DISUSUN OLEH:
PEMBIMBING:
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas ini sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian di bidang Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal dalam
menyelesaikan Pendidikan dokter muda di Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya.
Selain itu penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
Saya menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan sasaran
yang sangat membangun saya hargai guna penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Cover .........................................................................................................................
Kata Pengantar .......................................................................................................... ii
Daftar Isi .................................................................................................................... iii
Lembar Pengesahan .................................................................................................. v
BAB I FORENSIK KLINIK ..................................................................................... 1
1.1 Pemeriksaan Selaput Dara .......................................................................... 1
1.2 Pemeriksaan Anus ....................................................................................... 2
1.3 Pemeriksaan Derajat Luka .......................................................................... 3
1.4 Klasifikasi Luka .......................................................................................... 5
BAB II TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL ........................................................ 6
2.1 Buccal Swab................................................................................................. 6
2.2 Pengambilan Darah ..................................................................................... 7
2.3 Vaginal Swab .............................................................................................. 7
2.4 Pengambilan Urin........................................................................................ 8
2.5 Pengambilan Muntahan dan Isi Lambung .................................................. 10
2.6 Pemeriksaan Jaringan dan Sampel Tulang .................................................. 10
2.7 Pengambilan Sampel Gigi ........................................................................... 11
2.8 Pengumpulan dan Pengemasan Barang Bukti ............................................ 11
BAB III PEMERIKSAAN TOKSOLOGI ................................................................ 12
3.1 Pemeriksaan TKP ........................................................................................ 12
3.2 Pemeriksaan Jenazah ................................................................................... 12
3.3 Pemeriksaan Toksologi ............................................................................... 13
BAB IV LABORATORIUM FORENSIK ................................................................ 16
4.1 Pemeriksaan Cairan Mani ........................................................................... 16
4.2 Pemeriksaan Bercak Darah ......................................................................... 17
4.3 Histopatologi Forensik ................................................................................ 18
4.4 Fotografi Forensik ....................................................................................... 19
4.5 Tes Getah Paru ............................................................................................ 19
4.6 Pengambilan Gas CO2 dari Sumur ............................................................. 19
iii
4.7 Alkali Dilution Test .................................................................................... 20
4.8 Tes Apung Paru ........................................................................................... 21
4.9 Emboli Udara Vena ..................................................................................... 22
4.10 Emboli Udara Arteri .................................................................................... 22
4.11 Emboli Lemak ............................................................................................. 22
4.12 Pneumothorax ............................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 24
Lampiran 1. Surat Kematian ..................................................................................... 25
Lampiran 2. Visum et Repertum Korban Hidup ....................................................... 27
Lampiran 3. Visum et Repertum Korban Mati ......................................................... 30
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui
v
BAB I
FORENSIK KLINIK
1
3. Bentuk teratur dan tepi teratur atau tidak teratur
Hymen yang termasuk kedalam jenis ini adalah hymen yang atypical
karena tidak adanya lubang atau lubangnya lebih dari satu dan tidak merupakan
satu kesatuan.
2
1.3 Pemeriksaan Derajat Luka
Luka merupakan gangguan dan kontinuitas jaringan yang disebabkan oleh
suatu energi mekanik eksterna. Terminologi cedera digunakan sebagai sinonim dari
kata luka, bahkan dapat memberikan maksud yang lebih luas dan tidak hanya
membahas kerusakan yang diakibatkan oleh energi fisik tetapi juga kerusakan lain
yang disebabkan oleh panas, dingin, bahan kimiawi, listrik, dan radiasi.
Dalam mendeskripsikan luka terbuka harus mencakup jumlah, lokasi,
bentuk, ukuran, dan sifat luka. Sedangkan untuk luka tertutup tidak perlu
dicantumkan dalam pendeskripsian luka. Bentuk penulisan deskripsi luka, jumlah,
lokasi, bentuk, ukuran tidak harus selalu urut tetapi penulisannya harus selalu ditulis
pada akhir kalimat.
a. Luka Lecet (Abrasi)
Luka lecet adalah luka yang superfisial, kerusakan tubuh terbatas hanya
pada lapisan kulit epidermis. Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan
epidermis pembuluh darah dapat terkena sehingga terjadi perdarahan. Arah
dari pengelupasan dapat ditentukan dengan pemeriksaan luka. Dua tanda yang
dapat digunakan yaitu tanda yang pertama adalah arah dimana epidermis
bergulung, tanda yang kedua adalah hubungan kedalaman pada luka yang
menandakan ketidakteraturan benda yang mengenainya
3
jaringan yang terjadi sewaktu orang masih hidup, dikarenakan pecahnya
pembuluh darah kapiler akibat kekerasan benda tumpul.
