Anda di halaman 1dari 19

SATUAN ACARA PENYULUHAN

BAHAYA MEROKOK PADA REMAJA


DI PUSKESMAS TANAH KALI KEDINDING SURABAYA

Disusun oleh :
Ni NyomanTrioka R. 011813243055
Shindy Ayu W. 011813243056
Robiatul Isnaeni R. 011813213004

PRAKTIK KLINIK PROFESI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
Satuan Acara Penyuluhan

 Pokok Bahasan : Bahaya Merokok


 Sasaran : remaja yang hadir dalam Posyandu Remaja Puskesmas Tanah
Kali Kedinding
 Hari, tanggal : Sabtu,9 Maret 2019
 Waktu : 30 menit
 Tempat : Posyandu Remaja Puskesmas Tanah Kali Kedinding
 Tujuan
Tujuan Instruksional Umum :
Setelah mendapatkan penyuluhan, peserta diharapkan mengetahui tentang
bahaya merokok dan dampak dari merokok dan menghindari perilaku merokok
Tujuan Instruksional Khusus :
Setelah mendapatkan penyuluhan peserta penyuluhan :
1. Menjelaskan tentang pengertian merokok
2. Menjelaskan kategori perokok
3. Menjelaskan bahan kandungan dalam rokok
4. Menjelaskan faktor resiko remaja merokok
5. Menjelaskan bahaya merokok bagi remaja
6. Menjelaskan penatalaksanaan remaja perokok
 Media dan Metode
1. Slide Power Point
2. LCD Proyektor
3. Laptop
4. Pointer
Metode yang digunakan:
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
 Materi :
1. Pengertian merokok
2. Kategori perokok
3. Kandungan bahan dalam rokok
4. Faktor resiko remaja perokok
5. Bahaya merokok
6. Penatalaksanaan remaja perokok
 Kegiatan penyuluhan

No. Pelaksanaan Kegiatan sasaran Waktu Media


1. Pembukaan  Menjawab salam 5 menit Media: Leaflet
a. Memberikan salam  Mendengarkan dan Alat:
dan memperkenalkan memerhatikan Microphone
diri dengan seksama Speaker
b. Menjelaskan tujuan  Menyetujui
penyuluhan kontrak waktu
c. Melakukan kontrak  Menjawab
waktu pertanyaan
d. Melakukan
brainstorming kepada
peserta tentang “ Apa
yang diketahui
mengenai bahaya
merokok?”
2. Pelaksanaan  Mendengarkan dan Media: Leaflet,
a. Menjelaskan tentang memerhatikan power point,
pengertian merokok dengan seksama
b. Menjelaskan fakta LCD, Proyektor
 Menanggapi
Alat:
rokok di Indonesia penjelasan yang
c. Menjelaskan zat-zat disampaikan Microphone
yang ada pada rokok 15 menit Speaker
d. Menjelaskan dampak
dari rokok
e. Menjelaskan manfaat
dari berhenti merokok
f. Menjelaskan cara
berhenti merokok
3. Penutup: Media: Leaflet
a. Memberikan tanya Alat:
jawab kepada peserta Microphone
seputar materi yang Speaker
telah diberikan
b. Menanyakan kepada
10 menit
peserta seputar materi
yang telah diberikan
c. Memberikan
kesimpulan
d. Menutup acara
berserta terima kasih

Pengorganisasian :
Pembawa acara : Ni Nyoman Trioka R
Pembicara 1 : Shindy Ayu Widyaswara
Fasilitator & Observer : Robiatul Isnaeni R.
Kriteria Evaluasi
Evaluasi struktur :
- Kesiapan materi
- Kesiapan SAP
- Kesiapan media
- Kesiapan daftar hadir peserta penyuluhan
- Peserta hadir di tempat penyuluhan
- Tempat penyuluhan dilaksanakan di Posyandu Remaja Puskesmas Tanah Kali
Kedinding
- Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
Evaluasi proses :
- Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan
- Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
- Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
Evaluasi hasil :
- Peserta dapat menjelaskan terkait Bahaya Merokok dengan memberikan 3
pertanyaan :
1. Apa saja kandungan yang ada pada rokok?
2. Apa saja dampak dari merokok?
3. Bagaimana cara untuk dapat berhenti dari merokok?
Kunci jawaban
1. Kandungan Utama:Nikotin
Kandungan lain: Karbon monoksida, Tar, Benzene, arsenik, dan lain-lain
2. Dampak dari Merokok:
a. Radang Saluran Pernafasan dan Asma
b. Peyakit Jantung
c. Stroke
d. Kanker seperti kanker mulut, kanker hati, kanker paru-paru
e. Impotensi
f. Tukak Lambung dan Usus
g. Gangguan pada Kehamilan dan Janin
3. Cara untuk Dapat Berhenti Merokok
a. Kumpulkan niat dan tekad untuk berhenti merokok
b. Metode Berhenti Merokok
 Berhenti seketika
 Penundaan
 Pengurangan
c. Menyibukkan diri dan beraktivitas
d. Minum banyak air putih
e. Tingkatkan istirahat
f. Hindari baju atau sprei yang berbau rokok
g. Ganti rokok dengan memakan permen atau lainnya
h. Minta dukungan orang-orang terdekat
LAMPIRAN MATERI

BAHAYA MEROKOK PADA REMAJA


Remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 -19 tahun tanpa memandang jenis
kelamin (Astuti,2010) . Angka kejadian merokok pada remaja-remaja di Amerika Serikat
pada tahun 2000 melebihi 25% dari angka kejadian merokok pada orang dewasa, dan
dikatakan terdapat peningkatan sekitar 50% dari tahun 1988. Menurut Kemenkes RI (2015)
hampir 80% perokok mulai merokok ketika usia belum mencapai 19 tahun serta
diperkirakan sekitar 3000 remaja mulai merokok setiap hari. Angka kejadian merokok pada
remaja lebih tinggi di pedesaan dari pada di perkotaan. Variasi etnis dan budaya dalam hal
merokok mencerminkan interaksi yang majemuk antara pendapatan, harga rokok, budaya,
stress, keturunan, umur, jenis reklame dan reklame rokok. Sebuah penelitian di Amerika
Serikat mendapatkan bahwa pada semua etnis, kecuali orang Amerika keturunan Afrika,
angka kejadian merokok pada remaja lebih tinggi dari pada angka kejadian merokok pada
orang dewasa. Remaja wanita perokok jumlahnya lebih kecil dari jumlah laki-laki perokok
kecuali pada etnis kulit putih (Soetjiningsih, 2007)
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, trend usia merokok meningkat pada usia
remaja yaitu pada kelompok usia 15 – 19 tahun sebanyak 55,4% , jika dibandingkan hasil
Riskesdas tahun 2010 hanya tercatat sebanyak 43,3% (Kemenkes RI,2015). Peningkatan
jumlah perokok aktif pada remaja disebabkan oleh sifat remaja yang lebih cenderung
mengambil risiko, adanya kekuatan “peer pressure”, rasa ingin tahu yang lebih tinggi, serta
pengaruh lingkungan keluarga. Menurut laporan Global Youth Tobacco Survey (GYTS) pada
tahun 2014 menyatakan bahwa sebagian besar remaja mulai mencoba merokok pada usia 12
-13 tahun (43,2%) dan sebanyak 11.4% mulai merokok pada usia 14 – 15 tahun, namun
keinginan mencoba rokok juga dilakukan pada usia sangat dini sebanyak 8,9% saat usia  7
tahun (Kemenkes RI,2019). Selain itu, GYTS juga melaporkan bahwa sebanyak 19,4%
remaja menjadi perokok aktif selama 30 hari terakhir dengan komposisi 35,5 % pada remaja
laki – laki dan 3,4% pada remaja perempuan, sedangkan dari total remaja yang disurvei
ditemukan 2,1% diantaranya pengguna rokok elektrik. Hal ini menjadi suatu keprihatianan
pada remaja di Indonesia sebab kegiatan merokok yang dilakukan pada usia dini akan
mempengaruhi derajat kesehatan remaja terutama kesehatan reproduksi, sehingga akan
mempengaruhi kualitas generasi yang akan datang.
Masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa.
Menurut Soetjiningsih (2010), remaja digolongkan dalam rentang usia antara 11-20 tahun,
yang terbagi menjadi tiga tahapan perkembangan sebagai berikut:
a. Masa remaja awal/dini (early adolescence) umur 11-13 tahun
b. Masa remaja pertengahan (middle adolescence) umur 14-16 tahun
c. Masa remaja lanjut (late adolescence) umur 17-20 tahun
Ada beberapa masalah yang dapat terjadi selama tumbuh kembang remaja, salah
satunya adalah merokok. Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat memberikan
kenikmatan bagi pelakunya, namun disisi lain memberikan dampak yang membahayakan
baik bagi si pelaku maupun orang-orang disekitarnya.

