Anda di halaman 1dari 18

PEMERIKSAAN

FISIK UMUM

NABILAH RIVANTI HAMIDAH


PEMERIKSAAN FISIK UMUM

– Mempunyai nilai yang sangat penting untuk memperkuat temuan – temuan


dalam anamnesis.
– Teknik pemeriksaanya terdiri dari pemeriksaan visual / pandang (inspeksi),
pemeriksaan perabaan (palpasi), pemeriksaan dengan ketokan (perkusi), dan
pemeriksaan secara auditorik (auskultasi).
– Pemeriksaan harus dilakukan secara sistematik dan senyaman mungkin mulai
dari keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, pemeriksaan jantung,
pemeriksaan abdomen, dan ekstremitas.
Keadaan Umum

– Keadaan umum pasien dibagi menjadi 3 bagian :


– Tampak sakit ringan
– Tampak sakit sedang
– Tampak sakit berat
Kesadaran

– Tingkat Kesadaran :
– Kompos mentis : Sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun lingkungannya.
– Apatis : Keadaan tampak segan dan acuh tak acuh terhadap lingkungannya
– Delirium : Penurunan kesadaran, dimana keadaanya tampak gaduh gelisah dan meronta-ronta
– Somnolen : Keadaan mengantuk yang masih dapat pulih jika diberi rangsangan, namun jika
rangsangan berhenti akan kembali lagi
– Stupor (sopor) : Keadaan mengantuk yang dalam. Dapat bangun dengan rangsangan nyeri yang
hebat, namun tidak bangun sempurna
– Koma : Penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada respon terhadap rangsangan nyeri
Tanda – tanda Vital
Tanda Rangsang Meningeal

– Kaku Kuduk
– Tanda Lasegue
– Tanda Kernig
– Tanda Brudzinski I (Brudzinski Neck Sign)
– Tanda Brudzinski II (Brudzinski Contralateral Leg Sign)
Kepala

– Bentuk : Normal, hidrocephalus, mikrosephalus


– Rambut ( warna, mudah rontok / tidak )
Mata

– Palpebrae ( edema ) – Gerak bola mata


– Konjunctiva ( anemis ) – Nistagmus
– Sclera ( ikterus ) – Lensa ( jernih/keruh )
– Pupil : Reflex cahaya ( miosis, – Lapang pandang
midriasis ) / isokor, anisokor
– Cornea ( jernih )
– Eksoftalmus / endoftalmus
– Strabismus
Telinga, Hidung, Mulut

– Telinga – Mulut
– Bentuk – Bibir dan mukosa mulut
– Pendengaran – Gigi
– Lidah
– Hidung – Tenggorokan ( faring dan
laring )
– Bentuk
– Nyeri tekan wajah
– Penciuman
Leher

– Bentuk leher
– Kelenjar Getah Bening ( KGB )
– Kelenjar tiroid
– Tekanan Vena Jugularis ( JVP )
Thoraks dan Paru

• Inspeksi
• Bentuk : Normal, simetris, barrel chest ( cembung ), pigeon chest / dada burung )
• Retraksi : Suprasternal, intercostales, substernal
• Sela iga melebar / tidak
• Palpasi
• Telapak tangan diletakkan datar pada dada & meraba dengan telapak tangan dan ujung jari.
Dinilai : vocal fremitus ( waktu anak menangis / disuruh mengatakan “ tujuh-tujuh”
• Normal akan teraba gerakan yang sama pada kedua telapak tangan
• Meninggi bila ada konsolidasi ( pneumonia )
• Berkurang bila ada obstruksi jalan napas ( atelektasis, pleuritis, tumor, efusi pleura )
Thoraks dan Paru
– Perkusi – Napas tambahan :
– Normal : Sonor  Ronki Basah
– Redup : Tidak ada udara misal pada tunor yang luas  Ronki Kering
pada paru  Wheezing ( Mengi )
– Hypersonor : Udara lebih banyak misal pada  Krepitasi - Suara membukanya alveoli ( pnemonia
emfisema, pnemothorax Lobaris )
– Thympani : Pada hernia diaphragmatika  Pleural Friction Rub ( bunyi gesekan pleural : Pada
pleuritis )
– Auskultasi
– Napas dasar :
– Suara nafas vesikuler : Adalah suara nafas
normal, dimana suara inspirasi lebih keras dan
panjang dari ekspirasi
Jantung
– Inspeksi – Auskultasi
– Perhatikan Iktus cordis a. Apeks, bagian paling lateral dari impuls jantung yang teraba
atau disebut juga area mitral, untuk mendengar bunyi jantung
– Palpasi
yang berasal dari katup mitral
– Perabaan Iktus cordis
b. sela iga IV parasternal kiri dan kanan, disebut juga area tricuspid.
– Perkusi Untuk mendengarkan bunyi jantung yang berasal dari katup
– Menentukan besar dan batas jantung secara kasar tricuspid

– Normal : c. Sela iga III kiri untuk mendengarkan bunyi patologis yang berasal
dari septal bila ada kelainan seperti ASD atau VSD
– Batas atas : Intercostalis II parasternal kiri
d. Sela iga ke II kiri di samping sternum, disebut juga area
– Batas Kanan : Intercostalis IV garis parasternal kanan pulmonal. Untuk mendengarkan bunyi jantung yang berasal
– Batas Kiri : Intercostalis IV garis midclavicula kiri dari katup pulmonal

– Perkusi dilakukan pada sela iga ketiga, keempat dan kelima e. Sela iga ke II kanan di samping sternum, disebut juga area aorta.
dari garis aksilaris anterior kiri ke garis aksilaris anterior Untuk mendengarkan bunyi jantung yang berasal dari katup
kanan. Biasanya ada perubahan dari perkusi dari sonor ke f. Arteri karotis kanan dan kiri untuk mendengarkan bila ada
redup kira-kira 6 cm disebelah lateral kiri sternum. Redup penjalaran murmur dari katup aorta ataupun kalua ada stenosis
ini disebabkan adanya jantung. di arteri karotis sendiri
Abdomen

– Inspeksi
– Datar, cembung, tegang atau cekung – Palpasi
– Simetris – Dilakukan dengan seluruh jari tangan
– Umbilikus ( hernia ) – Lokasi nyeri ( 9 regio )
– Striae alba

– Auskultasi – Perkusi
– Bising usus : frekuensi, meningkat pada – Normal : Timpani
obstruksi dan menghilang pada ileus – Pemeriksaan asites (shifthing dullness,
paralitik puddle sign)
– Bruit arterial
Hati

– Dinding abdomen dilemaskan dengan cara menekuk kaki membentuk sudut 45-
60°
– Pasien diminta menarik napas panjang
– Pada saat ekspirasi maksimal jari ditekan kebawah, kemudian pada awal
inspirasi jari bergerak ke atas
– Diharapkan, bila hati membesar akan terjadi sentuhan antara jari pemeriksa
dengan hati pada saat inspirasi maksimal
Pada keadaan normal, hati tidak akan teraba pada palpasi kecuali pada beberapa
kasus dengan tubuh yang kurus.
Limpa

 Pada neonatus : Normal masih teraba sampai 1 – 2 cm


 Pada keadaan normal tidak teraba.
 Dimulai dari regio iliaka kanan, melewati umbilicus digaris tengah abdomen,
menuju kelengkungan iga kiri.
Pembesaran limpa diukur dengan menggunakan garis Schuffner, yaitu garis yang
dimulai dari titik di lingkungan iga kiri menuju ke umbilicus dan diteruskan sampai di
spina iliaka anterior superior (SIAS) kanan.
Ekstremitas

– Akral hangat
– Gerak motoric
– Tonus otot : hipertonus / hipotonus
– Kekuatan otot :
– Derajat 5 : Kekuatan Normal, Dapat Melawan Tahanan Yang Diberikan
– Derajat 4 : Masih Dapat Melawan Tahanan Yang Ringan
– Derajat 3 : Hanya Dapat Melawan Gaya Berat
– Derajat 2 : Otot Hanya Dapat Digerakan Bila Tidak Ada Gaya Berat
– Derajat 1 : Kontraksi Minimal, Hanya Dapat Dirasakan Dengan Palpasi, Tidak
Menimbulkan Gerak
– Derajat 0 : Tidak Ada Kontraksi Sama Sekali

Anda mungkin juga menyukai

  • Paranoia
    Paranoia
    Dokumen3 halaman
    Paranoia
    Nabilah Rivanti
    Belum ada peringkat
  • Cover Refreshing
    Cover Refreshing
    Dokumen1 halaman
    Cover Refreshing
    Nabilah Rivanti
    Belum ada peringkat
  • Jurnal
    Jurnal
    Dokumen24 halaman
    Jurnal
    Nabilah Rivanti
    Belum ada peringkat
  • Referat DBD
    Referat DBD
    Dokumen19 halaman
    Referat DBD
    Nabilah Rivanti
    Belum ada peringkat
  • MMVM
    MMVM
    Dokumen48 halaman
    MMVM
    Nabilah Rivanti
    Belum ada peringkat
  • Mata Merah
    Mata Merah
    Dokumen47 halaman
    Mata Merah
    Nabilah Rivanti
    Belum ada peringkat
  • MMVM
    MMVM
    Dokumen48 halaman
    MMVM
    Nabilah Rivanti
    Belum ada peringkat
  • Refreshing Mata Merah Visus Menurun
    Refreshing Mata Merah Visus Menurun
    Dokumen56 halaman
    Refreshing Mata Merah Visus Menurun
    Nabilah Rivanti
    Belum ada peringkat
  • Journal Reading
    Journal Reading
    Dokumen14 halaman
    Journal Reading
    Nabilah Rivanti
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Somatoform
    Gangguan Somatoform
    Dokumen8 halaman
    Gangguan Somatoform
    Nabilah Rivanti
    Belum ada peringkat