PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Kesehatan Reproduksi dan Ginekologi adalah blok XVII pada semester
VI dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan
pembelajaran untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada kesempatan yang akan
datang. Pada kesempatan kali ini akan memaparkan kasus Ny. A, berusia 37 tahun,
mengaku hamil datang ke IGD RSMP pada tanggal 15 Maret 2016 dengan keluhan
perdarahan dari kemaluan sejak 1 jam yang lalu, darah bewarna merah segar sebanyak
2x ganti pembalut. Tidak disertai nyeri perut.
HPHT 10 Juni 2015. Ny. A selama ini oernah melakukan 2 kali pemeriksaan
kehamilan ke puskesmas, namun belum pernah melakukan USG. Ny. A mengaku
pernah mengalami perdarahan yang sama sekitar dua bulan yang lalu namun tidak
sebanyak perdarahan sekarang sehingga tidak memeriksakan diri. Ny. A sudah dua
kali melahirkan normal, belum pernah mengalami keguguran. Anak pertama berumur
5 tahun, anak kedua 3 tahun. Ny. A pernah dikuretase setelah melahirkan anak kedua
karena perdarahan setelah persalinan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Skenario
Ny. A, berusia 37 tahun, mengaku hamil datang ke IGD RSMP pada tanggal 15 Maret
2016 dengan keluhan perdarahan dari kemaluan sejak 1 jam yang lalu, darah bewarna merah
segar sebanyak 2x ganti pembalut. Tidak disertai nyeri perut.
HPHT 10 Juni 2015. Ny. A selama ini oernah melakukan 2 kali pemeriksaan kehamilan
ke puskesmas, namun belum pernah melakukan USG. Ny. A mengaku pernah mengalami
perdarahan yang sama sekitar dua bulan yang lalu namun tidak sebanyak perdarahan
sekarang sehingga tidak memeriksakan diri. Ny. A sudah dua kali melahirkan normal, belum
pernah mengalami keguguran. Anak pertama berumur 5 tahun, anak kedua 3 tahun. Ny. A
pernah dikuretase setelah melahirkan anak kedua karena perdarahan setelah persalinan.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sakit sedang, kesadaran : compos mentis
Tanda vital : N: 88x/menit isi tegangan cukup, TD : 110/70 mmHg, RR : 18x/menit, T :
36,0OC
Pemeriksaan Khusus
Kepala : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
2
Thoraks : dalam batas normal
Ekstremitas : edema (-)
Pemeriksaan Obstetri
PL:
- TFU 3 jari bawah processus xyphoideus (32cm), letak memanjang, puggung sebelah
kanan, terbawah kepala, floating, djj 135x/menit, his tidak ada
- Terdapat perdarahan pervaginam bewarna merah segar
Inspekulo:
- Portio : livide
- OUE terbuka 2cm
- Flexus (+) darah aktif keluar dari OUE
- Polip, erosi, laserasi (-)
Vaginal Toucher : tidak dilakukan
Pemeriksaan Laboratorium : Darah rutin : Hb : 10,8g/dl, Trombosit : 250.000/mm3,
Leukosit : 10.000/mm3
3
9. OUE : Osteum Uteri Externum
4
- OUE terbuka 2cm
- Flexus (+) darah aktif keluar dari OUE
- Polip, erosi, laserasi (-)
Vaginal Toucher : tidak dilakukan
7. Pemeriksaan Laboratorium : Darah rutin : Hb : 10,8g/dl, Trombosit : 250.000/mm 3,
Leukosit : 10.000/mm3
5
Vulva meliputi seluruh struktur eksternal yang dapat dilihat mulai dari pubis
sampai perineum, yaitu mons veneris, labia mayora dan labia minora, klitoris,
selaput darah (hymen), vestibulum, muara uretra, berbagai kelenjar dan struktur
vascular.
Mons veneris (mons pubis)
Mons veneris (mons pubis) adalah bagian yang menonjol di atas simfisis dan
pada perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut kemaluan. Pada
perempuan umumnya batas atas rambut melintang sampai pinggir atas simfisis,
sedangkan ke bawah sampai sekitar anus dan paha.
Labia mayora
Labia mayora (bibir-bibir besar) terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong
mengecil kebawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di
mons veneris. Kebawah dan ke belakang kedua labia mayora bertemu dan
membentuk kommisura posterior.Labia mayora analog dengan skrotum pada
pria.
Labia minora (nymphae)
Labia minora (nymphae) adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir
besar. Ke depan kedua bibir kecil bertemu yang diatas klitoris membentuk
preputium klitoridis dan yang di bawah klitoris membentuk frenulum klitoridis.
Ke belakang kedua bibir kecil juga bersatu dan membentuk fossa navikulare.
Kulit yang meliputi labia minora mengandung banyak glandula sebasea dan
juga ujung-ujung saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat sensistif.
Klitoris
Klitoris kira-kira sebesar biji kacang ijo, tertutup oleh preputium klitoridis dan
terdiri atas glans klitoridis, korpus klitoridis dan dua krura yang
menggantungkan klitoris ke os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang
dapat mengembang, penuh dengan ujung saraf, sehingga sangat sensitif.
Vestibulum
Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan ke belakang
dan dibatas di depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan di
belakang oleh perineum (fourchette).
Introitus Vagina
6
Introitus vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Introitus
vagina ditutupi oleh selaput dara.
Perineum
Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. Jaringan
yang mendukung perineum terutama ialah diafragma pelvis dan diafragma
urogenitalis. Diafragma pelvis terdiri atas otot levator ani dan otot koksigis
posterior serta fasia yang menutupi kedua otot ini. Diafragma urogenitalis
terletak eksternal dari diafragma pelvis, yaitu di daerah segitiga antara tuber
isiadika dan simfisis pubis. Diafragma urogenitalis meliputi muskulus
transverses perinea profunda, otot konstriktor uretra dan fasia internal maupun
eksternal yang menutupinya
7
vagina tidak didapatkan kelenjar bersekresi. Vagina dapat darah dari (1) arteri
uterine, yang melalui cabangnya ke serviks dan vagina memberikan darah ke
vagina bagian tengah 1/3 atas; (2) arteria vesikalis inferior, yang melalui
cabangnya memberikan darah ke vagina bagian 1/3 tengah; (3) arteria
hemoroidalis mediana dan arteria pedundus interna yang memberikan darah ke
bagian 1/3 bawah
Uterus
Berbentuk advokat atau buah pir yang sedikit gepeng ke arah depan belakang.
Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri dari
otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar diatas 5,25 cm,
tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus dalam keadaan fisiologis
adalah anteversiofleksio (serviks ke depan dan membentuk sudut dengan
vagina, sedangkan korpus uteri ke depan dan membentuk sudut dengan serviks
uteri). Uterus terdiri atas (1) fundus uteri; (2) korpus uteri dan (3) serviks uteri.
Tuba Fallopi
Tuba Fallopi terdiri atas (1) pars interstisialis, yaitu bagian yang terdapat di
dindinguterus (2) pars ismikia, merupakan bagian medial tuba yang sempit
seluruhnya; (3) pars ampularis, yaitu bagian yang berbentuk sebagai saluran
agak lebar, tempat konsepsi terjadi; dan (4) infundibulum, yaitu bagian ujung
tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai fimbria
Ovarium (indung telur)
Perempuan pada umumnya mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri.
Mesovarium menggantung ovarium di bagian belakang ligamentum latum kiri
dan kanan. Ovarium berukuran kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan
ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm
(Prawirohardjo, 2011).
8
mengalami peningkatan dari 4 menjadi 6,5 yang membuat wanita hamil lebih
rentan terhadap infeksi vagina. Tanda Goodell yaitu perubahan konsistensi
serviks menjadi lebih lunak dan kenyal. Pembesaran dan penebalan uterus
disebabkan adanya peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah,
hyperplasia & hipertropi otot, dan perkembangan desidua. Dinding-dinding
otot menjadi kuat dan elastis, fundus pada serviks mudah fleksi disebut tanda
Mc Donald. Pada kehamilan 8 minggu uterus membesar sebesar telur bebek
dan pada kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur angsa. Pada minggu-
minggu pertama, terjadi hipertrofi pada isthmus uteri membuat isthmus
menjadi panjang dan lebih lunak yang disebut tanda Hegar. Sejak trimester satu
kehamilan, uterus juga mengalami kontraksi yang tidak teratur dan umumnya
tidak nyeri. Proses ovulasi pada ovarium akan terhenti selama kehamilan.
Pematangan folikel baru juga ditunda. Tetapi pada awal kehamilan, masih
terdapat satu corpus luteum gravidarum yang menghasilkan hormon estrogen
dan progesteron. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu,
kemudian mengecil setelah plasenta terbentuk.
b. Trimester 2
Hormon estrogen dan progesteron terus meningkat dan terjadi
hipervaskularisasi mengakibatkan pembuluh-pembuluh darah alat genetalia
membesar. Peningkatan sensivitas ini dapat meningkatkan keinginan dan
bangkitan seksual, khususnya selama trimester dua kehamilan. Peningkatan
kongesti yang berat ditambah relaksasi dinding pembuluh darah dan uterus
dapat menyebabkan timbulnya edema dan varises vulva. Edema dan varises ini
biasanya membaik selama periode pasca partum. Pada akhir minggu ke 12
uterus yang terus mengalami pembesaran tidak lagi cukup tertampung dalam
rongga pelvis sehingga uterus akan naik ke rongga abdomen. Pada trimester
kedua ini, kontraksi uterus dapat dideteksi dengan pemeriksaan bimanual.
Kontraksi yang tidak teratur dan biasanya tidak nyeri ini dikenal sebagai
kontraksi Braxton Hicks, muncul tiba-tiba secara sporadik dengan intensitas
antara 5-25 mmHg. Pada usia kehamilan 16 minggu, plasenta mulai terbentuk
dan menggantikan fungsi corpus luteum gravidarum.
c. Trimester 3
Dinding vagina mengalami banyak perubahan sebagai persiapan untuk
persalinan yang seringnya melibatkan peregangan vagina. Ketebalan mukosa
9
bertambah, jaringan ikat mengendor dan sel otot polos mengalami hipertrofi.
Juga terjadi peningkatan volume sekresi vagina yang berwarna keputihan dan
lebih kental. Pada minggu-minggu akhir kehamilan, prostaglandin
mempengaruhi penurunan konsentrasi serabut kolagen pada serviks. Serviks
menjadi lunak dan lebih mudah berdilatasi pada waktu persalinan. Isthmus uteri
akan berkembang menjadi segmen bawah uterus pada trimester akhir. Otot-otot
uterus bagian atas akan berkontraksi sehingga segmen bawah uterus akan
melebar dan menipis, hal itu terjadi pada masa-masa akhir kehamilan
menjelang persalinan. Batas antara segmen atas yang tebal dan segmen bawah
yang tipis disebut lingkaran retraksi fisiologis.
Payudara / mammae
a. Trimester 1
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon somatomamotropin,
estrogen dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan ASI. Vena-vena di
bawah kulit juga akan lebih terlihat. Areola mammae akan bertambah besar
pula dan kehitaman. Kelenjar sebasea dari areola akan membesar dan
cenderung menonjol keluar dinamakan tuberkel Montgomery.
b. Trimester 2
Pada kehamilan 12 minggu keatas dari puting susu dapat keluar cairan kental
kekuning-kuningan yang disebut Kolustrum. Kolustrum ini berasal dari asinus
yang mulai bersekresi selama trimester dua. Pertumbuhan kelenjar mammae
membuat ukuran payudara meningkat secara progresif. Bila pertambahan
ukuran tersebut sangat besar, dapat timbul stria stria seperti pada abdomen.
Walaupun perkembangan kelenjar mammae secara fungsional lengkap pada
pertengahan masa hamil, tetapi laktasi terlambat sampai kadar estrogen
menurun, yakni setelah janin dan plasenta lahir.
c. Trimester 3
Pembentukan lobules dan alveoli memproduksi dan mensekresi cairan yang
kental kekuningan yang disebut Kolostrum. Pada trimester 3 aliran darah di
dalamnya lambat dan payudara menjadi semakin besar.
Kulit
a. Trimester 1
10
Diketahui bahwa terjadi peningkatan suatu hormon perangsang melanosit sejak
akhir bulan kedua kehamilan sampai aterm yang menyebabkan timbulnya
pigmentasi pada kulit. Linea nigra adalah pigmentasi berwarna hitam
kecoklatan yang muncul pada garis tengah kulit abdomen. Bercak kecoklatan
kadang muncul di daerah wajah dan leher membentuk kloasma atau melasma
gravidarum (topeng kehamilan). Aksentuasi pigmen juga muncul pada areola
dan kulit genital. Pigmentasi ini biasanya akan menghilang atau berkurang
setelah melahirkan. Angioma atau spider naevi berupa bintik-bintik penonjolan
kecil dan merah pada kulit wajah, leher, dada atas, dan lengan. Kondisi ini
sering disebut sebagai nevus angioma atau teleangiektasis. Eritema palmaris
terkadang juga dapat ditemukan. Kedua kondisi ini kemungkinan disebabkan
oleh hiperestrogenemia kehamilan.
b. Trimester 2
Peningkatan melanocyte stimulating hormone (MSH) pada masa ini
menyebabkan perubahan cadangan melanin pada daerah epidermal dan dermal.
c. Trimester 3
Pada bulan-bulan akhir kehamilan umumnya dapat muncul garis-garis
kemerahan, kusam pada kulit dinding abdomen dan kadang kadang juga
muncul pada daerah payudara dan paha. Perubahan warna tersebut sering
disebut sebagai striae gavidarum. Pada wanita multipara, selain striae
kemerahan itu seringkali ditemukan garis garis mengkilat keperakan yang
merupakan sikatrik dari striae kehamilan sebelumnya.
Perubahan Hematologis
a. Trimester 1
Volume darah ibu meningkat secara nyata selama kehamilan. Konsentrasi
hemoglobin dan hematokrit sedikit menurun sejak trimester awal kehamilan.
Sedangkan konsentrasi dan kebutuhan zat besi selama kehamilan juga
cenderung meningkat untuk mencukupi kebutuhan janin.
b. Trimester 2
Peningkatan volume darah disebabkan oleh meningkatnya plasma dan eritrosit.
Terjadi hiperplasia eritroid sedang dalam sumsum tulang dan peningkatan
ringan pada hitung retikulosit. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kadar
eritropoetin plasma ibu setelah usia gestasi 20 minggu, sesuai dengan saat
produksi eritrosit paling tinggi.
c. Trimester 3
Konsentrasi hematokrit dan hemoglobin yang sedikit menurun selama
kehamilan menyebabkan viskositas darah menurun pula. Perlu diperhatikan
kadar hemoglobin ibu terutama pada masa akhir kehamilan, bila konsentrasi Hb
<11,0 g/dl, hal itu dianggap abnormal dan biasanya disebabkan oleh defisiensi
besi.
Sistem Kardiovaskuler
a. Trimester 1
Perubahan terpenting pada fungsi jantung terjadi pada 8 minggu pertama
kehamilan. Pada awal minggu kelima curah jantung mengalami peningkatan
yang merupakan fungsi dari penurunan resistensi vaskuler sistemik serta
peningkatan frekuensi denyut jantung. Preload meningkat sebagai akibat
12
bertambahnya volume plasma yang terjadi pada minggu ke 10-20.
b. Trimester 2
Sejak pertengahan kehamilan, pembesaran uterus akan menekan vena cava
inferior dan aorta bawah saat ibu berada pada posisi terlentang. Hal itu akan
berdampak pada pengurangan darah balik vena ke jantung hingga terjadi
penurunan preload dan cardiac output yang kemudian dapat menyebabkan
hipotensi arterial.
c. Trimester 3
Selama trimester terakhir, kelanjutan penekanan aorta pada pembesaran uterus
juga akan mengurangi aliran darah uteroplasenta ke ginjal. Pada posisi
terlentang ini akan membuat fungsi ginjal menurun jika dibandingkan dengan
posisi miring.
Sistem pernafasan
a. Trimester 1
Kesadaran untuk mengambil nafas sering meningkat pada awal kehamilan yang
mungkin diinterpretasikan sebagai dispneu. Hal itu sering mengesankan adanya
kelainan paru atau jantung padahal sebenarnya tidak ada apa-apa. Peningkatan
usaha nafas selama kehamilan kemungkinan diinduksi terutama oleh
progesteron dan sisanya oleh estrogen. Usaha nafas yang meningkat tersebut
mengakibatkan PCO2 atau tekanan karbokdioksida berkurang.
b. Trimester 2
Selama kehamilan, sirkumferensia thorax akan bertambah kurang lebih 6 cm
dan diafragma akan naik kurang lebih 4 cm karena penekanan uterus pada
rongga abdomen. Pada kehamilan lanjut, volume tidal, volume ventilasi per
menit, dan pengambilan oksigen per menit akan bertambah secara signifikan.
c. Trimester 3
Pergerakan difragma semakin terbatas seiring pertambahan ukuran uterus
dalam rongga abdomen. Setelah minggu ke 30, peningkatan volume tidal,
volume ventilasi per menit, dan pengambilan oksigen per menit akan mencapai
puncaknya pada minggu ke 37. Wanita hamil akan bernafas lebih dalam
sehingga memungkinkan pencampuran gas meningkat dan konsumsi oksigen
meningkat 20%. Diperkirakan efek ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi
13
progesteron.
Sistem Urinaria
a. Trimester 1
Pada bulan-bulan awal kehamilan, vesika urinaria tertekan oleh uterus sehingga
sering timbul keinginan berkemih. Hal itu menghilang seiring usia kehamilan
karena uterus yang telah membesar keluar dari rongga pelvis dan naik ke
abdomen. Ukuran ginjal sedikit bertambah besar selama kehamilan. Laju
filtrasi glomerulus (GFR) dan aliran plasma ginjal (RPF) meningkat pada awal
kehamilan.
b. Trimester 2
Uterus yang membesar mulai keluar dari rongga pelvis sehingga penekanan
pada vesica urinaria pun berkurang. Selain itu, adanya peningkatan
vaskularisasi dari vesica urinaria menyebabkan mukosanya hiperemia dan
menjadi mudah berdarah bila terluka.
c. Trimester 3
Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul
menyebabkan penekanan uterus pada vesica urinaria. Keluhan sering berkemih
pun dapat muncul kembali. Selain itu, terjadi peningkatan sirkulasi darah di
ginjal yang kemudian berpengaruh pada peningkatan laju filtrasi glomerulus
dan renal plasma flow sehingga timbul gejala poliuria. Pada ekskresi akan
dijumpai kadar asam amino dan vitamin yang larut air lebih banyak.
Sistem Muskuloskeletal
a. Trimester 1
Pada trimester pertama tidak banyak perubahan pada musuloskeletal. Akibat
peningkatan kadar hormone estrogen dan progesterone, terjadi relaksasi dari
jaringan ikat, kartilago dan ligament juga meningkatkan jumlah cairan
synovial. Bersamaan dua keadaan tersebut meningkatkan fleksibilitas dan
mobilitas persendian. Keseimbangan kadar kalsium selama kehamilan biasanya
normal apabila asupan nutrisinya khususnya produk terpenuhi.
b. Trimester 2
Tidak seperti pada trimester 1, selama trimester 2 ini mobilitas persendian
sedikit berkurang. Hal ini dipicu oleh peningkatan retensi cairan pada
14
connective tissue, terutama di daerah siku dan pergelangan tangan.
c. Trimester 3
Akibat pembesaran uterus ke posisi anterior, umumnya wanita hamil memiliki
bentuk punggung cenderung lordosis. Sendi sacroiliaca, sacrococcigis, dan
pubis akan meningkat mobilitasnya diperkirakan karena pengaruh hormonal.
Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap pada wanita hamil
dan menimbulkan perasaan tidak nyaman pada bagian bawah punggung.
