Anda di halaman 1dari 24

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : PHBS

Sub Pokok Bahasan : Kawasan Tanpa Asap Rokok

Sasaran :Pasien dan Keluarga Pasien Rawat Jalan

Puskesmas Pekuncen

Hari/ Tanggal : Sabtu, 30 November 2019

Waktu : 10.00 – 10.40 WIB ( 40 menit )

Tempat : Rawat jalan Puskesmas Pekuncen

Penyuluh : Nisrina Juli Nurjanah

I. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti penyuluhan selama 40 menit di harapkan pasien dan

keluarga pasien mampu memahami/mengetahui/mengerti tentang Bahaya

Merokok dan kawasan tanpa rokok

II. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan selama 40 menit di harapkan pasien dan

keluarga pasien mampu:

a. Menjelaskan kembali tentang pengertian Merokok

b. Menjelaskan kembali tentang sejarah rokok

c. Mengulang kembali tentang kandungan yang berada di dalam rokok

d. Mengulang kembali tentang bahaya merokok bagi kesehatan tubuh


e. Mengulang kembali tentang penyakit yang dapat ditimbulkan dengan

merokok

f. Keluarga mengetahui penyebab kenapa orang merokok

g. Keluarga mengetahui tips berhenti merokok

h. Menjelaskan mengenai kawasan atanpa rokok

III. Ciri Peserta

Pasien dan keluarga pasien di puskesmas pekuncen

IV. Materi Penyuluhan (Terlampir)

a. Pengertian perilaku merokok

b. Faktor-faktor yang menyebabkan perilaku merokok

c. Zat-zat yang terkandung dalam sebatang rokok

d. Tips berhenti merokok

e. Cara mencegah kebiasaan merokok

f. Kawasan Tanpa Rokok

V. Proses Penyuluhan

Tahap

No kegiatan/ Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta Metode

waktu

1. Pembukaan 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab Salam Ceramah

2. Memperkenalkan Anggota 2. Mendengarkan


( 5 menit )
kelompok Perkenalan

3. Menyampaikan TIU dan 3. Memperhatikan

TIK
4. Apresepsi (Mengkaji TIU dan TIK

Pengetahuan Sasaran) 4. Menyampaikan

5. Kontrak Bahasa Hal-hal tentang

yang materi

5. Memilih bahasa

yang akan

digunakan

2. Penyajian 1. Menjelaskan tentang: 1. Memperhatikan Ceramah

a. Pengertian rokok Penjelasan dan diskusi


30 menit
b. Sejarah singkat rokok
2. Memperhatikan
c. Kandungan rokok
penjelasan
d. Bahaya merokok bagi
3. Mendengarkan
kesehatan tubuh
Jawaban dari
e. Penyakit akibat merokok
Presentator
f. Mengapa orang merokok
4. Merasa dihargai
g. Tips berhenti merokok
dan senang
h. Kawasan tanpa Rokok

2. Memberi Kesempatan

Bertanya kepada Sasaran

3. Menjawab pertanyaan dari

sasaran

3. Penutup 1. Memberikan evaluasi dan 1. Menjawab Ceramah


( 5 menit ) materi yang telah Pertanyaan

disampaikan 2. Memperhatikan

2. Menyampaikan kesimpulan 3. Menjawab Salam

3. Menutup dengan Salam

VI. Metode

Metode yang digunakan yaitu:

a. Ceramah

b. Tanya Jawab

VII.Media

Media yang digunakan yaitu:

a. Leaflet

b. Slide presentasi

VIII. Evaluasi

a. Evaluasi Struktur

1. Peserta hadir di tempat penyuluhan

2. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di rawat jalan puskesmas

pekuncen

3. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya


b. Evaluasi Proses

1. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan

2. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan

3. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara

benar

c. Evaluasi Hasil

1. Peserta mengerti tentang pengertian perilaku merokok

2. Peserta memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

merokok pada seseorang

3. Peserta dapat menyebutkan zat-zat yang terkandung dalam sebatang

rokok

4. Peserta mengerti tentang bahaya merokok

5. Peserta mengerti langkah-langkah berhenti merokok

6. Peserta mengerti tentang kawasan tanpa rokok

d. Evaluasi Tanya jawab:

1. Mba saya udah berhenti merokok tapi kok rasanya terkadang jadi suka

gelisah sih itu gimana yah mba?

