Anda di halaman 1dari 91

Penyebab Luka

Trauma
Pembedahan
Neuropatik
Gangguan vaskuler
Penekanan
Keganasan

2
Baranoski S & Avello EA, 2003; Kane DP, 2001
Luka Akut Luka Kronis

Luka post Op. 3


4
Luka Masalah ?
Konsep yg dianut :

Bagaimana Luka ditutup ? Bedah !!!

Bagaimana Membuat Luka dapat ditutup/menutup ?

5
INSIDEN
Luka trauma unit gawat darurat 10 juta/tahun
(Smith,2005)

1,25 juta luka bakar/tahun (Brigham & McLoughlin, 1996)

3,76/1000 pasien yang dirawat terjadi dehisensi pasca


operasi
(Whittington et a, 2004)
l
Didapatkan 6.384 kasus baru dehisensi pasca operasi
selama 2 tahun
(Whittington et a, 2004)

6
Insiden luka kronis : 7,8 / 1000 populasi
(Crovetti, et al., 2004)

5 juta orang menderita luka kronis / tahun


(Limova, 2002)

Luka kronis : 70 % (ulkus vena, dekubitus,


neuropatik)
(Whitney JD, 2005)

Luka kronis banyak diderita pada usia diatas


60 tahun.
30.000 pasien bedah di 15 RS, 489 luka kronis.

67,48% akibat trauma dan infeksi

Ulkus diabetik 4,91%; Ulkus Venous 6,54%.

Laki-laki > wanita

Insiden luka kronis pasien bedah yg dirawat 1,5 3,0%

(Fu X et al, 1998)

8
BIAYA
Biaya per tahun penanganan luka kronis sampai
$ 2,5 milyar (US)
(Lazarus, Cooper, Knington, 1994)

Ulkus dekubitus (dutch) $362 juta-$2,8 milyar ,


1% Dutch Healthcare budget ( Severens et al, 2002)

Biaya total/pasien sekitar $ 9685 - 25905 (180 hari,


dekubitus sacral dalam)
(Olin et al., 1999) (Hibbs, 1988)

Dampak sosial mengurangi kapasitas pekerjaan,


diperkirakan 10 juta jam kerja terbuang /tahun
(Philips et al., 1994)
Klasifikasi Luka
Tusuk
Tertutup

Tembus

Kronis
LUKA
TERPUTUSNYA KONTINUITAS JARINGAN

Klasifikasi Luka :
Luka Akut : luka baru, mendadak dan
penyembuhannya sesuai waktu yg diperkirakan : Luka sayat,
luka bakar, luka tusuk, crush injury

Luka Kronis : luka gagal sembuh pd waktu yg


diperkirakan, tidak berespon baik thd terapi dan punya
tendensi untuk timbul kembali : Ulkus dekubitus, ulkus diabet,
ulkus varicosum dan juga luka bakar.

Luka Operasi : luka akut yg dibuat : luka jahit, skin graft

Dealey C, 1994; Lazarus GS et al., 1994


Wound Classification Algorithm

Rijswijk LV, 2001


PENILAIAN LUKA
PENILAIAN LUKA
KULIT SEKITAR LUKA
Penilaian warna, kelembaban,
Fleksibilitas BED LUKA
Penilaian
Jaringan
nekrotik / non
vital, jaringan
UKURAN
Granulasi, fibrin,
DAN DALAM
eksudat,
LUKA
kolonisasi
bakteri,epitel,
bau

TEPI LUKA
Penilaian Tepi luka dan
perlekatan ke dasar luka

13

Kerstein MD, 1997


Luka Akut

Trauma KLL

14
Luka Akut
Trauma KLL

15
Luka Kronis
Ulkus Dekubitus

16
Luka Kronis
Ulkus Stasis Vena

17
Luka Kronis

Ulkus Diabetik

18
Luka Akut-Kronis

Luka Operasi dengan komplikasi

19
15/5 17/5
20/4 10/5
(5) (7)
(post op) (0)

19/5 26/5 29/5 E 31/5 E


(9) (16) (19) (21)

2/6 E 9/6 12/6 16/6


(23) (30) (33) (37)

16/6 19/6 23/6 28/6


(37) (40) (44) (49)
10/5 17/5
(0) (7)

28/6 21/7
(49) (72)
Luka Sembuh

Tertutup Epitel !!!

