Anda di halaman 1dari 23

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG


BAHAYA MEROKOK DAN NAPZA
DI RT 48 KENALI BESAR KOTA JAMBI

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I:
Rina Febrianti : G1B220003
Ria Novita Sari : G1B220004
Dewi Rara Shinta : G1B220010
Dina Silfia : G1B220012
Ayuni Amalina : G1B220014
Mutiarani Mahendra : G1B220015
Marisa Maharti : G1B220016
Anisa Safutri : G1B220017
Siti Kholifah : G1B220018

PEMBIMBING AKADEMIK:
Ns. Nurlinawati, S.Kep,. M.Kep
Dr. Muthia Mutmainnah, M.Kep., Sp.Mat
Ns. Eva Maya Sari, S.Kep., M.Kep, Sp.Kep.Kom

PEMBIMBING LAPANGAN:
Ns. Wiwike Yanti Elfisa , S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
PRE PLANNING
PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG
BAHAYA MEROKOK DAN NAPZA
DI RT 48 KENALI BESAR KOTA JAMBI

Topik/Judul kegiatan : Pendidikan Kesehatan Tentang Bahaya rokok dan NAPZA


Hari/Tanggal : Rabu, 09 Juni 2021
Jam : 15.00 Wib s/d selesai
Waktu : 30 Menit
Tempat : RT 48 Kenali besar
Sasaran : Anak Usia Remaja

