Anda di halaman 1dari 66

SKENARIO 1

• Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang ke


klinik dokter umum dengan keluhan mata
merah sejak 2 hari yang lalu, nyeri (+) riwayat
trauma (-). Pemeriksaan visus kedua mata 6/6
Kata Sulit
• Visus
Kalimat Kunci
• Seorang Laki-laki berusia 35 tahun
• KU : mata merah sejak 2 hari lalu
• KT : Nyeri(+), trauma(-)
• VODS : 6/6
Pertanyaan Penting
1. Jelaskan Anatomi, Histologi, dan Fisiologi dari
Organ Mata ?
2. Jelaskan Patomekanisme dari Mata Merah
dan Nyeri pada Skenario ?
3. Jelaskan Langkah-langkah Diagnosis dari
skenario ?
4. Jelaskan Differential Diagnosis dari Skenario ?
ANATOMI, HISTOLOGI, dan
FISIOLOGI MATA
Anatomi
KORNEA
EPITEL
Membran transparan
M. BOWMEN
Avaskular

>>> ujung serat saraf

Terdiri atas 5 lapisan


STROMA

Metabolisme lambat

Sumber nutrisi (difusi) : pembuluh


darah sekitar limbus, aquos humor,
dan tear film

M. DESCEMENT

ENDOTEL
KORNEASKLERAL JUNCTION

Pertemuan kornea dan sklera  Limbus

Trabekula Meshwork

Sinus cavernosa sklera/ Kanal Schlem

Epitel limbus  Stem cell


IRIS
Lapisan batas anterior : terdiri atas
fibroblast dan melanosit
Stroma iris : jaringan ikat longgar, kolagen
halus (+), fibroblast, melanosit, mast sel.
Epitel anterior: sel-sel mioepitel, lapisan
non pigmen  m.dilator pupil
Epitel posterior: dua lapis sel kolumnar,
granula melanin (+)
CORPUS CILIARIS dan PROCESSUS CILIARIS

Berbentuk segitiga (potongan melintang)

Menghubungkan segmen anterior dan


posterior bola mata

F/ produksi akuos humor, dan akomodasi

Terdiri atas pars plana dan plikata

Terdiri atas pars plana dan plikata

Lapisan :
- Lamina suprasiliaris
- Otot siliaris
- Stroma slilaris
- Lamina basalis
- Epitel berpigmen
- Epitel non pigmen
CHOROID

Lapisan suprakoroid

stroma

Koriokapiler

Membran Bruch
LENSA

TRANSPARAN, BIKONVEKS

KAPSUL

EPITEL

SEL-SEL LENSA
RETINA

Membran limitan interna

Lapisan serabut saraf : axon sel ganglion

Lapisan sel ganglion : badan sel ganglion

Plexiform Interna

Lapisan nuklear interna : badan sel neuron


bipolar, sel amakrin, sel muller dan horizontal

Lapisan plexiform externa

Lapisan nuklear eksterna : badan sel dan


inti sel batang dan kerucut

Membran limitan eksterna: tautan segmen luar sel


batang dan kerucut dengan sitoplasma sel muller

Lapisan sel batang dan sel kerucut :


segmen luar, tempat fotoreseptor

Lapisan epitel pigmen


Fisiologi penglihatan
PATOMEKANISME MATA MERAH
Patomekanisme
Mikroorganisme

Alergi

Proses Inflamasi

Sel Mast
menghasilkan
Mata jadi Kering Histamin

Vasodilatasi Menekan
Iritasi Pembuluh N.Ophtalmicus
Darah (N. V1 )

Mata Merah Nyeri


LANGKAH-LANGKAH DIAGNOSIS
DARI MATA MERAH DAN
PENGLIHATAN KABUR
LANGKAH-LANGKAH DIAGNOSIS MATA MERAH DAN PENGLIHATAN KABUR

ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK & PENUNJANG


• Tanyakan onset ? • Ketajaman penglihatan (Visus)
• Apakah terdapat perubahan penglihatan ? • Pergerakan otot ektraokuler
• Apakah terdapat sensasi benda asing ? • Uji penlight
• Apakah pasien pernah trauma sebelumnya ? • Uji slit lamp
• Apakah terdapat nyeri ? • Evaluasi kamera okuli
• Apakah terdapat discharge ? • Pengukuran tekanan intraokuler
• Apakah pasien merasa silau (Photofobia) ? • Inspeksi kelopak mata
• Apakah terdapat rasa gatal ?
• Apakah pasien ada riwayat ophtalmologi
(operasi) ?
• Apakah pasien menggunakan kontak lensa ?
• Bilateral/unilateral ?
• Penyakit yang menyertai atau diderita oleh
pasien ?
• Apakah pasien pernah mengalami gejala
yang sama sebelumnya ?
DD DARI SKENARIO

1. Konjungtivitis
2. Episkleritis
DEFINISI DAN ETIOLOGI
konjungtivitis

Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang


selaput lendir yang menutupi belakang kelopak mata dan bola
mata, dalam bentuk akut maupun kronis.

Etiologi

1. Bakteri : N. Gonorrhoeae, pneumococcus, staphylococcus aureus, dll


2. Klamidia : Clamydia trachomatis
3. Virus : Adenovirus, virusherpes simpleks, varicella, herpes zoster
4. Jamur : Candida, rhinosporidium seeberi, sporotrix s chenckii
5. Allergen
Klasifikasi

• Perjalanannya konjungtivitis dibedakan menjadi


1. konjungtivitis akut
2. subakut
3. Subkronis
4. kronis.
• Sifat eksudatnya dibedakan menjadi
1. Mukus
2. serosa
3. purulen,
4. hemoragis.
• Berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi
1. infeksi
2. alergi
3. jamur
4. virus.
PATOFISIOLOGI
MENIFESTASI KLINIS
konjungtivitis
Temuan klinis &
sitologis Virus Bakteri Klamidia Alergi

Rasa gatal Minimal Minimal Minimal Berat


Hiperemia Generalisata Generalisata Generalisata Generalisata
Lakrimasi Banyak Sedang Sedang Sedang
Eksudasi Minimal Banyak Banyak Minimal

Adenopati Lazim hanya pada


Lazim Tak lazim Tidak ada
preaurikular konjungtivitis inklusi

Pewarnaan kerokan & PMN, badan inklusi sel


Monosit Bakteria, PMN Eosinofil
eksudat plasma

Radang tenggorok &


Kadang-kadang Kadang-kadang Tidak pernah Tidak pernah
demam
Penatalaksanaan
• Konjungtivitis
Tergantung agen mikrobiologinya, penatalaksanaan awal
diberikan anti mikroba topikal spektrum luas misalnya
polymyxin trimethoprin.

Jika infeksi diplokokus gram (-) sugestif nisseria diberikan


terapi topikal dan sistemis

Saccus konjungtivalis dibilas dengan larutan saline untuk


menghilangkan sekret konjungtiva

Higiene diperbaiki untuk mencegah penyebaran penyakit


Komplikasi

• Blefaritis marginal
• Ulserasi kornea

Prognosis

Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri. Tanpa diobati, dapat berlangsung
selama 10-14 hari, jika diobati dengan memadai, 1-3 hari,
Konjungtivitis bakteri kronik mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan menjadi
masalahpengobatan yang menyulitkan.
Pencegahan
• Konjungtivits mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah
membersihkan atau
• mengoleskan obta, penderita harus mencuci tangannya bersih-
bersih.
• Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah
menangani maya yang sakit
• Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan
penghuni lain
• Gunakan lensa kontak sesuai tujuan dengan petunjuk dari
dokter dan pabrik pembuatnya
• Mengganti sarung bantal dan handuk yang bersih setiap hari
• Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang
lain.
Superfisial Episkleritis

Peradangan
Sklera

Profunda Skleritis
DEFINISI DAN ETIOLOGI
Episkleritis

Episkeleretis adalah reaksi radang jaringan ikat vaskuler yang


terletak antara konjungtiva dan
permukaan sclera.

Etiologi

reaksi hipersensitifitas terhadap penyakit sistemik seperti TB, SLE, RA, Lues,
dll. Merupakan suatu reaksi toksik, alergik atau merupakan bagian dari infeksi.
Dapat saja kelainan ini terjadi spontan atau idiopatik.
Klasifikasi

Simple  Peradangan biasanya ringan dan terjadi dengan


cepat. Hanya berlangsung selama sekitar tujuh sampai 10
hari dan akan hilang sepenuhnya setelah dua sampai tiga
Episkleritis minggu.