Tanpa Parut atau dengan Parut


EPIDERMIS

DERMIS

SUBKUTIS
PROSES PENYEMBUHAN LUKA KULIT
1. FASE INFLAMASI
=> hemostasis
=> inflamasi
2. FASE PROLIFERASI
=> epithelisasi
=> fibroplasia & formasi jaringan granulasi
=> penumpukan kolagen
3. FASE MATURASI/REMODELING
=> produksi dan degradasi kolagen seimbang
=> kontraksi luka
KATAGORI PENYEMBUHAN LUKA

1. Penyembuhan primer : penutupan luka


dalam beberapa jam setelah terjadi luka.
2. Penyembuhan sekunder : tidak melibatkan
penutupan luka secara formal dan luka
menutup secara spontan karena kontraksi
dan reepithelisasi.
3. Penyembuhan tersier : debridemen luka
terlebih dulu dan kemudian penutupan luka
dengan jahitan / mekanisme lain. (penutupan
primer yang terlambat)
Faktor-faktor yang mempengaruhi
penyembuhan luka :
1. Faktor-2 yang berkaitan dengan
pembedahan : jahitan, benda asing, infeksi,
hematoma, stres mekanik.
2. Faktor-2 yang berkaitan dengan anestesi :
perfusi jaringan, suhu tubuh, hipovolemik.
3. Faktor-2 yang berkaitan dengan penderita :
diabetes, merokok, nutrisi yang jelek,
alkoholisme, gagal ginjal kronik, ikterik,
usia lanjut.
Aktivitas Penyembuhan

Hemostasis Mesenchymal Cell Sintesis Kolagen


Inflamasi Migration Kontraksi Luka Remodelling
Proliferasi Sintesis Maturasi
Angiogenesis Proteoglycan
Epitelialisasi

1 4 21 365
Hari Setelah Luka
Luka nekrotik Luka infeksi Luka sloughy

Luka fungating Luka granulasi Luka epitelialisasi

Luka sayat Luka bakar Luka bakar


PENATALAKSANAAN
SECARA UMUM
Penilaian luka
Preparasi luka
Penutupan luka
Dressing

31
Penilaian Pasien

Diagnosis Luka
kronik

akut
Preparasi bed luka

Kontrol bakteri Pengelolaan jaringan non vital Pengelolaan eksudat

Antibiotik Debridement Produk Absorbtif

Luka telah terpreparasi

Penutupan luka

Primer Sekunder Graft Flap


Dressing
Luka sembuh
Falanga V, 2001
PENUTUPAN LUKA
6 Free flap / bedah mikro
5 Flap jauh

4 Flap lokal

3 Skin graft

2 Jahit primer/ per primam

1 Sembuh spontan/ per sekundam

Tangga rekontruktif yang menunjukkan prinsip dasar dalam


perencanaan penutupan defek/luka dari yang sederhana sampai
yang kompleks.
PERTIMBANGAN UNTUK
MENENTUKAN TINDAKAN
KLASIFIKASI LUKA
AKUT
KRONIS
LUKA BEDAH
PENILAIAN LUKA
UKURAN LUKA
>LUAS-KEDALAMAN LUKA
JENIS LUKA
34
Luka nekrotik Luka infeksi Luka sloughy

Luka fungating Luka granulasi Luka epitelialisasi

Luka sayat Luka bakar Luka bakar


PRINSIP PENATALAKSANAAN
LUKA AKUT

1. PREPARASI BED LUKA


DEBRIDEMENT
KONTROL BAKTERI
2. PENUTUPAN LUKA

36
PRINSIP PENATALAKSANAAN
LUKA KRONIS

1. Preparasi bed luka


1. Debridement

2. Kontrol Bakteri (bacterial balance)

3. Pengelolaan Eksudat

2. Penutupan luka
37
PREPARASI BED LUKA

1. Debridement

2. Kontrol Bakteri (bacterial balance)

3. Pengelolaan Eksudat

38
Falanga V, 2000, 2001; Vowden K, 2002
PREPARASI BED LUKA

39
PREPARASI BED LUKA - Debridement

DEBRIDEMENT

Membuang jaringan mati

Membuang material asing

Membersihkan jaringan yang terkontaminasi

Mempertahankan struktur penting semaksimal mungkin

40
PREPARASI BED LUKA - Debridement

TEKNIK DEBRIDEMENT

1. Surgical debridement
2. Mechanical debridement
3. Autolytic debridement
4. Enzymatic debridement
5. Biological debridement

41
PREPARASI BED LUKA - Debridement

SURGICAL DEBRIDEMENT

Sharp debridement

Skalpel, gunting, kuret + irigasi

Paling cepat dan efektif

42
Baharestani M, 1999; Bergstrom et al., 1994
PREPARASI BED LUKA - Debridement

43
PREPARASI BED LUKA - Debridement

MECHANICAL DEBRIDEMENT

Gauze debridement
Wet to dry dressing

Gauze + saline kering


Jaringan mati terbuang saat mengganti balut

Falanga V, 2000; 2001


PREPARASI BED LUKA - Debridement

46
PREPARASI BED LUKA - Debridement

AUTOLYTIC DEBRIDEMENT

Invivo Enzymes Self Digest


Devitalized Tissue
Gelatinase
Kolagenase
Stromelisin

Membutuhkan suasana lembab


Penutup luka
Hydrocolloid, Transparent film, Hydrogel

47
Falanga V, 2000; 2001
AUTOLYTIC PREPARASI BED LUKA - Debridement

48
PREPARASI BED LUKA - Debridement

ENZYMATIC DEBRIDEMENT

Bila surgical tidak memungkinkan

Bereaksi pada : protein, kolagen, fibrin, elastin dan


nukleoprotein

Terutama untuk ulkus tergaung dengan terowongan


yang sulit untuk dilihat

49
Falanga V, 2000; 2001
PREPARASI BED LUKA - Debridement

TOPICAL DEBRIDING AGENTS

Collagenase (Santyl )

Fibrinolysin (Elase)

Protease (Panafil)

Papain urea (Accuzyme)

Trypsin (Granulex)
PREPARASI BED LUKA - Debridement

51
PREPARASI BED LUKA - Debridement

BIOLOGICAL DEBRIDEMENT
MAGGOT DEBRIDEMENT THERAPY

Larva therapy
Larva Phaenicica sericata (green blow fly)

Biomechanical debridement

Sejak 1932
Sukses untuk abses, luka bakar, selulitis, gangren, ulkus,
osteomielitis dan mastoiditis
Thomas S, 2005
PREPARASI BED LUKA - Debridement

Maggot therapy

10/cm2
PREPARASI BED LUKA Bacterial balance

Sukses tidaknya penutupan luka tergantung ada


tidaknya infeksi

Infeksi luka ditentukan keseimbangan daya tahan


luka & jumlah mikroorganisme

< 104 /gram tissue Infeksi 6%


> 104/gram tissue Infeksi 89%
> 105/gram tissue Gagal

55

Teh BT, 1979


Exudate Management :
Direct : balut tekan disertai highly
absorbent dressing atau mechanical
vacum

Indirect : Mengurangi penyebab yang


mendasari koloni bakteri yang
ekstrim

56
Falanga V, 2000; 2001
PREPARASI BED LUKA Pengelolaan Eksudat

Pembalut absorbtif

Calcium alginate

Foam
Hydrofibre
TIPE PEMBALUT LUKA
Pembalut luka yang memberikan kelembaban
(Wound Hydration Dressing)
Pembalut luka yang menjaga kelembaban
(Moisture Retentive Dressing)
Pembalut luka yang menyerap cairan
(Exudate Management Dressing)
Pembalut luka yang menyerap bau
(Odour Management Dressing)