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan dimana seorang remaja sesuai dengan
tugas perkembangannya akan beranjak ke masa pertumbuhan dan perkembangan
berikutnya yaitu masa dewasa. Masa remaja ini juga merupakan masa yang rawan
dimana pada masa ini seorang remaja dalam proses pencarian jati diri. Sehingga pada
masa ini seorang remaja cenderung untuk mencoba hal-hal yang menurutnya baru.
Perkembangan pada tahap remaja ini, yang mana seorang remaja belum memiliki
kecerdasan emosional yang stabil sehingga seorang remaja membutuhkan bantuan
dan dukungan dari keluarga, lingkungan, dan teman sebayanya untuk dapat melewati
masa perkembangan tersebut dengan baik tanpa terjerumus kedalam kenakalan
remaja yang banyak terjadi di masyarakat. Pada dasarnya harapan untuk seorang
remaja adalah menjalani masa remaja tanpa terjerumus kedalam kenakalan remaja
sehingga seorang remaja dapat menjalani masa pertumbuhan dan perkembangannya
dengan baik, kemudian seorang remaja akan dengan senantiasa memasuki masa
dewasa dengan baik dan siap untuk tugas perkembangan berikutnya.
Perjalanan seorang remaja menuju dewasa dengan kestabilan emosional yang
mantap tentu saja bukan hal mudah dimana seorang remaja akan dihadapkan pada
situasi-situasi sulit yang dapat mendukung atau menghambatnya menjalani masa
peralihan ini dengan baik. Kenakalan remaja tentu saja menjadi sorotan bagi publik
dimana kenakalan remaja ini mencakup berbagai macam bentuk perlakuan seorang
remaja yang dikenal melanggar norma, aturan dan menyimpang dari tugas
perkembangannya seperti; tawuran, seks bebas, narkoba, mencuri, balap liar, minum-
minuman keras, serta merokok. Septiana, dkk (2016:2) meyakini bahwa konsumsi
rokok pada remaja merupakan gerbang awal untuk peyalahgunaan obat lain di
kemudian hari.
Merokok merupakan masalah yang terus berkembang dan belum dapat ditemukan
solusinya di Indonesia sampai saat ini. Merokok dapat menyebabkan hipertensi akibat
zat-zat kimia yang terkandung di dalam tembakau yang dapat merusak lapisan dalam
dinding arteri, sehingga arteri lebih rentan terjadi penumpukan pelak
(arteriosklerosis). Hal ini terutama disebabkan oleh nikotin yang dapat merangsang
saraf simpati sehingga memacu kerja jantung lebih keras dan menyebabkan
penyempitan pembuluh darah, serta peran karbon monoksida yang dapat
menggantikan oksigen dalam darah dan memaksa jantung memenuhi kebutuhan
oksigen tubuh.
Kecenderungan peningkatan jumlah perokok remaja dan semakin mudanya usia
mulai merokok tersebut menjadi sorotan tersendiri karena membawa konsekuensi
jangka panjang yang nyata yakni dampak negatif rokok itu sendiri terhadap kesehatan
yang telah di ketahui sejak dahulu. Mulanya rokok yang salah satu produk dari
tembakau ini banyak digandrungi oleh para orang dewasa, namun seiring berjalannya
waktu kini tak hanya orang dewasa yang mengonsumsi rokok. Namun remaja bahkan
anak-anak pun telah banyak yang mengonsumsi rokok.
Berdasarkan data gambaran distribusi frekuensi masalah kesehatan remaja di
Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi, diperoleh jumlah kunjungan pasien remaja di
puskesmas kenali besar sebanyak 9529 orang. Pasien dengan jenis kelamin laki-laki
sebanyak 5203 orang (54,6%) dan berjenis kelamin perempuan 4326 orang (43,4%).
Jumlah kasus masalah kesehatan remaja yang paling banyak muncul pada bulan
januari sampai desember tahun 2020 ialah merokok yaitu sebanyak 34 orang
(0,65%). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 27 Mei pada 3
orang responden remaja didapatkan hasil bahwa seluruh responden mengatakan mulai
merokok karena pengaruh dari lingkungan sekitarnya yaitu teman – temannya.
Responden mengatakan hanya merokok pada saat berkumpul dengan teman –
temannya. Ketiga responden mengatakan menghabiskan rokok maksimal satu
bungkus dalam satu minggu. Perilaku kesehatan yang dilakukan oleh 2 dari 3
responden adalah dengan mencoba menggantikan rokok dengan makan sesuatu saat
ada keinginan untuk merokok, seperti permen. Responden juga mencari aktivitas
seperti olahraga di sekitaran rumah.
Selain merokok, dilakukan juga wawancara terkait NAPZA dikarenakan terjadi
kenaikan jumlah kasus narkoba yang berhasil diungkap kepolisian di Jambi, pada
tahun 2020 terdapat 752 kasus atau meningkat 176 kasus (31%) dibandingkan kasus
narkoba di daerah itu tahun 2019 sebanyak 576 kasus. Berdasarkan hasil wawancara
3 dari 3 responden remaja mengatakan belum mengetahui secara jelas itu NAPZA
dan bahaya yang dapat ditimbulkan akibat NAPZA. oleh sebab itu perlu dilakukan
pendidikan kesehatan terhadap usia remaja terkait bahaya merokok dan bahaya
penggunaan NAPZA.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang karies gigi selama 1x20
menit diharapkan peserta mampu memahami tentang bahaya merokok dan
bahaya NAPZA.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi selama 1x20
menit, diharapkan peserta memahami
a) Definisi rokok
b) Jenis – jenis rokok
c) Kandungan dalam rokok
d) Akibat asap rokok
e) Siklus adiksi nikotin
f) Manfaat berhenti merokok
g) Upaya yang dapat dilakukan untuk berhenti merokok
h) Pengertian NAPZA
i) Jenis – Jenis NAPZA
j) Definisi penyalahgunaan NAPZA
k) Tahap pemakaian NAPZA
l) Dampak penggunaan NAPZA
C. Metode
1) Ceramah
2) Diskusi
3) Tanya jawab
D. Media Dan Alat
1) Leaflet
2) PPT
3) Video
E. Pengorganisasian
Pemateri/Narasumber : Marisa Maharti, S.Kep
Moderator : Rina Febrianti, S.Kep
Notulen : Anisa Safutri S.Kep
Observer : Dewi Rara Shinta, S.Kep
Fasilitator : Siti Kholifah, S.Kep
Ria Novita Sari, S.Kep
Dina Silfia, S.Kep
Ayuni Amalina, S.Kep
Marisa Maharti, S. Kep
F. Tugas tim pelaksana
1. Moderator
Urain Tugas:
1. Membuka acara penyuluhan dan memperkenalkan diri kepada perserta
2. Mengatur proses dan lama penyuluhan
3. Memimpin jalannya penyuluhan
4. Menutup acara penyuluhan.
2. Narasumber/ penyaji
Urain Tugas:
1. Menjelaskan tujuan dan manfaat penyuluhan ilmu dengan jelas dan
bahasa yang dapat dipahami peserta.
2. Menjelaskan materi mengenai gizi kurang pada balita.
3. Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses
penyuluhan
4. Menjawab pertanyaan peserta.
3. Fasilitator
Urain tugas:
1. Ikut bergabung dan duduk bersama peserta.
2. Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas.
3. Menginterupsi penyuluhan tentang istilah/hal-hal yang dirasa kurang
jelas bagi peserta
4. Obsever
Urain tugas:
1. Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses
penyuluhan.
2. Menempatkan diri sehingga memungkinkan dapat mengamankan
jalannya proses penyuluhan.
3. Mengevaluasi hasil penyuluhan.
4. Menyampaikan evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa tidak
sesuai dengan rencana penyuluhan.
5. Mencatat nama dan jumlah peserta.
6. Mencatat pertanyaan yang diajukan perserta dan jawaban oleh tim.
7. Mencatat hasil dari diskusi dan tanya jawab serta berkoordinasi
dengan observer dalam membuat hasil laporan penyuluhan.
G. Setting tempat

INFOKUS

: Penyuluh : Peserta

: Moderator : Fasilitator

: Observer

H. Rencana Kegiatan

No Tahap Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Waktu


Kegiatan
1 Pembukaan 1. Memberikan salam 1. Menjawab salam 5 menit
2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan 3. Memperhatikan
pendidikan kesehatan
4. Menjelaskan kontrak 4. Memperhatikan
waktu
2 Pelaksanaan 1. Menggali pengetahuan 1. Menjawab pertanyaan 20
tentang penyebab karies 2. Memperhatikan dan menit
gigi mendengarkan
2. Memberikan 3. Memperhatikan dan
reinforcement positif mendengarkan
3. Menjelaskan mengenai:
a) Definisi rokok
b) Jenis – jenis rokok
c) Kandungan dalam
rokok
d) Akibat asap rokok
e) Siklus adiksi nikotin
f) Manfaat berhenti
merokok
g) Upaya yang dapat
dilakukan untuk
berhenti merokok
h) Pengertian NAPZA
i) Jenis – Jenis NAPZA
j) Definisi
penyalahgunaan
NAPZA
k) Tahap pemakaian
NAPZA
l) Dam
pak
peng
guna
an
NAP
ZA
3 1. Memberikan kesempatan 1. Memberikan 5 menit
kepada peserta untuk pertanyaan
memberikan pertanyaan 2. Memperhatikan dan
atas penjelasan yang tidak mendengarkan
dipahami 3. Menjawab pertanyaan
2. Menjawab pertanyaan 4. Memperhatikan dan
peserta mendengarkan
3. Mengevaluasi dengan 5. Menjawab salam
memberikan satu
pertanyaan kepada peserta
4. Memberikan
reinforcement positif
5. Mengakhiri pertemuan
dengan mengucapkan
terima kasih dan salam

I. Evaluasi Hasil

Evaluasi struktur

1. 75 % mengikuti kegiatan
2. Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan

Evaluasi proses

1. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan


2. Peseta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Peserta berperan aktif dalam mengajukan pertanyaan dan mengemukakan
pendapat selama jalannya diskusi

Evaluasi hasil

1. 75 % peserta dapat menyebutkan :


a. Pengertian merokok
b. Kandungan rokok
c. Akibat merokok
d. Pengertian NAPZA
e. Jenis – jenis Napza
f. Penyalahgunaan NAPZA
LAMPIRAN MATERI PENYULUHAN

A. KONSEP ROKOK

1. Definisi Merokok
Merokok menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan aktivitas
menghisap rokok. Rokok sendiri merupakan gulungan tembakau berukuran
kirakira sebesar kelingking yang dibungkus daun nipah ataupun kertas. Merokok
telah dilakukan sejak jaman Tiongkok kuno dan Romawi, dengan menghisap
ramuan yang mengeluarkan asap dan menimbulkan kenikmatan dengan jalan
dihisap melalui hidung dan mulut. Sitepoe mendefinisikan merokok adalah
membakar tembakau yang kemudian diisap isinya, baik menggunakan media
rokok maupun pipa (cangklong), sedangkan Levy mendefinisikan merokok
sebagai kegiatan membakar dan menghisap rokok serta menimbulkan asap yang
dapat terhisap oleh orang-orang di sekitarnya.

Definisi berbeda dikemukakan oleh Armstrong yang mendeskripsikan


merokok sebagai kegiatan menghisap asap tembakau dan menghembuskannya
kembali keluar. Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
merokok adalah suatu kegiatan/aktivitas membakar rokok dan kemudian
menghisapnya serta menghembuskannya keluar melalui hidung dan/atau mulut,
dengan tujuan untuk mendapatkan sebuah kenikmatan tertentu, serta dapat
menimbulkan asap yang dapat terhirup oleh orang-orang di sekitarnya.

2. Klasifikasi Rokok

Macam – macam jenis rokok:

a. Rokok kretek / filter : Tembakau dan bahan tambahan lain yang digulung
/dilinting dengan kertas baik dengan tangan atau menggunakaan mesin.
b. Cerutu : tembakau murni dalam bentuk lembaran yang menyerupai rokok.
c. Shisha (rokok arab) : Tembakau yang dicampur dengan aroma atau perasa
buah - buahan dan rempah - rempah yang dihisap dengan alat khusus
d. Pipa / cangklong : Tembakau yang dimasukkan ke dalam pipa
e. Rokok Elektronik : Suatu alat yang berfungsi seperti rokok namun tidak
menggunakan ataupun membakar daun tembakau, melainkan mengubah
cairan menjadi uap yang dihisap oleh perokok ke dalam paru - parunya, rokok
elektronik umumnya mengandung nikotin, zat kimia lain, serta perasa/flavour
dan bersifat toksik/racun.
3. Kandungan dalam rokok
a. Di dalam sebatang rokok terkandung lebih dari : 4000 Jenis Senyawa Kimia,
400 Zat Berbahaya, 43 Zat Penyebab Kanker ( Karsinogenik ).
1) Hydrogen Cyanide (racun untuk hukuman mati)
2) Acetone (Penghapus Cat)
3) Toluidine (Zat Karsinogenik)
4) Naphtylamine (Zat Karsinogenik)
5) Urethane (Zat Karsinogenik)
6) Methanol (Bahan Bakar Roket)
7) Pyrene (Pelarut Industri)
8) Dimethylnitrosamine (Zat Karsinogenik)
9) Naphtalene (Kapur barus)
10) Cadmium (Dipakai accu mobil)
11) Carbon Monoxide (Gas dari knalpot)
12) Benzopyrene (Zat Karsinogenik)
13) Vinyl Chloride (Bahan Plastik PVC)
14) Phenol (antiseptik/pembunuh kuman)
15) Butane (Bahan Bakar Korek Api)
16) Polonium -210 (bahan radioaktif)
17) Toluene (Pelarut Industri)
18) Arsenic (Racun Semut Putih)
19) Dibenzacridine (Zat Karsinogenik)
b. Dalam rokok elektronik (vape)
1) Propilen glikol : Mengiritasi paru - paru dan mata, gangguan saluran
pernafasan seperti Asma, Sesak Nafas, Obstruksi Paru
2) Nikotin : Efek candu memicu depresi, kepala pusing, tubuh gemetar, nafas
terengah-engah, kerusakan paru-paru permanen, Kanker Paru-Paru,
penyempitan pembuluh darah, dan kematian
3) Perisadiasetil : Penyakit Paru Obstruktif Kronis
4) Zat karsiogenik (sebagai penyebab kanker) : Tobacco specific nirosamines
( TSNA ), Diethylene Glycol ( DEG ), Otoluidine, 2 – Naphylamine,
Formaldehyde o Acrolein
4. Akibat Asap Rokok
Asap rokok yang dihisap baik oleh si perokok dan orang lain yang menghirup
asap rokok berdampak pada timbulnya berbagai gangguan kesehatan.
a. Rambut rontok
b. Kulit keriput
c. Katarak
d. Gangguan pendengaran
e. Kanker hidung
f. Kanker kulit
g. Karies gigi (gigi kuning dan berlubang)
h. Osteoporosis (pengeroposan tulang)
i. Kanker lidah, mulut, kelenjar ludah, tenggorokan, kerongkongan
j. Penyakit Jantung Perokok berisiko mengalami mati mendadak 4 kali lipat
dibandingkan bukan perokok
k. Kanker paru 90 % pasien kanker paru adalah perokok - Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK)
l. Kanker payudara, banyak diderita oleh wanita yang suaminya adalah perokok
m. Emphysema
n. Tukak lambung dan kanker lambung
o. Jari jari pucat
p. Kanker leher rahim
q. Kanker usus besar dan kanker anus
r. Kerusakan sperma, mutu dan jumlah sperma akan berkurang jika Anda terus
merokok
s. Kanker ginjal, kandung kemih, pankreas
t. Peradangan pada kulit
u. Amputasi Kaki, Karena penyumbatan pembuluh darah pada kaki
v. Penyakit pembuluh darah dan pembusukan jari - jari kaki
5. Siklus Adiksi Nikotin

Nikotin terserap dalam darah dan diteruskan ke otak

Reseptor α 4 β 2 yang menerima nikotin

Pelepasan Dopamin

Dopamin memberikan rasa nyaman

Zat Dopamin berkurang

Rasa nyaman hilang dan timbul keinginan untuk kembali


merokok

Seorang pecandu saat tidak merokok, mengalami gejala putus nikotin seperti rasa
tidak nyaman, sulit konsentrasi, dan mudah marah.

6. Manfaat berhenti merokok


a. 20 menit : Tekanan darah, denyut nadi dan aliran darah tepi membaik.
b. 12 jam : Hampir semua nikotin dalam tubuh sudah di metabolisme, kadar CO
dalam darah kembali normal.
c. 1 -2 hari : Nikotin mulai tereliminasi dari tubuh. Fungsi pengecap dan
penciuman mulai membaik. sistem kardiovaskuler meningkat baik.
d. 05 hari : Sebagian besar metabolit nikotin dalam tubuh sudah hilang. Fungsi
perasa/ pengecap dan pembau jauh lebih membaik. Sistem kardiovaskuler
terus meningkat baik.
e. 2 – 6 minggu : Fungsi silia saluran napas dan fungsi paru membaik. Napas
pendek dan batuk-batuk berkurang
f. 1 tahun : Risiko Penyakit Jantung Koroner menurun setengahnya.
g. 5 tahun : Risiko stroke menurun pada level yang sama seperti orang tidak
pernah merokok.
h. 10 tahun : Risiko kanker paru berkurang setengahnya.

7. Upaya yang dapat dilakukan untuk berhenti merokok


A. 3 Cara dan langkah berhenti merokok
a. Cara 1 : Berhenti seketika, hari ini Anda masih merokok, besok Anda
berhenti sama sekali. Untuk kebanyakan orang, cara ini yang paling
berhasil.
b. Cara 2 : Penundaan, menunda saat menghisap rokok pertama, 2 jam setiap
hari dari hari sebelumnya. Jumlah rokok yang dihisap tidak dihitung.
c. Cara 3 : Pengurangan, jumlah rokok yang dihisap setiap hari dikurangi
secara berangsur – angsur dengan jumlah yang sama sampai 0 batang pada
hari yang ditetapkan

B. Mencegah kecanduan nikotin dengan 4 M


a. M1 : Melakukan sesuatu yang menyehatkan jiwa raga misalnya : olahraga,
berkebun, menulis / melukis
b. M2 : Menunda keinginan untuk merokok
c. M3 : Minum air secara perlahan
d. M4 : Menarik nafas dalam
C. 7 Tips berhenti merokok
a. Motivasi. Bulatkan tekad dan tujuan Anda berhenti merokok Mulailah
untuk menentukan alasan yang lebih spesifik dan kuat. Misalnya : Niatkan
bahwa anda ingin melindungi keluarga ( perokok pasif ) dari risiko terkena
kanker paru - paru, dll, Anda bisa menentukan alasan tersebut sebagai
motivasi contoh : berhenti merokok agar dapat mendermakan uang rokok
b. Berhenti Merokok Seketika ( Total ) atau Melakukan Pengurangan Jumlah
Rokok yang Dihisap Perhari Secara Bertahap. Kurangi frekuensi merokok
dan jumlah rokok secara bertahap, sehingga pikiran dan tubuh akan mulai
terbiasa terhindar dari kecanduan nikotin sedikit demi sedikit
c. Kenali waktu dan situasi dimana anda paling sering merokok, Bagi para
perokok ada waktu dimana kebiasaan merokok paling sering dilakukan.
Misalnya: saat menunggu, sesudah makan, nongkrong, bareng teman-
teman, dan lainnya. Coba alihkan kebiasaan merokok di tempat tersebut
dengan aktifitas lain, misalnya mengunyah permen atau buah salak
sebagai pengganti.
d. Tahan keinginan Anda dengan menunda. Menahan diri adalah salah satu
kunci dimana Anda akan dapat mengendalikan diri dari keinginan
merokok. Caranya cukup mudah, setiap kali Anda merasakan dorongan
kuat untuk merokok, tundalah hal tersebut selama 5 menit sebelum Anda
menyalakan rokok tersebut. Di hari berikutnya jika muncul dorongan
tersebut tingkatkan penundaan menjadi 10 menit, tambah 5 menit
penundaan setiap harinya. Dengan cara ini tubuh anda akan menyadari
bahwa dorongan untuk merokok semakin lama akan menghilang secara
perlahan.
e. Berolahraga Secara Teratur : Olahraga secara teratur seperti jogging dan
jalan kaki akan membantu Anda mendapatkan mood yang lebih baik,
tubuh dan pikiran pun jadi fresh. Dengan aktivitas olahraga akan membuat
Anda terhindar dari stress, sehingga Anda tidak perlu merokok lagi
sebagai alasan untuk menghilangkan stres
f. Mintalah dukungan dari keluarga dan kerabat, Mintalah dukungan dari
keluarga Anda dengan cara meminta mereka untuk selalu mengingatkan
Anda untuk tidak merokok. Dukungan teman dan kerabat dekat juga akan
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan Anda berhenti merokok Contoh
: Anda dapat bergabung dgn komunitas mantan perokok (catatan: ini utk
saling berbagi dan menguatkan, dan cara ini sangat ampuh)
g. Konsultasikan dengan Dokter. Cara yang satu ini patut di coba, sebaiknya
konsultasikan dengan Dokter untuk membantu Anda menghadapi
ketergantungan pada nikotin.

B. Konsep NAPZA

1. Pengertian NAPZA

Narkotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA) merupakan zat yang


memengaruhi struktur atau fungsi beberapa bagian tubuh orang yang
mengonsumsinya. Manfaat maupun risiko penggunaan NAPZA bergantung pada
seberapa banyak, seberapa sering, cara menggunakannya, dan bersamaan dengan
obat atau NAPZA lain yang dikonsumsi (Kemenkes RI, 2010). Narkoba adalah
singkatan dari narkotika dan bahan obat berbahaya. Narkoba atau NAPZA
merupakan kelompok senyawa yang umumnya meneyebabkan kecanduan bagi
para penggunanya (BNN, 2017).

Beberapa pakar berpendapat bahwa NAPZA merupakan singkatan dari


Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lain, yang bekerja pada pusat penghayatan
kenikmatan otak sebagaimana kenikmatan sensasi, makan, dan stimulasi seksual.
Sehingga sering muncul dorongan kuat menggunakan NAPZA untuk memperoleh
kenikmatan lahir dan batin atau euphoria (Martono &Joewana, 2006).
2. Jenis – jenis NAPZA
Badan Narkotika Nasional membagi NAPZA menjadi 3 jenis, yaitu narkotika,
psikotropika, dan bahan adiktif lainnya, setiap jenis dibagi ke dalam beberapa
kelompok.
a) Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun bukan sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran dan hilangnya rasa. Zat ini dapat mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika
memiliki daya adiksi (ketagihan) yang sangat berat. Narkotika juga memiliki
daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual (kebiasaan) yang sangat tinggi.

Berdasarkan Undang-Undang No.35 Tahun 2009, jenis narkotika dibagi ke


dalam 3 kelompok, yaitu narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III.
1. Narkotika golongan I adalah : narkotika yang paling berbahaya. Daya
adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini tidak boleh digunakan untuk
kepentingan apapun, kecuali untuk penelitian atau ilmu pengetahuan.
Contohnya ganja, heroin, kokain, morfin, opium, dan lain-lain.
2. Narkotika golongan II adalah : narkotika yang memiliki daya adiktif kuat,
tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah
petidin dan turunannya, benzetidin, betametadol, dan lain-lain.
3. Narkotika golongan III adalah : narkotika yang memiliki daya adiktif
ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya
adalah kodein dan turunannya.

b) Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun
sintetis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal
dan perilaku. Psikotropika adalah obat yang digunakan oleh dokter untuk
mengobati gangguan jiwa (psyche) Berdasarkan Undang-Undang No.5 tahun
1997, psikotropika dapat dikelompokkan ke dalam 4 golongan, yaitu :
1. Golongan I adalah : psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat,
belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang diteliti
khasiatnya. Contohnya adalah MDMA, ekstasi, LSD, dan STP.
2. Golongan II adalah : psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah amfetamin,
metamfetamin, metakualon, dan sebagainya.
3. Golongan III adalah : psikotropika dengan daya adiksi sedang serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah lumibal,
buprenorsina, fleenitrazepam, dan sebagainya.
4. Golongan IV adalah : psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah nitrazepam
(BK, mogadon, dumolid), diazepam, dan lain-lain.

c) Bahan Adiktif Lainnya


Golongan adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika
yang dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya :
1. Rokok
2. Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan
menimbulkan ketagihan.
3. Thinner dan zat-zat lain, seperti lem kayu, penghapus cair, aseton, cat,
bensin, yang bila dihisap, dihirup, dan dicium, dapat memabukkan.

Jadi, alkohol, rokok, serta zat-zat lain yang memabukkan dan


menimbulkan ketagihan tergolong NAPZA (BNN, 2017).

3. Definisi Penyalahgunaan NAPZA


Penyalahgunaan NAPZA merupakan penggunaan NAPZA yang bersifat
patologis, paling sedikit telah berlangsung satu bulan lamanya sehingga
menimbulkan gangguan dalam pekerjaan dan fungsi sosial. NAPZA banyak
dipakai untuk kepentingan pengobatan, misalnya menenangkan klien atau
mengurangi rasa sakit. Tetapi karena efeknya dapat menenangkan pemakai maka
NAPZA kemudian di salah gunakan, yaitu bukan untuk pengobatan tetapi untuk
mendapatkan rasa nikmat. Penyalahgunaan NAPZA secara tetap ini menyebabkan
pengguna ketergantungan pada obat tersebut sehingga menyebabkan kerusakan
fisik ( Sumiati, 2009).

Pengertian dari penyalahgunaan atau dalam istilah asing abuse adalah


penggunaan NAPZA diluar tujuan pengobatan dan tanpa pengawasan dokter
(Hafidz, 2007). Pengertian lain yaitu bahwa penyalahgunaan adalah penggunaan
salah satu atau beberapa jenis NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi
medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan
fungsi sosial NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif).

4. Tahap Pemakaian NAPZA

Ada beberapa tahapan pemakaian NAPZA yaitu sebagai berikut :

a. Tahap pemakaian coba-coba (eksperimental)


Karena pengaruh kelompok sebaya sangat besar, remaja ingin tahu atau coba-
coba. Biasanya mencoba mengisap rokok, ganja, atau minum-minuman
beralkohol. Jarang yang langsung mencoba memakai putaw atau minum pil
ekstasi.
b. Tahap pemakaian sosial
Tahap pemakaian NAPZA untuk pergaulan (saat berkumpul atau pada acara
tertentu), ingin diakui/diterima kelompoknya. Mula-mula NAPZA diperoleh
secara gratis atau dibeli dengan murah. Seseorang belum secara aktif mencari
NAPZA
c. Tahap pemakaian situasional
Tahap pemakaian karena situasi tertentu, misalnya kesepian atau stres.
Pemakaian NAPZA sebagai cara mengatasi masalah. Pada tahap ini pemakai
berusaha memperoleh NAPZA secara aktif.
d. Tahap habituasi (kebiasaan)
Tahap ini untuk yang telah mencapai tahap pemakaian teratur (sering), disebut
juga penyalahgunaan NAPZA, terjadi perubahan pada faal tubuh dan gaya
hidup. Teman lama berganti dengan teman pecandu. Seseorang menjadi
sensitif, mudah tersinggung, pemarah, dan sulit tidur atau berkonsentrasi,
sebab narkoba mulai menjadi bagian dari kehidupannya. Minat dan cita-
citanya semula hilang. Orang tersebut sering membolos dan prestasi
sekolahnya menurun. Orang tersebut lebih suka menyendiri daripada
berkumpul bersama keluarga.
e. Tahap ketergantungan
Pada tahap ini seseorang berusaha agar selalu memperoleh NAPZA dengan
berbagai cara. Berbohong, menipu, atau mencuri menjadi kebiasaannya.
Orang tersebut sudah tidak dapat mengendalikan penggunaannya. NAPZA
telah menjadi pusat kehidupannya. Hubungan dengan keluarga dan teman-
teman rusak. Pada ketergantungan, tubuh memerlukan sejumlah takaran zat
yang dipakai, agar dapat berfungsi normal. Selama pasokan NAPZA cukup,
orang tersebut tampak sehat, meskipun sebenarnya sakit. Akan tetapi, jika
pemakaiannya dikurangi atau dihentikan, timbul gejala sakit. Hal ini disebut
gejala putus zat (sakaw). Gejalanya bergantung pada jenis zat yang
digunakan, pengguna mencoba mencampur berbagai jenis NAPZA agar dapat
merasakan pengaruh zat yang diinginkan, dengan risiko meningkatnya
kerusakan organ-organ tubuh.

Gejala lain ketergantungan adalah toleransi, suatu keadaan di mana jumlah


NAPZA yang dikonsumsi tidak lagi cukup untuk menghasilkan pengaruh
yang sama seperti yang dialami sebelumnya. Oleh karena itu, jumlah yang
diperlukan meningkat. Jika jumlah NAPZA yang dipakai berlebihan
(overdosis) akan menyebabkan terjadinya kematian (Harlina, 2008)
Menurut Pasal 1 UU RI No.35 Tahun 2009 Ketergantungan adalah kondisi
yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan Narkotika secara terus-
menerus dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama
dan apabila penggunaannya dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-tiba,
menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas. Ketergantungan terhadap
NAPZA dibagi menjadi 2, yaitu (Sumiati, 2009):
1. Ketergantungan fisik adalah keadaan bila seseorang mengurangi atau
menghentikan penggunaan NAPZA tertentu yang biasa di gunakan,
seseorang akan mengalami gejala putus zat. Selain ditandai dengan gejala
putus zat, ketergantungan fisik juga dapat ditandai dengan adanya
toleransi.
2. Ketergantungan psikologis adalah suatu keadaan bila berhenti
menggunakan NAPZA tertentu, seseorang akan mengalami kerinduan
yang sangat kuat untuk menggunakan NAPZA tersebut walaupun
seseorang tidak mengalami gejala fisik.
5. Dampak Penggunaan NAPZA
Dampak penyalahgunaan narkoba adalah efek yang timbul sebagai akibat dari
menggunakan narkoba dan ini akan dirasakan tidak hanya oleh seorang saja tapi
berdampak pula pada kelompok/masyarakat.
a. Dampak langsung pemakaian Budiyanto (1989) dalam Simangunsong (2015),
dampak langsung dari pemakaian narkoba berdasarkan efek yang ditimbulkan
dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1. Depresan, yaitu menekan sistem syaraf pusat dan mengurangi aktifitas
fungsional tubuh sehingga pemakai merasa tenang, bahkan bisa membuat
pemakai tidur dan tak sadarkan diri. Bila kelebihan dosis bisa
menyebabkan kematian. Contoh; opium, morfin, heroin.
2. Stimulan, yaitu merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan
serta kesadaran. Contoh: ekstasi, sabu, kokain.
3. Halusinogen, efeknya utamanya adalah mengubah daya persepsi atau
mengakibatkan halusinasi. Contoh: ganja dan asam lisergad (LSD).
b. Dampak negatif narkoba secara luas
Martono dan Joewana (2006) menjelaskan bahwa dampak negatif
penyalahgunaan NAPZA, yaitu :
1. Bagi diri sendiri
Penyalahgunaan NAPZA dapat mengakibatkan terganggunya fungsi otak dan
perkembangan moral pemakainya, intoksikasi (keracunan), overdosis (OD)
yang menyebabkan kematian karena terhentinya pernapasan dan perdarahan
otak, relaps (kekambuhan), gangguan perilaku (mental sosial), gangguan
kesehatan, menurunnya nilai-nilai, dan masalah ekonomi serta hukum.
2. Bagi keluarga
Penyalahgunaan NAPZA dapat mengakibatkan ketidakharmonisan dalam
suatu keluarga, dimana orang tua akan merasa malu karena memiliki keluarga
seorang pecandu, merasa bersalah dan berusaha menutupi perbuatan yang
dilakukan oleh anggota keluarga. Selain itu, stres keluarga akan meningkat
sehingga menimbulkan perasaan putus asa yang disebabkan karena
pengeluaran yang meningkat akibat pemakaian narkoba atau melihat anggota
keluarga berulangkali dirawat atau bahkan menjadi penghuni rumah tahanan
maupun lembaga pemasyarakatan.
3. Bagi sekolah atau pendidikan
Narkoba akan merusak disiplin dan motivasi yang sangat tinggi untuk proses
belajar. Penyalahgunaan NAPZA berhubungan dengan kejahatan dan perilaku
asosial lain yang mengganggu suasana tertib dan aman di sekolah, rusaknya
fasilitas sekolah dan meningkatnya agresivitas siswa.
4. Bagi masyarakat, bangsa dan negara
Penyalahgunaan NAPZA memungkinkan terciptanya hubungan pengedar
narkoba dengan korbannya sehingga terbentuk pasar gelap perdagangan
NAPZA yang sangat sulit diputus mata rantainya. Masyarakat yang rawan
terkena narkoba seperti remaja tidak memiliki daya tahan yang kuat untuk
mengendalikan diri menjadi ancamaan bagi pembangunan sumber daya
manusia suatu bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, D., Chandra, F., Novitasari, D., Widjaja, L., & Kurniawan, L. (2009).
Tingkat Penyalahgunaan Obat dan Faktor Risiko di kalangan Siswa Sekolah
Menengah Umum. Majalah Kedokteran Indonesia , 59.
Ali dan Asrori. 2004. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Direktorat Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular 2017. Hidup Sehat Tanpa Rokok
Harlina, L., Joewana, S. (2008). Belajar Hidup Bertanggung Jawab, Menangkal
Narkoba dan Kekerasan. Jakarta : Balai Pustaka
Hurlock, E.B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Alih bahasa: Istiwidayati & Soedjarwo. Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga.
Hurlock, E.B (2002). Psikologi Perkembangan. 5th edition. Erlanga: Jakarta.
Martono, L., & Joewana, S. (2006). Modul Latihan Pemulihan Pecandu Narkoba
Berbasis Masyarakat. Jakarta: Balai Pustaka.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2003. Psikologi Remaja. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Simangunsong, J. (2015). Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja: Studi
Kasus Badan Narkotika Nasional Kota Tanjungpinang. E-Jurnal
Sumiati, dkk. 2009. Kesehatan Jiwa Remaja & Konseling. Jakarta: Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai