
arah kerja dalam memilih, melatih, bimbingan perencanaan karir, serta pemberian
penghargaan kepada perawat yang berkompeten.
Kinerja adalah pekerjaan yang merupakan gabungan dari karakteristik pribadi dan
pengorganisasian seseorang (Kurb, 1986 dalam As’ad, 2003). Sementara As’ad,
(2003) mendefinisikan kinerja sebagai keberhasilan seseorang dalam melaksanakan
suatu pekerjaan.
Sedangkan Yaslis Ilyas (2002) yang dimaksud dengan kinerja adalah penampilan
hasil kerja pegawai baik secara kuantitas maupun kualitas. Kinerja dapat berupa
penampilan kerja perorangan maupun kelompok. Kinerja organisasi merupakan hasil
interaksi yang kompleks dan agregasi kinerja sejumlah individu dalam organisasi.

b. Prinsip-Prinsip Penilaian
Menurut Gillies (1996), untuk mengevaluasi bawahan secara tepat dan adil, manajer
sebaiknya mengamati prinsip-prinsip tertentu:
1) Evaluasi pekerja sebaiknya didasarkan pada standar pelaksanaan kerja orientasi
tingkah laku untuk posisi yang ditempati (Rombert, 1986 dikutip Gillies , 1996).
Karena diskripsi kerja dan sstandar pelaksanaan kerja disajikan ke pegawai selama
masa orientasi sebagai tujuan yang harus diusahakan, pelaksanaan kerja sebaiknya
dievaluasi berkenaan dengan sasaran-sasaran yang sama.
2) Sample tingkah lakku perawat yang cukup representatif sebaiknya diamati
dalam rangka evaluasi pelaksanaan kerjanya. Perhatian haarus diberikan untuk
mengevaluasi tingkah laku konsistennya serta guna menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan.
3) Perawat sebaiknya diberi salinan deskripsi kerjanya, standar pelaksanan kerja,
dan bentuk evaluasi untuk peninjauan ulang sebelum pertemuan evaluasi sehingga
baik perawat maupun supervisor dapat mendiskusikan evaluasi dari kerangka kerja
yang sama.
4) Di dalam menuliskan penilaian pelaksanaan kerja pegawai, manajer sebaiknya
menunjukan segi-segi dimana pelaksanaan kera itu bias memuaskan dan perbaikan
apa yang diperlukan. Supervisor sebabnya merujuk pada contoh-contoh khusus

14
mengenai tingah laku yang memuaskan maupun yang tidak memuaskan supaya
dapat menjelaskan dasar-dasar komentar yang bersifat evaluative.
5) Jika diperlukan, manajar sebaiknya menjelaskan area mana yang akan
diprioritaskan seiring dengan usaha perawat untuk meningkatkan pelaksanaan kerja.
6) Pertemuan evaluasi sebaiknya dilakukan pada waktu yang cocok bagi perwat
dan manajer, diskusi evaluasi sebaiknya dilakukan dalam waktu yang cukup bagi
keduanya.
7) Baik laporan evaluasi maupun pertemuan sebaik nya disusun denga terencana
sehingga perawat tidak merasa kalau pelaksanaan kerjanya sedang dianalisa
(Simpson, 1985). Seorang pegawai dapat bertahan dari kecamatan seorang manajer
yang menunjukan pertimbangan atas perasaanya serta menawarkan bantuan untuk
menigkatkan pelaksanaan kerjanya.

c. Manfaat Yang Dapat Dicapai Dalam Penilaian Kerja


Manfaat penilaian kerja dapat dijabarkan menjadi 6, yaitu:
1)Meningkatkan prestasi kerja staf baik secara individu atau kelompok dengan
memberikan kesempatan pada mereka untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri
dalam kerangka pencapaian tujuan pelayanan RS.
2)Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan pada gilirannya akan
mempengaruhi atau mendorong SDM secara keseluruhannya.
3)Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan meningkatakan
hasil karya dan prestasi dengan cara memberikan umpan balik kepada mereka
tentang prestasinya.
4)Membantu RS untuk dapat menyusun program pengembangan dan pelatihan staf
yang lebih tepat guna. Sehingga RS mempunyai tenaga yang cakap dan tampil
untuk pengembangan pelayanan keperawatan dimasa depan.
5)Menyediakan alat dan sarana untuk membandingkan prestasi kerja dengan
meningkatkan gajinya atau system imbalan yang baik.
6)Memberikan kesempatan kepada pegawai atau staf untuk mengeluarkan
perasaannya tentang pekerjaannya atau hal lain yang ada kaitannya melalui jalur
komunikasi dan dialog, sehingga dapat mempererat hubungan antara atasan dan
bawahan.
d.Proses Kegiatan Penilaian Kerja
Proses kegiatan meliputi:

15
1)Merumuskan tanggung jawab dan tugas apa yang harus dicapai oleh staf
keperawatan. Rumusan tersebut telah disepakati oleh atasannya sehingga langkah
perumusan tersebut dapat memberikan konstribusi berupa hasil.
2)Menyepakati sasaran kerja dalam bentuk hasil yang harus dicapai oleh karyawan
untuk kurun waktu tertentu dengan penempatan standar prestasi dan tolak ukur yang
telah ditetapkan.
3)Melakukan monitoring, koreksi dan memberikan kesempatan serta bantuan yang
diperlukan oleh stafnya.
4)Menilai prestasi kerja staf dengan cara membandingkan prestasi yang dicapai
dengan standar atau tolak ukur yang telah ditetapkan.
5) Memberikan umpan balik kepada staf/karyawan yang dinilai.
6)Dalam proses pemberian umpan balik ini atasan dan bawahan perlu membicarakan
cara-cara untuk memperbaiki kelemahan yang telah diketahui untuk meningkatkan
prestasi pada periode berikutnya.

e. Rasional

Penilaian kinerja perawat merupakan suatu cara untuk menjamin tercapainya


standar praktek keperawatan dan ketentuan lain yang terikat.

f. Kriteria Struktur

1. Adanya kebijakan tentang penilaian kinerja perawat

2. Adanya perawat penilai sebagai anggota penilai kerja

3. Adanya standar penilaian kerja

4. Adanya rencana penilaian kinerja berdasarkan standar yang ditetapkan

g. Kriteria Proses

1. Perawat berperan serta secara teratur dan sistematis pada penilaian kinerja melalui:

a. Penetapan mekanisme dan alat penilaian kinerja

b. Pengkajian kinerja berdasarkan kriteria yang ditetapkan

c. Perumusan hasil penilaian kinerja meliputi area yang baik dan yang kurang

d. Pemberian umpan balik dan rencana tindak lanjut

16
2. Perawat memanfaatkan hasil penilaian untuk memperbaiki dan mempertahankan
kinerja

h. Kriteria Hasil

1. Adanya hasil penilaian kerja

2. Adanya tindakan perbaikan terhadap kesenjangan yang diidentifikasi melalui


kegiatan penilaian kinerja

D. Kesejawatan (Collegial)

Perawat berkontribusi dalam mengembangkan keprofesian dari sejawat kolega.

a. Rasional

Kolaborasi antara sejawat melalui komunikasi efektif meningkatkan kualitas


pemberian pelayanan asuhan pelayanan kesehatan pada klien.

b. Kriteria Struktur

1.Tersedianya mekanisme untuk telaah sejawat pada tatanan praktek

2.Adanya perawat yang berperan sebagai telaah sejawat yang mengevaluasi hasil

3.Perawat berperan aktif dalam kolaborasi sejawat

c. Kriteria Proses

1. Perawat berperan serta aktif dalam melaksanakan kolaborasi antar interdisiplin


melalui mekanisme telaah sejawat

2. Perawat memanfaatkan hasil kolaborasi sejawat dan melaksanakan asuhan


keperawatan

d. Kriteria Hasil

1.Adanya kesepakatan antar sejawat

2.Dilakukan perbaikan tindakan berdasarkan hasil pertemuan kolaborasi sejawat

17
E. Etik Kolaborasi
Kolaborasi adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan kepada pasien/klien dalam melakukan diskusi tentang diagnosa, melakukan
kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau komunikasi serta masing-
masing bertanggung jawab pada pekerjaannya.
a. Tujuan Kolaborasi
Tujuan kolaborasi perawat adalah:
1. Untuk membahas masalah-masalah tentang klien.
2. Untuk meningkatkan pamahaman tentang kontrbusi setiap anggota tim.
3. Untuk mengidentifikasi cara-cara meningkatkan mutu asuhan klien.
b. Manfaat Kolaborasi
Manfaat yang didapatkan dengan diterapkannya kolaborasi antar profesi kesehatan,
antara lain:
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan
keahlian unik profesional.
2. Memaksimalkan produktivitas serta efektifitas dan efisiensi sumber daya.
3. Meningkatkan profesionalisme, loyalitas, dan kepuasan kerja.
4. Meningkatkan kohesivitas antar tenaga kesehatan profesional.
5. Memberikan kejelasan peran dalam berinteraksi antar tenaga kesehatan
c. Karakteristik Kolaborasi
Menurut Carpenter (1990), kolaborasi mempunyai 8 karakteristik, yaitu:
1. Partisipasi tidak dibatasi dan tidak hirarkis.
2. Partisipan bertanggung jawab dalam memastikan pencapaian kesuksesan.
3. Adanya tujuan yang masuk akal.
4. Ada pendefinisian masalah.
5. Partisipan saling mendidik atau mengajar satu sama lain.
6. Adanya identifikasi dan pengujian terhadap berbagai pilihan.
7. Implementasi solusi dibagi kepada beberapa partisipan yang terlibat.
8. Partisipan selalu mengetahui perkembangan situasi.
d. Dasar – Dasar Kompetensi Kolaborasi
1.Komunikasi
Kolaborasi membutuhkan pemecahan masalah yang lebih komplek, dibutuhkan
komunikasi efektif yang dapat dimengerti oleh semua anggota tim.
2.Respek dan kepercayaan

