HIPERPLASIA ENDOMETRIUM
Disusun oleh :
Ikbar ardiansyah
J510 165 103
Pembimbing:
dr. Heryuristanto Sp.OG
Disusun Oleh :
Ikbar ardiansyah
J 510 165 103
Telah Disetujui dan di sahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing
dr. Heryuristanto Sp.OG (....)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hiperplasia endometrium didefinisikan sebagai pertumbuhan yang
berlebih dari kelenjar dan stroma disertai pembentukan vaskularisasi dan
infiltrasi limfosit pada endometrium. Bersifat noninvasif yang memberikan
gambaran morfologi berupa bentuk kelenjar yang irreguler dengan ukuran
yang bervariasi. Pertumbuhan ini dapat mengenai sebagian atau seluruh
bagian endometrium (Munro et al., 2011).
B. Anatomi dan Fisiologi Endometrium
Uterus adalah organ muscular yang berbentuk seperti buah pir
yang terletak di dalam pelvis dan kandung kemih di anterior dan rectum di
posterior. Uterus biasanya terbagi menjadi korpus dan servik. Korpus
dilengkapi oleh endometrium dengan ketebalan bervariasu sesuai dengan
usia dan tahapan siklus menstruasi. Endomtrium terusun oleh kelenjar-
kelenjar endometrium dan sel-sl stroma mesenkim, yang keduanya sangat
sensitiv terhadap kerja hormon seks wanita. Hormon yang ada di tubuh
wanita yaitu estrogen dan progesteron mengatur perubahan endometrium,
dimana estrogen merangsang pertumbuhan dan progeseteron
mempertahankanya (Ganong, 2008).
Pada ostium uteri internum, endometrium bersambungan dengan
kanalis endoserviks, menjadi epitel skuamosa berlapis. Endometrium
adalah lapisan terdalam pada rahim dan tempat menempelnya ovum yang
telah dibuahi. Di dalam lapisan endometrium terdapat pembuluh darah
yang berguna untuk menyalurkan zat makanan ke lapisan ini. Saat ovum
yang telah dibuahi menempel di lapisan endometrium, maka ovum akan
terhubung dengan badan induk dengan plasenta yang berhubungan dengan
tali pusat pada bayi. Lapisan ini tumbuh dan menebal setiap bulanya dalam
rangka mempersiapkan diri terhadap terjadinya kehamilan agar hasil
konsepsi bisa tertanam. Pada satu fase dimana ovum tidak dibuahi oleh
sperma, maka korpus luteum akan berhenti memproduksi hormon
progesteron dan berubah menjadi korpus albikan yang menghasilkan
sedikit hormon diikuti meluruhnya lapisan endometrium yang telah
menebal, karena hormon estrogen dan progesteron telah berhenti
diproduksi (Guyton, 2008).
1. Siklus endometrium normal
a. Fase menstruasi (Deskuamasi)
Fase ini berlangsung 3-4 hari pada fase ini terjadi pelepasan
endometrium dari dinding uterus yakni sel-sel epitel dan stroma
yang mengalami disitegrasi otoliisis dengan membran basale yang
masih utuh disertai darah dari vena dan arteri yang mengalami
aglutinasi dan hemolisis serta sekret dari uterus, serviks dan
kelenjar-kelenjar vulva (Guyton, 2008).
b. Fase pasca haid (Regenerasi)
Fase ini berlangsung selama 4 hari. Terjadi regenerasi epitel
menggantikan sel epitel yang luruh (Guyton, 2008)
c. Fase intermenstrum (proliferasi)
1. Fase proliferasi dini (early proliferation phase)
Terdapat regenerasi kelenjar. Bentuk kelenjar khas fase
proliferasi yakni lurus, pendek dan sempit dan mengalami
mitosis.
2. Fase proliferasi madya (midplorifration phase)
Fase ini merupakan bentuk trasnsisi dan dapat dikenal dari epitel
permukaan yang berbentuk torak dan tinggi. Kelenjar berlekuk-
lekuk dan bervariasi. Sejumlah stroma mengalami edema.
3. Fase prolifrasi (late proliferation phase)
Fase ini dapat dikenali dari permukaan kelenjar yang tidak rata
dengan banyak mitosis. Inti epitel membentuk
psseudostratifikasi. Stroma semakin tumbuh aktif dan padat
(Ganong, 2008).
