Anda di halaman 1dari 71

PEMERIKSAAN

INTRAPARTUM
• Hon (1958) : Pemantauan elektronik janin secara
kontinu Elektronic Fetal Monitoring, EFM)
• Pengamatan janin intrapartum dan indentifikasi distres
janin tidak lagi berdasarkan auskultasi berkala
menggunakan fetoskop. Sebaliknya, kertas berisi
grafik kontiniu yang menggambarkan denyut jantung
janin berpotensi diagnostik dalam proses pemeriksaan
kondisi patofisiologis yang mempengaruhi janin.
PEMENTAUAN JANIN SECARA
ELEKTRONIK
Pemantauan Elektronik Internal

• Denyut jantung janin dapat diukur dengan menempelkan elektroda spiral


bipolar langsung ke janin.
• Kawat elektroda menembus kulit kepala janin, sedangkan kutup kedua nya
berupa lempeng logam pada elektroda.
• Cairan vagina berperan sebagai jembatan listrik seperti larutan garam,
sehingga memungkinkan terjadinya pengukuran perbedaan tegangan listrik
antara kedua kutup.
• Kabel elektroda bipolar dilekatkan pada elektroda acuan yang melekat pada
paha ibu untuk menghilangkan intervensi listrik.
• Sinyal jantung jenin elektrik : gelombang P, komplek
QRS, dan gelombang T diperkuat  masuk ke
cardiota-chometer  proses perhitungan denyut
jantung.
• Puncak tegangan gelombang R : bagian
eletrokardigram janin paling dapat dipercaya yang
terdeteksi.
• Fenomena perhitungan denyut jantung janin
menggunakan gelombang R ke R yang kontiniu 
variabilitas denyut ke denyut.
• Peristiwa fisiologis yang dihitung bukan peristiwa
mekanis detak jantung, tapi lebih kepada peristiwa
elektris.
• Elektroda mendeteksi sekumpulan aktifitas elektrik
jantung, termasuk yang dihasilkan oleh ibu.
• Walaupun sinyal EKG si ibu sekitar lima kali lebih
kuat dari pada EKG janin, amplitudonya melemah jika
direkam melalui elektroda kulit kepala janin.
• Pada janin hidup sinyal EKG lemah ibu di deteksi,
tetapi tertutupi ole EKG janin.
• Jika janin meninggal, sinyal ibu yang lemah itu akan
diperkuat dan ditampilkan sebagai denyut jantung
‘’janin’’.
Pemantauan Elektronik Eksternal ( Tak Langsung)
• Kondisi tertentu  ruptur membran dan pemerikasaan
uterus invasif dapat dihindari dengan detektor
eksternal untuk mengamati gerak jantung janin dan
akativitas uterus, namun tidak seakurat pemantauan
internal.
• DJJ terdeteksi melalui dinding perut ibu menggunakan
prinsip ultrasound doppler.
• Perangkat terdiri dari transduser memancarkan
gelombang ultrasound dan sebuah sensor mendeteksi
perubahan frekuensi gelombang suara yang
dipantulkan.
• Transduser diletakkan pada perut ibu dimana aktifitas
jantung janin terdeteksi paling baik.
• Penggunaan ‘gel’ penghubung sangat penting karena
dara bukan penghantar gelombang ultrasound yang
baik.
• Perangkat ini diletakkan diposisinya dengan bantuan
sabuk.
• Perlu diperhatikan supaya tidak keliru membedakan
denyut nadi ibu dengan pergerakan jantung janin.
• Sinyal ultrasound doppler diedit secara elektronik
terlebih dahulu sebelum data denyut jantung janin
tersebut dicetak.
• Pantulan sinyal utrasound gerakan katup jantung janin
dianalisis microprosesor yang membandingkan sinyal
masuk dengan sinyal sebelum nya yang paling baru.
• Proses ini disebut autokorelasi, berdasarkan prinsip
bahwa denyut jantung janin memiliki keteraturan,
sedangkan noise adalah acak dan tanpa keteraturan.
Pola Denyut Jantung Janin
• Penting mengenali bahwa interpretasi data denyut
janjung janin elektronik berdasarkan pola visual
denyut jantung seperti yang digambarkan kertas
perekam grafik.
• Dilihat skala vertikal dan horizontal sangat
mempengaruhi penampilan DJJ .
• Faktor pengukur yang direkomendasikan adalah 30
denyut (dpm)per ventrikel kecepatan kertas perekam
grafik sebesar 3 cm/menit.
Aktivitas Jantung Janin Basal
• Mengaju pada ragam karakteristik yang berlaku,
terlepas dari akselerasi atau deselerasi periodik yang
disebabkan kontrasi rahim.
• Ciri – ciri deskriptif grafik aktifitas jantung janin basal
meliputi :
1. Frekuensi
2. variabilitas denyut ke denyut
3. aritmia janin
4. dan pola – pola berbda seperti frekuesi jantung janin
yang bersifat sinusoidal atau saltatory.
Frekuensi
• Seiring pematangan janin, denyut jantung mengalami
penurunan sampai setelah persalinan hingga mencapai
rata – rata 90 denyut per menit pada usia 8 tahun.
• Frekuensi denyut jantung janin basal : perkiraan
frekuesi rata – rata yang dibulatkan sampai
penambahan 5 denyut per menit selama segman
perekaman 10 menit. Dalam setiap window 10 menit,
durasi basal minimum yang masih dapat
diinterpretasikan setidak nya berdurasi 2 menit.
• Bradikardia : DJJ basal yang kurang dari 110 denyut
per menit, sedangkan takikardia : frekuensi basal yang
lebih besar dari 160 denyut permenit.
• DJJ rata – rata adalah hasil keseimbang tonik antara
pengaruh akselerator dan desilerator pada sel – sel
pacu jantung (pacemaker).
• Sistem saraf simpatik  akselerator, sistem saraf
parasimpatis  faktor deselerator melalui fagal (saraf)
yang memperlambat Denyut jantung.
Bradikardia:
• Trimester ketiga, rata – rata djj basal normal: antara
120 dan 160 denyut permenit.
• Bradikardia dalam kisaran 80 – 120 denyut permenit