18
Respek dan kepercayaan dapat disampaikan secara verbal maupun non verbal
serta dapat dilihat dan dirasakan dalam penerapannya sehari-hari.
3. Memberikan dan menerima feed back
Feed back dipengaruhi oleh persepsi seseorang, pola hubungan, harga diri,
kepercayaan diri, emosi, lingkungan serta waktu, feed back juga dapat bersifat
negative maupun positif.
e. Pihak – Pihak Yang Terlibat Dalam Kolaborasi
1. Pasien secara integral adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam
pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi
efektif. Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya dapat dicapai jika
pasien sebagai pusat anggota tim.
2. Perawat sebagai anggota membawa perspektif yang unik dalam interdisiplin tim.
Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan dari praktik profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung
penting antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan
3. Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati, dan mencegah
penyakit. Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti
pemberian obat dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim
lainnya sebagaimana membuat referal pemberian pengobatan.
4. Selain itu, keluarga serta orang-orang lain yang berpengaruh bagi pasien juga
termasuk pihak-pihak yang terlibat dalam kolaborasi. Karena keluarga merupakan
orang terdekat dari pasien atau individu yang memiliki pengaruh sangat besar
terhadap individu. Melalui keluarga tenaga kesehatan bisa mendapatkan data-data
mengenai pasien yang dapat mempermudah dalam mendiagnosis penyakit dan
proses penyembuhan pasien
f. Proses kolaborasi .
1. Kontrol Kekuasaan.
Kontrol kekuasaan dapat terbina apabila dokter dan perawat mendapat
kesempatan yang sama mendiskusikan pasien tertentu. Kemitraan terbentuk apabila
interaksi yang diawali sama banyaknya dengan yang diterima dimana terdapat
beberapa kategori antara lain: menanyakan informasi, memberikan informasi,
menanyakan dan memberi pendapat, memberi pengarahan atau perintah,
pengambilan keputusan, memberi pendidikan, memberi dukungan/persetujuan,
menyatakan tidak setuju, orientasi dan humor.
2. Lingkungan Praktik

19
Menunjukkan kegiatan dan tanggung jawab masing-masing pihak. Perawat dan
dokter memiliki bidang praktik yang berbeda dengan peraturan masingmasing tetapi
tugas-tugas tertentu dibina yang sama. Universitas Sumatera Utara
3. Kepentingan Bersama.
Kepentingan bersama merupakan tingkat ketegasan masing-masing (usaha
untuk memuaskan kepentingan sendiri) dan faktor kerjasama (usaha untuk
memuaskan pihak lain).
4. Tujuan Bersama.
Tujuan bersama pada proses ini bersifat lebih terorientasi pada pasien dan dapat
membantu menentukan bidang tanggung jawab yang berkaitan dengan prognosis
pasien.
g. Elemen Kunci Kolaborasi
Kunci kolbarosi dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien diantaranya
yaitu :
1. Kerjasama
Kerjasama adalah saling bekerja sama dan menghargai pendapat orang lain
dan bersedia untuk memeriksa beberapa alternatif pendapat dan perubahan
kepercayaan.
2. Komunikasi
Komunikasi artinya bahwa setiap anggota bertanggung jawab untuk membagi
informasi penting mengenai perawatan pasien dan issu yang relevan untuk
membuat keputusan klinis. Otonomi mencakup kemandirian anggota tim dalam
batas kompetensinya.
3. Koordinasi
Kordinasi adalah efisiensi organisasi yang dibutuhkan dalam perawatan
pasien, mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalam
menyelesaikan permasalahan.
4. Kepercayaan
Kepercayaan adalah konsep umum untuk semua elemen kolaborasi. Tanpa
rasa pecaya, kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi ancaman, menghindar dari
tanggung jawab, terganggunya komunikasi.
h. Kolaborasi di Rumah Sakit
Kolaborasi merupakan hubungan kerja sama antara anggota tim dalam
memberikan asuhan kesehatan. Pada kolaborasi terdapat sikap saling menghargai antar

