prevalensi 1-prevalensi
PS NP PP
NS
target disorder
positif negatif
Diagnostic positif a b
Test result negatif c d
total a+c b+d
sensitifitas=a/(a+c) spesifitas=d/(b+d)
PPV=a/(a+b) NPV=d/(c+d)
PS=a pp=b NS=d NP= c
Efisiensi=(a+d)/(a+b+c+d)
Prevalensi=(a+c)/(a+b+c+d)
1. Adanya komparasi dengan baku emas yang
dapat diterima
2. Adanya komparasi yang dilakukan dengan
membuta ( blind )
3. Hasil-hasil yang tidak termasuk dalam
baku emas. Penentuan pasien sebagai sakit
atau bebas sakit oleh baku emas hendaknya
tidak tergantung dari hasil dari prosedur yang
sedang dinilai
4. Adanya keterandalan dan keseksamaan
(Reabillity & Accuracy )
5. Penggunaan sampel yang merentang
sesuai dengan spektrum penyakit
o Suatu uji dignostik yang baru yang secara
efektif membedakan individu yang jelas sakit
( Misal pasien Rumah Sakit) dari individu yang
jelas sehat ( Misal Sukarelawan normal ) akan
kurang berguna dalam kenyataannya dalam
membedakan penyakit yang dituju dengan
penyakit lain dengan tanda dan gejala yang
sama.
o Apabila nilai variabel uji diagnostik
dikorelasikan denga beratnya penyakit , maka
uji diagnostik akan mendeteksi pasien
dengan penyakit yang sudah jelas atau sudah
lanjut, tetapi kurang berguna untuk
mengidentifikasi pasien pada awal
penyakitnya yaitu saat yang paling efektif
untuk intervensi pengobatannya
6. Adanya batasan yang jelas dan sesuai
dengan normalitas, metode diagnosis yang
terbaik secara klinis dalam menentukan
normalitas
Cross-sectional
Case-control
Cohort
Case-cohort
Nested case-control
Hubungan disease and exposure pada satu
saat atau periode
Status disease & exposure diukur pada saat
yang sama
Tujuan:memperoleh gambaran penyakt dan
determinan-2 nya pada polpulasi sasaran
Kekuatan: mudah &murah (tidak perlu follow
up )
Kelemahan: kurang bisa menganalisis hub
kausa exposure-disease
Hub exposue-disease dg cara
membandingkan kelompok kasus dan kontrol
berdasar status paparannya
Ciri: pemilihan subyek berdasar status
penyakit, kemudian diamatai paparannya
Dibagi:
Case-control retrospektif
Case-control prospektif
Case-control retrospektif
E+
D+
E-
E+
D-
E-
Lampau kini
Case-control prospektif
E+ E+
D+
E- E-
E+ E+
D-
E- E-
lampau kini akan datang
Keuntungan
Murah
Mudah dilakukan
Cocok untuk meneliti penyakit dg periode laten yg
panjang
Kelemahan
Arus terbalik logika paparanpenyakit
Bias informasi &bias seleksi
Mempelajari hub paparan & penyakit dgn cara
membandingkan kel.terpapar &kel.tidak
terpapar berdasar status penyakitnya
Ciri:pemilihan subyek berdasar paparannya,
lalu diamatai perkembangannya apakah
paparanpenyakit yg diamati
Dibagi 2:
Prospektif
retrospektif
Cohort retrospectif
D+
E+
D-
D+
E-
D-
Lampau kini
Cohort prospectif
D+
E+
D-
D+
E-
D-
kini akan datang
Kekuatan
Sesuai hukum sebabakibat
Bisa menghitung laju insidensi
Dapat cocok untuk menlti paparan yang langka
Memungknkan peneliti memeplajari sejumlah efek secara
serentak dari sebuah paparan
Pada kohort prospektif, bias seleksi sampael &status papara
kecil
Obeservasional shg tidak ada subyek yg dirugikan
Kelemahan
Kohort prospektif: mahal & lama
Kohort retrospektif: perlu ketersediaan data sekunder yg
lengkap dan handal
Hilngnaya subyek penelitia karena migrasi, mati dll
Faktor penelitian sudah ditentukan lebih dulu
1986: prentice
NCC kasus
NCC mungkin lebih baik dalam
menentukan kontrol
cohort
Fleksibel menentukan analisis dan
modelnya
Post test only
Post test with controle group only
Pretest & Post test only
Pretest & Post test with control group
Uji antidiabetes
HU dirusak pankreas
Setelah kadar gluksa tinggidiberi treatment
Bandingkan kadar glukosa sebelum perlakuan
dengan setelah perlakuan
Jika tanpa kontrol negatifPretest & Post test
design
Jika dengan kontrol negatifPretest & Post test with
controle group design
Analisis hasil:
Pretest & Post test design uji beda sebelu dan
sesudah treatment SANGAT BIAS
Pretest & Post test with controle group designUji
beda dengan kelompok kontrol
Uji antikholesterol
HU diinduksi menjadi hiperkholesteroldengan triton X
Setelah kadar kholesterol tinggidiberi treatment
Ukur Kadar kholesterol sebelum perlakuan dengan
setelah perlakuan
Jika tanpa kontrol negatifPretest & Post test design
Jika dengan kontrol negatifPretest & Post test with
controle group design
Analisis hasil:
Pretest & Post test design uji beda sebelu dan
sesudah treatment SANGAT BIAS
Pretest & Post test with controle group designUji
beda dengan kelompok kontrol
Uji hipourisemia
HU diinduksi menjadi hiperurisemiadengan
potasium oxonate
Setelah Kadar asam urat tinggidiberi treatment
Ukur Kadar asam urat sebelum perlakuan dengan
setelah perlakuan
Jika tanpa kontrol negatifPretest & Post test
design
Jika dengan kontrol negatifPretest & Post test with
controle group design
Analisis hasil:
Pretest & Post test design uji beda sebelu dan
sesudah treatment SANGAT BIAS
Pretest & Post test with controle group designUji
beda dengan kelompok kontrol
Uji senyawa X terhadap kerusakan ginjal
HU diberi treatment selama bebarap hari
Ukur Kadar ureum dan kratinin darah
Jika tanpa kontrol negatifPost test design
Jika dengan kontrol negatifPost test with controle
group design
Analisis hasil:
Post test design uji beda sesudah treatment
dengan kelompok kontrol negatif SANGAT BIAS