tanpa perubahan – perubahan lain, biasanya tidak
dianggap mewakili gangguan janin. Masalah timbul
jika interprestasi kecepatan kura dari 80 denyut
permenit.
• Penyebab bradikardia pada janin antarlain adalah
blokade jantung bawaandan gangguan janin yang
serius.
Takikardia
• DJJ basal melebihi 160 denyut/menit.
• Penyebab :
1. paling sering demam pada ibu disebabkan
korioamnionitis, meski demam dari sumber lain juga
dapat meningkatkan DJJ basal.
2. Gangguan janin
3. Aritmia jantung
4. Dan pemberian obat – obatan parasimpatetik (
atropine) atau simpatomimetik (terbutaline) pada
ibu.
Penyimpangan Basal
• Frekuensi basal tidak stabil dan menyimpang antara
120 – 160 denyut per menit.
• Penemuan langka ini merupakan petunjuk atas janin
yang secara neorulogis abnormal dan dapat terjadi
sebagai suatu peristiwa pra terminal.
Variabilitas Denyut ke Denyut
• Variabilitas basal adalah indeks yag penting dari
kardiovaskular dan terutama diatur oleh sistem saraf
otonom  saraf simpatik dan saraf parasimpatik
‘’mendorong dan menarik’’ melalui nodus sinoatrial
menghasilkan gerak osilasi saat ke saat atau denyut
keduenyut pada denyut jantung basal. Perubahan pada
denyut jantungn didefinisikan sebagai variabilitas
basal.
• Variabilitas basal dibagi menjadi jangka pendek dan
jangka panjang.
• Variabilitas jangka pendek : mencerminkan perubahan
DDJ spontandari satu denyut atau gelombang R ke
denyut berikutnya. Merupakan ukuran interval waktu
diantara sistol jantung.
• Variabilitas jangka panjang : menjelaskan perubahan
gerak osilasi yang terjadi selama 1 menit dan berakibat
pada tingkat gelombang basal yang dihasilkan.
Frekuensi normal untuk suatu gelombang berkisar
antara 3 – 5 siklus per menit.
• Saat ini tidak ditemukan bukti bahwa perbedaan antara
variebelitas jangka pendek
dan jangka panjang mempunyai relefansi
klinis. Keduanya secara visual ditentukan
sebagai satu unit.
• Variabelitas denyut ke denyut yang normal berkiar
antara 6 sampai 25 denyut per menit.
Peningkatan variabilitas
• pada bayi sehat, variabelitas jangka pendek berkaitan
dengan pernafasan sinus aritmia.
• peningkatan variabilitas terjadi selama bayi bernafas,
dan di pengaruhi gerakan tubuh janin.
• Jenis kelamin janin tidak mempengaruhi variabelitas
denyut jantung.
• DJJ basal kurang bervariasi seriring meningkatnya
kecepatan DJJ, sebaliknya, terdapat ketidak stabilan
atau variabelitas basal yng lebih pada kecepatan DJJ
yang lebih rendah.
Penurunan Variabilitas
• Dapat menjadi pertanda buruk indikasi kondisi serius
yang membahayakan janin.
• Penurunan variabelitas diartikan sebagai
penyimpangan 5 denyut per menit atau kurang
terhadap garis basal, sedangkan variabelitas yang di
terima melebihi kisaran ini.
• Asidemia pada ibu yang berat juga dapat
menyebabkan penurunan variabelitas denyut ke
denyut janin, seperti pada ibu penderita ketoasidosis
diabetikum.
• Penyebab umum berkurangnya variabelitas denyut ke
denyut adalah obat – obatan anagesik yang diberikan
selama persalinan.
• Berbagai jenis obat – obatan penekan sistem saraf
pusat dapat menyebabkan penurunan semantara
variabelitas denyut ke denyut, contohnya : narkotika,
barbiturat,phenothiazine, obat penenang dan anastesi
umum.
• Secara umum diyakini bahwa berkurangnya
variabilitas DJJ basal adalah satu – satunya tanda
gangguan janin yang paling dipercaya.
• DJJ basal yang terus datar, tidak adanya variabilitas,
dalam rentang garis basal normal tanpa adanya
deselerasi mungkin mencerminkan gangguan
sebelumnya terhadap janin yang mengakibatkan
kerusakan neurologis.
Aritmia Jantung
• Ketika aritmia jantung dicurigai pertama kali
menggunakan pemantauan elektronik, temuan awal itu
dapat meliputi bradikardia basal, takikardia, atau yang
paling sering ditemukan yaitu abrupt baseline spiking.
• Dokumentasi aritmia hanya dapat dilakukan jika
menggunakan elektroda kulit kepala.
• Beberapa pemantau janin dapat diadaptasi untuk
menghasilkan sinyal elektroda kulit kepala menuju
perekam EKG.
• Karena hanya satu sadapan yang didapat, analisis dan
interpretasi gangguan ritme dan frekuensi juga sangat
terbatas.
• Aterial ekstrasistol merupakan aritmia paling umum
terjadi, diikuti takikardia atrial, blok atrioventikular,
sinus bradikardia dan ventrikular ekstrasistol.
• Walau sebagian besar aritmia janin adalah efek kecil
selama persalinan saat tidak terbukti ada nya hidrop
vetalis, aritmia tersebut menggangu interpretasi
rekaman DJJ selama persalinan.
• Di parkland hospital, aritmia jantung janin intra
partum, bersama dengan adanya cairan amnion yang
jernih, ditangani secara konservatif.
Perubahan Denyut Jantung Janin Periodik
• Akselerasi mengacu pada peningkatan denyut jantung janin di atas
garis basal
• Deselerasi pada penurunan di bawah garis basal
• Tata nama yang paling umum berdasarkan pada waktu terjadinya
deselerasi akibar kontraksi yaitu:
• - dini
• - lambat
• - variabel
A. Akselerasi
-> Peningkatan tiba-tiba yang jelas secara visual-diartikan sebagai awitan
akselerasi ke puncak terjadi dalam waktu kurang dari 30 detik-pada denyut
jantung janin basal (NICHD Research Planning Workshop, 1997)

