Oleh :
Ikbar ardiansyah J510165104
Pendahuluan
4. Gejala penyerta lain, seperti nyeri otot dan pegal-pegal, batuk, anoreksia,
insomnia
5. Pada demam tifoid berat, dapat dijumpai penurunan kesadaran atau kejang.
Faktor Risiko
2. Higiene makanan dan minuman yang kurang baik, misalnya makanan yang
dicuci dengan air yang terkontaminasi, sayuran yang dipupuk dengan tinja
manusia, makanan yang tercemar debu atau sampah atau dihinggapi lalat.
6. Kondisi imunodefisiensi.
O/ Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum biasanya tampak sakit sedang atau sakit berat.
2. Kesadaran: dapat compos mentis atau penurunan kesadaran (mulai
dari yang ringan, seperti apatis, somnolen, hingga yang berat
misalnya delirium atau koma)
3. Demam, suhu > 37,5oC.
4. Dapat ditemukan bradikardia relatif, yaitu penurunan frekuensi nadi
sebanyak 8 denyut per menit setiap kenaikan suhu 1oC.
5. Ikterus
6. Pemeriksaan mulut: typhoid tongue, tremor lidah, halitosis
7.Pemeriksaan abdomen: nyeri (terutama regio epigastrik),
hepatosplenomegali
8. Delirium pada kasus yang berat
Pemeriksaan Penunjang
1. Darah perifer lengkap beserta hitung jenis leukosis
Dapat menunjukkan: leukopenia / leukositosis / jumlah leukosit normal,
limfositosis relatif, monositosis, trombositopenia (biasanya ringan), anemia.
2. Serologi
a. IgM antigen O9 Salmonella thypi (Tubex-TF)
Hanya dapat mendeteksi antibody IgM Salmonella typhi
Dapat dilakukan pada 4-5 hari pertama demam
b. Enzyme Immunoassay test (Typhidot)
Dapat mendeteksi IgM dan IgG Salmonella typhi
Dapat dilakukan pada 4-5 hari pertama demam
c. Tes Widal tidak direkomendasi
Dilakukan setelah demam berlangsung 7 hari.
Interpretasi hasil positif bila titer aglutinin O minimal 1/320 atau terdapat
kenaikan titer hingga 4 kali lipat pada pemeriksaan ulang dengan interval 5 7
hari.
3. Kultur Salmonella typhi (gold standard)
Dapat dilakukan pada spesimen:
a. Darah : Pada minggu pertama sampai akhir minggu ke-2 sakit, saat
demam tinggi
b. Feses : Pada minggu kedua sakit
c. Urin : Pada minggu kedua atau ketiga sakit
d. Cairan empedu : Pada stadium lanjut penyakit, untuk mendeteksi
carrier typhoid
4. Pemeriksaan penunjang lain sesuai indikasi klinis, misalnya: SGOT/SGPT,
kadar lipase dan amilase
Suspek demam tifoid (Suspect case)
A/ Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala demam,
gangguan saluran cerna dan petanda gangguan kesadaran. Diagnosis
suspek tifoid hanya dibuat pada pelayanan kesehatan primer.
Demam tifoid klinis (Probable case)
Suspek demam tifoid didukung dengan gambaran laboratorium
yang menunjukkan tifoid.
keluhan gastrointestinal.
3. Terapi definitif dengan pemberian antibiotik.
Kadang disertai juga dengan gejala lokal, seperti: nyeri menelan, batuk, pilek.
Pada kondisi syok, anak merasa lemah, gelisah, atau mengalami penurunan
kesadaran.
2. Adanya jentik nyamuk Aedes aegypti pada genangan air di tempat tinggal pasien
sehari-hari.
Pemeriksaan Fisik
O/
Tanda patognomonik untuk demam dengue
1. Suhu > 37,5 derajat celcius
2. Ptekie, ekimosis, purpura
3. Perdarahan mukosa
4. Rumple Leed (+)
Tanda Patognomonis untuk demam berdarah dengue
3. Perdarahan mukosa
5. Hepatomegali
6. Splenomegali
a. Trombositopenia ( 100.000/L).
Hipoalbuminemia, hipoproteinemia
2. Serologi Dengue, yaitu IgM dan IgG anti-Dengue, yang titernya dapat
terdeteksi setelah hari ke-5 demam.
A/ Demam Dengue
5. Leukopenia <4.000/mm3
6. Trombositopenia <100.000/mm3
2. Adanya manifestasi perdarahan baik yang spontan seperti petekie, purpura, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena; maupun berupa uji
Tourniquette yang positif
4. Adanya kasus demam berdarah dengue baik di lingkungan sekolah, rumah atau di
sekitar rumah
a. Hepatomegali
Peningkatan nilai hematokrit, >20% dari pemeriksaan awal atau dari data
populasi menurut umur
Hipoalbuminemia, hipoproteinemia
c. Trombositopenia <100.000/mm3
Adanya demam seperti di atas disertai dengan 2 atau lebih
manifestasi klinis, ditambah bukti perembesan plasma dan
trombositopenia cukup untuk menegakkan diagnosis Demam Berdarah
Dengue.
1. Analgetik& Antipiretik
P/
Paracetamol 3 x 500-1000 mg).
2. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi
Sebelum terjadi DSS RL
Sesudah terjadi DSS koloid, kristaloid
3. Diet. Hati-hati pada perdarahan lambung
4. Antasid
5. Antibiotik bila ada leukositosis
III. MALARIA
Pemeriksaan Fisik
O/
1. Tanda Patognomonis
a. Pada periode demam:
Kulit terlihat memerah, teraba panas, suhu tubuh
meningkat dapat sampai di atas 40 C dan kulit kering.
Pasien dapat juga terlihat pucat.
Nadi teraba cepat
Pernapasan cepat (takipneu)
b. Pada periode dingin dan berkeringat:
2. Kepala: Konjungtiva anemis, sklera ikterik, bibir sianosis, dan pada malaria serebral
dapat ditemukan kaku kuduk.
4. Abdomen: Teraba pembesaran hepar dan limpa, dapat juga ditemukan asites.
5. Ginjal: bisa ditemukan urin berwarna coklat kehitaman, oligouri atau anuria.
1. Pengobatan suportif
P/ Istirahat tirah baring dilakukan untuk mempercepat penyembuhan
bersama dengan penambahan vitamin yang meningkatkan daya tahan
tubuh. Penderita sebaiknya diberi minum cairan yang cukup.
Rehabilitasi dengan fisioterapi untuk nyeri sendi juga perlu
dipertimbangkan.
2. Pengobatan analgetik
Obat antipiretik atau analgesic non aspirin dan antiinflamasi
nonsteroid (OAINS) diberikan untuk mengurangi demam dan rasa sakit
pada persendian serta mencegah kejang.
3. Infus
Infus diberikan apabila perlu, terutama pada penderita yang malas
minum. Ini berguna untuk menjaga keseimbangan cairan.
V. LEPTOSPIROSIS
1. Febris
2. Ikterus
4. Ruam kulit
5. Limfadenopati
7. Edema
8. Bradikardi relatif
9. Konjungtiva suffusion
Pemeriksaan Laboratorium
2. Urin rutin: sedimen urin (leukosit, eritrosit, dan hyalin atau granular) dan
proteinuria ringan, jumlah sedimen eritrosit biasanya meningkat.
Hepatitis A adalah infeksi akut di liver yang disebabkan oleh hepatitis A virus (HAV),
sebuah virus RNA yang disebarkan melalui rute fekal oral.
Demam
S/ Mata dan kulit kuning
Penurunan nafsu makan
Nyeri otot dan sendi
Lemah, letih, dan lesu.
Mual dan muntah
Warna urine seperti teh
Tinja seperti dempul
Faktor Risiko
Sering mengkonsumsi makanan atau minuman yang tidak terjaga sanitasinya.
Menggunakan alat makan dan minum dari penderita hepatitis.
Pemeriksaan Fisik
O/
1. Febris
2. Sklera ikterik
3. Hepatomegali
4. Warna urin seperti teh
Pemeriksaan Penunjang
1. Tes laboratorium urin (bilirubin di dalam urin)
2. Pemeriksaan darah : peningkatan kadar bilirubin dalam darah,
kadar SGOT dan SGPT 2x nilai normal tertinggi, dilakukan
pada fasilitas primer yang lebih lengkap.
3. IgM anti HAV (di layanan sekunder)
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
A/ pemeriksaan penunjang.
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu masalah kesehatan akut yang sering
terjadi pada perempuan. Masalah infeksi saluran kemih tersering adalah sistitis
akut, sistitis kronik, dan uretritis.
1) Demam
S/
2) sakit kepala
3) muntah
4) perubahan status mental
5) kejang
O/
Pemeriksaan neurologis
Hiperrefleksia, ataksia, gangguan kognitif, defisit neurologi fokal,
aphasia dan hemiparesis
Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan darah lengkap jumlah leukosit meningkat.
- Pemeriksaan cairan serobrospinal jumlah sel diatas normal, hitung jenis
didominasi oleh limfosit, protein dan glukosa normal atau meningkat
Meningitis adalah radang pada selaput otak yang dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, parasit, jamur, dan keadaan non infeksi seperti neoplasma
demam tinggi
mual / muntah
S/
kejang
sakit kepala
penurunan kesadaran
adanya meningeal sign
fotofobi.
Penisilin
P/
Kloramfenikol
Ceftriaxone