20
tenaga kesehatan dan saling memberikan informasi tentang kondisi klien demi
mencapai tujuan (Hoffart & Wood, 1996; Wlls, Jonson & Sayler, 1998).
Tim Kerja di Rumah Sakit :
a.Tim satu disiplin ilmu:
1) Tim Perawat
2) Tim dokter
3) Tim administrasi
b.Tim multi disiplin :
1) Tim operasi
2) Tim nosokomial infeksi
i. Perawat Sebagai Kolabolator
Sebagai seorang kolaborator, perawat melakukan kolaborasi dengan
klien.Kolaborasi yang dilakukan dalam praktek di lapangan sangat penting untuk
memperbaiki. Agar perawat dapat berperan secara optimal dalam hubungan kolaborasi
tersebut, perawat perlu menyadari akuntabilitasnya dalam pemberian asuhan
keperawatan dan meningkatkan otonominya dalam praktik keperawatan.
Menurut Baggs dan Schmitt, 1988, ada atribut kritis dalam melakukan kolaborasi,
yaitu melakukan sharing perencanaan, pengambilan keputusan, pemecahan masalah,
membuat tujuan dan tanggung jawab, melakukan kerja sama dan koordinasi dengan
komunikasi terbuka.
F. Riset

Perawat menggunakan hasil riset dalam praktik keperawatan.

a. Rasional

Perawat sebagai profesional mempunyai tanggung jawab untuk menggembangkan


pendekatan baru dalam praktik keperawatan melalui riset.

b. Kriteria Stuktur

1. Tersedianya kebijakan institusi tentang riset.


2. Tersedianya pedoman riset.
3. Tersedianya kesempatan bagi perawat untuk melakukan dan berpartisipasi dalam ris
et sesuai tingkat pendidikan.
4. Tersedianya peluang dan fasilitas untuk menggunakan hasil riset.

c. Kriteria Proses

21
1. Perawat mengidentifikasi masalah keperawatan terkait praktik yang memerlukan ris
et.
2. Perawat menggunakan hasil riset yang dapat dipertanggung jawabkan dalam upaya i
nvestigasi.
3. Perawat melaksanakan riset.
4. Perawat menggunakan hasil riset.
5. Perawat menjamin adanya mekanisme untuk melindungi manusia sebagai subjek. Pe
rawat mengembangkan, mengimplementasikan dan mengevaluasi riset sesuai tingka
t pendidikan.
6. Perawat mendapatkan konsultasi dan supervisi dari pakar bila diperlukan.
7. Perawat berkewajiban dalam mendiseminasikan hasil riset.

d. Kriteria Hasil

1. Masalah klien teridentifikasi dan ditanggulangi melalui upaya riset.


2. Adanya bukti landasan pengetahuan keperawatan secara terus menerus diuji dan di
mutakhirkan dengan hasil-hasil riset yang relevan.
3. Praktik perawat mencerminkan digunakannya temuan riset mutakhir yang tersedia.

IV. Pemanfaatan sumber-sumber interprofessional education dan interprofessional


collaboratiom

Interprofesional education memberikan manfaat bagi profesi kesehatan untuk dapat


bertukar pikiran dan mengubah cara berinteraksi dalam berkomunikasi antar tenaga
kesehatan.

Menurut CIHC (2009), manfaat dari IPE antara lain :

1. Meningkatkan praktik yang dapat meningkatkan pelayanan dan membuat hasil yang
positif dalam melayani pasien.

2. Meningkatkan pemahaman tentang pengetahuan dan keterampilan yang memerlukan


kerja secara kolaborasi.

3. Membuat pengalaman yang lebih baik dan nyaman dalam belajar bagi peserta didik.

4. Secara fleksibel dapat diterapkan dalam berbagai setting.

22
Hal tersebut juga dijelaskan oleh World Health Organization (WHO, 2010) tentang
salah satu manfaat dari pelaksanaan praktek IPE kolaboratif yaitu strategi ini dapat mengubah
cara berinteraksi tenaga kesehatan dengan profesi kesehatan lain dalam memberikan
perawatan. Adanya proses IPE dapat menjadikan profesi kesehatan lebih memahami peran
antar profesi dan menerapkan sikap saling menghormati dengan menjalakan peran sesuai
profesinya

Metode Pembelajaran Inter Professional Education (IPE) Claramita Mora (2014)


dalam acuan umum CHFC IPE memaparkan lima metode pembelajaran Interprofessional
Education (IPE), yaitu:

1.Kuliah klasikal IPE dapat diterapkan pada mahasiswa menggunakan metode


pembelajaran berupa kuliah klasikal. Setting perkuliahan melibatkan beberapa pengajar
dari berbagai disiplin ilmu (team teaching) dan melibatkan mahasiswa dari berbagai
profesi kesehatan. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum terintegrasi dari
berbagai profesi kesehatan. Kuliah dapat berupa sharing keilmuan terhadap suatu
masalah atau materi yang sedang dibahas.

