DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I:
Rina Febrianti : G1B220003
Ria Novita Sari : G1B220004
Dewi Rara Shinta : G1B220010
Dina Silfia : G1B220012
Ayuni Amalina : G1B220014
Mutiarani Mahendra : G1B220015
Marisa Maharti : G1B220016
Anisa Safutri : G1B220017
Siti Kholifah : G1B220018
PEMBIMBING AKADEMIK:
Ns. Nurlinawati, S.Kep,. M.Kep
Dr. Muthia Mutmainnah, M.Kep., Sp.Mat
Ns. Eva Maya Sari, S.Kep., M.Kep, Sp.Kep.Kom
PEMBIMBING LAPANGAN:
Ns. Wiwike Yanti Elfisa , S.Kep
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa peralihan dimana seorang remaja sesuai dengan
tugas perkembangannya akan beranjak ke masa pertumbuhan dan perkembangan
berikutnya yaitu masa dewasa. Masa remaja ini juga merupakan masa yang rawan
dimana pada masa ini seorang remaja dalam proses pencarian jati diri. Sehingga pada
masa ini seorang remaja cenderung untuk mencoba hal-hal yang menurutnya baru.
Perkembangan pada tahap remaja ini, yang mana seorang remaja belum memiliki
kecerdasan emosional yang stabil sehingga seorang remaja membutuhkan bantuan
dan dukungan dari keluarga, lingkungan, dan teman sebayanya untuk dapat melewati
masa perkembangan tersebut dengan baik tanpa terjerumus kedalam kenakalan
remaja yang banyak terjadi di masyarakat. Pada dasarnya harapan untuk seorang
remaja adalah menjalani masa remaja tanpa terjerumus kedalam kenakalan remaja
sehingga seorang remaja dapat menjalani masa pertumbuhan dan perkembangannya
dengan baik, kemudian seorang remaja akan dengan senantiasa memasuki masa
dewasa dengan baik dan siap untuk tugas perkembangan berikutnya.
Perjalanan seorang remaja menuju dewasa dengan kestabilan emosional yang
mantap tentu saja bukan hal mudah dimana seorang remaja akan dihadapkan pada
situasi-situasi sulit yang dapat mendukung atau menghambatnya menjalani masa
peralihan ini dengan baik. Kenakalan remaja tentu saja menjadi sorotan bagi publik
dimana kenakalan remaja ini mencakup berbagai macam bentuk perlakuan seorang
remaja yang dikenal melanggar norma, aturan dan menyimpang dari tugas
perkembangannya seperti; tawuran, seks bebas, narkoba, mencuri, balap liar, minum-
minuman keras, serta merokok. Septiana, dkk (2016:2) meyakini bahwa konsumsi
rokok pada remaja merupakan gerbang awal untuk peyalahgunaan obat lain di
kemudian hari.
Merokok merupakan masalah yang terus berkembang dan belum dapat ditemukan
solusinya di Indonesia sampai saat ini. Merokok dapat menyebabkan hipertensi akibat
zat-zat kimia yang terkandung di dalam tembakau yang dapat merusak lapisan dalam
dinding arteri, sehingga arteri lebih rentan terjadi penumpukan pelak
(arteriosklerosis). Hal ini terutama disebabkan oleh nikotin yang dapat merangsang
saraf simpati sehingga memacu kerja jantung lebih keras dan menyebabkan
penyempitan pembuluh darah, serta peran karbon monoksida yang dapat
menggantikan oksigen dalam darah dan memaksa jantung memenuhi kebutuhan
oksigen tubuh.
Kecenderungan peningkatan jumlah perokok remaja dan semakin mudanya usia
mulai merokok tersebut menjadi sorotan tersendiri karena membawa konsekuensi
jangka panjang yang nyata yakni dampak negatif rokok itu sendiri terhadap kesehatan
yang telah di ketahui sejak dahulu. Mulanya rokok yang salah satu produk dari
tembakau ini banyak digandrungi oleh para orang dewasa, namun seiring berjalannya
waktu kini tak hanya orang dewasa yang mengonsumsi rokok. Namun remaja bahkan
anak-anak pun telah banyak yang mengonsumsi rokok.