-> Paling sering terjadi :


- Anteparturn
- Awal persalinan
- Terkait dengan deselerasi variabel

-> Mekanisme akselerasi intrapartum meliputi :


- Gerakan janin
- Stimulasi oleh kontraksi uterus
- Oklusi tali pusat
- Stimulasi janin selama pemeriksaan panggul
B.Deselerasi Dini
-> Deselerasi dini seperti yang umum terlihat pada -> Deselerasi dini tidak berkaitan dengan :
persalinan aktif antara dilatasi 4 sampai 7 cm
Hipoksia janin
(Freeman, dkk. (2003))
Asidemia
-> Derajat deselerasi umumnya sebanding dengan
kekuatan kontraksi dan jarang turun di bawah 100 Skor Apgar yang rendah
sampai 110 denyut/menit atau 20-30 denyut/menit
di bawah garis basal
-> Umum terjadi :
- Selama persalinan aktif
- Tidak berhubungan dengan :
Takikardia
Hilangnya variabilitas
Perubahan denyut jantung janin lainnya
C.Deselerasi Lambat
-> Penurunan denyut jantung janin yang bersifat halus, bertahap, simetris
dimulai pada awal atau setelah puncak kontraksi dan kembali ke garis basal
sesaat setelah kontraksi berakhir (American College of Obstetricians and
Gynecologist, 1995)
-> Konsekuensi awal hipoksia terinduksi uteroplasental pada denyut jantung
janin (Murata, dkk. (1982))

