Puskesmas Pekuncen
merokok
V. Proses Penyuluhan
Tahap
waktu
TIK
4. Apresepsi (Mengkaji TIU dan TIK
yang materi
5. Memilih bahasa
yang akan
digunakan
2. Memberi Kesempatan
sasaran
disampaikan 2. Memperhatikan
VI. Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
VII.Media
a. Leaflet
b. Slide presentasi
VIII. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
pekuncen
benar
c. Evaluasi Hasil
rokok
1. Mba saya udah berhenti merokok tapi kok rasanya terkadang jadi suka
rokok udah mulai berkurang pak, jadi itu normal-normal saja lah pak.
2. Mba caranya mengatasi stress pada saat mulai berhenti merokok itu apa
aja ya mba?
Jawaban: Banyak mas caranya tapi yang paling utama ya niat dari hati
untuk berhenti merokok mas, kalo caranya itu misalnya masnya lagi
adalah rokok, olahraga, dan masih banyak lagi dan ini penting juga
Makasar.
6. http://log.viva.co.id/news/read/591205-bahaya-merokok-setelah-
Balai Pustaka
Widiasarana Indonesia.
MATERI PENYULUHAN
KAWASAN TANPA ROKOK
A. Pengertian Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Kawasan Tanpa Rokok yang selanjutnya disingkat KTR adalah ruangan
atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan
memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/ atau mempromosikan
produk tembakau (Kemenkes RI, 2011).
B. Ruang Lingkup KTR
Adapun ruang lingkup Kawasan Tanpa Rokok menurut Kemenkes RI
(2011), yaitu :
a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/ atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan/ atau masyarakat.
b. Tempat Proses Belajar Mengajar
Tempat proses belajar Mengajar adalah gedung yang digunakan untuk
kegiatan belajar, mengajar, pendidikan dan/ atau pelatihan.
c. Tempat Anak Bermain
Tempat anak bermain adalah area tertutup maupun terbuka yang
digunakan untuk kegiatan bermain anak-anak.
d. Tempat Ibadah
Tempat ibadah adalah bangunan atau ruang tertutup yang memiliki
ciri-ciri tertentu yang khusus dipergunakan untuk beribadah bagi para
pemeluk masing-masing agama secara permanen, tidak termasuk
tempat ibadah keluarga.
e. Angkutan Umum
Angkutan umum adalah alat angkutan bagi masyarakat yang dapat
berupa kendaraan darat, air, dan udara biasanya dengan kompensasi.
f. Tempat Kerja
Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber
atau sumber-sumber bahaya.
g. Tempat Umum
Tempat umum adalah semua tempat tertutup yang dapat diakses oleh
masyarakat umum dan/ atau tempat yang dapat dimanfaatkan
bersama-sama untuk kegiatan masyarakat yang dikelola oleh
pemerintah, swasta, dan masyarakat.
h. Tempat Lainnya yang Ditetapkan
Tempat lainnya yang ditetapkan adalah tempat terbuka yang dapat
dimanfaatkan bersama-sama untuk kegiatan masyarakat.
C. Tujuan KTR
Tujuan penetapan kawasan dilarang merokok, adalah :
a. Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih bebas dari asap
rokok;
b. Merubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat;
c. Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula;
d. Mewujudkan generasi muda yang sehat;
e. Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal;
f. Menurunkan angka kesakitan dan/ atau angka kematian;
g. Melindungi anak-anak dan bukan perokok dari risiko terhadap
kesehatan;
h. Mencegah rasa tidak nyaman, bau dan kotoran dari ruang roko
D. Pelaksanaan KTR bertujuan untuk Pengaturan:
a. Memberikan acuan bagi pemerintah daerah dalam menetapkan KTR;
b. Memberikan pelindungan yang efektif dari bahaya asap rokok;
c. Memberikan ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat bagi
masyarakat;
d. Melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari dampak buruk
merokok baik langsung maupun tidak langsung (Kemenkes RI, 2011).
E. Pengertian Perilaku Merokok
Bermacam-macam bentuk perilaku yang dilakukan manusia dalam
menanggapi stimulus yang diterimanya, salah satu bentuk perilaku
manusia yang dapat diamati adalah perilaku merokok. Merokok
merupakan hal yang biasa dilihat di berbagai tempat dan kesempatan.
Kebiasaan merokok dilakukan oleh orang dewasa dan ternyata telah
merambah juga ke dunia anak-anak. Pengertian Merokok menurut Sitepoe
(2000) adalah membakar tembakau yang kemudian diisap asapnya, baik
menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Sedangkan
Poerwadarminta (2004) mendefinisikan merokok sebagai menghisap
rokok, sedangkan rokok sendiri adalah gulungan tembakau yang berbalut
daun nipah atau kertas. Subanada (2004) menyatakan merokok adalah
sebuah kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok,
namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk baik bagi si
perokok itu sendiri maupun orang-orang disekitarnya.
Menurut Armstrong (dikutip dalam Nasution, 2007)
mendefinisikan merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar
ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar. Pendapat lain
dari Levy (dikutip dalam Nasution, 2007, h.6) menyatakan bahwa perilaku
merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar dan
menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh
orang-orang di sekitarnya.
Menurut Sumarno (Mulyadi, 2007) menjelaskan cara merokok
yang lazim dibedakan menjadi dua cara yaitu cara yang pertama dengan
menghisap dan menelan asap rokok ke dalam paru-paru kemudian
dihembuskan. Cara yang kedua dilakukan dengan lebih moderat yaitu
hanya menghisap sampai mulut kemudian dihembuskan melalui mulut
atau hidung. Perilaku merokok merupakan salah satu kebiasaan yang dapat
merugikan kesehatan dan menyebabkan ketergantunagn pada perokok.
Menurut Ogawa (Ulhaq, 2008) dahulu rokok disebut sebagai “kebiasaan”
atau “ketagihan”. Dewasa ini, merokok disebut sebagai “Tobacco
Depedency” atau ketergantungan pada tembakau. Ketergantungan pada
tembakau atau tobacco dependence didefinisikan sebagai perilaku
penggunaan tembakau yang menetap, biasanya lebih dari ½ bungkus
rokok per hari, dengan tambahan adanya distres yang disebabkan oleh
kebutuhan akan tembakau secara berulang-ulang.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku
merokok adalah suatu aktivitas membakar rokok dan kemudian
menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan
asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya serta dapat
menimbulkan dampak buruk baik bagi si perokok itu sendiri maupun
orang-orang disekitarnya.
F. Faktor-faktor yang Menyebabkan Perilaku Merokok.
“Awalnya sih coba-coba, penasaran seperti apasih rasanya
merokok itu, kayaknya enak ngeliat orang orang ngerokok. Pertama batuk-
batuk, lama-lama ketagihan”. Begitulah kutipan dalam Merokok itu
Konyol (Trim, 2006) mengenai penuturan sebagian orang ketika ditanya
bagaimana awal mula merokok. Rokok memang benar-benar sudah
menjadi kebiasaan dalam kehidupan masyarakat. Bahkan untuk sebagian
orang, mereka lebih memilih untuk tidak makan ditimbang tidak merokok.
Faktanya, banyak faktor bagi seseorang untuk mencoba merokok terutama
untuk remaja yang secara psikologis masih labil dan serba ingin tahu.
Menurut Lewin (Komalasari&Helmi, 2000) perilaku merokok
merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku
merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri juga disebabkan
faktor lingkungan. Menurut Leventhal (dikutip dalam Nasution, 2007, h.8)
bahwa merokok tahap awal itu dilakukan dengan teman-teman (64%),
seorang anggota keluarga bukan orang tua (23%), tetapi secara
mengejutkan bagian besar juga dengan orang tua (14%). Hal ini
mendukung hasil penelitian Komalasari dan Helmi (2000) yang
mengatakan bahwa ada tiga faktor penyebab perilaku merokok pada
remaja yaitu kepuasan psikologis, sikap permisif orangtua terhadap
perilaku merokok remaja dan pengaruh teman sebaya. Sedangkan hasil
penelitian Wulandari (2007) mengatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok pada dewasa awal yaitu afeksi negatif,
lingkungan (teori belajar sosial), persepsi kontrol perilaku, sikap dan
norma-norma subyektif. Riset mengungkapkan sebanyak 54,59% remaja
dan perempuan merokok dengan tujuan mengurangi ketegangan dan stres.
Lainnya beralasan untuk bersantai 29,36%, merokok sebagaimana
dilakukan pria 12,84%, pertemanan 2,29%, dan agar diterima dalam
kelompok 0,92%. Subanada (2004) menyatakan faktor-faktor yang
menyebabkan perilaku merokok:
1. Faktor Psikologis
Merokok dapat menjadi sebuah cara bagi individu untuk santai dan
kesenangan, tekanan-tekanan teman sebaya, penampilan diri, sifat
ingin tahu, stress, kebosanan dan ingin kelihatan gagah merupakan hal-
hal yang dapat mengkontribusi mulainya merokok. Selain itu, individu
dengan gangguan cemas bisa menggunakan rokok untuk
menghilangkan kecemasan yang mereka alami.
2. Faktor Biologis
3. Faktor Lingkungan
4. Faktor Regulatori
2. Pengaruh teman
3. Faktor Kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari
kebosanan. Satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada
pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial.
Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial
lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang
memiliki skor yang rendah.
4. Pengaruh Iklan
11. Phenol
Phenol merupakan campuran yang terdiri dari kristal yang dihasilkan
dari destilasi beberapa zat organik, seperti kayu dan arang. Phenol
terikat pada protein dan menghalangi aktivitas enzim.
12. Acetol
Hasil pemanasan aldehyde (sejenis zat tidak berwarna bebas bergerak)
dan mudah menguap dengan alkohol.
13. Hydrogen Sulfide
Hydrogen sulfide ialah sejenis gas beracun yang gampang terbakar
dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim (zat besi
yang berisi pigmen).
14. Pyridine
Cairan tidak berwarna dengan bau yang tajam. Zat ini dapat digunakan
untuk mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama.
15. Methyl Chloride
Methyl chloride adalah campuran dari zat – zat bervalensi satu, yang
unsur – unsur utamanya berupa hidrogen dan karbon. Zat ini
merupakan senyawa organik yang dapat beracun.
16. Methanol
Methanol ialah sejenis cairan ringan yang gampang menguap dan
terbakar. Meminum atau mengisap methanol dapat mengakibatkan
kebutaan, bahkan kematian.
H. Bahaya Merokok
Merokok setelah makan merupakan aktivitas yang susah untuk
ditinggalkan oleh para pecinta bahan berbentuk silinder, dan berisi
campuran tembakau dengan kandungan zat yaitu nikotin serta tar ini.
Menurut para ahli, hampir 90 persen orang merokok setelah makan.
Alasan mereka biasanya sangat sederhana, jika tidak merokok setelah
makan maka mulut akan terasa sebal dan asam. Sebenarnya merokok pada
waktu biasa atau setelah makan, memiliki bahaya yang sama bagi
kesehatan. Namun, merokok setelah makan memungkinkan semua bahaya
yang mengancam akan datang lebih cepat. Merokok dapat mengganggu
sistem pencernaan di usus. Sistem pencernaan yang memperngaruhi
seluruh tubuh terganggu akibat nikotin yang terikat dalam oksigen yang
diedarkan di dalam darah. Karena nikotin ini mudah diserap, sehingga
oksigen yang dibutuhkan sistem pencernaan berkurang. Akibat yang bisa
ditimbulkan adalah bisa memicu terjadinya kanker usus dan kanker paru-
paru. Walaupun dokter mengatakan lebih baik memberikan jeda selama 20
menit setelah makan, namun tetap saja rokok itu sendiri tidak baik bagi
tubuh.
Menurut apoteker berkebangsaan Nigeria, Lanre Alege dari
Universitas Ilorin Teaching Hospital, mengatakan bahwa satu batang
rokok yang dihisap setelah makan, bahayanya sama dengan merokok 10
batang. Hal ini disebabkan oleh peredaran darah pada saluran pencernaan
sehabis makan meningkat, akibatnya sejumlah besar kandungan dalam
rokok yang tidak baik bagi kesehatan diserap, sehingga bisa merusak hati,
otak besar, dan pembuluh darah jantung dan menyebabkan mempercepat
penyakit terkait aspek-aspek ini. Kerusakan organ dalam tubuh akan
menjadi lebih cepat dan risiko terkena kanker juga menjadi lebih besar.
Sayangnya, meski bahaya yang mengintai terlalu terlalu beresiko, namun
tetap saja aktivitas merokol sangat sulit dihentikan. Terlebih dengan
aktivitas merokok setelah makan. Para perokok mengklaim bahwa
kegiatan merokok setelah makan memiliki kenikmatan tersendiri dan sulit
dihindari.
I. Cara Mencegah Kebiasan Merokok
Akan lebih baik lagi bila tidak hanya menghindari merokok setelah
makan namun adanya upaya untuk menghentikan kebiasan merokok
tersebut. Menurut Husaini (dalam buku yang berjudul “Tobat Merokok”),
ditemukan beberapa terapi yang bisa digunakan untuk menghentikan
kebiasaan merokok, antara lain :
1. Psikoterapi
Salah satu pengobatan terbaik yang dilakukan untuk menghentikan
kebiasaan merokok adalah dengan pengobatan secara berkelompok
(group therapy), yang di dalamnya individu-individu yang masih
merokok dipertemukan dengan individu lain yang telah berhasil
menghentikan kebiasaan merokoknya. Kemudian dilakukan diskusi
antara kedua kelompok tersebut. Setiap individu yang telah berhasil
berhenti merokok, menceritakan pengalamannya kepada individu lain
yang belum berhasil untuk menghentikan kebiasaan merokoknya.
Diskusi dan dialog yang dilakukan dapat memberikan pengaruh yang
kuat dalam diri perokok untuk bisa melepaskan diri dari kebiasaan
merokok.
2. Hipnotis
Cara ini dilakukan berdasarkan titik kesadaran dalam diri pasien.
Psikolog menggunakan cara hipnotis untuk memberi keasadara dalam
diri pasien akan bahaya yang menghantuinya apabila ia tetap merokok.
Selain itu, psikolog memberi penjelasan tentag keuntungan yang
didapatkan bila pecandu rokok tersebut berhasil menghentikan
kebiasaan merokoknya.
3. Terapi Psikoanalisa
Terapi psikoanalisa dilakukan dengan menggunakan konsep-konsep
yang ada dalam teori psikoanalisa yang dikemukakan oleh Freud.
Dimana seorang individu yang merokok dipengaruhi oleh alam bawah
sadar (id). Terapi ini memberikan batasan kepada individu tersebut
tentang id yang dimilikinya dengan menghubungkan dengan ego dan
superego. Cara ini dilakukan bila perokok sudah memasuki tahap akhir
sebagai pencandu rokok berat, dimana motivasi yang ada di dalam diri
perokok berkaitan erat dengan masalah psikologis yang melekat pada
pikirannya.
4. Dimensi Pendidikan
Cara ini dilakukan dengan mengadakan dialog atau diskusi bahaya
merokok serta menjelaskan keuntungan bila seseorang tidak merokok.
Ini dilakukan baik melalui dialog langsung dengan atau tanpa adanya
bedah buku yang berkaitan dengan masalah tersebut, dengan tujuan
untuk memberikan pencerahan atau insight dan menyadarkan diri
perokok dari bahaya-bahaya yang mengancamnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://log.viva.co.id/news/read/591205-bahaya-merokok-setelah-makan
(diakses pada tanggal 11 Maret 2016)