Berdasarkan data gambaran distribusi frekuensi masalah kesehatan remaja di
Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi, diperoleh jumlah kunjungan pasien remaja di
puskesmas kenali besar sebanyak 9529 orang. Pasien dengan jenis kelamin laki-laki
sebanyak 5203 orang (54,6%) dan berjenis kelamin perempuan 4326 orang (43,4%).
Jumlah kasus masalah kesehatan remaja yang paling banyak muncul pada bulan
januari sampai desember tahun 2020 ialah merokok yaitu sebanyak 34 orang
(0,65%). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 27 Mei pada 3
orang responden remaja didapatkan hasil bahwa seluruh responden mengatakan mulai
merokok karena pengaruh dari lingkungan sekitarnya yaitu teman – temannya.
Responden mengatakan hanya merokok pada saat berkumpul dengan teman –
temannya. Ketiga responden mengatakan menghabiskan rokok maksimal satu
bungkus dalam satu minggu. Perilaku kesehatan yang dilakukan oleh 2 dari 3
responden adalah dengan mencoba menggantikan rokok dengan makan sesuatu saat
ada keinginan untuk merokok, seperti permen. Responden juga mencari aktivitas
seperti olahraga di sekitaran rumah.
Selain merokok, dilakukan juga wawancara terkait NAPZA dikarenakan terjadi
kenaikan jumlah kasus narkoba yang berhasil diungkap kepolisian di Jambi, pada
tahun 2020 terdapat 752 kasus atau meningkat 176 kasus (31%) dibandingkan kasus
narkoba di daerah itu tahun 2019 sebanyak 576 kasus. Berdasarkan hasil wawancara
3 dari 3 responden remaja mengatakan belum mengetahui secara jelas itu NAPZA
dan bahaya yang dapat ditimbulkan akibat NAPZA. oleh sebab itu perlu dilakukan
pendidikan kesehatan terhadap usia remaja terkait bahaya merokok dan bahaya
penggunaan NAPZA.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang karies gigi selama 1x20
menit diharapkan peserta mampu memahami tentang bahaya merokok dan
bahaya NAPZA.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi selama 1x20
menit, diharapkan peserta memahami
a) Definisi rokok
b) Jenis – jenis rokok
c) Kandungan dalam rokok
d) Akibat asap rokok
e) Siklus adiksi nikotin
f) Manfaat berhenti merokok
g) Upaya yang dapat dilakukan untuk berhenti merokok
h) Pengertian NAPZA
i) Jenis – Jenis NAPZA
j) Definisi penyalahgunaan NAPZA
k) Tahap pemakaian NAPZA
l) Dampak penggunaan NAPZA
C. Metode
1) Ceramah
2) Diskusi
3) Tanya jawab
D. Media Dan Alat
1) Leaflet
2) PPT
3) Video
E. Pengorganisasian
Pemateri/Narasumber : Marisa Maharti, S.Kep
Moderator : Rina Febrianti, S.Kep
Notulen : Anisa Safutri S.Kep
Observer : Dewi Rara Shinta, S.Kep
Fasilitator : Siti Kholifah, S.Kep
Ria Novita Sari, S.Kep
Dina Silfia, S.Kep
Ayuni Amalina, S.Kep
Marisa Maharti, S. Kep
F. Tugas tim pelaksana
1. Moderator
Urain Tugas:
1. Membuka acara penyuluhan dan memperkenalkan diri kepada perserta
2. Mengatur proses dan lama penyuluhan
3. Memimpin jalannya penyuluhan
4. Menutup acara penyuluhan.
2. Narasumber/ penyaji
Urain Tugas:
1. Menjelaskan tujuan dan manfaat penyuluhan ilmu dengan jelas dan
bahasa yang dapat dipahami peserta.
2. Menjelaskan materi mengenai gizi kurang pada balita.
3. Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses
penyuluhan
4. Menjawab pertanyaan peserta.
3. Fasilitator
Urain tugas:
1. Ikut bergabung dan duduk bersama peserta.
2. Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas.
3. Menginterupsi penyuluhan tentang istilah/hal-hal yang dirasa kurang
jelas bagi peserta
4. Obsever
Urain tugas:
1. Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses
penyuluhan.