-> Besar deselerasi lambat ini jarang melebihi 30 - 40 denyut/menit di bawah


garis basal dan biasanya tidak lebih dari 10-20 denyut/ menit

-> Deselerasi lambat biasanya tidak disertai dengan akselerasi

-> Keadaan klinis yang dapat mengakibatkan deselerasi lambat :


- Hipotensi akibat analgesia epidural
- Hiperaktiviras uterus yang disebabkan oleh stimulasi oksitosin
D.Deselerasi Variabel
-> Sebuah gambaran jelas penurunan frekuensi secara tiba-tiba

• Pola deselarasi yang umum terjadi pada persalinan -> Oklusi Tali
Pusat
Deselerasi yang dilambangkan
dengan : (Lee, dkk. (1975)
(di disebabkan oleh perbedaan
derajat oklusi parsial tali pusat)
Deselerasi A sesuai seperti yang
terlihat pada oklusi total tali pusat
pada hewan percobaan ->
Hipertensi janin sistemik
Deselerasi B memiliki konfigurasi
yang berbeda karena adanya "bahu"
akselerasi sebelum dan sesudah
komponen deselerasi.
Oklusi tali pusat parsial atau total

Peningkatan afterload (baroreseptor) &


Penurunan kandungan oksigen arteri janin (kemoreseptor)

Aktivitas vagal yang mengarah ke deselerasi


E. Deselerasi Memanjang
-> Deselerasi terisolasi selama 2 menit atau lebih tetapi kurang dari 10 menit sejak
awitan hingga kembali ke basal (NICHD Reserch Planning Workshop, 1997)

-> Analgesia epidural,spinal atau paraservikal->memicu deselerasi denyut jantung


janin yang memanjang
-> Penyebab lain dari deselerasi memanjang meliputi hipoperfusi atau hipoksia
maternal dari banyak sebab :
Solusio plasenta
Prolapsus tali pusat
Kejang pada ibu seperti eklamsia dan epilepsi
Manuver Valsalva pada ibu
Pola Denyut Jantung Janin Selama Persalinan Kala Dua

• Deselerasi tampak dengan jelas dimana-mana selama kala dua


• Melchior dan Bernard (1985) melaporkan bahwa hanya 1,4 persen dari
lebih dari 7000 pelahiran yang tidak mengalami deselerasi pada kala
dua persalinan
• Tekanan pada tali pusat dan kepala janin->penyebab deselerasi dan
bradikardia basal selama kala dua persalinan
Pemantauan Janin Saat Masuk pada
Kehamilan Risiko Rendah
• Pemantauan terus-menerus digunakan hanya jika kelainan denyut
jantung janin kemudian teridentifikasi
• Penggunaan pemantauan janin elektronik saat masuk bersalin tidak
memperbaiki kondisi bayi setelah lahir
Teknik Pemeriksaan IntraPartum Lainnya
A. Pengambilan Sampel Darah Kulit Kepala Janin
- Pengukuran pH darah dari darah pembuluh kapiler kulit kepala
janin dapat membantu mengidentifikasi janin yang distres berat
(American College of Obsretricians and Gynecologist (1995))
- Hasil pH kulit kepala yang normal maupun abnormal tidak
dapat memprediksi kondisi bayi
- Tidak lagi digunakan secara umum
Teknik
Sebuah endoskop dengan sinar dimasukkan melalui serviks yang dilatasi setelah ketuban pecah
sehingga dapat ditekankan ke kulit kepala janin

Kulit dibersihkan dengan kapas dan dilapisi dengan gel silikon yang menyebabkan darah terkumpul
sebagai gelembung-gelembung diskret

Sayatan dibuat melalui kulit hingga kedalaman 2 mm menggunakan pisau khusus dengan gagang
yang panjang

Segera setelah setetes darah terbentuk di permukaan, secepatnya dikumpulkan ke dalam sebuah
tabung kapiler kaca yang berisi heparin. pH darah kemudian segera diukur
lnterpretasi
• Jika pH lebih besar dari 7,25, persalinan diobservasi
• Jika pH antara 7,20 dan 7,25, pengukuran pH diulang dalam waktu 30
menit
• Jika pH kurang dan 7,20, sampel darah kulit kepala lain segera
diambil, dan ibu dibawa ke ruang operasi dan dipersiapkan untuk
dioperasi
B.Stimulasi Kulit Kepala
• Clark dkk., (1984) menyarankan stimulasi kulit kepala sebagai suatu
alternatif terhadap pengambilan sampel darah kulit kepala
-> Didasarkan pada pengamatan bahwa akselerasi denyut jantung
akibat jepitan kulit kepala dengan klem Allis tepat sebelum
pengambilan darah, selalu dikaitkan dengan pH normal
C.Stimulasi Vibroakustik
• Direkomendasikan sebagai pengganti pengambilan sampel kulit
kepala (Edersheirn dkk 1987)
• Teknik ini menggunakan laring artifisial elektronik ditempatkan
sekitar 1 sentimeter dari, atau langsung pada perut ibu
• Respon rerhadap stimulasi vibroakustik dianggap wajar jika :
- akselerasi denyut jantung janin setidaknya 15 denyut/menit
selama setidaknya 15 detik, terjadi dalam waktu 15 detik setelah
stimulasi dan dengan gerakan janin yang berkepanjangan
• Teknik ini adalah prediktor asidosis janin yang efektif dalarn kondisi
deselerasi variabel ( Lin dkk,(2001) )
D.Oksimetri Nadi Janin
• Menggunakan teknologi yang sama dengan oksimeter denyut dewasa
• Sensor unik mirip bantalan dimasukkan melalui leher rahim dan
diletakkan berhadapan dengan wajah janin, serta tertahan oleh dinding
rahim
• Saturasi oksigen janin sangat bervariasi ketika diukur dalam darah
arteria umbilicalis
• Saturasi oksigen janin < 30 persen yang singkat dan sementara,
-> sering terjadi selama persalinan karena nilai tersebut
ditemukan pada 53 persen janin normal
• Nilai saturasi < 30 persen yang menetap selama 2 menit atau lebih,
dikaitkan dengan peningkatan risiko prognosis buruk pada janin
Elektrokardiografi Janin
Dengan memburuknya hipoksia janin terjadi perubahan gelombang T
dan segmen ST pada EKG janin.
Janin matur yang terpajan hipoksemia mengalami peningkatan segmen-
ST disertai kenaikan progresif tinggi gelombang T yang dapat
dintayakan sebagai rasio T: QRS mencerminkan kemampuan jantung
janin untuk beradaptasi dengan hipoksia dan muncul sebelum kerusakan
saraf terjadi.
• Hipoksia yang memburuk menyebabkan peningkatan defleksi segmen
ST negatif sedemikian rupa sehingga tampil sebagai gelombang
bifasik.
• Velosimetri doppler intrapartum
Bentuk gelombang doppler abnormal mungkin menandakan resistensi
pembuluh tali pusat – plasenta ptologis.
• Distres janin
• Patofisologi
Kontrol fisiologis denyut jantung mencakup berbagai mekanisme
keterhubungan yang bergantung pada aliran darah serta oksigenasi.
Kegiatan mekanisme kontrol ini dipengaaruhi oleh keadaan oksigenasi
janin sebelumnya. Janin yang terikat tali pusat sehingga aliran darah
dalam berbahaya.
Persalinan normal merupakan proses peristiwa hipoksia janin yang
berulang yang mengakibatkan asidemia.
• Diagnosis
Distres janin tidak dapat dinilai dari pola denyut jantung janin.
• Evaluasi sistem klasifikasi
Kelompok janin distres memuat pola-pola tanpa variabilitas ditambah
deselerasi variabel sedang sampai berat atau dengan frekwensi basal
<100denyut/menit selama 5 menit atau lebih.
• Mekonium dalam cairan amnion
Terjadi bila :
1. Janin mengeluarkan mekonium sebagai respons terhadap hipoksia
dan karenanya mekonium adalah tanda dari gangguan janin.
2. Menggambarkan pematangan saluran pencernaan normal dibawah
kendali saraf.
3. Stimulasi vagal akibat lilitan tali pusat yang umum terjadi tetapi
bersifat sementara sehingga mengakibatkan peningkatan peristaltsis.
• Mekonium menjadi bahaya bagi lingkungan janin ketika asidemia
janin terjadi. Namun, cairan jernih bukanlah penanda kesejahteraan
janin.
• Hal penting lainnya terkait aspirasi, adalah :
1. Pelahiran sesar
2. Penggunaan forcep
3. Kelainan denyut jantung intrapartum
4. Penurunan apgar
5. Kebutuhan akan bantuan napas saat lahir.
• Jika bayi mengalami depresi, trakea diintubasi dan mekonium dihisap
dari bawah glotis.
• Jika bayi memiliki usaha napas yang kuat, tonus otot baik, denyut
jantung <100dpm, penghisapan trakea tidak perlu dilakukan.
• Pilihan penatalaksanaan.
1. penghentian setiap pemeriksaan servviks
2. Mereposisi ibu keposisi berbaring lateral kiri dan kanan
3. Pemantauan tekanan darah ibu
4. Penilaian uterus pasien
• Tokolisis
Injeksi 0,25mg terbutalin sulfat intra vena atw subkutan yang diberikan
satu kali untuk merelaksasi uterus.
• Amnioinfusi
Dapat dilakukan untuk:
1. Tatalaksana deselerasi variabel atau memanjang
2. Profilaksis bagi oligohidramnion
3. Upaya untuk mencairkan atau membersihkan mekonium yang kental
• Pola denyut jantung janin dan kerusakan otak
Bayi kejang akibat hipoxic ischemic encephalopathy berhubungan
dengan pola denyut janin abnormal nonspesifik, hanya jika pola tersebut
telah ada selama rata-rata 72 menit.
• Bukti eksperimental
Deselerasi lambat adalah penanda asfiksia parsial jauh sebelum terjadi
kerusakan otak.
Pola denyut jantung janin yang paling umum selama persalinan akibat
oklusi tali pusat membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
memengaruhi janin secara signifikan dalam percobaan binatang.
• Bukti manusia
Kerusakan otak perinatal yang ditemukan setelah peristiwa asfiksia
dibagi dalam:
1. Dari 18 sampai 48 jam, nekrosis nuronal dengan piknosis atau
lisisnya nukleus dalam sel eosinofilik yang mengerut
2. Dari 48 sampai 72 jam nekrosis neuronal lebih intens dengan
respons makrofag
3. Lebih dari 3 hari, semua temuan diatas ditambah respon astrositik
dengan gliosis dan pada beberapa, kavitas dini.
Beberapa patologi nonintrapartum mayor terkait dengan cerebral palsy
1. Pelahiran kurang bulan
2. Perdarahan placenta previa, abrupsio
3. Kehamilan multi janin
4. Kelainan genetik dan anomali
5. Infeksi janin
6. Pembatasan pertumbuhan janin
7. Penyakit ibu
8. Infark placenta, thrombosis
9. Lilitan talipusat yang erat dileher
10. Penyebab masa kanak-kanak
11. Anemia janin
• Rekomendasi terkini
Jika menggunakan auskultasi, disarankan untuk melakukan setelah satu
kontraksi dan selama 60 detik.
Pengamanan aktivitas uterus intrapartum
- Pemantauan tekanan uterus internal
tekanan cairan ketuban diukur diantara dan selama kontraksi
menggunakan kateter plastik berisi cairan dengan ujung distal terletak di
bagian atas presentasi
- Pemantauan eksternal
- Dapat memberikan petunjuk yang baik tentang awitan, puncak dan
akhir kontraksi
Pola aktifitas uteus
Kinerja uterus adalah hasil dari intensitas penngkatan uterus di atas
tonus daras, kontraksi dalam mmhg dikalikan dengan frekwensi
kontraksi per 10 menit.
Peningkatan aktivitas uterus lebih lanjut sangat khas pada minggu-
minggu terakhir kehmilan, disebut prapersalinan. Selama fase ini,
serviks menjadi matang.
• Selama kala satu persalinan, kontraksi uterus meningkat secara
progresif dengan intensitas sekitar 25 mmHg pada permulaan
persalinan sampai 55mmHg pada akhir persalinan.
• Asal dan penyebaran kontraksi
Gelombang kontraksi normal pada persalinan berasal dekat ujung rahim
pada salah satu tuba uterina. Dengan demikian, area ini bertindak
sebagai pacemaker. Kontraksi menyebar dari area pacemaker ke seluruh
uterus dengan dekepatan 2cm/detik.
Persalinan normal ditandai oleh minimal tiga kontraksi yang rata-rata
lebih besar dari 25 mmHgdan interval kurang dari 4 menit antara dua
kontraksi.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai