Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Apendiks adalah suatu pipa tertutup yang sempit yang melekat pada saecum
atau bagian awal dari colon. Berbentuk seperti cacing dan secara anatomi apendiks
sering disebut juga dengan appendix vermiformis atau umbai cacing.
Apendisitis akut merupakan peradangan akut dari apendiks vermiformis, dan
merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering ditangani oleh dokter bedah.
Apendisitis akut merupakan penyakit urutan keempat penyakit abdomen di
Indonesia pada tahun 2006. Jumlah pasien apendisitis akut yang menjalani rawat inap
pada tahun tersebut mencapai 28.949 jiwa (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2007). Apendiitis paling susah idiagnosa pada usia 4 dan lebih 70 tahun.
Untuk mendiagnosa apendisitis akut, kita harus menggali anamnesis dan
menemukan tanda-tanda apendisitis dengan pemeriksaan fisis dan dapat menggunkan
pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan lab serta pemeriksaan radiologi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi dan Fisiologi Apendiks


Apendiks adalah suatu pipa tertutup yang sempit yang melekat pada
secum atau bagian awal dari colon. Berbentuk seperti cacing dan secara
anatomi apendiks sering disebut juga dengan appendix vermiformis atau umbai
cacing. Apendiks terletak dibagian kanan bawah dari abdomen tepatnya di
ileosecum dan merupakan pertemuan ketiga taenia coli. Muara apendiks berada
di sebelah postero-medial secum. Penentuan letak pangkal dan ujung apendiks
yang normal adalah menurut garis Monroe Pichter, merupakan garis yang
menghubungkan SIAS dan umbilicus. Pangkal apendiks terletak pada 1/3
lateral yang secara klinis disebut dengan titik Mc Burney. 1

Seperti pada bagian usus yang lain apendiks juga mempunyai


mesenterium. Mesenterium ini berupa selapis membran yang melekatkan
apendiks pada struktur lain pada abdomen. Ukuran apendiks dapat lebih
panjang dari ukurannya yang normal. Gabungan dari luasnya mesenterium
dengan apendiks yang panjang menyebabkan apendiks bergerak masuk ke
pelvis yang pada wanita dan masuk diantara organ-organ pelvis wanita.
Apendiks juga dapat bergerak ke belakang colon yang disebut dengan apendiks
retrocolic. Apendiks diinervasi oleh saraf parasimpatis dan simpatis. Inervasi
oleh parasimpatis berasal dari cabang n. vagus sedangkan inervasi oleh saraf
simpatis berasal dari n. thoracalis X, karena hal itu nyeri visceral pada apendiks
sering bermula disekitar umbilicus.1
Fungsi apendiks pada manusia belum diketahui secara pasti. Diduga
berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh. Lapisan dalam apendiks
menghasilkan lendir. Lendir tersebut secara normal dialirkan ke seluruh
apendiks dan secum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks berperan pada
pathogenesis apendisitis. Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari yang
bersifat basa dan mengandung amylase, erepsin dan musin. Lendir itu secara
normal dialirkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke secum.
Immunoglobulin sekretor yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated
Lymphoid Tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk apendiks
yakni IgA. Immunoglobulin tersebut sangat efektif sebagai perlindungan
terhadap infeksi, tapi pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem
immunoglobulin tubuh karena jaringan limfoid pada apendiks sangatlah kecil
jika dibandingkan jaringan limfoid lain di seluruh tubuh. 2

B. Definisi Apendistis Akut


Apendisitis akut adalah peradangan akut apendiks vermiformis, yang
merupakan sebuah organ yang menyerupai tabung kecil berukuran 3,5 inchi
dan menempel pada usus besar. Fungsi dari apendiks belum diketahui secara
pasti. Banyak pendapat menyebutkan bahwa apendiks ikut berperan dalam
sistem imunitas. 3

C. Epidemiologi
Apendisitis akut merupakan penyakit urutan keempat penyakit
abdomen di Indonesia pada tahun 2006. Jumlah pasien apendisitis akut yang
menjalani rawat inap pada tahun tersebut mencapai 28.949 jiwa (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2007).
Apendisitis akut merupakan penyebab terbanyak dari suatu akut
abdomen. Penyakit ini dapat mengenai semua umur tetapi paling banyak
ditemukan pada usia 20-30 tahun, walaupun jarang ditemui diatas 65 tahun
tetapi sering berakibat pada apendisitis perforasi.

