HIPERPLASIA ENDOMETRIUM
Oleh:
Husnul Hatima
105501111422
Pembimbing:
dr. Hj. Desliantry, Sp. Rad
NIM : 105501111422
Universitas : Muhammadiyah Makassar
Makassar.
Pembimbing,
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................1
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................6
A. Anatomi Uterus......................................................................................................6
B. Hiperplasia Endometrium.......................................................................................8
1. Definisi..........................................................................................................................8
2. Epidemiologi.................................................................................................................9
3. Etiopatogenesis...........................................................................................................10
4. Manifestasi Klinis.......................................................................................................11
6. Klasifikasi.....................................................................................................................12
7. Diagnosis.......................................................................................................................13
8. Gambaran Radiologi.....................................................................................................13
9. Tatalaksana ...................................................................................................................18
10. Prognosis.......................................................................................................................19
KESIMPULAN..............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................23
3
BAB I
PENDAHULUAN
merupakan proses yang jinak (benign), tetapi pada beberapa kasus (hiperplasia
stroma yang relatif banyak dan hiperplasia kompleks dengan kelenjar tersusun
padat dengan stroma yang sedikit (rasio kelenjar : stroma > 2 : 1). Insidensinya
simpleks (1%), kompleks (10%), simpleks dengan atipia (30%), dan kompleks
4
yang tidak terkontrol. Aktivitas proliferasi tersebut seharusnya dikendalikan oleh
disebabkan oleh hilangnya faktor supresi dan pengendali proliferasi sel serta
perubahan pada proses apoptosis yang sampai saat ini masih belum jelas. Hal
progresi juga terdapat regresi dari hiperplasia non-atipik simpleks sebanyak 80%
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Uterus
Uterus Rahim atau Uterus merupakan suatu organ muskular berbentuk buah
pir, organ yang tebal dan berotot terletak dirongga pelvis, diantara vesica
urinaria dan rektum. Uterus terletak menggantung di dalam pelvis dengan
jaringan ikat dan ligament. Panjang uterus ± 7,5 cm, lebar ± 5 cm, tebal 2,5 cm
dan berat 50 g. ukuran uterus berbeda tergantung usia dan riwayat kehamilan
dan persalinan yang telah dilalui. Pada anak-anak panjang uterus 2-3 cm, pada
wanita yang belum pernah melahirkan ukuran uterus 6-8 cm dan pada wanita
yang pernah melahirkan lebih dari tiga kali ukurannya mencapai 8-9.
1). Fundus uteri (dasar rahim), yaitu bagian uterus yang terletak diantara
kedua pangkal tuba falopii.
6
2). Korpus Uteri, yaitu bagian uterus yang paling besar saat kehamilan,
berfungsi sebagai tempat janin berkembang. Rongga dalam korpus uteri
disebut kavum uteri (rongga rahim).
3). Serviks uteri, yaitu bagian ujung serviks yang menuju puncak vagina
disebut porsio. Hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut
ostium uteri internum. Rongga serviks bersambung dengan rongga badan
uterus dan bersambung dengan rongga badan vagina.
Uterus memiliki dinding yang terdiri atas tiga bagian sebagai berikut:
1) Endometrium
2) Miometrium
7
3) Perimetrium
B. Hyperplasia Endometrium
1. Definisi
yang disebabkan oleh stimulasi estrogen yang tanpa lawan. Hal ini biasanya
terjadi sekitar atau setelah menopause dan terkait dengan perdarahan uterus
8
berlebihan dan ireguler. Menurut referensi lain, hiperplasia endometrium
yang sulit dibedakan dengan karakteristik standar. Lesi ini berkisar antara
2008)2.
2. Epidemiologi
endometrium mencapai 133 per 100.000 wanita tiap tahunnya. Insidens hiperplasia
endometrium adalah sekitar 133 per 100.000 wanita per tahun di Amerika Serikat.
9
endometrium atipik memiliki potensi untuk progresi menjadi kanker
endometrium, yang memiliki tingkat kematian hingga 15,9%8.
3. Etiopatogenesis
Hormon estrogen dan progesteron mengatur perubahan endometrium
dimana estrogen merangsang pertumbuhannya dan progesterone
mempertahankannya. Sekitar pertengahan siklus haid, terjadi ovulasi
(lepasnya sel telur dari indung telur). Jika sel telur ini tidak dibuahi (oleh
sperma), maka kadar hormon (progesteron) akan menurun sehingga
timbullah haid atau menstruasi. Hyperplasia endometrium disebabkan oleh
ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, yang dihasilkan oleh
ovarium. Perubahan level kedua hormon ini tiap bulannya yang mengatur
siklus menstruasi. Tetapi, bila efek estrogen berlebihan atau tubuh
memproduksi estrogen lebih banyak dari progesteron, maka sel-sel
endometrium akan terstimulasi untuk bertumbuh dengan sangat cepat9.
Ketika terjadi ketidakseimbangan, yang diakibatkan oleh
hiperestrinisme atau adanya stimulasi unstoped estrogen (estrogen tanpa
pendamping progesteron / estrogen tanpa hambatan), kadar estrogen yang
tinggi ini menghambat produksi Gonadotrpin (feedback mechanism).
Akibatnya rangsangan terhadap pertumbuhan folikel berkurang, kemudian
terjadi regresi dan diikuti perdarahan.
Pada wanita perimenopause sering terjadi siklus yang anovulatoar
sehingga terjadi penurunan produksi progesteron oleh korpus luteum
sehingga estrogen tidak diimbangi oleh progesteron. Akibat dari keadaan ini
adalah terjadinya stimulasi hormon estrogen terhadap kelenjar maupun
stroma endometrium tanpa ada hambatan dari progesteron yang
menyebabkan proliferasi berlebih dan terjadinya hiperplasia pada
endometrium.
Juga terjadi pada wanita usia menopause dimana sering kali
mendapatkan terapi hormon penganti yaitu progesteron dan estrogen,
maupun estrogen saja. Estrogen tanpa pendamping progesterone (unoppesd
10
estrogen) akan menyebabkan penebalan endometrium. Peningkatan estrogen
juga dipicu oleh adanya kista ovarium serta pada wanita dengan berat badan
berlebih10.
4. Manifestasi Klinis
Siklus menstruasi tidak teratur, tidak haid dalam jangka waktu lama
(amenorrhoe) ataupun menstruasi terus-menerus dan banyak (metrorrhagia).
Selain itu, akan sering mengalami flek bahkan muncul gangguan sakit kepala,
mudah lelah dan sebagainya. Dampak berkelanjutan dari penyakit ini, adalah
penderita bisa mengalami kesulitan hamil dan terserang anemia berat.
Hubungan suami-istri pun terganggu karena biasanya terjadi perdarahan yang
cukup parah10.
5. Faktor Risiko
11
Wanita pascamenopause yang mengonsumsi suplemen estrogen telah lama
diketahui memiliki peningkatan risiko hiperplasia endometrium jika progestin
tidak digunakan untuk melawan aktivitas estrogen. Risiko terjadi hiperplasia
endometrium juga meningkat dengan meningkatnya dosis dan lama
pengobatan estrogen. Beberapa kondisi yang terkait dengan
ketidakseimbangan hormon steroid menyebabkan peningkatan risiko
hiperplasia endometrium dan kanker endometrium. Anovulasi kronis,
menarchiperplasia endometrium dini, menopause terlambat, sindrom ovarium
polikistik (PCOS), kanker kolon non-poliposis herediter (sindrom Lynch)
mungkin memiliki hiperplasia endometrium atipikal kompleks pada usia lebih
dini dan perubahan kadar estrogen yang mempengaruhi ekspresi gen perbaikan
DNA. Tumor yang mensekresi androgen dari korteks adrenal dapat
menginduksi konversi androgen perifer menjadi estrogen dan merupakan
penyebab hiperplasia endometrium yang jarang dilaporkan11.
6. Klasifikasi
12
- Hyperplasia kompleks dengan atipia (hyperplasia berat/hyperplasia
adenomatosa atipikal). Dicirikan dengan berdesakannya kelenjar dengan
kelenajr yang saling membelakangi dan nyatanya atipia sitologik yang
ditandai dengan pleomorfisme, hiperkromatisme dan pola kromatin inti
abnormal. Hyperplasia kompleks dengan Hiperplasia Endometrium
atipia menyatu dengan adenokarsinoma in situ pada endometrium dan
menimbulkan risiko karsinoma endometrium yang tinggi12.
7. Diagnosis
8. Gambaran Radiologi
a. Ultrasonografi
USG adalah tes pencitraan lini pertama untuk mengevaluasi endometrium.
Endometrium normal terdiri dari 2 lapisan dan ketebalan gabungan dari 2
lapisan tersebut bergantung pada posisi wanita dalam siklus menstruasinya.