Sistem Persarafan
a. Trimester 1
Wanita hamil sering melaporkan adanya masalah pemusatan perhatian,
konsentrasi dan memori selama kehamilan dan masa nifas awal. Namun,
penelitian yang sistematis tentang memori pada kehamilan tidak terbatas dan
seringkali bersifat anekdot.
b. Trimester 2
Sejak awal usia gestasi 12 minggu, dan terus berlanjut hingga 2 bulan pertama
pascapartum, wanita mengalami kesulitan untuk mulai tidur, sering terbangun,
jam tidur malam yang lebih sedikit serta efisiensi tidur yang berkurang.
c. Trimester 3
Penelitian Keenan dkk (1978) menemukan adanya penurunan memori terkait
kehamilan yang terbatas pada trimester tiga. Penurunan ini disebabkan oleh
depresi, kecemasan, kurang tidur atau perubahan fisik lain yang dikaitkan
dengan kehamilan. Penurunan memori yang diketahui hanyalah sementara dan
cepat pulih setelah kelahiran.
Sistem Pencernaan
a. Trimester 1
Timbulnya rasa tidak enak di ulu hati disebabkan karena perubahan posisi
lambung dan aliran asam lambung ke esophagus bagian bawah. Produksi asam
lambung menurun. Sering terjadi nausea dan muntah karena pengaruh human
Chorionic Gonadotropin (HCG), tonus otot-otot traktus digestivus juga
berkurang. Saliva atau pengeluaran air liur berlebihan dari biasa. Pada beberapa
wanita ditemukan adanya ngidam makanan yang mungkin berkaitan dengan
15
persepsi individu wanita tersebut mengenai apa yang bisa mengurangi rasa
mual.
b. Trimester 2
Seiring dengan pembesaran uterus, lambung dan usus akan tergeser. Demikian
juga dengan organ lain seperti appendiks yang akan bergeser ke arah atas dan
lateral. Perubahan lainnya akan lebih bermakna pada kehamilan trimester 3.
c. Trimester 3
Perubahan yang paling nyata adalah adanya penurunan motilitas otot polos
pada organ digestif dan penurunan sekresi asam lambung. Akibatnya, tonus
sphincter esofagus bagian bawah menurun dan dapat menyebabkan refluks dari
lambung ke esofagus sehingga menimbulkan keluhan seperti heartburn.
Penurunan motilitas usus juga memungkinkan penyerapan nutrisi lebih banyak,
tetapi dapat muncul juga keluhan seperti konstipasi. Sedangkan mual dapat
terjadi akibat penurunan asam lambung.
16
1. Peningkatan kerentanan terjadinya gingivitis dan peningkatan kedalaman
saku periodontal.
2. Peningkatan kerentanan terjadinya infeksi.
3. Penurunan kemotaksis neutrofil dan penekanan produksi antibodi.
4. Peningkatan sejumlah patogen periodontal (khususnya Porphyromonas
gingivalis).
5. Peningkatan sintesis PGE2.
Fisiologi kehamilan
Ovum keluar → ditangkap oleh fimbriae → masuk ke tuba falopii (dibagian
ampula) bertemu dengan sperma→ terjadi proses fertilisasi(konsepsi) → terbentuk
zigot (dipengaruhi oleh estrogen dan progesterone) →progesteron menebalkan
dinding endometrium, estrogen menjaga suasana di uterus agar sperma dapat hidup
→ adanya pergerakan dari tunika muscularis di tuba, zigot masuk ke uterus dalam
bentuk blastula → blastula bernidasi pada endometrium fundus uteri dan berubah
menjadi embrioblast dan trofoblast → embrioblast berubah menjadi janin dan
tropoblast menjadi plasenta.
(Guyton, 2007)
17
atas ke bawah depan → his yang berulang → mengkombinasikan elastisitas
diafragma pelvis dan tekanan intrauterin → kepala mengadakan rotasi interna
(putaran paksi dalam) di dasar panggul → rotasi UUK akan berputar ke arah depan
sehingga di dasar panggul UUK berada di bawah simfisis pubis → kepala
mengadakan defleksi sehingga terjadi ekspulsi kepala janin
(UUB→dahi→muka→dagu) → kepala segera mengadakan rotasi eksterna
(putaran paksi luar) → bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring →
di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul
yang dilaluinya → ekspulsi total (lahirkan bahu depan→bahu belakang→seluruh
tubuh→ekstremitas) → partus normal atau partus spontan.
18
c. Fase Deselerasi: pembukaan 9cm sd lengkap (2 jam)
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara pada primigrivida dan
multigravida. Pada yang pertama ostium uteri internum akan membuka lebih
dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Baru kemudian ostium
uteri eksternum membuka.Pada multigravida ostium internum sudah sedikit
terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran
serviks terjadi dalam saat yang saat yang sama.
Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telang lengkap.Pada primigravida
kala I berlangsung kira- kira 13 jam, sedangkan multi para kira- kira 7 jam.
II. Kala II/ kala pengeluaran
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira- kira 2 sampai 3 menit
sekali.Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk diruang panggul,
maka pada his dirasakan tekanan pada otot- otot dasar panggul, yang secara
reflektoris menimbulkan rasa mengedan.Wanita merasa pula tekanan kepada
rectum dan hendak buang air besar.Kemudian perineum mulai menonjol dan
menjadi lebar dengan anus membuka.Labia mulai membuka dan tidak lama
kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his.Bila dasar panggul
sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi diluar his, dengan his dan
kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput
dibawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum.Setelah istirahat
sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota bayi. Para
primigravida kala II berlangsung rata- rata 1,5 jam dan pada multipara rata- rata
0,5 jam.
III. Kala III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas
pusat.Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan
plasenta dari dindingnya.Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit
setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus
uteri.Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah.
IV. Kala IV
Kala ini dianggap perlu untuk mengamat- amati apakah ada perdarahan
postpartum.
(Prawirohardjo, 2011)
19
d. Apa saja penyebab perdarahan pada kehamilan?
Jawab:
Penyebab perdarahan antepartum:
1. Pada hamil muda
a) abortus
b) kehamilan ektopik
c) mola hydatinosa
2. Pada triwulan terakhir
a) placenta previa
b) solution placenta
3. Penyebab lain
a) trauma
b) coitus
c) varices yang pecah
d) carcinoma
e) polyp
(FKUNPAD, 1984)
f. Apa makna terjadi perdarahan sejak satu jam yang lalu bewarna merah segar
sebanyak 2 kali ganti pembalut?
Jawab:
Darah yang berwarna merah segar, sumber perdarahan dari plasenta previa ini ialah
sinus uterus yang robek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau
karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannnya tak dapat
dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk
berkontraksi menghentikan perdarahan tersebut, tidak sama dengan serabut otot
uterus menghentikan perdarahan pada kala III pada plasenta yang letaknya normal.
Semakin rendah letak plasenta, maka semakin dini perdarahan yang terjadi. Oleh
karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada
plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai.
21
(Oxorn, 2003)
2. HPHT 10 Juni 2015. Ny. A selama ini oernah melakukan 2 kali pemeriksaan
kehamilan ke puskesmas, namun belum pernah melakukan USG.
a. Apa makna HPHT 10 Juni 2015?
Jawab:
Hari pertama pada haid terakhir (HPHT) adalah hari pertama siklus menstruasi
pada saat haid terakhir. Sementara ovulasi terjadi kurang lebih dua minggu setelah
masa ini. Jika pada durasi ini sperma bertemu sel telur sehingga terjadi
pembuahan, maka saat itulah kehamilan dimulai. HPHT 10 Juni 2015 berarti hari
pertama siklus menstruasi yang terakhir dimulai tanggal 10 Juni 2015.
24
Dari hasil perhitungan kalender berdasarkan HPHT, maka usia kehamilan Ny. A
adalah 39 minggu 5 hari.
f. Apa saja yang dapat dilihat melalui pemeriksaan USG pada kehamilan?
Jawab:
USG pada trimester I:
1) Penentuan adanya kehamilan intrauterin.
2) Penentuan adanya denyut jantung mudigah atau janin.
3) Penentuan usia kehamilan.
4) Penentuan kehamilan kembar.
5) Perdarahan pervaginam.
6) Kehamilan ektopik.
7) Penentuan adanya tumor pelvik atau kelainan uterus.
3. Ny. A mengaku pernah mengalami perdarahan yang sama sekitar dua bulan yang lalu
namun tidak sebanyak perdarahan sekarang sehingga tidak memeriksakan diri.
a. Apa makna Ny. A mengaku pernah mengalami perdarahan yang sama sekitar dua
bulan lalu namun tidak sebanyak perdarahan sekarang sehingga tidak
memeriksakan diri?
Jawab:
Pada kasus plasenta yang tipis dan menutupi sebagian jalan lahir, maka umumnya
terjadi perdarahan bercak berulang dan apabila segmen bawah rahim mulai
terbentuk disertai dengansedikit penurunan bagian terbawah janin. Maka
perdarahan akan meningkat hingga tingkattan yang membahayakann keselamatan
ibu. Sementara itu, pada plasenta yang tebal dan menutupi seluruh jalan lahir
dapat menimbulkan perdarahan yang hebat tanpa didahului oleh perdarahan
bercak atau berulang sebelumnya.
(Prawirohardjo, 2011)
Maknanya pada kasus ini kemungkinan merupakan plasenta previa yang hanya
menutupi sebagian jalan lahir (parsial/marginal).
b. Apa dampak Ny. A tidak memeriksakan diri pada perdarahan dua bulan lalu?
Jawab:
27
Jarang melakukan konsultasi dan ANC -> kehamilan tidak terkontrol -> tidak
diketahui adanya kelainan pada kehamilan atau kelainan pada janin -> kehamilan
menjadi beresiko.
4. Ny. A sudah dua kali melahirkan normal, belum pernah mengalami keguguran. Anak
pertama berumur 5 tahun, anak kedua 3 tahun. Ny. A pernah dikuretase setelah
melahirkan anak kedua karena perdarahan setelah persalinan.
a. Apa kemungkinan penyebab perdarahan pasca persalinan?
Jawab:
1. Berdasarkan kausa
Perdarahan dari tempat implantasi plasenta
a. Hipotoni sampai atonia uteri
1. Akibat anestesi
2. Distensi berlebihan (gemeli, anak besar, hidramnion)
3. Partus lama, partus kasep
4. Partus presipitatus/partus terlalu cepat
5. Persalinan karena induksi oksitosin
6. Multiparitas
7. Korioamnionitis
8. Pernah atonia sebelumnya
b. Sisa plasenta
1. Kotiledon atau selaput ketuban tersisa
2. Plasenta susenturiata
3. Plasenta akreta, inkreta, perkreta
c. Perdarahan karena robekan
1. Episiotomy yang melebar
2. Robekan pada perineum, vagina, dan serviks
3. Rupture uteri
d. Gangguan koagulasi
Jarang terjadi tetapi bisa memperburuk keadaan di atas, misalnya pada kasus
trombofilia, sindroma HELLP, preeclampsia, solusio plasenta, kematian janin
dalam kandungan, dan emboli air ketuban.
2. Berdasarkan saat terjadinya
a. Primer
28
Terjadi dalam 24 jam pertama dan biasanya disebabkan oleh atonia uteri,
berbagai robekan jalan lahir dan sisa sebagian plasenta.
b. Sekunder
Terjadi setelah 24 jam persalinan, biasanya oleh karena sisa plasenta.
(Price, S & Wilson, L, 2005)
29
Dead Conseptus >>> USG janin tidak berdenyut ( apabila hamil 16-20 mgg
>> diperlukan obat perangsang utk pengeluaran janin dilanjutkn kuretase).
Ab.Mola >> tidak ditemukan janin yang tumbuh hanya plasenta dengan
gambaran bergelembung seperti buah anggur.
Menometorarghia >> perdarahan banyak dan panjang diantara siklus haid.
(Cunningham, 2012)
5. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sakit sedang, kesadaran : compos mentis
Tanda vital : N: 88x/menit isi tegangan cukup, TD : 110/70 mmHg, RR : 18x/menit, T
: 36,0OC
Pemeriksaan Khusus
Kepala : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thoraks : dalam batas normal
Ekstremitas : edema (-)
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan khusus?
Jawab:
HASIL NORMAL INTERPRETASI
KEADAAN UMUM
Abnormal (perdarahan
pervaginam
Tampak sakit sedang Tampak sehat meningkatkan risiko
anemia, teramati
tampak sakit sedang)
Kesadaran
Kesadaran Compos Mentis Normal
Compos Mentis
TANDA VITAL
60 – 100
Nadi: 88 x/menit Normal
x/menit
isi tegangan
Nadi: isi tegangan cukup Normal
cukup
90/60 > TD <
TD: 110/70 mmHg Normal
120/80 x/menit
RR: 18 x/menit 18 – 20 x/menit Normal
T: 36,0 oC 36 – 37,5 oC Normal
30
PEMERIKSAAN KHUSUS
Kepala
Konjungtiva tidak anemis Tidak anemis Normal
Sklera tidak ikterik Tidak ikterik Normal
Thoraks normal Normal Normal
Ekstremitas edema (-) Edema (-) Normal
6. Pemeriksaan Obstetri
PL:
- TFU 3 jari bawah processus xyphoideus (32cm), letak memanjang, puggung
sebelah kanan, terbawah kepala, floating, djj 135x/menit, his tidak ada
- Terdapat perdarahan pervaginam bewarna merah segar
Inspekulo:
- Portio : livide
- OUE terbuka 2cm
- Flexus (+) darah aktif keluar dari OUE
- Polip, erosi, laserasi (-)
Vaginal Toucher : tidak dilakukan
a. Apa interpretasi pemeriksaan obstetri?
Jawab:
1) Tinggi Fundus Uteri 3 jari bawah procesuss xyphoideus (32cm)
Usia kehamilan taksiran 40 minggu
2) Letak memanjang
Letak bayi tidak melintang → presentasi dapat berupa kepala, bokong (sungsang),
tangan atau kaki → bukan presentasi punggung
31
3) Punggung sebelah kanan
Extremitas janin berada di abdomen sinistra lateral
4) Terbawah kepala
Presentasi berupa kepala (presentasi normalnya occiput)
5) Floating
Kepala janin belum memasuki pintu atas panggul
6) Denyut jantung janin 135x/menit
Denyut jantung janin normal (120-160 x/menit)
7) His tidak ada
Kontraksi tidak ada (atau minimal) → suspek implantasi janin berada di segmen
bawah uterus (segemen bawah uterus merupakan bagian uterus dengan kontraksi
minimal atau terendah dibanding bagian uterus lainnya, khususnya dengan fundus
uteri yang merupakan bagian uterus dengan kontraksi maksimal / paling kuat
dibandingkan bagian lainnya).
8) Terdapat perdarahan pervagina berwarna merah segar
9) Perdarahan berasal dari darah maternal ibu → terjadi karena robekan plasenta,
dapat dikarenakan robekan pada implantasi plasenta yang abnormal saat
peregangan uterus-serviks atau terlepasnya plasenta pada implantasi normal yang
disebabkan aktifitas dalam kandungan.
Inspekulo
1) Portio: Livide
Terdapat perubahan warna mnjadi seperti warna merah atau warna memar pada
bagian servix uteri yang menonjol kedalam vagina → bekas darah akibat
perdarahan pervaginam pada segmen bawah uterus melalui serviks uteri
2) OUE terbuka 2 cm
Terbukanya orificium uteri externum sebanyak 2cm → inpartu Kala I fase laten
3) Fluxus (+) darah aktif keluar dari OUE
Perdarahan tidak/belum berhenti
4) Polip, erosi, laserasi (-)
Tidak terdapat faktor predisposisi berupa polip, erosi, laserasi yang dapat
memperberat kondisi perdarahan pervaginam.
33
7. Pemeriksaan Laboratorium : Darah rutin : Hb : 10,8g/dl, Trombosit : 250.000/mm 3,
Leukosit : 10.000/mm3
a. Apa interpretasi dari pemeriksaan laboratorium?
Jawab:
HASIL NORMAL INTERPRETASI
trimester I < 11 gr/dl
Normal
Hb: 10,8g/dl trimester II < 10,5 gr/dl
trimester III < 10 gr/dl
Trombosit:
3
150.000 – 350.000/mm3 Normal
250.000/mm
Leukosit: 10.000/mm3 6.000 – 10.000/mm3 Normal
34
letak kepala, biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau
mengolak di atas pintu atas panggul (Sheiner, 2001).
3) Ultrasonografi
Menegakkan diagnosa plasenta previa dapat pula dilakukkan dengan
pemeriksaan ultrasonografi. Penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata
sangat tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya, dan
tidak rasa nyeri.
4) Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan
berasal dari ostium uetri eksternum atau dari kelainan serviks dan
vagina. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya
plasenta previa harus dicurigai (Johnson, 2003).
35
3. Laboraturium : darah perifer lengkap. Bila dilakukan PDMO atau operasi,
perlu diperiksa faktor pembekuan darah, waktu perdarahan dan gula darah
sewaktu pemeriksaan lainnya dilakukan atas indikasi medis.
Penanganan Ekspektif
A. Kriteria :
• Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
• Perdarahan sedikit.
• Belum ada tanda-tanda persalinan.
• Keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih.
B. Rencana Penanganan :
• Istirahat baring mutlak.
• Infus D 5% dan elektrolit
• Spasmolitik. tokolitik, plasentotrofik, roboransia.
• Periksa Hb, HCT, COT, golongan darah.
36
• Pemeriksaan USG.
• Awasi perdarahan terus-menerus, tekanan darah, nadi dan denyut jantung
janin.
• Apabila ada tanda-tanda plasenta previa tergantung keadaan pasien ditunggu
sampai kehamilan 37 minggu selanjutnya penanganan secara aktif.
Penanganan aktif
Kriteria :
• Umur kehamilan >/ = 37 minggu, BB janin >/ = 2500 gram.
• Perdarahan banyak 500 cc atau lebih.
• Ada tanda-tanda persalinan.
• Keadaan umum pasien tidak baik ibu anemis Hb < 8 gr%.
37
3. Tindakan versi Braxton-Hicks dengan pemberat untuk menghentikan
perdarahan (kompresi atau tamponade bokong dan kepala janin terhadap
plasenta) hanya dilakukan pada keadaan darurat, anak masih kecil atau sudah
mati, dan tidak ada fasilitas untuk melakukan operasi.
(Mochtar, 2007)
f. Apa yang terjadi jika keadaan ini tidak diatasi secara komprehensif?
Jawab:
Ada beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada ibu hamil yang menderita
plasenta previa, yaitu :
1. Komplikasi pada ibu
Dapat terjadi anemia bahkan syok
Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh
Infeksi karena perdarahan yang banyak
2. Komplikasi pada janin
Kelainan letak janin.
Prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi
Asfiksia intra uterin sampai dengan kematian
(Manuaba, 2008)
38
h. Bagaimana kompetensi dokter umum pada kasus ini?
Jawab:
KDU : 3B
Kerusakan
endometrium
Plasenta robek
Perdarahan
2.7 Kesimpulan
Ny. A, 37 tahun, G3P2A0, dengan usia kehamilan 39 minggu, mengalami perdarahan
antepartum akibat Plasenta Previa.
39
Daftar Pustaka
Faiz AS and Ananth CV. 2003. Etiology and risk factors for placenta previa: An overview
and meta-analysis of observational studies. Journal of Maternal-Fetal and Neonatal
Medicine. 13: 175–190.
Johnson LG, Sergio F and Lorenzo G. 2003. The relationship of placenta previa and history
of induced abortion. International Journal of Gynaecology and Obstetrics. 81(2): 191–
198.
Kurniawati, Novi. Lilik Triyawati. 2013. Pengaruh Usia Dan Paritas Terhadap Kejadian
Plasenta Previa Pada Ibu Hamil Trimester Iii Di Rsud Dr. Wahidin Sudiro Husodo
Mojokerto. Mojokerto.
Manuaba, C., 2008. Gawat-Darurat Obstetri- Ginekologi dan Obstetri – Ginekologi Sosial.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Mochtar, R., 2007. Sinopsis Obstetri (Obstetri Fisiologi dan Patologi). Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Oxorn, H. 2003. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan Human of Labor and
Birth. Jakarta : Yayasan Essentia Medica
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu kebidanan: Ultrasonografi dalam obstetri. Jakarta: Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
40
Price and Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Vol.2 Ed. 6.
Jakarta. EGC
Sheiner GI. Shoham-Vardi, Hallak M. Hershkowitz R. Katz M and Major M. 2001. Placenta
previa: Obstetric risk factors and pregnancy outcome. J. Matern Fetal. Med 10: 414-
419.
41