2. Menempatkan diri sehingga memungkinkan dapat mengamankan
jalannya proses penyuluhan.
3. Mengevaluasi hasil penyuluhan.
4. Menyampaikan evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa tidak
sesuai dengan rencana penyuluhan.
5. Mencatat nama dan jumlah peserta.
6. Mencatat pertanyaan yang diajukan perserta dan jawaban oleh tim.
7. Mencatat hasil dari diskusi dan tanya jawab serta berkoordinasi
dengan observer dalam membuat hasil laporan penyuluhan.
G. Setting tempat
INFOKUS
: Penyuluh : Peserta
: Moderator : Fasilitator
: Observer
H. Rencana Kegiatan
I. Evaluasi Hasil
Evaluasi struktur
1. 75 % mengikuti kegiatan
2. Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
Evaluasi proses
Evaluasi hasil
A. KONSEP ROKOK
1. Definisi Merokok
Merokok menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan aktivitas
menghisap rokok. Rokok sendiri merupakan gulungan tembakau berukuran
kirakira sebesar kelingking yang dibungkus daun nipah ataupun kertas. Merokok
telah dilakukan sejak jaman Tiongkok kuno dan Romawi, dengan menghisap
ramuan yang mengeluarkan asap dan menimbulkan kenikmatan dengan jalan
dihisap melalui hidung dan mulut. Sitepoe mendefinisikan merokok adalah
membakar tembakau yang kemudian diisap isinya, baik menggunakan media
rokok maupun pipa (cangklong), sedangkan Levy mendefinisikan merokok
sebagai kegiatan membakar dan menghisap rokok serta menimbulkan asap yang
dapat terhisap oleh orang-orang di sekitarnya.
2. Klasifikasi Rokok
a. Rokok kretek / filter : Tembakau dan bahan tambahan lain yang digulung
/dilinting dengan kertas baik dengan tangan atau menggunakaan mesin.
b. Cerutu : tembakau murni dalam bentuk lembaran yang menyerupai rokok.
c. Shisha (rokok arab) : Tembakau yang dicampur dengan aroma atau perasa
buah - buahan dan rempah - rempah yang dihisap dengan alat khusus
d. Pipa / cangklong : Tembakau yang dimasukkan ke dalam pipa
e. Rokok Elektronik : Suatu alat yang berfungsi seperti rokok namun tidak
menggunakan ataupun membakar daun tembakau, melainkan mengubah
cairan menjadi uap yang dihisap oleh perokok ke dalam paru - parunya, rokok
elektronik umumnya mengandung nikotin, zat kimia lain, serta perasa/flavour
dan bersifat toksik/racun.
3. Kandungan dalam rokok
a. Di dalam sebatang rokok terkandung lebih dari : 4000 Jenis Senyawa Kimia,
400 Zat Berbahaya, 43 Zat Penyebab Kanker ( Karsinogenik ).
1) Hydrogen Cyanide (racun untuk hukuman mati)
2) Acetone (Penghapus Cat)
3) Toluidine (Zat Karsinogenik)
4) Naphtylamine (Zat Karsinogenik)
5) Urethane (Zat Karsinogenik)
6) Methanol (Bahan Bakar Roket)
7) Pyrene (Pelarut Industri)
8) Dimethylnitrosamine (Zat Karsinogenik)
9) Naphtalene (Kapur barus)
10) Cadmium (Dipakai accu mobil)
11) Carbon Monoxide (Gas dari knalpot)
12) Benzopyrene (Zat Karsinogenik)
13) Vinyl Chloride (Bahan Plastik PVC)
14) Phenol (antiseptik/pembunuh kuman)
15) Butane (Bahan Bakar Korek Api)
16) Polonium -210 (bahan radioaktif)
17) Toluene (Pelarut Industri)
18) Arsenic (Racun Semut Putih)
19) Dibenzacridine (Zat Karsinogenik)
b. Dalam rokok elektronik (vape)
1) Propilen glikol : Mengiritasi paru - paru dan mata, gangguan saluran
pernafasan seperti Asma, Sesak Nafas, Obstruksi Paru
2) Nikotin : Efek candu memicu depresi, kepala pusing, tubuh gemetar, nafas
terengah-engah, kerusakan paru-paru permanen, Kanker Paru-Paru,
penyempitan pembuluh darah, dan kematian
3) Perisadiasetil : Penyakit Paru Obstruktif Kronis
4) Zat karsiogenik (sebagai penyebab kanker) : Tobacco specific nirosamines
( TSNA ), Diethylene Glycol ( DEG ), Otoluidine, 2 – Naphylamine,
Formaldehyde o Acrolein
4. Akibat Asap Rokok
Asap rokok yang dihisap baik oleh si perokok dan orang lain yang menghirup
asap rokok berdampak pada timbulnya berbagai gangguan kesehatan.
a. Rambut rontok
b. Kulit keriput
c. Katarak
d. Gangguan pendengaran
e. Kanker hidung
f. Kanker kulit
g. Karies gigi (gigi kuning dan berlubang)
h. Osteoporosis (pengeroposan tulang)
i. Kanker lidah, mulut, kelenjar ludah, tenggorokan, kerongkongan
j. Penyakit Jantung Perokok berisiko mengalami mati mendadak 4 kali lipat
dibandingkan bukan perokok
k. Kanker paru 90 % pasien kanker paru adalah perokok - Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK)
l. Kanker payudara, banyak diderita oleh wanita yang suaminya adalah perokok
m. Emphysema
n. Tukak lambung dan kanker lambung
o. Jari jari pucat
p. Kanker leher rahim
q. Kanker usus besar dan kanker anus
r. Kerusakan sperma, mutu dan jumlah sperma akan berkurang jika Anda terus
merokok
s. Kanker ginjal, kandung kemih, pankreas
t. Peradangan pada kulit
u. Amputasi Kaki, Karena penyumbatan pembuluh darah pada kaki
v. Penyakit pembuluh darah dan pembusukan jari - jari kaki
5. Siklus Adiksi Nikotin
Pelepasan Dopamin
Seorang pecandu saat tidak merokok, mengalami gejala putus nikotin seperti rasa
tidak nyaman, sulit konsentrasi, dan mudah marah.
B. Konsep NAPZA
1. Pengertian NAPZA
b) Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun
sintetis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal
dan perilaku. Psikotropika adalah obat yang digunakan oleh dokter untuk
mengobati gangguan jiwa (psyche) Berdasarkan Undang-Undang No.5 tahun
1997, psikotropika dapat dikelompokkan ke dalam 4 golongan, yaitu :
1. Golongan I adalah : psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat,
belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang diteliti
khasiatnya. Contohnya adalah MDMA, ekstasi, LSD, dan STP.
2. Golongan II adalah : psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah amfetamin,
metamfetamin, metakualon, dan sebagainya.
3. Golongan III adalah : psikotropika dengan daya adiksi sedang serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah lumibal,
buprenorsina, fleenitrazepam, dan sebagainya.
4. Golongan IV adalah : psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah nitrazepam
(BK, mogadon, dumolid), diazepam, dan lain-lain.
Afandi, D., Chandra, F., Novitasari, D., Widjaja, L., & Kurniawan, L. (2009).
Tingkat Penyalahgunaan Obat dan Faktor Risiko di kalangan Siswa Sekolah
Menengah Umum. Majalah Kedokteran Indonesia , 59.
Ali dan Asrori. 2004. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Direktorat Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular 2017. Hidup Sehat Tanpa Rokok
Harlina, L., Joewana, S. (2008). Belajar Hidup Bertanggung Jawab, Menangkal
Narkoba dan Kekerasan. Jakarta : Balai Pustaka
Hurlock, E.B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Alih bahasa: Istiwidayati & Soedjarwo. Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga.
Hurlock, E.B (2002). Psikologi Perkembangan. 5th edition. Erlanga: Jakarta.
Martono, L., & Joewana, S. (2006). Modul Latihan Pemulihan Pecandu Narkoba
Berbasis Masyarakat. Jakarta: Balai Pustaka.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2003. Psikologi Remaja. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Simangunsong, J. (2015). Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja: Studi
Kasus Badan Narkotika Nasional Kota Tanjungpinang. E-Jurnal
Sumiati, dkk. 2009. Kesehatan Jiwa Remaja & Konseling. Jakarta: Trans Info Media.