D. Etiopatogenesis
Menurut Fitz dalam makalahnya, menganggap penyebab apendisitis
akuta adalah massa feses dan benda asing. Konsep etiologi klasik ini, obstruksi
lumen kemudian peradangan bakteri menjelaskan asal dari 70 persen kasus.
Sekitar 60 persen kasus berhubungan dengan hyperplasia folikel limpfoid tela
submukos pada anak, 35 persen dengan kehaadiran fekolit terutama pada orang
dewasa dn 5 persen dengan benda asing atau tumor.4
Klasifikasi apendistis akut :
1. Apendisitis Akut Sederhana
Proses peradangan baru terjadi di mukosa dan sub mukosa
disebabkan obstruksi. Sekresi mukosa menumpuk dalam lumen
appendiks dan terjadi peningkatan tekanan dalam lumen yang
mengganggu aliran limfe, mukosa appendiks menebal, edema, dan
kemerahan.Gejala diawali dengan rasa nyeri di daerah umbilikus,
mual, muntah, noreksia, malaise dan demam ringan.
2. Apendistis Akut Purulenta/Supuratif
Saat sekresi mukus berlanjut terus-menerus, tekanan akan
terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena,
bertambahnya edem, dan bakteri akan menembus dinding mukosa.
Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum lokal
yang menimbulkan nyeri didaerah perut kanan bawah atau secara
klinis sebagai titik McBurney. Keadaan yang sedemikian rupa akan
mengakibatkan apendisitis supuratif akut. 5
3. Apendisitis Akut Gangrenosa
Obstruksi tersebut menyebabkan mucus yang diproduksi
mukosa mengalami bendungan. Makin lama mucus tersebut
semakin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan
intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat
aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, serta
ulserasi mukosa, sampai aliran darah arteri mulai terganggu
sehingga terjadi infark dan gangren. Selain didapatkan tanda-tanda
supuratif, apendiks mengalami gangrene pada bagian tertentu.
Dinding apendiks berwarna ungu, hijau keabuan atau merah
kehitaman.5

E. Manifestasi Klinik
Riwayat nyeri perut viseral awalnya mulai dari bagian pusat. Nyeri yang
terlokalisir memberat dalam hitungan waktu 12 hingga 24 jam dan sering
disekiatr umbilicus yang berpindah ke region inguinal dextra yang semakin
memberat jika pasien bergerak, batuk atau bersin diikuti dengan gejala lalin
seperti demam, anorexia, nausea, dan sesekali muntah.
Organ yang inflamasi, ititasi peritoneal yang local menyebabkan terasa
nyeri parietal di daerah fossa iliaca kanan. Sesekali progresi menjadi gangrene
sangat cepat dengan gejala yang seringkali terlewati atau tidak dikenali oleh
pasien yang terdapat padda nyeri abdominal difuse dari peritonitis generalisata.
Manifestasi klinik lainnya adalah :
- Serangan yang mirip dengan sebelumnya, menandakan apendisitis
rekuren
- Muntah yang terlau sering jika appendix berada pada posisi
retroileal
- Gejala urinaria, frekuensi dan dysuria karena appenxix yang
inflamasi sangat dekat dengan ureter kanan atau bladder.
Apendiitis paling susah idiagnosa pada usia 4 dan lebih 70 tahun. 7

F. Diagnosa
Untuk mendiagnosa apendisitis akut dapat diperoleh dengan anamnesis
dan pemriksaan fisis yang baik.
Nyeri biasanya berpindah dari fossa ilaka kanan setelah beberapa jam,
sampai dengan 24 jam. Titik maksimal nyeri adalah pada sepertiga dari
umblikus ke fossa ilaka kanan, itu disebut titik Mc Burney. Nyeri biasanya
tajam dan diperburuk dengan gerakan (seperti batuk dan berjalan). Nyeri pada
titik Mc Burney juga dirasakan pada penekanan iliaka kiri, yang biasa
disebut tanda Rovsing. Posisi pasien dipengaruhi oleh posisi dari apendiks. 6
Jika apendiks ditemukan di posisi retrosekal (terpapar antara sekum dan
otot psoas) nyeri tidak terasa di titik Mc Burney, namun ditemukan lebih ke
lateral pinggang. Jika apendiks terletak retrosekal nyeri jika ilaka kiri ditekan
tidak terasa. Ketika apendiks dekat dengan otot psoas, pasien datang dengan
pinggul tertekuk dan jika kita coba meluruskan maka akan terjadi nyeri pada
lokasi apendiks (tanda psoas). Ketika apendiks terletak retrosekal maka bisa
menyebabkan iritasi pada ureter sehingga darah dan protein dapat ditemukan
dalam urinalisis. Jika apendiks terletak di pelvis, maka tanda klinik sangat
sedikit, sehingga harus dilakukan pemeriksaan rektal, menemukan nyeri dan
bengkak pada kanan pemeriksaan. Jika apendiks terletak di dekat otot obturator
internus, rotasi dari pinggang meningkatkan nyeri pada pasien (tanda
obturator). Hiperestesia kutaneus pada daerah yang dipersarafi oleh saraf spinal
kanan T10,T11 dan T12 biasanya juga mengikuti kejadian appendisitis akut.
Jika apendiks terletak di depan ileum terminal dekat dengan dinding
abdominal, maka nyeri sangat jelas. Jika apendiks terletak di belakang ileum
terminal maka diagnosa sangat sulit, tanda-tanda yang ada samar dan nyeri
terletak tinggi di abdomen.

Pemeriksaan Fisis
Rovsing’s sign Positif jika dilakukan palpasi dengan tekanan
pada kuadran kiri bawah dan timbul nyeri pada
sisi kanan.
Psoas sign atau Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian
Obraztsova’s sign dilakukan ekstensi dari panggul kanan. Positif
jika timbul nyeri pada kanan bawah.
Obturator sign Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan
dilakukan rotasi pada panggul. Positif jika timbul
nyeri pada hipogastrium atau vagina.
Blumberg sign Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada
kuadran kanan bawah kemudian dilepaskan tiba-
tiba
Gambar Pemeriksaan Fisik Apendistis

Blomberg’s Sign
Alvarado Score
The Modified Alvarado Score Skor
Gejala Perpindahan nyeri dari ulu hati ke perut kanan 1
bawah
Mual-Muntah 1
Anoreksia 1
Tanda Nyeri di perut kanan bawah 2
Nyeri lepas 1
Demam diatas 37,5 ° C 1
Pemeriksaan Leukositosis 2
Lab
Hitung jenis leukosit shift to the left 1
Total 10
Interpretasi dari Modified Alvarado Score:
1-4 : sangat mungkin bukan apendisitis akut
5-7 : sangat mungkin apendisitis akut
8-10 : pasti apendisitis akut

Pemeriksaan USG diindikasikan ketika sukar menentukan diagnosis


yang terutama selama kehamilan dan pada anak-anak. Hal ini membantu dalam
menyingkirkan diagnosis yang berkaitan dengan kelainan tubo-ovarium.
Gambaran USG yang merupakan kriteria diagnosis appendicitis acuta
adalah appendix dengan diameter anteroposterior 7 mm atau lebih, didapatkan
suatu appendicolith, adanya cairan atau massa periapendiks.
G. Diagnosa Banding
Nyeri abdomen dan gejala lain yang meniru apendisitis akut bias
disebabkan oleh bnayak kelainan patologi, khusunya yang melibatkan traktus
gastrointestinal dan genitourinarius serta organ ginekologi.4
Pada gastroenteritis diagnose bandingnya meliputi limfadenitis
mesenterika. Gejalanya berupa mual, muntah, dan diare berlebihan yang
mendahului mulainya nyeri yang berbatas kurang tegas atau lebih bersifat kram.
Keadaan gastrontesitianl yang lain adalah ulkus peptikum perforate,
diverticulitis kolon, onstruksi usu, karsinoma kolon perforate, diverticulitis
Meckel dan enteritis regional. 4
Pada kelainan ginekologi meniru apendisitis akuta teruta jika terletak di
dalam pelvis misalnya penyakit peradangan pelvis, dan kehamilan ektopik
terganggu. Pada traktus urinarius, batu ureter atau ginjal jarang dikelirukan
dengan penyakit apendiks karena nyeri punggung kolik unilateral yang
menjalar ke lipat paha sulit salah dinterpretasikan. 4

H. Penatalaksanaan
Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan paling tepat dan merupakan
satu-satunya pilihan yang baik adalah apendektomi. Pada apendisitis tanpa
komplikasi, biasanya tidak perlu diberikan antibiotik, kecuali pada apendisitis
gangrenosa atau apendisitis perforata. Apendektomi bisa dilakukan secara
terbuka atau dengan laparoskopi. Bila apendektomi terbuka, insisi McBurney
paling banyak dipilih oleh ahli bedah.
Insisi titik McBurney merupakan garis insisi parallel dengan otot
oblikus eksternal, melewati titik McBurney yaitu 1/3 lateral garis yang
menghubungkan spina liaka anterior superior kanan dan umbilicus.
Insisi titik McBurney

Pemberian
antibiotik sebelum operasi
dapat menurunkan resiko
komplikasi pascabedah,
tetapi regimennya masih
kontroversial. Jika apendisitis akut yang masih sederhana, tidak ada gunanya
jika antibiotik diberikan lebih dari 24 jam. Jika terjadi perforasi atau gangren,
antibiotik diberikan sampai pasien tidak demam dan leukosit semakin mendekat
normal. Bakteri patogen pada apendisitis akut merupakan gabungan dari flora
kolon, baik aerobik dan anaerobik. Klindamisin ditambah aminoglikosida atau
generasi kedua sefalosporin sering menunjukkan tingkat keberhasilan
medikamentosa.4
Bila diagnosis apendisitis akut tidak pasti, serta mengantisipasi
perlunya pemaparan lebih baik dan eksplorai abdomen yang lebih menyeluruh,
maka mula-mula harus dibuat insisi paramedian kanan atau garis tengah bawah.
Jika eksplorasi menunjukkan tidak ada bukti peradangan apendiks,
maka harus dilakukan pencarian cermat untuk menemukan penjelasan tanda
dan gejala untuk dilakukannya operasi. Jika apendiks normal dan tidak ada
yang ditemukan, maka apendektomi harus dilakukan.4

I. Komplikasi
1. Perforasi
Keterlambatan penanganan merupakan alasan penting terjadinya
perforasi. Perforasi apendiks akan mengakibatkan peritonitis purulenta
yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri makin hebat meliputi seluruh
perut dan perut menjadi tegang dan kembung. Nyeri tekan dan defans
muskuler di seluruh perut, peristaltik usus menurun atau menghilang karena
ileus paralitik 8
2. Peritonitis
Peradangan peritoneum merupakan penyulit berbahaya yang dapat
terjadi dalam bentuk akut maupun kronik. Keadaan ini biasanya terjadi
akibat penyebaran infeksi dari apendisitis. Bila bahan yang menginfeksi
tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya
peritonitis generalisata. Dengan begitu aktivitas peristaltik berkurang
sampai timbul ileus paralitik, usus kemudian menjadi atoni dan meregang.
Cairan dan elektrolit hilang dari lumen usus menyebabkan dehidrasi,
gangguan sirkulasi, oliguria, dan mungkin syok 8
3. Massa Periapendikuler
Komplikasi ini terjadi bila apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi
ditutupi perdindingan oleh omentum. Umumnya massa apendiks terbentuk
pada hari ke empat sejak peradangan dimulai apabila tidak terjadi peritonitis
generalisata. Massa apendiks dengan proses radang yang masih aktif
ditandai dengan keadaan umum yang masih terlihat sakit, suhu masih
tinggi, terdapat tanda-tanda peritonitis, leukositosis, dan apendiks bergeser
ke kiri. Massa apendiks dengan proses meradang telah mereda ditandai
dengan keadaan umum telah membaik, suhu mendekati normal, tidak ada
peritonitis, teraba massa berbatas tegas dengan nyeri tekan ringan, nilai
leukosit dan neutrofil mendekati normal

J. Prognosis
Mortalitis pada apendisitis uncomplicated jarang terjadi. Bahkan
dengan apendistisi perforate mortalitas hanya 0,2%. Angka kematian
dipengaruhi oleh usia pasien, keadekuatan persiapan prabedah, serta stadium
penyakit waktu intervensi bedah. 4

Dafar Pustaka
1. Septianto T., 2010. Buku Panduan Praktikum Anatomi. Surakarta: Penerbit
Laboratorium Anatomi dan Embriologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret.
2. Guyton A.C., Hall J.E. 2011. The Circulation, In: Guyton and Hall
Textbook of Medical Physiology (eBook). 12th ed. Mississippi: Saunders
pp.296-325
3. Craig S., 2014. Appendicitis. http://emedicine.medscape.com/article/
773895-overview
4. Sabiston, David C. 2012. Buku Ajar Bedah Sabiston. Jakarta : EGC
5. Mansjoer A., 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed 3. Jakarta: Media
Aesculapius.
6. Soybel D., 2008. Surgery Basic Science and Clinical Evidence. 2ndEd. New
York: Springer
7. Henry MM, Thompson JN. 2012. Cinical Surgery Third Edition. Elsivier
8. Price S., Wilson L., 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai

  • Anatomi Dan Fisiologi Appendix
    Anatomi Dan Fisiologi Appendix
    Dokumen12 halaman
    Anatomi Dan Fisiologi Appendix
    Anonymous SDdMomPBQ
    Belum ada peringkat
  • Iufd
    Iufd
    Dokumen18 halaman
    Iufd
    Anonymous SDdMomPBQ
    Belum ada peringkat
  • Total Anomalous Pulmonary Venous Return
    Total Anomalous Pulmonary Venous Return
    Dokumen25 halaman
    Total Anomalous Pulmonary Venous Return
    Anonymous SDdMomPBQ
    100% (1)
  • TAPVR
    TAPVR
    Dokumen33 halaman
    TAPVR
    Anonymous SDdMomPBQ
    Belum ada peringkat
  • TAPVR
    TAPVR
    Dokumen33 halaman
    TAPVR
    Anonymous SDdMomPBQ
    Belum ada peringkat
  • SPM Neurologi
    SPM Neurologi
    Dokumen199 halaman
    SPM Neurologi
    dickyhardiyansyah
    Belum ada peringkat
  • Nyeri
    Nyeri
    Dokumen22 halaman
    Nyeri
    Anonymous SDdMomPBQ
    Belum ada peringkat
  • LBP
    LBP
    Dokumen16 halaman
    LBP
    Anonymous SDdMomPBQ
    Belum ada peringkat
  • NYERI
    NYERI
    Dokumen14 halaman
    NYERI
    Anonymous SDdMomPBQ
    Belum ada peringkat
  • Nyeri
    Nyeri
    Dokumen22 halaman
    Nyeri
    Anonymous SDdMomPBQ
    Belum ada peringkat
  • Nyeri
    Nyeri
    Dokumen22 halaman
    Nyeri
    Anonymous SDdMomPBQ
    Belum ada peringkat
  • LBP
    LBP
    Dokumen15 halaman
    LBP
    Anonymous SDdMomPBQ
    Belum ada peringkat
  • Mati Batang Otak
    Mati Batang Otak
    Dokumen11 halaman
    Mati Batang Otak
    Anonymous SDdMomPBQ
    Belum ada peringkat
  • Cerpen Lembaran Kehidupan
    Cerpen Lembaran Kehidupan
    Dokumen2 halaman
    Cerpen Lembaran Kehidupan
    Anonymous SDdMomPBQ
    Belum ada peringkat
  • Referat Kulit Kondiloma Akuminata
    Referat Kulit Kondiloma Akuminata
    Dokumen14 halaman
    Referat Kulit Kondiloma Akuminata
    albernande1993
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen15 halaman
    Bab I
    Anonymous SDdMomPBQ
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus ANAK
    Laporan Kasus ANAK
    Dokumen19 halaman
    Laporan Kasus ANAK
    Anonymous SDdMomPBQ
    Belum ada peringkat
  • LBP
    LBP
    Dokumen15 halaman
    LBP
    Anonymous SDdMomPBQ
    Belum ada peringkat
  • Pemeriksaan Darah, Urin Dan Feces
    Pemeriksaan Darah, Urin Dan Feces
    Dokumen10 halaman
    Pemeriksaan Darah, Urin Dan Feces
    Anonymous SDdMomPBQ
    Belum ada peringkat
  • Referat Erisipelas
    Referat Erisipelas
    Dokumen10 halaman
    Referat Erisipelas
    Anonymous SDdMomPBQ
    Belum ada peringkat