13
Gambar 2.2 : Seorang wanita pramenopause berusia 39 tahun dengan
endometrium normal segera setelah menstruasi. USG sagital transvaginal
menunjukkan endometrium sebagai garis ekogenik tipis berukuran 3 mm
(normal 1-4 mm; kaliper)13.
14
menstruasi). Ada penampakan trilaminar. Lapisan fungsional sentral
endometrium relatif hipoekoik13.
- Gambaran Abnormal
Pada wanita pascamenopause tanpa gejala tanpa perdarahan
vagina, endometrium menjadi abnormal jika berukuran 9 mm atau lebih,
dan hal ini memerlukan biopsi endometrium.
15
Gambar 2.5 Seorang wanita 66 tahun dengan pendarahan
pascamenopause. USG sagital transvaginal menunjukkan penebalan
endometrium heterogen berukuran 6 mm (kapiler; abnormal 5 mm atau lebih).
Ada aliran warna lembut (tidak ditampilkan). Biopsi endometrium menunjukkan
polip jinak13.
16
bintang). Endometrium berukuran 18 mm. Pasien dirawat dengan dilatasi dan
kuretase berulang serta pemberian antibiotic13.
17
9. Tatalaksana
18
Terapi dilanjutkan selama 2-3 bulan dan dilakukan biopsi endometrial 3-
4 minggu setelah terapi selesai untuk mengevaluasi respon pengobatan.
- Jika pengobatan hormonal yang dijalani tak juga menghasilkan
perbaikan, biasanya akan diganti dengan obat-obatan lain. Tanda
kesembuhan penyakit hiperplasia endometrium yaitu siklus haid kembali
normal. Jika sudah dinyatakan sembuh, ibu sudah bisa mempersiapkan
diri untuk kembali menjalani kehamilan. Namun alangkah baiknya jika
terlebih dahulu memeriksakan diri pada dokter. Terutama pemeriksaan
bagaimana fungsi endometrium, apakah salurannya baik, apakah
memiliki sel telur dan sebagainya.
- Khusus bagi penderita hiperplasia kategori atipik, jika memang
terdeteksi ada kanker, maka jalan satu-satunya adalah menjalani operasi
pengangkatan rahim. Penyakit hiperplasia endometrium cukup
merupakan momok bagi kaum perempuan dan kasus seperti ini cukup
dibilang kasus yang sering terjadi, maka dari itu akan lebih baik jika bisa
dilakukan pencegahan yang efektif12.
10. Prognosis
19
11. Pencegahan
20
BAB III
KESIMPULAN
Lapisan ini tumbuh dan menebal setiap bulannya dalam rangka mempersiapkan
diri terhadap terjadinya kehamilan, agar hasil konsepsi bisa tertanam. Jika tidak terjadi
kehamilan, maka lapisan ini akan keluar saat menstruasi. Risiko terjadinya hiperplasia
endometrium bisa tinggi pada: usia sekitar menopause, menstruasi yang tidak beraturan
atau tidak ada haid sama sekali, over-weight, diabetes, SOPK (PCOS), mengonsumsi
estrogen tanpa progesteron dalam mengatasi gejala menopause. Gejalanya yang biasa/
sering adalah perdarahan pervaginam yang tidak normal (bisa haid yang banyak dan
memanjang).
21
pengangkatan rahim dilakukan jika anak sudah cukup atau hiperplasia nya jenis atipik.
Namun jika masih ingin punya anak maka masih ada pilihan dilakukan terapi hormonal.
22
DAFTAR PUSTAKA
online 2020:1-23.
(0815147).
online 2016:1-23.
2020;(July):1-23.
2022;22(3):171-177. doi:10.24815/jks.v22i3.23206
doi:10.5114/pm.2017.70589
2016;4(2):2-5. doi:10.35790/ecl.4.2.2016.14395
23
9. Syifa S Mukrima. classification hyperplasma endometrium. Conv Cent Di Kota
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/10559/BAB II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y
11. Rajuddin, Sarjani RM. Penatalaksanaan hiperplasia atipikal pada wanita dengan
infertilitas. Bagian Obstet dan Ginekol Div Fertil Endokrinol Reproduksi Fak
Kedokteran, Univ Syiah Kuala/Rumah Sakit Umum Drh dr Zainoel Abidin Banda
13. Sadro CT. Imaging the Endometrium: A Pictorial Essay. Can Assoc Radiol J.
2016;67(3):254-262. doi:10.1016/j.carj.2015.09.012
24