“SISTEM RESPIRASI”
Oleh:
Kelompok 4
Semester 3
Angkatan 2019
1. Farah afanin H. (20191880002)
2. M. zulfan ahaditama. (20191880011)
3. Ziyan nabilla (20191880015)
4. Gusti ayu azzahra (20191880027)
5. Moch Hamammul Mukhyidin (20191880044)
6. Dewi pratiwi (20191880039)
7. Rifka florensia (20191880050)
8. Nuzula qutrunnada Firdaus (20191880063)
9. Nizar Fakhri idrus (20191880068)
10. Achmada nadia shobrina (20191880077)
Bab 1 pendahuluan
Bab 2 pembahasan
Daftar Pustaka…………………………………………………………..34
BAB 1 PENDAHULUAN
a. Hidung
Bagian anterior dari hidung dari bagi dalam paruhan kiri dan kanan oleh
septum nasi. Setiap paruhan dibagi secara tidak lengkap menadi empat
daerah yang mengandung saluran nasal yang berjalan kebelakang
mengarah pada nasofaring. Area tepat dalam lubang hidung dilapisi oleh
kulit yang mengandung rambut yang kasar. Sisa dari interior dilapisi
oleh membrana mukosa
Fungsi dari hidung adalah membawa udara dari dan ke paru- paru dan
menghangatkan udara saat diinspirasi. Bulu di dalam lubang hidung dan silia
yang melapisi membrana mukosa bertindak untuk mengangkat debu dan
benda asing lain dari udara.
Jika terjadi infeksi, efek lokal utama adalah iritasi dari sel mulkus yang
menyebabkan produksi mukus yang berlebihan, pembengkakan dari
membrana mukosa akibat edema lokal dan kongesti dari pembuluh
darah. Saluran hidung cenderung menjadi terblokir oleh pembengkakan
mukosa dan sekresi virus, sekret jernih, tetapi jika terdapat invasi
sekunder bakteri, sekret menjadi kekuning- kuningan atau kehijauan
akibat adanya pus (neutrofil mati dan granulosa).
b. Sinus
3. Paru – paru
11.Pada tes spirometri, FEV1 bertujuan untuk mengukur besaran udara yang
dapat pasien hembuskan secara paksa dalam 1 detik. Sehingga dapat
menunjukkan tingkat keparahan dari masalah pernapasan yang pasien alami.
12.Berapakah nilai normal FEV1 dan apa satuannya
Forced Expiratory volume in one second (FEV1) adalah jumlah udara
yang dapat dikeluarkan dalam waktu 1 detik, diukur dalam liter. Bersama
dengan FVC merupakan indikator utama fungsi paru-paru.
Pada penelitian ini, dilakukan analisis nilai titik potong penurunan
FEV1 % prediksi yang mempunyai nilai klinis berkaitan dengan tekanan
rerata arteri pulmonalis >25 mmHg dan ≤25 mmHg. Dengan menggunakan
kurva ROC, didapatkan AUC 0,994 (IK 95% 0,981-1,000; p 25 mmHg dan
≤25 mmHg
• Gangguan Faal Paru Obstruksi :
- FEV1 <80% dari nilai prediksi
- Rasio FEV1/FVC <70%
- Obstruksi ringan jika rasio FEV1/FVC 60% - 80%
- Obstruksi sedang jika rasio FEV1/FVC 30% - 59%
- Obstruksi berat jika rasio FEV1/FVC <30%
13.Apa yang dimaksud dengan wheezing pada penderita tersebut dan apa
penyebabnya ?
wheezing atau mengi adalah suara memanjang yang disebabkan oleh
penyempitan saluran pernafasan dengan aposisi dinding saluran pernafasan.
Suara tersebut dihasilkan oleh vibrasi dinding saluran pernafasan dengan
jaringan sekitarnya. Karena secara umum saluran pernafasan lebih sempit
pada saat ekspirasi, maka mengi dapat terdengar lebih jelas pada saat fase
ekspirasi. Pada pasien PPOK juga terdapat mengi pada fase ekspirasi. Mengi
polifonik merupakan jenis mengi yang paling banyak terdapat pada pasien
PPOK. Terdapat suara jamak simultan dengan berbagai nada yang terjadi
pada fase ekspirasi dan menunjukan penyakit saluran pernafasan yang difus.
(Sylvia dan Lorraine, 2006)
14.Peranan Saraf Simpatis, Parasimpatis
Ada dua devisi sistem saraf otonomik yaitu saraf simpatis dan parasimpatis.