1. Definisi Rokok
Rokok dibagi menjadi 2 yakni rokok konvensional dan rokok elektrik
a. Rokok Konvensional adalah salah satu zat adiktif hasil olahan tembakau yang
terbungkus cerutu atau bahan lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana
Tabacum. Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung
nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. (Hans, 2003)
b. Rokok Elektrik (e-ciggarete) adalah suatu perangkat dengan tenaga baterai yang
menyediakan dosis nikotin hirup dengan memberikan efek sama seperti merokok
konvensional. Varian rokok elektrik sangat beragam mulai dari e-cig, e-cigarette,vape
atau vaporizer, sisha elektrik dan mods. Umumnya, rokok elektrik terdiri dari 4
komponen berbeda seperti catridge atau penyimpanan yang menampung cairan
(liquid), atomizer atau elemen pemanas, baterai serta maouthpiece atau corong hirup
yang digunakan untuk menghirup asap yang dihasilkan dari pembakaran dan
pemanasan dari komponen tersebut (Adrian,2017)

2. Kategori perokok
a. Perokok Aktif
Perokok aktif adalah orang yang merokok (menghisap rokok secara langsung) (Hasan
Alwi, 2003). Berdasarkan jumlah konsumsi rokok, perokok aktif dapat dibedakan
menjadi 3 jenis.
- Perokok aktif ringan
Perokok aktif ringan yaitu perokok yang merokok kurang dari 10 batang perhari

- Perokok aktif sedang


Perokok aktif sedang yaitu perokok yang merokok antara 10 batang sampai dua
puluh batang perhari
- Perokok aktif berat
Perokok aktif berat yaitu perokok yang merokok lebih dari dua puluh batang
perhari
b. Perokok Pasif
Perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang yang tidak merokok
secara langsung. Asap tersebut bisa menjadi polutan bagi manusia dan lingkungan
sekitar. Asap rokok yang dihirup oleh perokok pasif menjadi lebih berbahaya apabila
tercampur oleh udara sekitar.

3. Bahan kimia yang terkandung didalam rokok


Kandungan pada rokok konvensional antara lain sebagai berikut :
a. Tar
Tar adalah zat berwarna coklat berisi berbagai jenis hindrokarbon aromatic polisiklik,
amin aromatic, dan N-nitrosamine. Tar yang dihasilkan asap rokok akan
menimbulkan iritasi pada saluran nafas, menyebabkan bronchitis, kanker nasofaring,
dan kanker paru. Kategori rokok berdasarkan TAR : rokok super ringan (1-6
mg/bungkus), rokok menengah (> 6 s/d <15 mg/ bungkus) dan rokok berat (> 15 mg/
bungkus) (Anonim,2016).
b. Nikotin
Nikotin adalah bahan alkaloid toksik yang merupakan senyawa amin tersier, bersifat
basa lemah dengan pH 8.0. nikotin dapat meracuni syaraf tubuh, maningkatkan
tekanan darah, menyebabkan penyempitan pembuluh darah serta menyebabkan
ketergantungan bagi penggunanya. Selain itu nikotin bersifat karsinogen sehingga
dapat menyebabkan kanker terutama kanker paru-paru. Kandungan nikotin dalam
rokok kisaran antara 1,23 -3,82 mg perbatang rokok (Taghavi,dkk,2012 dalam Putri ,
2018)
c. Karbonmonoksida (CO)
Karbonmonoksida (CO) adalah gas beracun yang mempunyai afinitas kuat terhadap
hemoglobin pada sel darah merah, ikatan CO dengan hemoglobin akan membuat
hemoglobin tidak bisa melepaskan ikatan CO dan sebagai akibatnya fungsi
hemoglobin sebagai pengangkut oksigen berkurang, sehingga membentuk karboksi
hemoglobin yang apabila mencapai suatu tingkatan tertentu dapat menyebabkan
kematian. Gas karbon monoksida yang dihasilkan sebatang rokok dapat mencapai 3-
6%, sedangakan CO yang dihisap perokok paling rendag sejumlah 400 ppm ( parts
per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksihemoglobin dalam darah
sejumlah 2-16% (Sitepoe,2000)
d. Timah hitam
Timah hitam yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug. Sebungkus rokok
(isi 20 batang) yang habis diisap dalam satu hari akan menghasilkan 10 ug.
Sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20
ug per hari. Bisa dibayangkan, bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2
bungkus rokok per hari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh
Selain itu sebuah artikel menyebutkan bahwa rokok terbuat dari bebrapa bahan
berbahaya sebagai berikut:
- Nikotin, mempunyai efek candu meskipun membuat perokok merasa rileks,
namun mengandung efek ketagihan selain itu dapat merusak jaringan otak,
mengeraskan dinding arteri dan menyebabkan darah cepat membeku.
- Tar, mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, dan 60 bahan kimia di antaranya
bersifat karsinogenik yang memicu bertumbuhnya sel kanker.
- Arsenik, bahan yang digunakan untuk racun tikus.
- Asetilena, senyawa kimia tak jenuh yang juga merupakan hidrokarbon alkuna.
- Sianida, senyawa kimia dari kelompok cyano.
- Benzene, senyawa kimia organik yang mudah terbakar
- Cadmium, sebuah logam beracun radioaktif.
- Metanol, jenis alkohol sederhana (metil alkohol).
- Formaldehida, cairan yang digunakan untuk mengawetkan mayat.
- Amonia, sangat beracun dalam kombinasi dengan unsur-unsur tertentu.
- Karbon monoksida, bahan kimia beracun yang ditemukan dalam asap
kendaraan, yang mempunyai efek mengikat oksigen dalam tubuh sehingga
berakibat memicu terjadinya penyakit jantung
- Hidrogen sianida, zat pembuat plastik dan pestisida, zat ini digunakan juga
sebagai fumigan untuk bahan membunuh semut.

Kandungan pada rokok elektrik terdiri dari


a. Nikotin. Kebanyakan rokok elektrik mengandung nikotin kimiawi yang bersifat
adiktif. Dampak panjang penggunaan nikotin yakni kecanduan yang dapat mengakibat
seseorang menjadi lebih emosional atau bahkan depresi, panyakit jantung, berbahaya
bagi janin dan perkembangan otak anak – anak, serta bisa mempengaruhi ingatan
serta daya fokus seseorang. Kadar nikotin dalam cairan rokok elektrik biasanya
sekitar 12 mg/ml atau 2,4% setiap tetesnya. Namun saat ini terdapat varian kadar
nikotin sendiri dalam cairan rokok elektrik di pasaran, sebagai berikut :
1) Kandungan nikotin 0 mg, biasanya dipilih oleh orang yang sudah tidak merokok.
Tapi ingat, walaupun berlabel 0 mg nikotin namun belum tentu benar-benar tidak
terdapat nikotin dalam cairan rokok elektrik tersebut. Jangan dibohongi oleh
label.
2) Kandungan nikotin 8 mg, biasanya dipilih oleh perokok ringan yang biasa
merokok kurang dari satu bungkus seminggu. Namun, walau bagaimanapun
nikotin bisa membuat Anda kecanduan, sehingga lama-kelamaan Anda akan
meningkatkan dosis nikotin Anda.
3) Kandungan nikotin 16 mg, biasanya bisa dinikmati oleh perokok sedang. Kadar
nikotin dalam cairan rokok elektrik ini hampir sebanding dengan kadar nikotin
dalam rokok biasa. Jadi, merokok elektrik dengan dosis ini sama saja dengan
Anda merokok biasa. Bukannya Anda bisa berlatih untuk mengurangi rokok, tapi
bisa jadi sebaliknya.
4) Kandungan nikotin 24 mg, biasanya bisa dinikmati oleh perokok berat yang
terbiasa merokok sekitar satu bungkus per hari. Kadar nikotin ini sangat kuat
sehingga bisa menyebabkan masalah kesehatan pada Anda.
5) Kandungan nikotin 36 mg, ini merupakan kadar nikotin yang sudah sangat tinggi.
Dengan kadar nikotin 24 mg saja sudah bisa menyebabkan masalah kesehatan,
apalagi jika Anda memilih cairan rokok elektrik dengan kadar ini. Jika niat Anda
menggunakan rokok elektrik adalah untuk berhenti merokok, mungkin pemilihan
kadar nikotin tinggi ini tidak cocok untuk Anda. Bisa saja hal ini malah
menyebabkan Anda semakin kecanduan terhadap nikotin.
Walaupun demikian hampir semua rokok elektrik mengandung nikotin, meskipun
beberapa produk rokok elektrik mengklaim bahwa dirinya bebas dari nikotin tetapi
masih memiliki kandungan nikotin dengan kadar rendah. Hal ini disebutkan oleh
penelitian Food and Drug Administrator (FDA) pada tahun 2009 dan 2014 bahwa
catridge yang berlabel bebas nikotin dan cairan isi ulang vape ditemukan jumlah
nikotin yang tidak sesuai dengan kadar yang tercantum dalam kemasan.
(Veratamala,2017).
b. Propilen glikol dan gliserol. Komponen utama cairan rokok elektrik selain nikotin
yang terdapat di beberapa produk ini bisa membusuk saat dipanaskan dan berubah
menjadi senyawa beracun seperti formaldehida yaitu bahan kimia yang sering
digunakan dalam bahan bangunan dan dapat menyebabkan kanker. Kandungan
Propilen glikol pada cairan liquid rokok elektrik sebanyak 73% dan gliserol sebanyak
3,9%
c. Diacetyl. Zat ini dikaitkan dengan penyakit paru – paru langka yang disebut
bronchiolitis obliterans. Kondisi yang menyebabkan kerusakan ermanen pada
bronkiolus (saluran udara terkecil di paru – paru)

4. Faktor resiko bagi remaja untuk merokok


Seperti penggunaan zat-zat lainnya, terdapat beberapa faktor resiko bagi remaja sehingga
mereka menjadi perokok aktif. Menurut Soetjiningsih (2010), faktor faktor tersebut
antara lain sebagai berikut:
1. Faktor Psikologik
- Faktor perkembangan sosial
Terkait dengan perkembangan sosial, aspek perkembangan yang ada pada remaja
antara lain :
(1) Menetapkan kebebasan dan otonomi,
(2) Membentuk identitas diri,
(3) Penyesuaian perubahan psikososial yang berhubungan dengan maturasi fisik.
Merokok menjadi sebuah cara bagi remaja agar mereka tampak bebas dan dewasa
saat mereka menyesuaikan diri dengan teman-teman sebayanya yang merokok.m
Istirahat/santai dan kesenangan, tekanan-tekanan teman sebaya,m penampilan
diri, sifat ingin tahu, stress, kebosanan, ingin kelihatan gagah dan sifat suka
menentang, merupakan hal-hal yang dapat mengkontribusi mualinya merokok
pada anak remaja. Sedangkan faktor lain yang mempengaruhi adalah rasa rendah
diri, hubungan antar perseorangan yang jelek, kurang mampu mengatasi stress,
putus sekolah, sosial ekonomi yang rendah, tingkat pendidikan orangtua yang
rendah, serta tahun-tahun transisi antara sekolah dasar dan sekolah menengah
(usia 16 tahun). Merokok sering dihubungkan dengan remaja yang memiliki nilai
di sekolah yang jelek, aspirasi yang rendah, penggunaan alkohol serta obat-
obatan lainnya, absen sekolah, kemungkinan putus sekolah, rendah diri, suka
melawan, dan pengetahuan tentang bahaya merokok yang rendah
- Faktor psikiatrik
Sementara terkait dengan faktor psikiatrik, studi epidemiologi pada orang dewasa
mendapatkan asosiasi antara merokok dengan gangguan psikiatrik seperti
skizofrenia, depresi, cemas, dan penyalahgunaan zat-zat tertentu. Pada remaja
didapatkan asosiasi antara merokok dengan depresi dan cemas. Gejala depresi
lebih sering terjadi pada remaja perokok dari pada yang bukan perokok. Merokok
berhubungan dengan meningkatnya kejadian depresi mayor dan penyalahgunaan
zat-zat tertentu. Remaja yang memperlihatkan gejala depresi dan cemas
mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk memulai merokok. Remaja dengan
gangguan cemas bisa menggunakan rokok untuk menghilangkan kecemasan yang
mereka alami
2. Faktor Biologik
- Faktor kognitif
Beberapa perokok merasakan adanya efek bermanfaat dari nikotin, yang konon
dapat memperbaiki konsentrasi, sehingga menyebabkan mereka kecanduan
merokok. Sebenarnya pada remaja, efek nikotin dalam meningkatkan penampilan
tidak diketahui. Dengan demikian tidak jelas apakah nikotin memegang peranan
penting dalam memulai atau mempertahankan merokok pada remaja
- Faktor jenis kelamin
Belakangan, merokok meningkat pada remaja perempuan. Wanita merokok
dilaporkan menjadi percaya diri, suka menentang dan secara sosial cakap.
Keadaan ini berbeda dengan laki-laki perokok yang secara sosial tidak aman
- Faktor etnik
Etnik atau suku tertentu, angka kejadian merokok tinggi. Sementara etnik
lainnya, angka kejadiannya lebih rendah. Hal ini menyebabkan dorongan
merokok pada remaja juga berbeda. Di Amerika, angka kejadian merokok
tertinggi ada pada orang-orang kulit putih dan penduduk asli, sementara kejadian
terendah adalah pada orang-orang keturunan Afrika dan Asia. Di Indonesia, Suku
Jawa memiliki kebiasaan merokok lebih kuat daripada suku Madura

3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang memiliki kontribusi terhadap kebiasaan merokok pada
remaja adalah orangtua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok.
Reklame rokok yang gencar serta artis idola yang merokok juga memiliki dampak
pada keinginan merokok pada remaja. Orangtua memegang peranan terpenting. Dari
remaja yang merokok, didapatkan 75% salah satu atau kedua orangtuanya merokok.
(Soetjiningsih, 2010).

5. Bahaya merokok pada remaja


Dalam satu batang rokok mengandung sekitar 7.000 zat kimia, 200 jenis
diantaranya bersifat karsinogenik, yaitu zat yang merusak gen dalam tubuh sehingga
memicu terjadinya kanker, seperti kanker paru, emfisema, dan bronkitis kronik. Atau
juga kanker lain, seperti kanker nasofarings, mulut, esofagus, pankreas, ginjal, kandung
kemih, dan rahim. Aterosklerosis atau pangerasan pembuluh darah bisa menyebabkan
penyakit jantung, hipertensi, risiko stroke, menopause dini, osteoporosis, kemandulan,
dan impotensi. Racun rokok terbesar dihasilkan oleh asap yang mengepul dari ujung
rokok yang sedang tak dihisap. Sebab asap yang dihasilkan berasal dari pembakaran
tembakau yang tidak sempurna. Asap rokok mengandung sejumlah zat yang berbahaya
seperti benzen, nikotin, nitrosamin, senyawa amin, aromatik, naftalen, ammonia, oksidan
sianida, karbon monoksida benzapirin, dan lain-lain. Partikel ini akan mengendap di
saluran napas dan sangat berbahaya bagi tubuh. Endapan asap rokok juga mudah melekat
di benda- benda di ruangan dan bisa bertahan sampai lebih dari 3 tahun, dengan tetap
berbahaya.
Merokok saat remaja membuatnya berisiko kena masalah kesehatan yang serius
karena masih berada pada usia pertumbuhan. Rokok ini tidak hanya menyebabkan
masalah kesehatan pada tingkat fisik namun juga emosionalnya.Para ahli
mengungkapkan risiko kesehatan merokok pada remaja jauh lebih buruk dibanding
dengan orang dewasa yang merokok. Berikut ini beberapa masalah yang bisa muncul
jika remaja merokok yang bisa terlihat dari penampilannya :
- Mengganggu performa di sekolah. Remaja yang merokok akan mengalami penurunan
dalam nilai olahraganya karena tidak bisa berjalan jauh atau berlari cepat seperti
sebelum merokok.Jika ikut ekstrakulikuler musik akan membuatnya tidak maksimal
saat main musik, serta menurunkan kemampuan memori otaknya dalam belajar yang
bisa mempengaruhi nilai-nilai pelajarannya.
- Perkembangan paru-paru terganggu. Tubuh berkembang pada tahap pertumbuhannya,
dan jika seseorang merokok pada periode ini bisa mengganggu perkembangan paru-
parunya.Terlebih jika remaja merokok setiap hari maka bisa membuatnya sesak
napas, serta batuk yang terus menerus, dahak berlebihan dan lebih mudah terkena
pilek berkali-kali.
- Lebih sulit sembuh saat sakit. Ketika remaja sakit maka mereka akan lebih sulit
baginya untuk bisa kembali sehat seperti semula karena rokok mempengaruhi sistem
imun di dalam tubuh. Rokok ini juga memicu masalah jantung di usia muda serta
mengurangi kekuatan tulang.
- Kecanduan. Remaja yang merokok cenderung jauh lebih mungkin menjadi kecanduan
terhadap nikotin yang membuatnya lebih sulit untuk berhenti.Saat ia memutuskan
untuk berhenti merokok, mka gejala penarikan seperti depresi, insomnia, mudah
marah dan masalah mentalnya bisa berdampak negatif pada kinerja sekolah serta
perilakunya.
- Terlihat lebih tua dari usianya. Orang yang mulai merokok di usia muda akan
mengalami proses penuaan lebih cepat, ia akan memiliki garis-garis di wajah serya
kulit lebih kering sehingga penampilannya akan lebih tua dibanding usianya.Selain
itu rokok juga membuat remaja memiliki jerawat atau masalah kulit lainnya, serta
gigi yang kuning.

6. Penatalaksanaan Remaja Perokok


Program penghentian merokok pada remaja kurang berhasil. Beberapa tipe intervensi
pengobatan melalui beberapa studi telah disebarkan untuk remaja.
- Riwayat remaja perokok
Keberhasilan pengobatan pada remaja dengan riwayat merokok sangat bergantung
pada penyesuaian secara individu dan cara yang tepat yang dapat meningkatkan
motivasi. Pada remaja sekali penghentian merokok dimulai, sedikit diketahui alasan
untuk kembali merokok. Pada sebuah studi kohort (n : 321) remaja usia 18 tahun,
alasan untuk meninggalkan rokok antara lain masalah harga (52%), kesehatan (52%),
kebugaran (27%), penampilan yang jelek/tidak bisa diterima (16%), tekanan sosial
(11%), meninggalkan kebiasaan (10%), dan tanpa alasan (5%).
- Intervensi psikososial
Keberhasilan penghentian merokok dapat dihindari oleh faktor-faktor sosial seperti
adanya perokok lain dalam r umah tangga. Tingkah laku remaja mengikuti pola yang
kompleks dari teman sebaya, pemimpin gang atau kelompok, orang tua dan model-
model lain yang berperan.
- Pendekatan Farmakologi
Terapi pengganti nikotin seeperti permen karet telah menghasilkan penurunan
kejadian 9-44% pada remaja perokok. Bagi yang merokok 10 atau lebih perhari, terapi
pengganti nikotin sistemik yang disediakan dengan temple, permen, semprot atau
inhaler bisa bermanfaat. Bupropion, clonidin, dan nortriptilin adalah terapi tambahan.
- Pendekatan Kombinasi
Kombinasi intervensi biopsikososial dan farmakoterapi yang telah sukses pada
dewasa dapat efektid digunakan pada remaja. Dukungan perilaku mempunyai efikasi
sekitar 2 kali farmakoterapi pada dewasa.
- Youth Tailored Approach
Sedikit data tersedia untuk membuat design intervensi tentang bahaya merokok pada
remaja. Akan tetapi dengan menonjolkan pengaruh sosial dari merokok dalam
kehidupan dan penampilannya sebagai remaja, dapat memperbaiki efikasi program
pengobatan. Intervensi penghentian merokok berdasarkan computer (computer based)
akhir-akhir ini dapat memperlihatkan angka kejadian usaha meninggalkan rokok
dalam 24 jam sebesar 30%. (Soetjiningsih, 2010)
- Pendekatan Psikologis
Terdapat beberapa pendekatan secara psikologis dalam pentalaksanaan untuk
menghentikan seseorang untuk merokok antara lain sebagai berikut :
a. Subliminal messages. Subliminal message dibagi menjadi 2 yakni secara visual yaitu
dengan cara memberikan potongan – potongan gambar atau tulisan yang berisi pesan
tertentu yang tidak dapat ditangkap oleh mata orang yang melihatnya karena potongan
tersebut berlalu dalam waktu yang sangat cepat, lebih cepat dari kemampuan mata
menangkap stimulus, sedangkan secara auditori yakni memberikan suara- suara dalam
frekuensi yang berlainan dalam musik yang sedang didengarkan oleh orang yang
bersangkutan. Subliminal message secara auditori hampir jarang dilakukan untuk
membuat sesorang jera untuk merokok. Contoh visual yakni dengan memberikan
gambaran mengenai dampak akan rokok baik berupa tulisan atau gambar yang
disisipkan ditiap produk rokok.
b. Operant conditioning yaitu respons yang timbul dan berkembanya diikuti oleh
perangsang – perangsang tertentu yang kemudian perangsang tersebut mengikuti dan
memperkuat sesuatu tingkah laku tertentu yang telah dilakukan (Skinner, 1938 dalam
Karmanda, 2013). Operant conditioning dalam modifikasi perilaku berhenti merokok
dapat sebagai perilaku yang menguntungkan tau enak, dan nantinya akan diulangi
kembali oleh orang itu kembali. Seseorang dapat berhenti merokok disebabkan karena
diterimanya berbagai keuntungan perilakunya berhenti merokok hanya karena berfikir
bahwa merokok menjadi tidak enak apabila dilakukan didalam ruangan dan seiring
dengan peraturang yang berlaku merokok hanya dapat dilakukan disebuah ruangan
khusus maka subjek merasa bahwa dirinya tidak akan pernah bisa merokok enak lagi
(Wanapuri, 2009).
c. Cognitive behavioral therapy (CBT) adalah suatu bentuk psikoterapi yang menangani
masalah dan meningkatkan kebahagian dengan memodifikasi emosi, perilaku, dan
pikiran (persepsi) seseorang guna merubah perilaku seseorang (NHS,2018). Teknik
yang digunakan untuk berhenti merokok adalah cognitive behavior, dengan
membentuk suatu group therapy cognitive behavior. Terapi ini terdiri dari beberapa
sesi, yang terdiri dari alasan merokok, ketergantungan fisik pada nikotin, dan efikasi
diri untuk berhenti merokok. Mereka mengontrol sendiri perilaku merokok mereka
sendiri dengan mengidentifikasi pemicu merokok, mengembangkan kontrak perilaku
yang telah dibuat dan mempraktikkan stimulus control dan coping strategy untuk
mengatur pencabutan simtom-simtom dan “kerinduan” akan rokok. Sesi selanjutnya
adalah pencegahan untuk kembali merokok, atau bila berhenti merokok tidak tercapai,
maka dibuat tahapan dari awal lagi. Untuk mendukung program group therapy ini,
disediakan konseling via telepon dan 24 jam layanan pager, bila ada suatu keadaan
darurat yang membutuhkan bantuan pemimpin group dalam mengatasi godaan
merokok. (Citra, Risty, Fadhila, 2009)

7. Pencegahan Merokok
Program anti merokok yang dilakukan disekolah terutama memfokuskan pemberian
informasi tentang bahaya merokok bagi kesehatan. Program tersebut berdasarkan asumsi
bahwa jika kaum muda tahu mengapa merokok itu tidak sehat, maka mereka tidak akan
memilih menjadi merokok. Oleh karena itu, efektifnya program tersebut seyogyanya
terus dilaksanakan dan diperkuat dimasa yang akan datang. (Soejiningsih, 2010)

DAFTAR PUSTAKA

Adrian, Kevin. (2017). Apakah Rokok Elektrik Aman?. https://www.alodokter.com/apakah-


rokok-elektrik-aman di akses pada tanggal 29 Oktober 2017
Anonim. (2016). Mengenal Tar Dalam Rokok.
http://sayaseorangperokok.blogspot.com/2016/09/mengenal-tar-dalam-rokok.html
diakses pada tanggal 12 September 2016
Amelia A. (2009). Gambaran Perilaku Merokok pada Laki-laki. Skripsi. Fakultas Psikologi
Universita Sumatera Utara
Citra, Risty, Fadhila. (2009).Cognitve Behavior Untuk Penghentian Perilaku Merokok.Forum
Psikologi UGM Yogyakarta. http://forum.psikologi.ugm.ac.id/index.php?topic=67.0
diakses pada tanggal 30 Maret 2009
Eliasa EI. (2011). Karakter Sebagai Saripati Tumbuh Kembang Anak Usia Dini. Yogyakarta:
Inti Media Yogyakarta.
Fagan. (2006). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Karmanda, Qoni. (2013). Operant Contioning.
http://qonikarmanda.blogspot.com/2013/06/operant-conditioning.html diakses pada
tanggal 9 juni 2013
Kemenkes RI.(2015). INFODATIN : Perilaku Merokok Masyrakat Indonesia Berdasarkan
Riskesdas 2007 dan 2013. Jakarta. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI
Kemenkes RI.(2019). INFODATIN : Situasi Umum Konsumsi Tembakau di
Indonesia.Jakarta. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI
Moolchan ET. 2000. Review of Tobacco Smoking in Adolescent and Treatment Implication :
39:pp 682.
NHS,(2018). Overview : Cognitive Behavirousal Therapy (CBT). Diakses pada tanggal 5
September 2018 https://www.nhs.uk/conditions/cognitive-behavioural-therapy-cbt/
Putri, Aditya W.(2018). Nikotin dan Tar : Mana Yang Berbahaya?.https://tirto.id/nikotin-dan-
tar-mana-yang-berbahaya-cME1 diakses pada tanggal 23 juni 2018
Sitepoe, M.(2000). Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta : PT. Grasindo
Soetjiningsih, 2010. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto
Veratamala, Arinda. (2017). Apakah Vape Mengandung Nikotin Seperti Rokok?.
https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/berhenti-merokok/apakah-vape-mengandung-
nikotin-rokok/ diakses pada tanggal 6 Juni 2017
Wanapuri, padma. (2009). Operant Contioning Untuk Penghentian Perilaku Merokok. Forum
Psikologi UGM Yogyakarta. http://forum.psikologi.ugm.ac.id/index.php?topic=67.0
diakses pada tanggal 30 Maret 2009
DAFTAR HADIR
PENYULUHAN BAHAYA MEROKOK
DI PUSKESMAS TANAH KALI KEDINDING

Tanggal : .................................... Jam : ...................................


NO NAMA ALAMAT TANDA TANGAN
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

DAFTAR HADIR MAHASISWA


PENYULUHAN BAHAYA MEROKOK
DI PUSKESMAS TANAH KALI KEDINDING

Tanggal : ............................... Jam : ...................................


NO NAMA TANDA TANGAN
1.

2.

3.

4.

Anda mungkin juga menyukai