Luka memar dapat diklasifikasikan sebagai luka superficial, luka memar
dalam (deep), luka memar berbekas (patterened/imprint).
1 Luka memar superfisial
Luka memar superfisial terjadi secara segera dan disebabkan oleh
akumulasi darah secara subkutan
2 Luka memar dalam
Luka memar dalam menandakan adanya akumulasi pendarahan lebih
dalam dari lapisan kulit subkutan. Biasanya jenis luka ini memerlukan
1 sampai 2 hari untuk dapat terlihat di permukaan kulit.
3 Luka memar berbekas
Luka memar berbekas disebabkan oleh penekanan pada tubuh biasanya
objek yang menekan tubuh meninggalkan bekas pada permukaan kulit
4
d. Luka tusuk (Incisi)
Luka tusuk terjadi akibat alat yang berujung runcing dan bermata tajam
atau tumpul yang terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau miring pada
permukaan tubuh.
e. Luka bacok
Luka bacok terjadi akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam
atau agak tumpul yang dilakukan dengan suatu ayunan disertai tenaga yang
cukup besar.
f. Luka iris
Luka yang disebabkan karena alat yang digunakan tepinya tajam dan
timbulnya luka oleh karena alat ditekan pada kulit dengan kekuatan yang realif
ringan yang digeserkan sepanjang permukaan kulit.
5
BAB II
6
2.2 Pengambilan Darah
Darah yang diperoleh dari pembuluh darah perifer merupakan spesimen
darah pilihan untuk analisis toksikologi, karena konsentrasi senyawa dalam darah
dari jantung mungkin dapat berubah setelah kematian oleh karena redistribusi darah
dari paru-paru atau hati. Darah yang dikumpulkan kemudian harus disimpan dalam
tabung berpenutup abu-abu yang mengandung NaF (sodium florida).
Darah merupakan sampel paling baik untuk tes toksikologi postmortem, dan
umumnya 20 ml, atau 2 tabung vacutainer cukup untuk dilakukan tes.
Jika pada jenazah dilakukan otopsi, pengambilan darah perifer dan sentral
harus dilakukan ketika rongga tubuh terbuka. Darah perifer merupakan spesimen
pilihan dan dapat diambil dari vena femoralis, vena iliaka, yang mudah di akses saat
pemeriksaan internal, atau dari vena subsklavia di dalam dada. Ukuran sampel dari
15-20 ml seharusnya cukup adekuat untuk pemeriksaan toksikologi. Pengambilan
darah dengan volume yang lebih besar (> 20 mL) dapat menyebabkan pergerakan
darah antar pembuluh darah dan terjadi percampuran darah dalam pembuluh darah
yang berbeda. Risiko ini lebih besar terjadi pada vena subsklavia dibandingkan vena
femoralis dan vena iliaka.
Jika tidak dilakukan otopsi, blind stick sampling tidak boleh dilakukan.
Prosedur pemotongan pembuluh darah dapat dilakukan. Bahkan tanpa otopsi, vena
femoralis dapat dengan mudah terekspos dan pengambilan sampel darah perifer
dapat dilakukan. Demikian juga jantung dapat dapat diekspos dan ventrikel kiri
dapat dengan mudah diidentifikasi sehingga pengambilan darah sentral dapat
dilakukan.
Darah perifer secara umum diterima sebagai spesimen yang paling akurat
untuk pemeriksaan toksikologi, karena kurang rentan terhadap perubahan
postmortem.
7
suasana mulai kondusif, mulailah langkah-langkah pengambilan sampel
2 Suruh pasien berbaring pada kursi yang telah disiapkan khusus untuk
pengambilan sample swab vagina dengan menekuk lutut hingga dekat
paha
3 Bersihkan labia mayora dengan garam fisiologis
4 Masukkan spekulum ke lubang vagina, buka spekulum hingga terlihat
serviks
5 Oleskan lidi kapas pada bagian tersebut sebanyak dua kali pengambilan
6 Kembalikan posisi spekulum pada posisi semula
7 Keluarkan perlahan
8 Rendam pada baskom yang berisi desinkfektan
9 Taruh lidi kapas tadi pada tabung reaksi
10 Tutup rapat dengan kapas berlemak yang terbungkus kertas perkamen
11 Bawa ke laboratorium untuk diperiksa dengan gram dan kultur.
8
anak- anak mungkin perlu dipengaruhi/dimotivasi untuk mengeluarkan urine. Pada
pasien bayi dipasang kantung penampung urine pada genitalia.
9
urine yang pertama dibuang. Aliran urine selanjutnya ditampung dalam
wadah steril yang telah disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum
aliran urine habis. Diusahakan agar urine tidak membasahi bagian luar
wadah.
3. Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium.
10
Wadah:
a. 2 buah toples yang masing-masing berukuran 2 liter untuk hati dan usus
b. 3 buah toples yang masing-masing berukuran 1 liter untuk lambung beserta
isinya, otak dan ginjal.
c. 4 buah toples yang masing-masing berukuran 25 ml untuk darah yang
terdiri dari 2 buah, urine, dan empedu.
11
12
BAB III
PEMERIKSAAN TOKSOLOGI
13
berwarna Cherry Red, korban keracunan sianida lebam mayat berwarna
merah terang dan pada korban keracunan nitrit lebam mayat berwarna
coklat kebiruan.
3) Warna kulit: pada korban yang mengalami hiperpigmentasi dan keratosis
pada telapak tangan dan kaki yang diakibatkan keracunan arsen kronik.
Kulit berwarna kelabu kebiru-biruan akibat keracunan perak (Ag). Pada
keracunan tembaga (Cu) dan fosfor kulit akan berwarna kuning akibat
hemolisis juga pada keracunan insektisida hidrokarbon dan arsen karena
terjadi gangguan fungsi hati.adalah manifestasi warna darah yang tampak
pada kulit. Pada korban yang keracunan CO lebam mayat berwarna Cherry
Red, korban keracunan sianida lebam mayat berwarna merah terang dan
pada korban keracunan nitrit lebam mayat berwarna coklat kebiruan.
4) Bau: dari bau yang tercium dapat diperoleh petunjuk racun apa yang
dikiranya ditelan oleh korban misaln ya : minyak tanah, karbol, alkohol
b. Pemeriksaan Dalam
1) Racun yang bersifat korosif, pada pemeriksaan lambung dapat ditemukan
lambung yang hiperemi, mengalami perlunakan, ulserasi dan perforasi.
2) Pada urin bisa ditemukan warna kehijauan pada kasus keracunan salisilat
14
b) Obat-obatan, bahan penyebab keracunan
c) Bahan muntahan atau hasil kubahan lambung
d) Urin, darah, dan feces
4) Bahan-bahan yang dapat diambil pada kasus tertentu:
a) Korban keracunan alkohol.
Diambil darah dari vena femoralis dan urin
b) Korban yang tidak ditemukan darah.
Diambil jaringan otot dan sumsum tulang
c) Korban keracunan arsen kronis.
Diambil rambut, kuku, dan tulang.
5) Bahan yang telah diambil kemudian diletakkan di dalam wadah yang telah
ditentukan, syarat wadah tersebut:
a) Berbahan plastik atau gelas
b) Bermulut lebar
c) Dapat ditutup rapat
d) Bersih dari zat kimia
e) Jumlah wadah minimal 3 masing-masing wadah berisi:
• Wadah I: organ trac. Gastrointestinal
• Wadah II: organ hati, empedu, otak, ginjal, dll
• Wadah III: organ trac. Urogenitalis
6) Bahan-bahan tersebut kemudian diberikan pengawet berupa alkohol 96%
selain itu bisa juga diberikan es batu, dry ice, Na flurida dan merkuri nitrat.
Setelah bahan terendam dalam pengawet tutup dengan paraffin kemudian
ikat dan beri label dan setelah itu di segel dengan cek dinas.
Dalam proses pengiriman perlu diperhatikan :
a) Sertakan contoh bahan pengawet lebih kurang 100 ml dalam botol
bersih, dilabel dan di segel
b) Dikirim segera setelah bahan di ambil
c) Diantar via kurir ataupun via paket
b. Syarat-syarat surat pengambilan dan pengumpulan bahan :
1) Surat permohonan pemeriksaan toksikologi
2) Surat tentang laporan peristiwa atau kejadian (secara singkat)
15
3) Surat tentang laporan otopsi
4) Berita acara pembungkusan dan penyegelan (cap segel dinas)
c. Isi label pengambilan dan pengumpulan bahan:
1) Identitas korban
2) Jenis dan jumlah bahan pemeriksaan
3) Bahan pengawet yang dipakai
4) Tempat dan saat pengambilan bahan, pembungkus dan penyegelan
5) Tanda tangan dan nama terang penyegel dan dokter yang
melakukan otopsi
6) Cap stempel dinas dan segel dinas
d. Pengambilan dan pengumpulan bahan pada penggalian jenazah :
1) Bila mungkin bahan tersebut seperti diatas
2) Contoh tanah : bagian atas atau bawah, kiri atau kanan jenazah
3) Pembanding : contoh tanah radius 5 meter dengan kedalaman
yang sama dengan jenazah
4) Masing-masing dimasukkan dalam wadah tersendiri
16
BAB IV
LABORATORIUM FORENSIK
4.1 Pemeriksaan Cairan Mani
1) Sperma cair
- Hisap dengan semprit bersih (steril) atau pipet disposable
- Pindahkan dalam tabung steril
- Diberi label, simpan di pendingin
- Dapat pula sperma cair diserap dengan kapas bersih, keringkan di udara
- Beri label, dipak dan dikirim ke laboratorium
2) Bercak sperma pada benda yang dapat dipindah. Misal: celana, pakaian, sprei,
bantal, guling, dll.
- Bila bercak masih basah, keringkan di udara
- Bila perlu benda yang berbercak dipotong
- Masukan dalam kantong kertas
- Beri label, dipak dan dikirim ke laboratorium
3) Bercak sperma pada benda besar yang dapat dipotong. Misal: Karpet, tempat
tidur, kasur, atau perkakas lain
- Potong daerah bebercak dengan pisau atau gunting bersih
- Masukan tiap potongan dalam kantong kertas
- Hindari kontaminasi
- Beri label, dipak dan dikirim ke laboratorium
4) Bercak sperma pada benda yang tidak dapat dipindah dan permukaan tidak
menyerap. Misal: lantai, logam, kayu, dll
- Bercak dikerok dengan alat yang bersih
- Letakan kerokan pada kertas bersih dan lipatlah
- Masukan dalam kantong kertas
- Beri label, dipak kemudian kirim ke laboratorium
5) Barang bukti sperma pada tubuh korban kejahatan seksual
- Korban biasanya diperiksa di rumah sakit
- Barang bukti dapat ditemukan di mulut, vagina dan anus korban
- Tiap item ditempatkan pada wadah tersendiri, beri label
- Dipak dan kirim ke laboratorium
17
4.2 Pemeriksaan Bercak Darah
1) Sampel darah cair
a. Darah dari seseorang
• Diambil dengan semprit oleh petugas yang berpengalaman
• Siapkan 2 tabung dengan EDTA. Dapat dipakai antikoagulan lain,
tetapi perlu diingat bahwa heparin dapat mempengaruhi aktifitas enzim
retriksi tertentu.
• Isi tiap tabung dengan ± 5 ml darah.
• Tiap tabung ditutup dan diberi label.
• Simpan di pendingin
b. Darah cair di TKP
• Hisap dengan semprit bersih (steril) atau pipet disposibel
• Pindahkan dalam tabung steril
• Darah beku dapat diambil dengan spatel yang bersih
• Dapat dipakai kain katun bersih untuk menyerap darah.
• Sampel darah cair diberi antikoagulan
• Diberi label, simpan di pendingin
• Dipak dan dikirim ke laboratorium
c. Darah cair dalam air atau salju, es.
• Segera mungkin diambil untuk menghindari pengenceran lanjut
• Dalam jumlah cukup di masukan dalam tempat bersih (botol)
• Hindari kontaminasi
• Simpan di pendingin, bila mungkin di bekukan.
• Beri label
2) Bercak darah basah
a. Di pakaian
• Pakaian dengan noda darah diletakan dalam permukaan bersih,
keringkan di udara.
• Jangan letakan pada tempat tertutup, kedap udara atau tas plastik.
Akan menyebabkan bahan pemeriksaan menjadi basah dan timbul
bakteri yang dapat merusak barang bukti.
• Setelah kering masukan dalam kantong kertas (amplop)
• Beri label dan segera kirim ke laboratorium pemeriksaan DNA
18
b. Benda dengan bercak darah basah
• Benda kecil biarkan kering di udara, kumpulkan.
• Pada benda besar yang tidak dapat dipindahkan, maka hisap
bercak tersebut dengan kain katun bersih kemudian keringkan di
udara.
• Masukan dalam kantong kertas.
• Beri label dan segeraa kirim ke laboratorium
3) Bercak darah kering
a) Pada benda yang dapat dipindahkan, misal : senjata, kain, sprei
• Kumpulkan benda tersebut
• Tiap item masukan dalam kantong kertas
• Beri label dan segera kirim ke laboratorium
b) Pada benda yang padat dengan permukaan tidak menyerap dan tidak
dapat dipindahkan, misal: lantai
• Bercak dikerok dengan alat bersih
• Masukan dalam kantong kertas
• Beri label, dipak kemudian kirim ke laboratorium
c) Bercak darah kering pada benda besar yang tidak dapat dipindahkan
atau dipotong serta tidak dapat dikerok.
• Bercak dapat dilarutkan dengan kapas bersih yang telah dibasahi
dengan cairan salin steril atau air steril yang digosokan pada area
bercak.
• Kapas dikeringkan di udara
• Setelah kering masukan dalam kantong kertas
• Beri label, dipak dan dikirim ke laboratorium
19
ke dalam jaringan dengan merata. Agar mudah dipotong menggunakan
mikrotom untuk mendapatkan irisan jaringan yang sangat tipis (sesuai yang
diharapkan).
1. Tes getah paru (+): korban sempat atau pernah bernafas dalam air
2. Tes getah paru (-): korban meninggal terlebih dahulu baru masuk kedalam air
atau tidak sempat bernafas dalam air, airnya jernih sama dengan air minum,
spasme laring, vagal reflex.
20
a. Ambil beberapa botol bersih dengan kapasitas 1 liter yang telah kosong,
contohnya botol bir kemudian ikat leher dan bagian alas botol masing-masing
dengan tali yang cukup panjang
b. Isi botol dengan air sampai penuh kemudian turunkan ke dalam sumur yang
mengandung gas CO2 dengan posisi tegak (alas botol di bawah dan leher botol
berada di atas), jaga air di dalam botol agar tidak sampai tumpah
c. Setelah sampai di kedalaman pada tempat yang sesuai dengan korban ditemukan
meninggal, botol tersebut dibalik agar semua air di dalam botol
tumpah. Hal ini dilakukan dengan cara menarik tali yang mengikat alas botol
dan mengulur tali yang mengikat leher botol
d. Dengan keluarnya seluruh air dari dalam botol dan botol dalam kondisi kosong
maka botol akan vaccum sehingga gas CO2 akan masuk ke dalam botol
e. Setelah botol terisi oleh gas CO2 maka botol diangkat ke atas dengan cara botol
dibalik kembali seperti posisi semula agar gas CO2 dapat terbawa terus sampai
botol sampai di atas
f. Setelah sampai diatas botol segera ditutup rapat kemudian diberikan label dan
disegel untuk dilakukan pemeriksaan Tes CO2 ada dua yaitu:
1. Kualitatif: dilakukan dengan pemberian larutan Ca(OH)2 yang jernih dan
baru dibuat atau larutan Ba(OH)2 pada botol yang berisi udara saat
dilakukan pengambilan dari tempat sampel. Apabila terdapat endapan putih
kapur dari CaCO3 atau BaCO3 berarti gas CO2 positif.
2. Kuantitatif:
- Grafimetri melakukan penimbangan terhadap endapan yang terjadi
- Volumetri dilakukan dengan menitrasi kelebihan larutan basa CaOH2
atau BaOH2 dengan konsentrasi tertentu
- Chromatografi gas (kualitatif dan kuantitatif)
a. Keracunan gas CO2: darah berwarna hitam
b. Keracunan gas CO dan HCN (kluwek, pete, gaplek) : cherry red
21
2. Masukkan 1-2 tetes darah korban ke dalam tabung pertama dan 1-2 tetes darah
normal ke dalam tabung kedua (sebagai kontrol negatif).
3. Tambahkan 10 ml air ke dalam masing-masing tabung hingga warna merah
dapat diamati dengan jelas. Darah pada tabung yang mengandung CO akan
tampak merah jernih sedang darah kontrol berwarna merah keruh.
4. Tambahkan 5 tetes larutan NaOH 10-20% pada masing-masing tabung
kemudian dikocok.
Hasil:
1. Darah kontrol akan segera berubah warnanya menjadi merah hijau kecoklatan
karena terbentuk hematin alkali.