Saraf simpatis berasal dari medulla spinalis menuju ganglion simpatis dan
mengadakan sinap, kemudian melanjutkan diri menuju organ yang
diinervasinya, antara lain paru dan sekitarnya. Ujung saraf simpatis
mengeluarkan neurotransmitter yaitu nor-adrenalin. Rangsangan saraf
simpatis maupun kelompok adrenalin yaitu memberi efek relaksasi otot
polos dinding saluran pernapasan atau terjadinya bronkhodilatasi.
Adrenalin dan agonisnya memberi efek relaksasi otot polos dinding saluran
pernapasan atau terjadinya bronkhodilatasi. Agonis adrenalin antara lain
salbutamol, terbutalin, dan epedrin. Beberapa obat yang memberi efek pada
saluran napas yaitu:
Bronchus
Bronkus merupakan saluran nafas yang terbentuk dari belahan dua trakea
pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur
serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama.
Bronkus berjalan ke arah bawah dan samping menuju paru dan bercabang
menjadi dua, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Bronkus kanan
mempunyai diameter lumen lebih lebar, ukuran lebih pendek dan posisi
lebih vertikal. Letak sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis serta
mengeluarkan sebuah cabang utama yang melintas di bawah arteri, yang
disebut bronkus kanan lobus bawah.
Sedangkan bronkus kiri memiliki ukuran lebih panjang, diameter lumennya
lebih sempit dibandingkan bronkus kanan dan melintas di bawah arteri
pulmonalis sebelum di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan
kelobus atas dan bawah.
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus
lobaris, kernudian menjadi lobus segmentalis. Bronkus lobaris ini bercabang
terus menjadi bronkus yang lebih kecil, dengan ujung cabangnya yang
disebut bronkiolus. Setiap bronkiolus memasuki lobulus paru, dan
bercabang-cabang menjadi 5-7 bronkiolus terminalis.
Bronchiolus
Bronkiolus merupakan segmen saluran konduksi yang terdapat di dalam
lobulus paru. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan maupun kelenjar
dalam mukosanya tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di bagian
ujung mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Selain silia,
bronkiolus juga menghasilkan mukus yang berfungsi sebagai pembersih
udara. Epitelnya adalah epitel bertingkat semu silindris bersilia dengan sel
goblet (kadang-kadang). Mukosanya berlipat dan otot polos yang
mengelilingi lumennya relatif banyak (Eroschenko, 2003).
Ketika dinding bronkus rusak dan mengalami peradangan kronis, dimana sel
bersilia rusak dan pembentukan lendir meningkat. Ketegangan dinding
bronkus yang normal juga hilang. Area yang terkena menjadi lebar dan
lemas dan membentuk kantung yang menyerupai balon kecil. Penambahan
lendir menyebabkan kuman berkembang biak, yang sering menyumbat
bronkus dan memicu penumpukan sekresi yang terinfeksi dan kemudian
merusak dinding bronkus.
3. Apa yang dimaksud dengan dead space
Pertukaran gas terjadi di dalam alveoli ketika udara,inspirasi masuk dan terjadi
difusi dengan pembuluh darah kapiler Tidak semua udara inspirasi mencapai
alveoli dan, brpartisipasi dalam pertukaran gas Volume udara pada akhir
inspirasi yang tetap ada di, dalam saluran napas konduksi disebut ruang rugi
anatomis.
Ruang rugi fisiologis = ruang rugi anatomi + ruang rugi alveolar Ruang rugi
alveolar sangat sedikit sehingga ruang rugi, fisiologik sama dengan ruang rugi
anatomik. Volume gas di dalam alveolus yang tidak mendapa, perfusi disebut
shunt dan kelebihan volume gas dalam alveolus disebut dead space.
Volume ruang rugi anatomis (Vdan) pada laki-laki dewasa normal 150 – 180
ml. Volume ruang rugi fisiologis (VD ) orang muda normal sedikit lebih besar /
sekitar 25- 35% VT (rasio VD/VT) Volume udara yang berperan dalam
pertukaran gas disebut ventilasi alveolar (VA) dengan persamaan VA = VE –
VD
1 Dua nilai pengukuran FVC yang terbesar tidak boleh berbeda lebih dari 0,2 L
atau 5% satu sama lain.
2 Dua nilai pengukuran FEV1 yang terbesar tidak boleh berbeda lebih dari 0,2 L
atau 5% satu sama lain. Jika kedua syarat ini terpenuhi maka pemeriksaan fungsi
paru dapat dihentikan dan dievaluasi hasilnya. Bila tidak memenuhi maka
pemeriksaan harus diulang sampai memenuhi kriteria di atas maksimal 8 kali
pengulangan (Fischbach, 2003), (Miller, 2005).
Penilaian spirometri dasar mencakup FEV1, FVC, dan FEV1/FVC.
Ketiga metode pengukuran ini luas dipergunakan, tidak mahal dan mudah diulang.
Spirometri dapat digunakan dalam mendeteksi gangguan aliran udara akibat
obstruksi saluran nafas dan mengindikasikan adanya suatu kelainan paru restriktif.
Ada banyak nilai hasil pengukuran spirometri yang lainnya, namun kegunaan
klinisnya masih belum dapat ditentukan (Winn, 2005), (Gomella, 2007).
2. Start yang baik (fase awal kurva merupakan bagian yang paling dipengaruhi
oleh usaha pasien sehingga harus bebas artefak).
3. Waktu ekspirasi yang cukup (ekspirasi paling sedikit 6 detik atau dijumpai
plateau paling tidak selama 1 detik pada kurva volume-waktu).
1 Dua nilai pengukuran FVC yang terbesar tidak boleh berbeda lebih dari 0,2 L
atau 5% satu sama lain.
2 Dua nilai pengukuran FEV1 yang terbesar tidak boleh berbeda lebih dari 0,2 L
atau 5% satu sama lain. Jika kedua syarat ini terpenuhi maka pemeriksaan fungsi
paru dapat dihentikan dan dievaluasi hasilnya. Bila tidak memenuhi maka
pemeriksaan harus diulang sampai memenuhi kriteria di atas maksimal 8 kali
pengulangan (Fischbach, 2003), (Miller, 2005).
Penilaian spirometri dasar mencakup FEV1, FVC, dan FEV1/FVC.
Ketiga metode pengukuran ini luas dipergunakan, tidak mahal dan mudah diulang.
Spirometri dapat digunakan dalam mendeteksi gangguan aliran udara akibat
obstruksi saluran nafas dan mengindikasikan adanya suatu kelainan paru restriktif.
Ada banyak nilai hasil pengukuran spirometri yang lainnya, namun kegunaan
klinisnya masih belum dapat ditentukan (Winn, 2005), (Gomella, 2007).
10. Gambarkan kurva FEV 1 berdasarkan pengukuran secara spirometris dan apa
kegunaan pengukuran FEV 1.Apa tujuan pengukuran FEV 1 dan satuannya apa ?
Forced expiratory volume (FEV 1) yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan sebanyak-
banyaknya dalam 1 detik pertama pada waktu ekspirasi maksimal setelah inspirasi maksimal.
FEV 1 bertujuan untuk mendeteksi dini adanya obstruksi jalan nafas,mempunyai peranan yang
hamper sama dengan PEF (peak ekspiratory flow).Diukur dalam satuan liter
11.Agonis beta
Mekanisme :
Obat-obat ini melemaskan otot polos saluran napas dan menghambat pengeluaran
berbagai mediator bronkokonstriksi dari sel mast. Mereka juga dapat meng-hambat
kebocoran mikrovaskular dan meningkatkan transpor mukosilia dengan
memperbesar aktivitas silia. Seperti di jaringan lain, agonis β merangsang adenilil
siklase dan meningkatkan pem-bentukan cAMP intrasel. Efek agonis adrenoseptor
pada saluran napas yang paling banyak diketahui adalah relaksasi otot polos
saluran napas. Meskipun belum ada bukti tentang persarafan simpatis langsung
otot polos saluran napas manusia, banyak bukti menunjukkan bahwa adrenoseptor
banyak ditemukan di otot polos saluran napas. Secara umum, stimulasi reseptor β2
melemaskan otot polos.
12. Pleura visceralis adalah Pleura bagian dalam menutupi paru-paru dan
menggabungkan struktur-struktur, seperti pembuluh darah, bronkus,
dan saraf-saraf.
Pleura parietalis adalah Pleura bagian luar menempel pada dinding rongga dada,
tetapi terpisah oleh fasia endotoraks.
Ruang interpleural adalah rongga tipis yang berisi cairan di antara dua pleura
(viseral dan parietal) dari paru-paru kiri maupun kanan.
Pleura efusi adalah Penumpukan cairan di antara jaringan yang melapisi paru-paru
dan dada.
Daftar Pustaka
Tandililing, Senfri. dkk. 2017. “PROFIL PENGGUNAAN OBAT PASIEN
HIPERTENSI ESENSIALDI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH I LAGALIGO KABUPATEN LUWU TIMUR PERIODE
JANUARI-DESEMBER TAHUN 2014” dalam GALENIKA Journal of Pharmacy
Vol. 3 (1), 49-56. Palu : Universitas Tadulako.
Katzung, B.G., Masters, S.B. dan Trevor, A.J., 2014, Farmakologi Dasar & Klinik,
Vol.2, Edisi 12, Editor Bahasa Indonesia Ricky Soeharsono et al., Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.k
Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Jakarta : EGC.
Sherwod, Lauralee. 2017. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem Edisi 8. Jakarta :
EGC