Anda di halaman 1dari 46

PAPER

GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU


AKIBAT PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF
ALAMSYAH
SANTOSA
(1508320028)

PEMBIMBING : DR. vita camellia, sp.kj


DEPARTEMEN PSIKIATRI
RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATRA UTARA
MEDAN
2016

B
AB
1
PENDAHULUA
N

LATAR BELAKANG
The Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders, Fifth Edition, dikenal
sebagai the DSM-V atau DSM 5, merupakan
petunjuk penggolongan diagnosis Gangguan
Jiwa
versi
the
American
Psychiatric
Association.
Edisi
manual
diagnosis
dipublikasi
Mei 2013,
hampir
20 tahun
DSM-V pada
mengenali
substance
related
disorders
sesudah,
DSM-IV,
pada 1994.
akibat
dari digunakannya
sepuluh kelompok
ZAT: alkohol, kafein, kanabis. Halusinogen
(phencyclidine
atau
yang
serupa
arylcyclohexylamines), halusinogen lainnya
seperti LSD, inhalan, opioid, sedatif, hipnotik,
anxiolytik, stimulan (termasuk amphetaminetype substances, kokain, dan stimualan
lainnya), tembakau, dan zat lain yang tidak
diketahui.
Beberapa
individu
cenderung
meneruskan
penggunaan ketika memulai, mereka adalah
kelompok
yang
kendali
dirinya
rendah,
berdasarkan adanya cacat dalam otaknya,
sehingga mereka cenderung menjadi pengguna

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

NAPZA
Napza, yaitu singkatan dari narkotik, psikotropik, dan
zat adiktif lain, sebutan yang mirip di masyarakat
adalah narkoba, yang merupakan akronim dari
narkotik, psikotropika dan bahan-bahan (atau obatobatan, zat adiktif lain) berbahaya.
Napza ada yang semata-mata berasal dari tumbuhtumbuhan (natural, alami) seperti: ganja, ada yang
sintesis (shabu) dan ada pula yang semi-simetris
(putauw).
Napza didefinisikan sebagai setiap bahan kimia/zat
yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi
fungsi tubuh secara fisik dan psikologis`

Hindari dan
Jauhi NAPZA
sebelum anda
menyesali
selamanya

I?
S
K
I
AD

1. Penyalahgunaan,
yaitu
mempunyai
harmfull effects terhadap kehidupan
orang, menimbulkan problem kerja,
mengganggu hubungan dengan orang lain
(relationship) serta mempunyai aspek
legal
2. Adiksi atau ketergantungan, yaitu yang
mengalami toleransi, putus zat, tidak
mampu
menghentikan
kebiasaan
menggunakan,
menggunakan
dosis
NAPZA lebih dari yang diinginkan.

KETERGANTUNGAN
DAN
PENYALAHGUNAAN

Faktor yang Mempengaruhi


Penyalahgunaan NAPZA
A. Faktor NAPZA
Kerja NAPZA pada pusat penghayatan kenikmatan
diotak
Potensi setiap NAPZA untuk menimbulkan
ketergantungan tidak sama besar

B. Faktor Individu
Perubahan Biologik
Perubahan Psikologik
Perubahan Sosial

C. Faktor Lingkungan
Keluarga
Sekolah / pekerjaan
Masyarakat

1. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


TERJADINYA PENYALAHGUNAAN NAPZA

FAKTOR NAPZA

FAKTOR
INDIVIDU

FAKTOR
LINGKUNGAN

PPDGJ III GANGGUAN MENTAL DAN


PERILAKU AKIBAT PENYALAHGUNAAN
ZAT PSIKOAKTIF
F 10
F 11, F
12,
F 14
F 13, F
15,
F 16
F 17, F
18,
F 19

Gangguan Mental dan Perilaku Akibat


Penggunaan Alkohol
Gangguan Mental & Perilaku Akibat
Penggunaan
Opioida/Kanabinoida/Kokain
Gangguan Mental dan Perilaku Akibat
Penggunaan Sedativa atau
Hipnotika/Stimulansia
lain/Halusinogenika
Gangguan Mental & Perilaku Akibat
Penggunaan tembakau/Pelarut yang
Mudah menguap/Zat Multiple & Zat

Pembagian gangguan berdasarkan


DSM 5

SUBSTANCE USE DISORDERS

MERUPAKAN POLA PENGGUNAAN ZAT YANG MENGHASILKAN SIMTOM

MENGGUNAKAN ZAT YANG DITERUSKAN OLEH INDIVIDU, MESKI INDIVIDU TAHU


DAN MENGALAMI AKIBATNYA.

SUBSTANCE-INDUCED DISORDERS

INTOKSIKASI, PUTUS ZAT, GANGGUAN MENTAL YANG DIINDUKSI OLEH

PENGGUNAAN ZAT TERMASUK PSIKOSIS AKIBAT PENGGUNAAN ZAT, GANGGUAN


BIPOLAR DAN YANG TERKAIT PENGGUNAAN ZAT, GANGGUAN CEMAS AKIBAT
PENGGUNAAN ZAT, GANGGUAN DEPRESI AKIBAT PENGGUNAAN ZAT, GANGGUAN
OBSESIF-KOMPULSIF AKIBAT PENGGUNAAN ZAT, GANGGUAN DISFUNGSI
SEKSUAL AKIBAT PENGGUNAAN ZAT, DELIRIUM AKIBAT PENGGUNAAN ZAT, DAN
GANGGUAN NEURPKOGNITIF AKIBAT PENGGUNAAN ZAT.

Pembagian gangguan berdasarkan


DSM 5
GANGGUAN PENGGUNAAN ZAT MENGUNDANG BERBAGAI MASALAH DAN MELIPUTI 11 KRITERIA:

MENGGUNAAN ZAT DALAM JUMLAH YANG MAKIN LAMA MAKIN BANYAK ATAU WAKTU PENGGUNAANNYA

LEBIH PANJANG DARIPADA YANG DIBAYANGKAN


INGIN MENURUNKAN ATAU MENGHENTIKAN PENGGUNAAN, NAMUN TIDAK KUASA MEMENUHINYA
MENGHABISKAN BANYAK WAKTU UNTUK MENDAPATKAN, MENGGUNAKAN, ATAU MENGURUS DIRI UNTUK
PULIH DARI PENGGUNAAN
MENAGIH DAN MENINGKAT DORONGAN UNTUK MENGGUNAKAN
TIDAK MAMPU MENGELOLA DIRI ATAS KEWAJIBANNYA: BEKERJA/SEKOLAH, DIRUMAH ATAU DI TEMPAT
KERJA KARENA PENGGUNAAN
TETAP MENERUSKAN PENGGUNAAN, MESKI HUBUNGAN/RELASI DENGAN ORANG SEKITAR MENJADI
BERMASALAH KARENANYA
TIDAK LAGI MELAKUKAN KEWAJIBAN UTAMA SOCIAL, OKUPASIONAL ATAUB REKREASIONAL KARENA
PENGGUNAAN
TERUS MENGGUNAKAN ZAT, LAGI DAN LAGI, MESKI TAHU AKAN BAHAYANYA
MELANJUTKAN PENGGUNAAN, MESKI ADA MASALAH FISIK DAN PSIKOLOGIK YANG DIAKIBATKAN ATAU
DIPERBURUK OLEH PENGGUNAAN ZAT
MENINGKATKAN JUMLAH PEMAKAIAN UNTUK MENDAPATKAN EFEK YANG SAMA DENGAN SEBELUMNYA
(TOLERANSI)
SIMPTOM PUTUS ZAT, YANG AKAN DAPAT DIATASI DENGAN PENGGUNAAN ZAT YAG MAKIN BANYAK.

KRITERIA DSM-5 PENGGUNAAN


ZAT
PENGGUNAAN ZAT DALAM KRITERIA INI MENGGUNAKAN DIAGNOSIS TUNGGAL
YANG MENGKOMBINASI SUBSTANCE ABUSE AND SUBSTANCE DEPENDENCE.

KRITERIA UNTUK DIAGNOSIS INI HARUS DIPENUHI 2 DARI 11 KRITERIA,


KRITERIA SAMA DENGAN DSM IV UNTUK ABUSE DAN DEPENDENCE.

JIKA MEMENUHI 2-3 KRITERIA MAKA DIGOLONGKAN DALAM PENGGUNAAN

RINGAN,
4-5 KRITERIA DIGOLONGKAN DALAM PENGGUNAAN SEDANG;
6-7 KRITERIA PENGGUNAAN BERAT

CATATAN

SKRINING

Penggunaan
Zat
Anamnesis:

Ajukan pertanyaan
terbuka tidak
menghakimi
ceritakan dong
tentang
penggunaan.
Dimulai dari rokok,
alkohol, lem dst
pada saat anamnesis
Kemudian didorong
dengan pertanyaan
tentang jumlah,
frekuensi dst.

The NIH and SAMHSA


merekomendasikan
para klinisi melakukan
skrining
penggunaan
zat
pada
pasien
berumur
12
tahun
keatas yang potensial
menggunakan zat..
CAGE, mudah dapat
digunakan
1. Apakah terpikir olehmu
untuk mengurangi (Cut
down) minum?
2. Apakah orang
sekitarmu mengeluh
tentang
penggunaanmu
(Annoyed)?
3. Apakah kamu merasa
bersalah minum
(Guilty)?
4. Apakah begitu mata
melek dipagi hari
langsung minum

Jenis-jenis NAPZA dan


Efeknya
A. OPIOID

Kriteria Diagnostik

Terus menggunakan opioid


Berulang-ulang tak mampu melakukan tugastugas utamanya
Berulangkali mengalami situasi membahayakan
fisik
Terus menerus menggunakan meski
bermasalah dalam hubungan social maupun
interpersonal
Adanya toleransi yakni kebutuhan penggunaan
opioid yang meningkat
Putus zat dengan manifestasi sindroma
karakteristik atau digunakannya zat agar
terhindar dari dari gejala putus zat

Jenis-jenis NAPZA dan


Efeknya

Menggunakan zat dalam takaran lebih besar


atau penggunaannya lebih lama
Keinginan menetap
Menghabiskan waktu banyak untuk
mendapatkan, menggunakan, atau
memulihkan dari penggunaan opioid
Menghentikan atau mengurangi aktivitas
sosial, okupasional atau rekreasional penting
akibat penggunaan opioid
Konsisten menggunakan opioid meski tahu
akan mengalami kesulitan fisik atau
psikologik
Nagih atau keinginan kuat menggunakan
opioid* Kriteria ini ditambahkan sejak DSM-

Komplikasi Medik Penggunaan Opioid


Komplikasi ini didapat akibat poenggunaan jarum suntik
bergantian dan atau hubungan seks:

HIV
Hepatitis B and C
Tuberculosis
Syphilis
Perhatikan juga infeksi:
Lainnya, periksa darah untuk infeksi
Pemeriksaan genital untuk chlamydia, gonococcal,
human papilloma virus
Pemeriksaan kulit untuk cellulitis
Komorbiditas Psikiatrik
Lebih dari 40% penggunaan opioid dengan
ketergantungan mempunyai gangguan psikiatrik, paling
sering gangguan depresi, anxietas, bipolar.

B. INHALAN
INHALANT USE DISORDER MERUPAKAN KONDISI
PSIKOLOGIK AKIBART SENGAJA MENGGUNAKAN
INHALANSIA, DAN BUKAN AKIBAT KECELAKAAN
TERHIRUP ZAT BERACUN, MESKI ZAT
INHALANNYA SERUPA DENGAN YANG
DIGUNAKAN SECARA SENGAJA.

INH
ALA
N

Inhalan
yang
digunakan
zat
hidrokarbon yang mudah menguap
yang bersifat toksik dan biasanya
ada dalam perangkat rumah tangga
seperti lem, tiner untuk cat, produk
pembersih lainnya. Ada juga inhalan
lainnya
yang
mengandung
gas
nitrous oxide dan poppers, yang
dapat
membuat
penggunanya
dimasukan dalam kategori diagnosis
Inhalant
Use
Disorder,
Other
Substance
Use
Disorder,
atau
Unknown Substance Use Disorder.

Simtom Penggunaan Inhalan


Digunakan dalam waktu lebih lama dari yang
diperkirakan dan jumlahnya makin banyak
Ingin menurunkan penggunaan, namun tidak
mampu melaksanakannya.
Waktu yang digunakan untuk mencari,
inhalasi dan pulih dari zat makin meningkat,

INH
ALA
N

nagih inhalan.
Gagal melakukan tugas/kewajiban penting
dalam hidupnya
Meski tahu risiko timbulnya masalah sosial,
interpersonal, fisik dan psikologik akibat
penggunaan inhalan, ia terus melanjutkan
penggunaan.
Mengambil tindakan berisiko menggunakan
inhalan
Toleran pada inhalan

Simtom intoksikasi inhalan:


Eforia,elasi, sangat senang.
Pening, gangguan koordinasi gerak,
jalan mabuk seperti mabuk alkohol
Bicara cadel.

INH
ALA
N

Letargi, sangat lelah atau


mengantuk
Refleks menurun
Gerak motorik menurun, pikiran dan
gerakan melambat.
Tremor.
Otot lemas.
Pandangan mata kabur, dobel
(diplopia), dan nystagmus.

C. STIMULAN
Stimulan adalah nama zat yang menaikkan
kerja sistem syaraf pusat. Pada remaja
popular
dengan
sebutan
Club
drugs,
digunakan di kehidupan pesta dan biasanya
malam hari di diskotik, bar, konser, kelab
malam. Dalam golongan ini termasuk GHB,
Rohypnol,
ketamine,
MDMA
(Ecstasy),
Methamphetamine, dan LSD (Acid).
Menurut WHO, pengguna methamphetamine mulai
usia pertengahan remaja dan kebanyakan lakilaki . Di Jakarta darti berita media cetak dan
televise didapatkan banyaknya para dewasa
muda yang menggunakannya termasuk mereka
yang tergolong matang usia. Mereka yang
menggunakan Amphtemine Type Stimulants (ATS)
kebanyakan:
Pekerja hiburan malam & anak jalanan

D. KANABIS

Banyak nama alias untuk kelompok ini seperti


ganja, mariyuana, gelek dsb yang pasti zat aktif
utama
didalamnya
adalah
delta9tetrahydrocannabinol, atau THC . Ia berupa daunbatang-bunga-buah
kering dari sebuah pohon
Cannabis sativa. Dalam bentuk yang lebih
terkonsentrasi berbentuk resin disebut hashish, dan
cairan kental hitam, minyak hash .

Marijuana Memengaruhi Kerja Otak dan Organ Tubuh


Melalui penggunaan seperti merokok, ganja masuk
kedalam aliran darah melallui paru, mengalir bersama
darah ia masuk kedalam otak dan organ lainnya.
Diterima oleh reseptor kanabinoid di otak, masuk dalam
system komunikasi otak (sistem endokanabinoid) dan
memengaruhi pusat kesenangan, memori, pikiran,
konsentrasi, persepsi sensori dan waktu, koordinasi
gerak. Ia meningkatkan sistem endokanbinoid sehingga
efek persepsi sensori dan waktu meningkat, koordinasi
motorik tergaggu, sulit berpikir dan pemecahan problem,
mengganggu proses memori dan belajar. Melalui jalur
yang dilaluinya ia mengganggu fungsi jantung-paru dan
otak , berimbas pada proses perasaan, sikap dan
perilaku; suatu gangguan mental.

Jenis-jenis Kanabis

E. ALKOHOL

Green Sand Sandy, Bier, Brandy, Vodka,


Mansion house, Kontru, Jack Daniels, Napoleon,
Drum, Whisky, Martini, Mac D, Tomi (TopiMiring).

MINUMAN BERALKOHOL MEMBERIKAN GAMBARAN KLINIS, ANTARA LAIN


INTOKSIKASI: EUPHORIA, CADEL, NYSTAGMUS, ATAKSIA, BRADIKARDIA,

HIPOTENSI, KEJANG, KOMA. PADA KEADAAN INTOKSIKASI BERAT, REFLEK


MENJADI NEGATIVE.
KEADAAN PUTUS ALCOHOL: HALUSINASI, ILUSI (BAD DREAM0, KEJANG DELIRIUM,
TREMENS, GEMETAR, KELUHAN GASTROINTESTINAL, MUKA MERAH, MATA MERAH,
DAN HIPERTENSI.
GANGGUAN FISIK: MULAI DARI RADANG HATI SAMPAI KANKER HATI, GASTRITIS,
ULKUS PEPTIKUM, PNEUMONIA, GANGGUAN VASKULER DAN JANTUNG,
DEFISIENSI VITAMIN, FETAL ALCOHOL SYNDROME.
GANGGUAN MENTAL: DEPRESI HINGGA SKIZOFRENIA
GANGGUAN LAIN: KECELAKAAN LALU LINTAS, PERKELAHIAN, PROBLEM DOMESTIC
DAN TINDAK KEKERASAN.

Terapi dan Upaya Pemulihan

Karakteristik Terapi Adiksi yang Efektif, NIDA


(National Institute on Drug Abuse, 1999) menunjuk
13 prinsip dasar terapi efektif berikut:

Tidak ada satupun bentuk terapi serupa yang sesuai


untuk semua individu.

Kebutuhan mendapatkan terapi harus selalu siap


tersedia setiap waktu.

Terapi yang efektif harus mampu memenuhi banyak


kebutuhan (needs) individu tersebut

Rencana program terapi seorang individu harus dinilai


secara kontinyu dan kalau perlu dapat dimodifikasi

Mempertahankan dalam satu periode waktu program


terapi yang adekuat

Konseling (perorangan/kelompok) dan terapi perilaku lain


Medikasi atau psikofarmaka
Seorang yang mengalami adiksi yang juga menderita
gangguan mental, harus mendapatkan terapi keduanya
secara integratif.

Detoksifikasi medik hanya merupakan taraf permulaan terapi


adiksi dan detoksifikasi hanya sedikit bermakna untuk
menghentikan terapi jangka panjang.

Terapi yang dilakukan secara sukarela tidak menjamin


menghasilkan suatu bentuk terapi yang efektif.

Kemungkinan penggunaan zat psikoaktif selama terapi


berlangsung harus dimonitorsecara kontinyu.

Program terapi harus menyediakan assesmentuntuk HIV/AIDS,


Hepatitis B dan C, Tuberkulosis, dan penyakit infeksi lain, dan
juga menyediakan konseling untuk membantu pasien

Recovery dari kondisi adiksi NAPZA merupakan suatu proses


jangka panjang dan sering mengalami episoda terapi yang
berulang-ulang.

Sasaran Terapi

Abstinensia atau mengurangi penggunaan

NAPZA bertahap
Mengurangi frekuensi dan keparahan relaps.
Perbaikan dalam fungsi psikologi dan
penyesuaian fungsi sosial dalam masyarakat.

Tahapan Terapi
Fase Penilaian (assesment phase)

Penilaian yang sistematik terhadap tingkat intoksikasi

Riwayat terapi gangguan penggunaan NAPZA sebelumnya

Penapisan urin dan darah kualitatif dan kuantitatif untuk


jenis-jenis NAPZA yang disalahgunakan

Skrining penyakit infeksi dan penyakit lain

Riwayat medik dan psikitri umum yang komprehensif,


termasuk status pemeriksaan fisik dan mental lengkap
Riwayat penggunaan NAPZA sebelumnya, riwayat keluarga,
dan riwayat sosio-ekonomik lengkap

Fase Terapi Detoksifikasi


Rawat inap dan rawat jalan
Intensive out-patient treatment, terapi residensi,

home based detoxification program


Cold Turkey, terapi simptomatik
Rapid detoxification, Ultra Rapid Detoxification
Detoksifikasi dengan menggunakan:

Kodein dan Ibuprofen


Klontrex (klonidin dan naltrekson)
Buprenorfin
Metadon

Fase Terapi Lanjutan


Program Terapi Substitusi, ada Antagonis

(naltrekson), Agonis Parsial (buprenorfin) atau


dengan Full Agonist (metadon)
Program Terapi yang berorientasi abstinensia,
ada therapeutic community, The 12-step
Recovery Program, Narcotic Anonymous,
SMART recovery, Faith-based Recovery
Program

MEMAHAMI PROSES PEMULIHAN


(RECOVERY PROCESS)
Ciri-ciri ideal dari proses pemulihan :
Abstinensia
Menjauhkan diri dari teman, tempat, benda dan hal lain
yang dapat menimbulkan keinginan menggunakan napza
kembali
Berhenti mempersalahkan diri sendiri
Belajar mengendalikan eprasaan
Belajar merubah pola pikir adiktif
Belajar mengenali permasalahn diri sendiri, orang lain
dan sekitarnya

Proses pemulihan terdiri atas


beberapa fase berikut :
a. Fase pra terapi
b. Fase stabilisasi
c. Fase pemulihan dini
d. Fase pemulihan menengah
e. Fase pemulihan akhir
f.

Fase maintenance

Relaps dan Pencegahannya

Relaps dan
Pencegahannya
# Fase prekontemplasi
Pasien masih sama sekali belum menyadari adanya perubahan dalam dirinya
akibat menggunakan napza
# Fase kontemplasi
Pasien sudah mulai mengakui telah terjadi kesulitan akibat napza (mungkin
telah mulai ada keluhan fisik), tetapi menolak suatu komitmen untuk berubah
# Fase prepasi
Tampaknya pasien telah secara sungguh-sungguh menunjukkan keinginan
berubah atau kebutuhan untuk berhenti, namun belum siap
# Fase aksi
Pasien secara aktif mengambil langkah-langkah untuk berubah, tetapi belum
mencapai suatu kondisi stabil
# Fase rumatan
Pasien telah mencapai sasaran misalnya abstinensia dan sekarang sedang
bekerja keras untuk tetap mempertahankannya

Dokter-dokter
umum
yang
bekerja di beberapa puskesmas,
terutama di kota-kota besar dan
diharuskan
bekerja
sebagai
terapis yang terlibat dalam
program substitusi metadon,
disarankan
untuk
memiliki

BAB 3
Penutup

KESIMPULAN

Substance

related disorders merupakan akibat dari


digunakannya sepuluh kelompok ZAT: alkohol, kafein,
kanabis. Halusinogen (phencyclidine atau yang serupa
arylcyclohexylamines), halusinogen lainnya seperti LSD,
inhalan, opioid, sedatif, hipnotik, anxiolytik, stimulan
(termasuk amphetamine-type substances, kokain, dan
stimualan lainnya), tembakau, dan zat lain yang tidak
diketahui. Jadi ketika ditemui zat, dan efeknya serupa
dengan zat lainnya dalam kelompok, maka ia masuk
dalam gangguan terkait zat atau gangguan adiksi.

Beberapa

factor
yang
menyebabkan
seseorangan
memiliki ketertarikan dalam hal mengkonsumsi atau
menggunakan zat-zat tersebut antarai lain: Faktor NAPZA
itu sendiri, Fakto individu, serta Faktor lingkungan
disekitarnya.

Perlu tindakan beberapa belah pihak dalam melaksanaan

pengobatan maupun pencegahan agar tidak terjadinya


pemakaian yang berulang secara salah baik itu dari pihak
dokter ahli, psikiater, dokter umum, perawat spesialistik,
konselur, bahkan support keluarga, lingkungan yang
memadai dan pengawasan dari masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association. 2013. Diagnostic and


Statistical Manual of Mental Disorders, fifth edition, DSM-5.
American Psychiatric Association.

Modul Pelatihan Layanan Kesehatan Seksual & Reproduksi


Ramah Remaja untuk Dokter Praktik Swasta di Dearah Istimewa
Yogyakarta, 28-31 Oktober. Kemitraan UNFPA dan Angsamerah
Institution

NIDA (National Institute on Drug). 1999

World Health Organization. 1973. Technical report Committee


Meeting on Drug Dependence. Vienna. Switzerland

Galanter. M and Kleber. HD. 2004. Textbook of Substance Abuse


Treatment. The American Psychiatric Publishing. Washington DC

Suriakusumah K. 2011. Kebjiakan dan Peran BNN dalam


Penanggulangan HIV AIDS. Yogyakarta: Badan Narkotika
Nasional

Elvira D. Sylvia, dkk. 2013. Buku Ajar PSIKIATRI. Jakarta; Badan


penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

TERIMA KASIH
Jangan Nodai
masa
depanmu
dengan
NAPZA

Anda mungkin juga menyukai