Jawaban: Itu merupakan pengaruh dari zat-zat yang terkandung didalam

rokok udah mulai berkurang pak, jadi itu normal-normal saja lah pak.

2. Mba caranya mengatasi stress pada saat mulai berhenti merokok itu apa

aja ya mba?
Jawaban: Banyak mas caranya tapi yang paling utama ya niat dari hati

untuk berhenti merokok mas, kalo caranya itu misalnya masnya lagi

pengin ngerokok ya masnya makan cemilan saja tapi banyangin itu

adalah rokok, olahraga, dan masih banyak lagi dan ini penting juga

jangan mencoba-coba lagi merokok ya mas.

IX. Daftar Pustaka

1. Husaini, A. (2006). Tobat Merokok (Rahasia dan Cara Empatik

Berhenti Merokok). Pustaka Iman

2. Komasari dan Helmi, F. (2011). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku

Merokok Pada Remaja. Jurnal Psikologi. No. 1 Hal 37-47

3. Mardjun, Y. (2012). Perbandingan Keadaan Tulang Alveolar antara

Perokok dan Bukan Perokok. (Skripsi). Universitas Hasannudin.

Makasar.

4. Muhibah, F.A.B. (2011). Tingkat Pengetahuan Pelajar Sekolah

Menengah Sains Hulu Selangor Mengenai Efek Rokok Terhadap

Kesehatan. (KTI). Universitas Sumatera Utara. Medan.

5. Mu’tadin, Z. (2002). Kemandirian sebagai Kebutuhan Psikologi pada

Remaja. www.e-psikologi.com (diakses pada tanggal 11 Maret 2016)

6. http://log.viva.co.id/news/read/591205-bahaya-merokok-setelah-

makan (diakses pada tanggal 11 Maret 2016)


7. Nasution, KI. (2007). Perilaku Merokok Pada Remaja. Skripsi (Tidak

Diterbitkan). Medan : Universitas Sumatra Utara Medan

8. Poerwadarminta. (2004). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :

Balai Pustaka

9. Sitepoe, M. (2000). Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta: Gramedia

Widiasarana Indonesia.

10. Tawbariah, L., dkk. (2014). Hubungan Konsumsi Rokok dengan

Perubahan Tekanan Darah pada Masyarakat di Pulau Pasaran

Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Timur Bandar

Lampung. J of Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

11. Trim. (2006). Merokok itu Konyol. Jakarta: Ganeca Exact

12. Ulhaq. (2008). Hubungan antara Kontrol Diri dengan Perilaku

Merokok pada Siswa Siswi SMA N 1 Parakan

13. Wulandari, D. (2007). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Merokok Dewasa Awal. Jurnal Arkhe. Yh. 2 No. 2 Hal 91-100


Lampiran 1

MATERI PENYULUHAN
KAWASAN TANPA ROKOK
A. Pengertian Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Kawasan Tanpa Rokok yang selanjutnya disingkat KTR adalah ruangan
atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan
memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/ atau mempromosikan
produk tembakau (Kemenkes RI, 2011).
B. Ruang Lingkup KTR
Adapun ruang lingkup Kawasan Tanpa Rokok menurut Kemenkes RI
(2011), yaitu :
a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/ atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan/ atau masyarakat.
b. Tempat Proses Belajar Mengajar
Tempat proses belajar Mengajar adalah gedung yang digunakan untuk
kegiatan belajar, mengajar, pendidikan dan/ atau pelatihan.
c. Tempat Anak Bermain
Tempat anak bermain adalah area tertutup maupun terbuka yang
digunakan untuk kegiatan bermain anak-anak.
d. Tempat Ibadah
Tempat ibadah adalah bangunan atau ruang tertutup yang memiliki
ciri-ciri tertentu yang khusus dipergunakan untuk beribadah bagi para
pemeluk masing-masing agama secara permanen, tidak termasuk
tempat ibadah keluarga.
e. Angkutan Umum
Angkutan umum adalah alat angkutan bagi masyarakat yang dapat
berupa kendaraan darat, air, dan udara biasanya dengan kompensasi.
f. Tempat Kerja
Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber
atau sumber-sumber bahaya.
g. Tempat Umum
Tempat umum adalah semua tempat tertutup yang dapat diakses oleh
masyarakat umum dan/ atau tempat yang dapat dimanfaatkan
bersama-sama untuk kegiatan masyarakat yang dikelola oleh
pemerintah, swasta, dan masyarakat.
h. Tempat Lainnya yang Ditetapkan
Tempat lainnya yang ditetapkan adalah tempat terbuka yang dapat
dimanfaatkan bersama-sama untuk kegiatan masyarakat.
C. Tujuan KTR
Tujuan penetapan kawasan dilarang merokok, adalah :
a. Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih bebas dari asap
rokok;
b. Merubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat;
c. Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula;
d. Mewujudkan generasi muda yang sehat;
e. Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal;
f. Menurunkan angka kesakitan dan/ atau angka kematian;
g. Melindungi anak-anak dan bukan perokok dari risiko terhadap
kesehatan;
h. Mencegah rasa tidak nyaman, bau dan kotoran dari ruang roko
D. Pelaksanaan KTR bertujuan untuk Pengaturan:
a. Memberikan acuan bagi pemerintah daerah dalam menetapkan KTR;
b. Memberikan pelindungan yang efektif dari bahaya asap rokok;
c. Memberikan ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat bagi
masyarakat;
d. Melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari dampak buruk
merokok baik langsung maupun tidak langsung (Kemenkes RI, 2011).
E. Pengertian Perilaku Merokok
Bermacam-macam bentuk perilaku yang dilakukan manusia dalam
menanggapi stimulus yang diterimanya, salah satu bentuk perilaku
manusia yang dapat diamati adalah perilaku merokok. Merokok
merupakan hal yang biasa dilihat di berbagai tempat dan kesempatan.
Kebiasaan merokok dilakukan oleh orang dewasa dan ternyata telah
merambah juga ke dunia anak-anak. Pengertian Merokok menurut Sitepoe
(2000) adalah membakar tembakau yang kemudian diisap asapnya, baik
menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Sedangkan
Poerwadarminta (2004) mendefinisikan merokok sebagai menghisap
rokok, sedangkan rokok sendiri adalah gulungan tembakau yang berbalut
daun nipah atau kertas. Subanada (2004) menyatakan merokok adalah
sebuah kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok,
namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk baik bagi si
perokok itu sendiri maupun orang-orang disekitarnya.
Menurut Armstrong (dikutip dalam Nasution, 2007)
mendefinisikan merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar
ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar. Pendapat lain
dari Levy (dikutip dalam Nasution, 2007, h.6) menyatakan bahwa perilaku
merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar dan
menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh
orang-orang di sekitarnya.
Menurut Sumarno (Mulyadi, 2007) menjelaskan cara merokok
yang lazim dibedakan menjadi dua cara yaitu cara yang pertama dengan
menghisap dan menelan asap rokok ke dalam paru-paru kemudian
dihembuskan. Cara yang kedua dilakukan dengan lebih moderat yaitu
hanya menghisap sampai mulut kemudian dihembuskan melalui mulut
atau hidung. Perilaku merokok merupakan salah satu kebiasaan yang dapat
merugikan kesehatan dan menyebabkan ketergantunagn pada perokok.
Menurut Ogawa (Ulhaq, 2008) dahulu rokok disebut sebagai “kebiasaan”
atau “ketagihan”. Dewasa ini, merokok disebut sebagai “Tobacco
Depedency” atau ketergantungan pada tembakau. Ketergantungan pada
tembakau atau tobacco dependence didefinisikan sebagai perilaku
penggunaan tembakau yang menetap, biasanya lebih dari ½ bungkus
rokok per hari, dengan tambahan adanya distres yang disebabkan oleh
kebutuhan akan tembakau secara berulang-ulang.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku
merokok adalah suatu aktivitas membakar rokok dan kemudian
menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan
asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya serta dapat
menimbulkan dampak buruk baik bagi si perokok itu sendiri maupun
orang-orang disekitarnya.
F. Faktor-faktor yang Menyebabkan Perilaku Merokok.
“Awalnya sih coba-coba, penasaran seperti apasih rasanya
merokok itu, kayaknya enak ngeliat orang orang ngerokok. Pertama batuk-
batuk, lama-lama ketagihan”. Begitulah kutipan dalam Merokok itu
Konyol (Trim, 2006) mengenai penuturan sebagian orang ketika ditanya
bagaimana awal mula merokok. Rokok memang benar-benar sudah
menjadi kebiasaan dalam kehidupan masyarakat. Bahkan untuk sebagian
orang, mereka lebih memilih untuk tidak makan ditimbang tidak merokok.
Faktanya, banyak faktor bagi seseorang untuk mencoba merokok terutama
untuk remaja yang secara psikologis masih labil dan serba ingin tahu.
Menurut Lewin (Komalasari&Helmi, 2000) perilaku merokok
merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku
merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri juga disebabkan
faktor lingkungan. Menurut Leventhal (dikutip dalam Nasution, 2007, h.8)
bahwa merokok tahap awal itu dilakukan dengan teman-teman (64%),
seorang anggota keluarga bukan orang tua (23%), tetapi secara
mengejutkan bagian besar juga dengan orang tua (14%). Hal ini
mendukung hasil penelitian Komalasari dan Helmi (2000) yang
mengatakan bahwa ada tiga faktor penyebab perilaku merokok pada
remaja yaitu kepuasan psikologis, sikap permisif orangtua terhadap
perilaku merokok remaja dan pengaruh teman sebaya. Sedangkan hasil
penelitian Wulandari (2007) mengatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok pada dewasa awal yaitu afeksi negatif,
lingkungan (teori belajar sosial), persepsi kontrol perilaku, sikap dan
norma-norma subyektif. Riset mengungkapkan sebanyak 54,59% remaja
dan perempuan merokok dengan tujuan mengurangi ketegangan dan stres.
Lainnya beralasan untuk bersantai 29,36%, merokok sebagaimana
dilakukan pria 12,84%, pertemanan 2,29%, dan agar diterima dalam
kelompok 0,92%. Subanada (2004) menyatakan faktor-faktor yang
menyebabkan perilaku merokok:

1. Faktor Psikologis

Merokok dapat menjadi sebuah cara bagi individu untuk santai dan
kesenangan, tekanan-tekanan teman sebaya, penampilan diri, sifat
ingin tahu, stress, kebosanan dan ingin kelihatan gagah merupakan hal-
hal yang dapat mengkontribusi mulainya merokok. Selain itu, individu
dengan gangguan cemas bisa menggunakan rokok untuk
menghilangkan kecemasan yang mereka alami.

2. Faktor Biologis

Faktor genetik dapat mempengaruhi seseorang untuk mempunyai


ketergantungan terhadap rokok. Faktor lain yang mungkin
mengkontribusi perkembangan kecanduan nikotin adalah merasakan
adanya efek bermanfaat dari nikotin. Proses biologinya yaitu nikotin
diterima reseptor asetilkotin-nikotinik yang kemudian membagi ke
jalur imbalan dan jalur adrenergenik. Pada jalur imbalan, perokok akan
merasakan nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok
akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan
mampu menekan rasa lapar. Di jalur adrenergik, zat ini akan
mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang
mengeluarkan sorotin. Meningkatnya sorotin menimbulkan rangsangan
rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok lagi. Hal inilah yang
menyebabkan perokok sangat sulit meninggalkan rokok, karena sudah
ketergantungan pada nikotin. Ketika ia berhenti merokok rasa nikmat
yang diperolehnya akan berkurang.

3. Faktor Lingkungan

Berkaitan dengan penggunaan tembakau antara lain orang tua, saudara


kandung maupun teman sebaya yang merokok, terpapar reklame
tembakau, artis pada reklame tembakau di media. Orang tua
memegang peranan terpenting, selain itu juga reklame tembakau
diperkirakan mempunyai pengaruh yang lebih kuat daripada pengaruh
orang tua atau teman sebaya, hal ini mungkin karena mempengaruhi
persepsi mahasiswa terhadap penampilan dan manfaat rokok.

4. Faktor Regulatori

Peningkatan harga jual atau diberlakukan cukai yang tingi, akan


menurunkan pembelian dan konsumsi. Pembatasan fasilitas untuk
merokok, dengan menetapkan ruang/daerah bebas rokok, diharapkan
mengurangi konsumsi. Tetapi kenyataannya terdapat peningkatan
kejadian memulai merokok pada mahasiswa, walaupun telah dibuat
usaha-usah untuk mencegahnya.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa banyak


faktor yang dapat menyebabkan seseorang merokok, antara lain yaitu
faktor eksternal, kepribadian, psikologis, dan juga biologis.

Menurut Mu’tadin (dalam Nasution, 2007) mengemukakan beberapa


faktor yang menyebakan remaja merokok, antara lain:
1. Pengaruh Orangtua

Menurut Baer & Corado (dikutip dalam Nasution, 2007) mengatakan,


bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak
bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya
dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi
perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan
rumah tangga yang bahagia. Remaja yang berasal dari keluarga
konservatif yang menekankan nilai-nilai sosial dan agama dengan baik
dengan tujuan jangka panjang lebih sulit untuk terlibat dengan
rokok/tembakau/obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang
permisif dengan penekanan pada falsafah “kerjakan urusanmu sendiri-
sendiri", dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua
sendiri menjadi figur contoh yaitu sebagai perokok berat, maka anak-
anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya. Perilaku merokok
lebih banyak didapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua
(single parent). Remaja akan lebih cepat berperilaku sebagai perokok
bila ibu mereka merokok dari pada ayah yang merokok, hal ini lebih
terlihat pada remaja putri.

2. Pengaruh teman

Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja


merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah
perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua
kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh
teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut
dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua
menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai
sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula
dengan remaja non perokok.

3. Faktor Kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari
kebosanan. Satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada
pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial.
Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial
lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang
memiliki skor yang rendah.

4. Pengaruh Iklan

Menurut Mu’tadin (2002) mengatakan bahwa, melihat iklan di media


massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok
adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali
terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut.

G. Zat-zat yang Terkandung dalam Sebatang Rokok

Menurut Muhibah (2011) Zat yang merupakan racun utama pada


rokok adalah nikotin, tar dan karbon monoksida.
1. Nikotin
Nikotin adalah zat atau bahan senyawa pirrilidin yang terdapat dalam
Nicotina tabacum, Nicotina rustica dan spesies lainnya atau sintesisny
yang bersifat adiktif dan dapat mengakibatkan ketergantungaan.
Nikotin bersifat sangat adiktif dan beracun, tidak berwarna. Nikotin
yang dihirup dari asap rokok masuk ke paru – paru dan masuk ke
dalam aliran darah kemudian masuk ke dalam otak perokok dalam
tempo 7 – 10 detik. Nikotin yang terkandung dalam rokok adalah
sebesar 0.5 – 3 nanogram dan semuanya diserap sehingga di dalam
cairan darah ada sekitar 40 – 50 nanogram nikotin setiap 1 mlnya.
Nikotin bukan merupakan komponen karsinogenik. Hasil pembusukan
panas dari nikotin seperti dibensakridin, dibensokarbasol dan
nitrosaminelah yang bersifat karsinogenik. Pada paru – paru, nikotin
akan menghambat aktivitas silia. Selain itu, nikotin juga memiliki efek
adiktif dan psikoaktif. Seketika itu, nikotin merangsang terjadinya
sejumlah reaksi kimia yang mempengaruhi hormon dan
neurotransmitter seperti adrenalin, dopamine dan insulin sehingga
membuat sensasi yang nikmat pada rokok seketika tetapi sensasi ini
hanya berlangsung seketika. Nikotin dapat meningkatkan adrenalin
yang membuat jantung berdebar lebih cepat dan bekerja lebih keras,
frekuensi jantung meningkat dan kontraksi jantung meningkat
sehingga menimbulkan tekanan darah meningkat (Tawbariah et al,
2014)
2. Tar
Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel
pada paru-paru, mengandung bahan-bahan karsinogen (Mardjun,
2012). Tar berupa cairan berwarna coklat tua atau hitam sehingga
dapat membuat warna gigi dan kuku seorang perokok menjadi coklat,
begitu juga di paru – paru. Tar yang ada dalam asap rokok
menyebabkan paralise silia yang ada di saluran pernafasan dan
menyebabkan penyakit paru lainnya seperti emphysema, bronkhitis
kronik dan kanker paru. Konsentrasi tar yang ada dalam rokok dapat
bervariasi, yaitu:
a. Rokok dengan kadar tar yang tinggu mengandung tar sekitar 22
mg.
b. Rokok dengan kadar tar yang sedang mengandung tar sekitar 15–
21 mg.
c. Rokok dengan kadar tar yang rendah mengandung tar sekitar 7 mg
atau lebih kecil.
3. Karbon Monoksida (CO)
Karbon Monoksida adalah suatu zat beracun yang sifatnya tidak
berwarna dan tidak berbau. Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran
tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Gas CO yang
dihasilkan sebatang tembakau dapat mencapai 3% - 6% dan gas ini
dapat dihisap oleh siapa saja. Seorang yang merokok hanya akan
menghisap 1/3 bagian saja, yaitu arus tengah sedangkan arus pinggir
akan tetap berada diluar. Sesudah itu perokok tidak akan menelan
semua asap tetapi ia semburkan keluar lagi. Gas CO mempunyai
kemampuan mengikat hemoglobin yang terdapat dalam sel darah
merah, lebih kuat dibandingkan oksigen sehingga setiap ada asap
tembakau, disamping kadar oksigen udara yang sudah berkurang,
ditambah lagi sel darah merah akan semakin kekurangan oksigen
karena yang diangkut adalah CO dan bukan oksigen. Sel tubuh yang
kekurangan oksigen akan melakukan spasme yaitu menciutkan
pembuluh darah. Bila proses ini berlangsung terus menerus maka
pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses
aterosklerosis (penyempitan). Penyempitan pembuluh darah akan
terjadi di mana – mana. Terpaparnya dengan CO dalam jumlah yang
besar dapat menyebabkan hilangnya kesadaran sampai meninggal.
4. Arsenic
Sejenis unsur kimia yang digunakan untuk membunuh serangga terdiri
dari unsur-unsur berikut:
a. Nitrogen oksida, yaitu unsur kimia yang dapat mengganggu
saluran pernapasan, bahkan merangsang terjadinya kerusakan dan
perubahan kulit tubuh.
b. Amonium karbonat, yakni zat yang bisa membentuk plak kuning
pada permukaan lidah, serta mengganggu kelenjar makanan dan
perasa yang terdapat pada permukaan lidah.
5. Amonia
Amonia merupakan gas tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan
hidrogen. Zat ini sangat tajam baunya. Amonia sangat mudah
memasuki sel – sel tubuh. Saking kerasnya racun yang terdapat dalam
zat ini, sehingga jika disuntikkan sedikit saja ke dalam tubuh bisa
menyebabkan seseorang pingsan.
6. Formic Acid
Formic Acid tidaklah berwarna, bisa bergerak bebas dan dapat
mengakibatkan lepuh. Cairan ini sangat tajam dan baunya menusuk.
Zat tersebut dapat menyebabkan seseorang seperti merasa digigit
semut. Bertambahnya zat itu dalam peredaran darah akan
mengakibatkan pernapasan menjadi cepat.
7. Acrolein
Acrolein ialah sejenis zat tidak berwarna, sebagaimana aldehid. Zat ini
diperoleh dengan cara mengambil cairan dari gliserol menggunakan
metode pengeringan. Zat tersebut sedikit banyak mengandung kadar
alkohol. Cairan ini sangat mengganggu kesehatan.
8. Hydrogen Cyanide
Hydrogen cyanide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak memiliki rasa. Zat ini termasuk zat yang paling
ringan, mudah terbakar dan sangat efisien untuk menghalangi
pernapasan. Cyanide adalah salah satu zat yang mengandung racun
sangat berbahaya. Sedikit saja cyanide dimasukkan ke dalam tubuh
maka dapat mengakibatkan kematian.
9. Nitrous Oksida
Nitrous oksida ialah sejenis gas tidak berwarna. Jika gas ini terhisap
maka dapat menimbulkan rasa sakit.
10. Formaldehyde
Zat ini banyak digunakan sebagai pengawet dalam laboratorium
(formalin).

11. Phenol
Phenol merupakan campuran yang terdiri dari kristal yang dihasilkan
dari destilasi beberapa zat organik, seperti kayu dan arang. Phenol
terikat pada protein dan menghalangi aktivitas enzim.
12. Acetol
Hasil pemanasan aldehyde (sejenis zat tidak berwarna bebas bergerak)
dan mudah menguap dengan alkohol.
13. Hydrogen Sulfide
Hydrogen sulfide ialah sejenis gas beracun yang gampang terbakar
dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim (zat besi
yang berisi pigmen).
14. Pyridine
Cairan tidak berwarna dengan bau yang tajam. Zat ini dapat digunakan
untuk mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama.
15. Methyl Chloride
Methyl chloride adalah campuran dari zat – zat bervalensi satu, yang
unsur – unsur utamanya berupa hidrogen dan karbon. Zat ini
merupakan senyawa organik yang dapat beracun.
16. Methanol
Methanol ialah sejenis cairan ringan yang gampang menguap dan
terbakar. Meminum atau mengisap methanol dapat mengakibatkan
kebutaan, bahkan kematian.
H. Bahaya Merokok
Merokok setelah makan merupakan aktivitas yang susah untuk
ditinggalkan oleh para pecinta bahan berbentuk silinder, dan berisi
campuran tembakau dengan kandungan zat yaitu nikotin serta tar ini.
Menurut para ahli, hampir 90 persen orang merokok setelah makan.
Alasan mereka biasanya sangat sederhana, jika tidak merokok setelah
makan maka mulut akan terasa sebal dan asam. Sebenarnya merokok pada
waktu biasa atau setelah makan, memiliki bahaya yang sama bagi
kesehatan. Namun, merokok setelah makan memungkinkan semua bahaya
yang mengancam akan datang lebih cepat. Merokok dapat mengganggu
sistem pencernaan di usus. Sistem pencernaan yang memperngaruhi
seluruh tubuh terganggu akibat nikotin yang terikat dalam oksigen yang
diedarkan di dalam darah. Karena nikotin ini mudah diserap, sehingga
oksigen yang dibutuhkan sistem pencernaan berkurang. Akibat yang bisa
ditimbulkan adalah bisa memicu terjadinya kanker usus dan kanker paru-
paru. Walaupun dokter mengatakan lebih baik memberikan jeda selama 20
menit setelah makan, namun tetap saja rokok itu sendiri tidak baik bagi
tubuh.
Menurut apoteker berkebangsaan Nigeria, Lanre Alege dari
Universitas Ilorin Teaching Hospital, mengatakan bahwa satu batang
rokok yang dihisap setelah makan, bahayanya sama dengan merokok 10
batang. Hal ini disebabkan oleh peredaran darah pada saluran pencernaan
sehabis makan meningkat, akibatnya sejumlah besar kandungan dalam
rokok yang tidak baik bagi kesehatan diserap, sehingga bisa merusak hati,
otak besar, dan pembuluh darah jantung dan menyebabkan mempercepat
penyakit terkait aspek-aspek ini. Kerusakan organ dalam tubuh akan
menjadi lebih cepat dan risiko terkena kanker juga menjadi lebih besar.
Sayangnya, meski bahaya yang mengintai terlalu terlalu beresiko, namun
tetap saja aktivitas merokol sangat sulit dihentikan. Terlebih dengan
aktivitas merokok setelah makan. Para perokok mengklaim bahwa
kegiatan merokok setelah makan memiliki kenikmatan tersendiri dan sulit
dihindari.
I. Cara Mencegah Kebiasan Merokok
Akan lebih baik lagi bila tidak hanya menghindari merokok setelah
makan namun adanya upaya untuk menghentikan kebiasan merokok
tersebut. Menurut Husaini (dalam buku yang berjudul “Tobat Merokok”),
ditemukan beberapa terapi yang bisa digunakan untuk menghentikan
kebiasaan merokok, antara lain :
1. Psikoterapi
Salah satu pengobatan terbaik yang dilakukan untuk menghentikan
kebiasaan merokok adalah dengan pengobatan secara berkelompok
(group therapy), yang di dalamnya individu-individu yang masih
merokok dipertemukan dengan individu lain yang telah berhasil
menghentikan kebiasaan merokoknya. Kemudian dilakukan diskusi
antara kedua kelompok tersebut. Setiap individu yang telah berhasil
berhenti merokok, menceritakan pengalamannya kepada individu lain
yang belum berhasil untuk menghentikan kebiasaan merokoknya.
Diskusi dan dialog yang dilakukan dapat memberikan pengaruh yang
kuat dalam diri perokok untuk bisa melepaskan diri dari kebiasaan
merokok.
2. Hipnotis
Cara ini dilakukan berdasarkan titik kesadaran dalam diri pasien.
Psikolog menggunakan cara hipnotis untuk memberi keasadara dalam
diri pasien akan bahaya yang menghantuinya apabila ia tetap merokok.
Selain itu, psikolog memberi penjelasan tentag keuntungan yang
didapatkan bila pecandu rokok tersebut berhasil menghentikan
kebiasaan merokoknya.
3. Terapi Psikoanalisa
Terapi psikoanalisa dilakukan dengan menggunakan konsep-konsep
yang ada dalam teori psikoanalisa yang dikemukakan oleh Freud.
Dimana seorang individu yang merokok dipengaruhi oleh alam bawah
sadar (id). Terapi ini memberikan batasan kepada individu tersebut
tentang id yang dimilikinya dengan menghubungkan dengan ego dan
superego. Cara ini dilakukan bila perokok sudah memasuki tahap akhir
sebagai pencandu rokok berat, dimana motivasi yang ada di dalam diri
perokok berkaitan erat dengan masalah psikologis yang melekat pada
pikirannya.
4. Dimensi Pendidikan
Cara ini dilakukan dengan mengadakan dialog atau diskusi bahaya
merokok serta menjelaskan keuntungan bila seseorang tidak merokok.
Ini dilakukan baik melalui dialog langsung dengan atau tanpa adanya
bedah buku yang berkaitan dengan masalah tersebut, dengan tujuan
untuk memberikan pencerahan atau insight dan menyadarkan diri
perokok dari bahaya-bahaya yang mengancamnya.
DAFTAR PUSTAKA

Husaini, A. (2006). Tobat Merokok (Rahasia dan Cara Empatik Berhenti


Merokok). Pustaka Iman

Komasari dan Helmi, F. (2011). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok


Pada Remaja. Jurnal Psikologi. No. 1 Hal 37-47

Mardjun, Y. (2012). Perbandingan Keadaan Tulang Alveolar antara Perokok


dan Bukan Perokok. (Skripsi). Universitas Hasannudin. Makasar.

Muhibah, F.A.B. (2011). Tingkat Pengetahuan Pelajar Sekolah Menenga


Sains Hulu Selangor Mengenai Efek Rokok Terhadap Kesehatan. (KTI).
Universitas Sumatera Utara. Medan.

Mu’tadin, Z. (2002). Kemandirian sebagai Kebutuhan Psikologi pada


Remaja. www.e-psikologi.com (diakses pada tanggal 11 Maret 2016)

http://log.viva.co.id/news/read/591205-bahaya-merokok-setelah-makan
(diakses pada tanggal 11 Maret 2016)

Nasution, KI. (2007). Perilaku Merokok Pada Remaja. Skripsi (Tidak


Diterbitkan). Medan : Universitas Sumatra Utara Medan.
Poerwadarminta. (2004). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka

Sitepoe, M. (2000). Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta: Gramedia


Widiasarana Indonesia

Tawbariah, L., dkk. (2014). Hubungan Konsumsi Rokok dengan Perubahan


Tekanan Darah pada Masyarakat di Pulau Pasaran Kelurahan Kota
Karang Kecamatan Teluk Betung Timur Bandar Lampung. J of Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung.

Trim. (2006). Merokok itu Konyol. Jakarta: Ganeca Exact

Ulhaq. (2008). Hubungan antara Kontrol Diri dengan Perilaku Merokok


pada Siswa Siswi SMA N 1 Parakan

Wulandari, D. (2007). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok


Dewasa Awal. Jurnal Arkhe. Yh. 2 No. 2 Hal 91-100

Anda mungkin juga menyukai