58
PEMBALUT LUKA YANG
MEMBERIKAN KELEMBABAN

Hydroactive Gel
PEMBALUT LUKA YANG
MENJAGA KELEMBABAN

Hydrocolloid
PEMBALUT LUKA YANG
MENYERAP KECAIRAN
PEMBALUT LUKA YANG
MENYERAP BAU

CarboFlex
NECROTIC
SLOUGHY
GRANULATING
EPITHELIALISING
PENUTUPAN LUKA

67
METODE PENUTUPAN LUKA
JAHIT PRIMER
SKIN GRAFT
FLAP LOKAL
FLAP JAUH
FREE FLAP

68
SKIN GRAFT
Epidermis dan beberapa bagian dermis
yang diangkat dari aliran darahnya dan
ditransfer ke lokasi lain.

Skin graft mengandung struktur adneksa


seperti kelenjar lemak, kelenjar keringat,
folikel rambut dan kapiler.

69
Macam skin graft
Split thickness skin graft
Thin Split thickness skin graft
Medium Split thickness skin graft
Thick Split thickness skin graft
Full thickness skin graft

Meshed skin graft


Shett skin graft
70
Macam skin graft

71
Keberhasilan skin graft (take)
tergantung pada :
Kemampuan graft untuk menerima
nutrisi
Pertumbuhan vaskuler dari bed
resipien

=> Sehingga preparasi bed luka sangat


penting.

72
Revaskularisasi skin graft /take
terjadi dalam 3 fase :
Fase I melibatkan inhibisi serum dan
berakhir 24-48 jam. Pada awalnya
lapisan fibrin terbentuk ketika graft
diletakkan pada bed resipien, graft
terikat pada bed. Absorbsi nutrinsi
dalam graft terjadi oleh aksi kapiler
dari bed resipien.

73
Fase kedua adalah inosculatory
phase, yaitu ujung kapiler resipien
dan donor bersekutu / menyatu.
Fase ketiga, revaskularisasi graft
melalui kissing capillaries ini.

74
Perhatian
Preparasi bed => jaringan granulasi
Bed luka dipastikan tidak infeksi
Dipastikan tidak ada perdarahan saat
meletakkan graft, sehingga tidak ada
hematoma diantara donor dan
resipien.

75
Sheet skin graft

76
Perbandingan meshed-sheet SG
Insisi multipel pada meshed SG dapat
memperluas graft dan memungkinkan
drainase melalui sejumlah lubang, hasil
akhir tidak dapat diterima secara kosmetik.
Sheet SG mempunyai keuntungan
permukaannya kontinyu, tidak terputus dan
memberikan hasil estetik yang superior,
tetapi terdapat kerugian yaitu tidak
memungkinkan serum atau darah mengalir.
77
FLAP KULIT
Kulit dan jaringan subkutis yang ditransfer
dari salah satu bagian tubuh ke bagian tubuh
yang lain dengan pedikel vaskular atau
attachment to the body untuk
mempertahankan makanannya.
78
Klasifikasi flap kulit

79
Macam flap kulit lokal
Flap yang dirotasi pada titik sumbu.
Ratation flaps
Transposition flaps
Interpolation flaps
Advancement flap.
Single pedicle advancement
V-Y advancement
Y-V advancement
80
Flap yang dirotasi pada titik
sumbu
Pada umumnya mempunyai titik sumbu
dan flap ditransfer atau dirotasi melalui
arkus.
Radius arcus adalah garis tegangan
tertinggi dari flaps
Realisasinya bahwa flap dapat dirotasi
hanya pada titik sumbu dan ini penting
dalam perencanaan.
81
Transposition flap

82
Tranposition flap : bilobed flaps

83
Tranposition flap : Limberg flaps

84
ROTATION
FLAPS

85
Transposition flap dan rotation flap

86
ADVANCEMENT FLAPS

FLAPS DIPINDAHKAN SECARA LANGSUNG


KE DEPAN KE DALAM DEFEK TANPA
MEROTASI ATAU MENGGERAKKAN KE
LATERAL
87
SLIDING TRIANGULAR
PEDICLE FLAPS

88
A
Single-pedicle
advancement flaps
Advancement diberikan B
dengan menggunakan :
A. Elastisitas kulit
B. Eksisi Burows triangles
pada sisi lateral
C
C. Pantographic
expansion
89
V-Y advancement flaps

90

Anda mungkin juga menyukai