Anda di halaman 1dari 13

PAKET PENYULUHAN

KAWASAN TANPA ROKOK


(KTR)

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)


IRNA IV RSUD DR SAIFUL ANWAR MALANG
2016
LEMBAR PENGESAHAN

PAKET PENYULUHAN KAWASAN TANPA ROKOK (KTR)


RSUD DR SAIFUL ANWAR MALANG
Tanggal 31 Maret 2016

Oleh
Mahasiswa Kelompok 15 A Prodi D III Keperawatan Malang
Poltekkes Kemenkes Malang
1. Ningrum Wahyu Setyowati
2. Mukhtamilatur Rohma
3. Rizki Rahmawati Ningtyas

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi


PAKET PENYULUHAN

Pokok bahasan : Kawasan Tanpa Rokok (KTR)


Sasaran : Pasien, keluarga pasien dan pengunjung
Tempat :Ruang penyuluhan IRNA IV
Hari, tanggal : Kamis, 31 Maret 2016
Alokasi waktu : 30 menit
Penyuluh : Mahasiswa Poltekkes Malang Kelompok 15A

A. LATAR BELAKANG
Kebijakan pengendalian tembakau di Indonesia masih menimbulkan
perdebatan yang panjang, mulai dari hak asasi seorang perokok, fatwa haram
merokok di tempat umum sampai dengan dampak anti rokok terhadap
perekonomian dan tenaga kerja di Indonesia. Padahal hasil kajian di beberapa
negara menunjukkan bahwa kebijakan merupakan cara yang efektif untuk
mengendalikan tembakau atau lebih khusus untuk mengurangi kebiasaan
merokok. Pada tahun 2001, angka kejadian akibat penyakit yang berkaitan
dengan kebiasaan merokok yang dilaporkan di Indonesia adalah 427,948
kematian (22,6%). Riset Kesehatan Dasar menyebutkan bahwa penduduk
berumur di atas 10 tahun yang merokok sebesar 29,2% dan angka tersebut
meningkat sebesar 34,7% pada tahun 2010 untuk kelompok umur di atas 15
tahun. Peningkatan prevalensi perokok tahun 2007 terjadi pada kelompok umur
15-24 tahun, dari 17,3% menjadi 18,6% atau naik hampir 10% dalam kurun
waktu tiga tahun. Peningkatan juga terjadi pada kelompok umur produktif, yaitu
25-34 tahun dari 29,0% pada tahun 2007 menjadi 31,1% pada tahun 2010.
Pemerintah berupaya untuk merumuskan berbagai regulasi dan kebijakan
yang dapat diimplementasikan dalam menanggulangi dampak bahaya rokok
tersebut diantaranya melalui Undang-Undang Kesehatan No. 36/2009.
Berdasarkan berbagai kebijakan tersebut, salah satu kebijakan yang wajib
diimplementasikan oleh seluruh daerah di Indonesia adalah menetapkan
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yang dapat dimulai dari institusi kesehatan,
pendidikan dan tempat-tempat umum lainnya. Hal ini sesuai dengan Undang-
Undang Kesehatan No.36/2009 pasal 115 ayat 2 yang menyatakan bahwa
“Pemerintah daerah wajib menetapkan kawasan tanpa rokok didaerahnya”.
Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk
merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/ atau
mempromosikan produk tembakau. Kawasan Tanpa Rokok yang dimaksud
antara lain fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat
anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, dan tempat umum
serta tempat lain yang ditetapkan2. Institusi yang telah menerapkan Kawasan
Tanpa Rokok umumnya adalah institusi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit,
Dinas Kesehatan, dan puskesmas, institusi pendidikan seperti SD, SLP dan
SLTA, serta beberapa perusahaan swasta seperti Bank, hotel dan plaza.
Disusunnya kebijakan tersebut menunjukkan komitmen kuat Pemerintah Daerah
dalam melindungi masyarakatnya dari bahaya rokok.
Beberapa kajian tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) memberikan bukti
bahwa KTR merupakan salah satu cara yang cukup efektif di dalam
mengendalikan kebiasaan merokok atau mempengaruhi dampak rokok terhadap
kesehatan. Terlaksananya KTR ini juga sangat tergantung dari ketersediaan dana,
sarana dan sumber daya manusia yang kuat dalam mensosialisasikan KTR ini,
disamping di perlukan adanya komitmen, dan peran serta dari masyarakat.
Harapan KTR ini dapat menjadi alternatif yang efektif dalam mengurangi
perokok aktif di tempat-tempat umum terutama tempat penyedia layanan
kesehatan. Berdasarkan permasalahan diatas maka penyuluh tertarik untuk
melakukan penyuluhan mengenai Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dalam upaya
menurunkan perokok aktif di Ruang 7B RS dr. Saiful Anwar Malang.

B. TUJUAN
Tujuan instruksional dari penyuluhan ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, sasaran diharapkan
mengetahui dan mengerti mengenai kawasan tanpa rokok serta dampak
negatif kebiasaan merokok bagi kesehatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan tentang “Kawasan Bebas Rokok”
selama 30 menit, sasaran diharapkan dapat:
a. Menjelaskan pengertian kawasan tanpa rokok dengan benar.
b. Menjelaskan tujuan adanya kawasan tanpa rokok dengan benar.
c. Menjelaskan landasan hukum kawasan tanpa rokok dengan benar.
d. Menjelaskan manfaat dari adanya kawasan tanpa rokok dengan benar.
e. Menjelaskan hal-hal yang dapat dilakukan bagi para perokok dengan
benar.
f. Menyebutkan 3 komponen yang berbahaya pada rokok dengan benar.
g. Menjelaskan bahaya perokok pasif dan perokok aktif dengan benar.
h. Menyebutkan 3 dari 13 bahan kimia beracun yang terkandung dalam
rokok.

C. MEDIA/ SARANA
Media yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah sebagai berikut:
1. Laptop
2. LCD
3. Leaflet

D. METODE
Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi dan tanya jawab

E. MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian kawasan tanpa rokok.
2. Tujuan kawasan tanpa rokok.
3. Landasan hukum kawasan tanpa rokok.
4. Manfaat kawasan tanpa rokok.
5. Hal-hal yang dapat dilakukan oleh para perokok.
6. Komponen utama yang berbahaya dalam rokok.
7. Bahaya merokok pada perokok aktif maupun pasif.
8. Bahan kimia beracun yang terkandung dalam rokok.
(Materi selengkapnya terlampir)

F. KEGIATAN PENYULUHAN
Tahap Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta
Pendahuluan 1. Salam pembuka. 1. Menjawab salam.
(5menit) 2. Memperkenalkan diri. 2. Memperhatikan.
3. Menjelaskan maksud dan tujuan 3. Mendengarkan
penyuluhan. penyaji.
4. Menggali pengetahuan peserta tentang 4. Menjawab
materi yang akan disampaikan sebelum pertanyaan.
penyuluhan. 5. Mendengarkan
5. Kontrak waktu. penyaji.
Penyajian Penyampain materi : 1. Memperhatikan
(15 menit) 1. Menjelaskan kepada peserta tentang 2. Memperhatikan
pengertian kawasan tanpa rokok. 3. Memperhatikan
2. Menjelaskan kepada peserta tentang 4. Memperhatikan
tujuan adanya kawasan tanpa rokok. 5. Memperhatikan
3. Menjelaskan kepada peserta tentang 6. Memperhatikan
landasan hukum kawasan tanpa rokok. 7. Memperhatikan
4. Menjelaskan kepada peserta tentang 8. Memperhatikan
manfaat dari adanya kawasan tanpa 9. Bertanya dan
rokok. berdiskusi
5. Menjelaskan kepada peserta tentang
hal-hal yang dapat dilakukan bagi para
perokok.
6. Menjelaskan kepada peserta tentang
komponen yang berbahaya pada rokok.
7. Menjelaskan kepada peserta tentang
bahaya perokok pasif dan perokok
aktif.
8. Menjelaskan kepada peserta tentang 3
dari 13 bahan kimia beracun yang
terkandung dalam rokok.
9. Memberi kesempatan pada peserta
untuk bertanya/ berdiskusi.
Penutup 1. Menggali pengetahuan peserta tentang 1. Menjawab
(10 menit) materi penyuluhan yang telah pertanyaan yang
disampaikan diajukan
2. Menyimpulkan hasil dari kegiatan 2. Memperhatikan
penyuluhan 3. Menjawab salam
3. Menutup kegiatan penyuluhan dengan
ucapan terimakasih dan salam penutup

G. EVALUASI
1. Evalusi Proses
a. Jumlah peserta penyuluhan minimal 5 orang.
b. Persiapan penyuluhan dilakukan beberapa hari sebelum kegiatan
penyuluhan dilakukan.
c. Pembicara menguasai materi penyuluhan.
d. Waktu penyuluhan sesuai dengan kontrak waktu
e. Tempat penyuluhan dilakukan diruang penyuluhan IRNA IV
f. Diharapkan peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan
penyuluhan
2. Evaluasi Hasil
a. Diharapkan peserta dapat mengerti dan memahami tentang pengertian
kawasan tanpa rokok, tujuan adanya kawasan tanpa rokok, landasan
hukum kawasan tanpa rokok, manfaat dari adanya kawasan tanpa rokok ,
hal-hal yang dapat dilakukan bagi para perokok, komponen yang
berbahaya pada rokok, bahaya perokok pasif dan perokok aktif, bahan
kimia beracun yang terkandung dalam rokok.
b. Diharapkan peserta setelah dilakukan penyuluhan ada perubahan perilaku
kesehatan misalnya berhenti merokok dan tidak merokok di fasilitas
umum terutama di rumah sakit.
Lampiran Materi
KAWASAN TANPA ROKOK

A. PENGERTIAN KAWASAN TANPA ROKOK


KTR (Kawasan Tanpa Rokok) adalah ruangan atau area yang dinyatakan
dilarang untuk melakukan kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan atau
penggunaan rokok. Penetapan KTR merupakan upaya perlindungan untuk
masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan
tercemar asap rokok.
Penetapan kawasan tanpa rokok merupakan upaya perlindungan untuk
masyarakat terhadap resiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan
tercemar asap rokok. Penetapan kawasan tanpa rokok ini perlu diselenggarakan
di fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses bermain dan belajar mengajar,
tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja tempat
umum dan tempat lain yang ditetapkan untuk melindungi masyarakat dari asap
rokok.

B. TUJUAN KAWASAN BEBAS ROKOK


Tujuan penetapan kawasan tanpa rokok adalah:
1. Menurunkan angka kesakitan dan atau angka kematian dengan cara
mengubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat.
2. Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal.
3. Mewujudka kualitas udara yang sehat dan bersih, bebas dari aspa rokok.
4. Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula.
5. Mewujudkan generasi muda yang sehat.

C. Landasan Hukum
Beberapa peraturan telah diterbitkan sebagai landasan hukum dalam
pengembangan kawasan tanpa rokok, sebagai berikut:
1. UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. UU No. 35 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 113-116.
3. UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak.
4. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
5. UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
6. Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok
Bagi Kesehatan.
7. Instruksi Menteri Kesehatan No. 84/Menkes/Inst/II/2002 tentang Kawasan
Tanpa Asap Rokok di Tempat Kerja dan Sarana Kesehatan.

D. MANFAAT KAWASAN TANPA ASAP ROKOK


Penetapan kawasan tanpa rokok merupakan upaya perlindungan untuk
masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan
tercemar asap rokok. Penetapan kawasan tanpa asapa rokok perlu
diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehtan, tempat proses belajar mengajar,
tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum dan tempat lain yang
ditetapkan.
Manfaat yang dapat diperoleh adanya kawasan bebas merokok di tempat
umum yaitu:
1. Menciptakan tempat umum yang sehat, nyaman dan aman
2. Pengunjung tidak terganggu oleh asap rokok.
3. Menegakkan etika merokok.
4. Memberi citra yang positif.
Manfaat yang dapat diperoleh adanya kawasan bebas merokok di tempat
kerja yaitu:
1. Karyawan tidak terganggu asp rokok ketika bekerja.
2. Mengurangi risiko terjadinya kebakaran.
3. Biaya pemeliharaan kesehatan untuk karyawan berkurang.
4. Meningkatkan produktivitas kerja dan menurunkan tingkat absensi
karyawan.
5. Membantu karyawan berhenti merokok.
E. HAL-HAL YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH PARA PEROKOK
1. Secara bertahap berusaha berhenti merokok.
2. Kalau terpaksa merokok, merokoklah ditempat yang dianjurkan atau
tempat yang tidak mengganggu orang lain.
3. Bagi pengelola sarana tempat umum maupun tempat kerja, supaya
menyediakan tempat khusus merokok yaitu:
a. Tempat atau ruangan terbuka yang memiliki sirkulasi udara yang
memenuhi syarat.
b. Terpisah dan tidak berhubungan dnegan ruangan tanpa rokok,
sehingga tidak mengganggu kesehatan bagi yang tidak merokok.
c. Tersedia tempat abu roko dan tetap menjaga kebersihan lingkungan.
d. Diberi tulisan:
Tempat Khusus Merokok

F. KANDUNGAN ROKOK
Rokok merupakan bahan kimia berbahaya, saat batang rokok terbakar,
asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia dnegan 3 (tiga) komponen utama
yaitu:
1. Nikotin yang dapat menyebabkan ketergantungan.
2. TAR yang memiliki sifat karsinogenik (penyebab timbulnya kanker)
3. Karbonmonoksida yang aktivitasnya sangant kuat terhadap
Haemoglobin sehingga kadar oksigen dalam darah berkurang.

G. BAHAYA MEROKOK PADA PEROKOK AKTIF DAN PEROKOK


PASIF
1. Perokok aktif
a. Meningkatkan risiko 2 x lebih besar untuk mengalami serangan jantung.
b. Meningkatkan risiko 2 x lebih besar untuk mengalami stroke.
c. Meningkatkan risiko 10 x lebih besar untuk mengalami serangan
jantung bagi wanita pengguna pil KB.
d. Meningkatkan risiko 5 x lebih besar menderita kerusakan jaringan
anggota tubuh terkena asap rokok.
2. Perokok Pasif
a. Rentan terhadap kerusakan paru-paru, dengan kadar nikotin, karbon
monoksida, serta zat-zat lain yang lebih tinggi terhadap darah.
b. Memperparah penyakit yang sedang diderita.
c. Kemungkinan mendapat serangan jantung yang lebih tinggi bagi mereka
yang mengidap peyakit jantung.
d. Anak-anak yang orang tuanya merokok akan mengalami batuk, pilek
dan radang tenggorokan serta penyakit paru-paru lebih tinggi.
e. Wanita hamil yang merokok akan melahirkan bayi yang kurus, cacat
dan cenderung lahir mati atau meninggal beberapa hari setelah
dilahirkan.

H. BAHAN KIMIA BERACUN DALAM ROKOK


DAFTAR PUSTAKA

Azkha, N. 2013. Studi Efektifitas Penerapan Kebijakan Perda Kota Tentang


Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Dalam Upaya Menurunkan Perokok Aktif
Di Sumatera Barat Tahun 2013. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia,
Vol. 02, No. 4 Desember 2013.
Husaini, A. 2007. Tobat Merokok. Depok: Pustaka Iman.
Pusat Promosi Kesehatan. 2011. Pedoman Pengembangan Kawasan Bebas Rokok,
(http://www.depkes.go.id/resources/download/promosi-kesehatan/pedo
man-ktr.pdf), diakses pada 29 Maret 2016.

Anda mungkin juga menyukai