J. Prognosis
Umumnya lesi pada hiperplasia atipikal akan mengalami regresi
dengan terapi progestrin. Akan tetapi memiliki tingkat kekambuhan yang
lebih tinggi ketika terapi dihentikan dibandingkan dengan lesi pada
hiperplasi tanpa atipikal.
Penelitian terbaru menemukan bahwa pada saat histerektomi
62.5% pasien dengan hiperplasia endometrium atipikal yang tidak diterapi
ternyata juga mengalami karsinoma endometral pada saat yang bersamaan.
Sedangkan pasien dengan hiperplasia endometrium tanpa atipikal yang
dihisterektomi hanya 5% diantaranya yang juga memiliki kaesinoma
endometrial (Ellv et al., 2012).
K. Pencegahan
1. Melakuan pemeriksaa USG atau pemeriksaan rahim secara rutin untuk
mendeteksi dini adanya kista yang dapat menyebabkan penebalan
dinding rahim.
2. Melakukan konsultasi ke dokter jika mengalami keluhan seputar
menstruasi.
3. Penggunaan estrogen pada masa pasca menepause disertai dengan
pemberian progestin untuk mencegah karsinoma endometrium.
4. Bila menstruasi tidak terjadi setiap bulan perlu diberikan terapi
progesteron untuk mencegah pertumbuhan endometrium berlebihan.
Terapi terbaik yaitu dengan kontrasepsi oral kombinasi.
5. Rubah gaya hidup untuk menurunkan berat badan (Munro et al.,
2011).
BAB III
KESIMPULAN
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas
Identitas Pasien
Register : 280787
Usia : 56 tahun
Pendidikan : SD
Menikah : 1x menikah
Anamnesa
TANGGAL 05 NOVEMBER 2016
Keluhan Utama : keluar darah dari jalan lahir kurang lebih sebulan
Riwayat pengobatan
Pasien belum berobat dan konsultasi penyakitnya
3.3 Obyektif
Pemeriksaan Fisik
(A) Generalis
Keadaan Umum : cukup
Kesadaran : compos mentis
Tekanan Darah : 160/100 mmHg
Nadi : 86 x/Menit
RR : 22 x/Menit
Temperatur Axilla : 36,3 0C
Genetalia Externa
Vulva : Flux (-) Flex -) Massa (-) ulkus (-)
Inspekulo : tidak dilakukan
VT :
STLD (+)
Palpasi perut : Nyeri tekan (+)
Hitung Jenis :
Lain-lain -
Hiperplasia endometrium
3.6 Penatalaksanaan
Pre operasi
Inf RL 20 tpm
Post operasi
Terapi pulang
Cifrofloksasin 3x1
Soluhion 2x1
3.7 edukasi
Hasil pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan pada pasien dengan kista ovarium
adalah Kista yang besar dan dapat teraba dalam palpasi abdomen. Walau pada
wanita premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal ini
adalah abnormal jika terdapat pada wanita postmenopause. Perabaan menjadisulit
pada pasien yang gemuk. Teraba massa yang kistik, mobile, permukaan massa
umumnya rata. Cervix dan uterus dapat terdorong pada satu sisi.Dapat juga teraba,
massa lain, termasuk fibroid dan nodul padaligamentum uterosakral, ini
merupakan keganasan atau endometriosis. Pada perkusi mungkin didapatkan
ascites yang pasif.(Wiknjosastro, 2007). Pada pasien ini, didapatkan pemeriksaan
fisik didapatkan Teraba massa diperut bagian kanan.
Pemeriksaan penunjang yang di lakukan untuk mendiagnosa kista ovarium
Pemeriksaan Penunjang,USG Merupakan alat terpenting dalam menggambarkan
kista ovarium. Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak batas tumor, apakah
tumor berasal dariuterus, atau ovarium, apakah tumor kistik atau solid dan dapat
dibedakan pulaantara cairan dalam rongga perut yang bebas dan tidak dapat
membantumengidentifikasi karakteristik kista ovarium. Foto Roentgen,
pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Prognosis pada pasien ini adalah Dubia ed Bonam jika penatalaksanaan telah
benar dan sesuai prosedur.
BAB V
KESIMPULAN