2. Sedangkan darah yang mengandung COHb tidak berubah segera (tergantung
konsentrasi COHb) karena lebih resisten terhadap alkali.
3. COHb dengan kadar saturasi 20% akan memberi warna merah muda selama
beberapa detik kemudian menjadi coklat kehijauan setelah 1 menit.
4. Sebagai kontrol jangan digunakan darah fetus karena darah fetus juga bersifat
resisten terhadap alkali.
22
4.9 Emboli Udara Vena
Emboli udara vena biasanya terjadi karena vena teriris biasanya yang teriris vena
jugularis di leher sehingga udara masuk ke dalam pembuluh darah vena kemudian
menuju ke jantung kanan menuju percabangan arteri pulmonale kemudian menuju ke
paru-paru dan menyebabkan sesak.
Korban meninggal karena kapiler paru buntu oleh udara sehingga terjadi asfiksia,
dimana jumlah udara yang dapat menyebabkan kematian antara 100-150 cc.
Otopsi yang dilakukan adalah
1. Membuka kulit dinding thorax kemudian memotong sternum pada processus
Xypoideus setinggi ICS II dibawah costa II agar vena brachialis cab vena
clavicula tidak ikut terpotong
2. Ambil dan gunting pericard dengan posisi Y terbalik kemudian isi dengan air
sampai menggenang
3. Lakukan tusukan pada atrium kanan, ventrikel kanan dan arteri pulmonalis
4. Ditemukan adanya gelembung udara
5. Penyebab emboli udara vena:
a. Luka pada pembuluh balik leher, terutama vena jugularis
b. Abortus provocatus criminalis dengan cara penyemprotan
4.11Emboli Lemak
Contoh kasus yang dapat menyebabkan sesorang terkena emboli lemak adalah :
apabila terdapat seseorang yang dipukuli terus menerus dan orang tersebut menjadi
sesak kemudian mati serta kasus sesorang yang hendak dioperasi karena patah tulang
23
paha yang berakhir meninggal akibat sesak.
Dari kasus diatas penyebab terjadinya kematian adalah karena adanya emboli lemak
setelah dilakukan pemeriksaan pada paru-paru, ec. Fraktur tulang panjang.
1 Lemak terpecah dan terlepas karena terkena pukulan pada kulit seluruh
punggung dan karena patahnya tulang panjang sehingga cairan lemak masuk
ke dalam pembulu darah vena yang robek dan masuk ke dalam vena cava
superior kemudian masuk ke atrium kanan dan masuk ke ventirkel kanan
setelah itu masuk ke arteri pulmonale dan membuntu di paru-paru (alveoli)
2 Korban meninggal karena kapiler buntu dan terjadi asfiksia.
3 Dilakukan tes emboli lemak dengan organ yang diambil adalah paru-paru.
Jaringan paru-paru diambil dan dikeraskan dengan uap zat asam arang cair
(frozzensetion) dan kemudian dengan mikrotom dipotong 20 mikron dan di cat
dengan warna Sudan III kemudian dikirim ke laboratorium
4 Pengiriman ke laboratorium PA atau pengawetan dilakukan dengan cara paru-
paru diberi gas CO kemudian difiksasi menggunakan dry ice agar tidak
membusuk. Jangan mengirim menggunakan alcohol atau formalin karena
lemak akan larut.
4.12Pneumothorax
Pneumothorax merupakan adanya udara dalam rongga thorax. Otopsi yang
dilakukan:
a. Membuka kulit dinding thorax dengan potongan huruf ‘I’ atau dengan
potongan huruf ‘Y’
b. Setelah costa terlihat, tarik potongan costa kemudian tarik potongan
kulit hingga membentuk kantong
c. Isikan air sampai tergenang
d. Lakukan tusukan pada paru-paru yang berada diantara ICS2
e. Ditemukan hasil positif bila hasil test tersebut ditemukan gelembung
udara
f. Pada gas pembusukan ditemukan sedikit gelembung udara
24
DAFTAR PUSTAKA
Forensik dalam proses penyidikan, Bab 7, hal 133 -143. Jakarta: Sagung Seto
Satyo, A. C. 2006. Aspek medikolegal luka pada forensic klinik. Majalah Kedokteran
Nusantara, vol. 39, no. 4, pp. 430 -433
25
Lampiran 1. Surat Kematian
26
27
Lampiran 2. Visum et Repertum Korban Hidup
28
29
30
Lampiran 3. Visum et Repertum
31
32