2. Tutorial Problem Based Learning (PBL) Setting kuliah tutorial dapat dilakukan dengan
diskusi kelompok kecil yang melibatkan mahasiswa yang berasal dari berbagai profesi
kesehatan. Mahasiswa membahas suatu masalah dan mencoba mengindentifikasi dan
mencari penyelesaian dari masalah yang dihadapi. Modul yang digunakan adalah modul
10 terintegrasi. Dosen berupa team teaching dari beberapa profesi yang terkait dan
bertugas sebagai fasilitator dalam diskusi tersebut.

3. Praktek laboratorium Praktek laboratorium dilaksanakan pada tatanan tempat


laboratorium. Modul yang digunakan adalah modul terintegrasi yang melibatkan
mahasiswa yang berasal dari berbagai profesi kesehatan.

4. Skill laboratorium merupakan metode yang baik bagi IPE karena dapat mensimulasikan
bagaimana penerapan IPE secara lebih nyata. Dalam pembelajaran skill, mahasiswa
dapat mempraktekkan cara berkolaborasi dengan mahasiswa dari berbagai profesi
kesehatan yang lain dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien.

5. Kuliah Profesi/Klinis-Lapangan Pendidikan profesi merupakan pendidikan yang


dilakukan di rumah sakit dan di komunitas. Pada pendidikan profesi mahasiswa
dihadapkan pada situasi nyata di lapangan untuk memberikan pelayanan kepada pasien

23
nyata. Melalui pendidikan profesi, mahasiswa dapat dilatih untuk berkolaborasi dengan
mahasiswa profesi lain dalam kurikulum IPE.

24
BAB III

PENUTUP

I. Kesimpulan
Standar praktek keperawantan adalah suatu pernyataan yang menguraikan suatu kualitas
yang diinginkan terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan untuk klien. Fokus utama st
andar praktek keperawatan adalah klien. Digunakan untuk mengetahui proses dan hasil pelay
anan keperawatan yang diberikan dalam upaya mencapai pelayanan keperawatan.
Standar praktik keperawatan merupakan acuan untuk praktik keperawatan yang harus dic
apai oleh seorang perawat dan dikembangkan untuk membantu perawat melakukan validasi
mutu dan mengembangkan keperawatan. Menurut PPNI standar praktik keperawatan merupa
kan komitmen profesi keperawatan dalam melindungi masyarakat terhadap praktik yang dila
kukan oleh anggota profesi. Kegunaan standar praktik keperawatan yaitu bisa digunakan seba
gai acuan pencapaian dibidang pendidikan, puskesmas dan rumah sakit.

II. Saran

Penulis menyarankan agar semua perawat dan tenaga medis lainnya bekerja sesuai etik
serta bekerja secara kolaborasi dengan menjadikan keamanan dan keselamatan pasien sebagai
prioritas utama sehingga berbagai bentuk kelalaian dapat dihindari atau diminimalisir.
Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat menambah pengetahuan dan wawasan para
pembaca mengenai standar praktek keperawatan dan standar kinerja keperawatan profesional.

25
DAFTAR PUSTAKA

Muhith,abdul. 2012. Mutu Asuhan Keperawatan Berdasarkan Analisis Kinerja Perawat dan
Kepuasan Perawat dan Pasien. Jurnal of Nurse, 7, 47-55.

https://prezi.com/277bmfpu0lpd/standar-kinerja-profesional/

https://visidanmisiiso.wordpress.com/2012/08/23/standar-kinerja-profesional-untuk-
keperawatan/

http://repository.umy.ac.id

https://studylibid.com/doc/40653/kolaborasi-dalam-keperawatan

https://www.slideshare.net/FransiskaOktafiani/kolaborasi-dalam-keperawatan

konsep-kolaborasi-dalam-keperawatan.html

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-pujiutamin-6602-3-babii.pdf

https://www.dictio.id/t/bagaimanakah-standar-praktik-keperawatan-bagi-profesi-perawat/
5355

26

Anda mungkin juga menyukai