Noduler  berlangsung lebih lama. Terdapat suatu daerah


penonjolan atau benjolan pada permukaan mata
Manifestasi klinik
subjektif objektif
Fotofobia Kelopak mata bengkak

Sedikit sakit seperti ditusuk-tusuk Konjungtiva bulbi kemosis, vasodilatasi


episklera dan konjungtiva

Lakrimasi Tonjolan keras dan imobile, eritem 


hilang dalam 1 minggu, tak pernah jadi
ulkus. Letak di temporal

Perasaan kering Sembuh  sklera kebiruan. Tonjolan


dapat timbul di tempat lain

Perasaan ada yang mengganjal


tatalaksana

Merupakan self limiting disease


Penatakaksanaa memperbaiki keluhan utama serta terapi kausal,
pemberian vasokonstriktor mis. Fenil efrin 2.5% topikal untuk
meredakan mata merah.
Keadaan berat diberikan kortikosteroid tetes mata, sistemik, atau
salisilat.
komplikasi

Skleritis

prognosis

Sembuh sempurnah atau bersifat residif

pencegahan

Konseling dan edukasi : menjelaskan etiologi dari penyakit ini


adalah autoimun atau karena kemungkinan kelainan sistemik.
Oleh karena itu, hindari pencetus reaksi tersebut
Skenario II
• Seorang laki-laki berusia 20 tahun datang ke
klinik dokter umum dengan keluhan
penglihatan kabur dikedua mata sejak 1 bulan
yang lalu, gatal (-), riwayat trauma (-). Pasien
adalah mahasiswa dan memiliki pekerjaan
sampingan sebagai pengemudi online.
Pemeriksaan oftalmologi didapatkan VODS
4/6, tekanan intraokuler normal, lapang
pandang normal
Kalimat kunci
• laki-laki berusia 20 tahun
• keluhan penglihatan kabur dikedua mata
• sejak 1 bulan yang lalu
• gatal (-)
• riwayat trauma (-)
• Pemeriksaan oftalmologi didapatkan VODS 4/6
• tekanan intraokuler normal
• lapang pandang normal
Pertanyaan Penting
1. Jelaskan Anatomi, Histologi, dan Fisiologi dari
Organ Mata ?
2. Jelaskan Patomekanisme dari penglihatan
kabur ?
3. Jelaskan Differential Diagnosis dari Skenario ?
ANATOMI, HISTOLOGI, dan
FISIOLOGI MATA
Anatomi
KORNEA
EPITEL
Membran transparan
M. BOWMEN
Avaskular

>>> ujung serat saraf

Terdiri atas 5 lapisan


STROMA

Metabolisme lambat

Sumber nutrisi (difusi) : pembuluh


darah sekitar limbus, aquos humor,
dan tear film

M. DESCEMENT

ENDOTEL
KORNEASKLERAL JUNCTION

Pertemuan kornea dan sklera  Limbus

Trabekula Meshwork

Sinus cavernosa sklera/ Kanal Schlem

Epitel limbus  Stem cell


IRIS
Lapisan batas anterior : terdiri atas
fibroblast dan melanosit
Stroma iris : jaringan ikat longgar, kolagen
halus (+), fibroblast, melanosit, mast sel.
Epitel anterior: sel-sel mioepitel, lapisan
non pigmen  m.dilator pupil
Epitel posterior: dua lapis sel kolumnar,
granula melanin (+)
CORPUS CILIARIS dan PROCESSUS CILIARIS

Berbentuk segitiga (potongan melintang)

Menghubungkan segmen anterior dan


posterior bola mata

F/ produksi akuos humor, dan akomodasi

Terdiri atas pars plana dan plikata

Terdiri atas pars plana dan plikata

Lapisan :
- Lamina suprasiliaris
- Otot siliaris
- Stroma slilaris
- Lamina basalis
- Epitel berpigmen
- Epitel non pigmen
CHOROID

Lapisan suprakoroid

stroma

Koriokapiler

Membran Bruch
LENSA

TRANSPARAN, BIKONVEKS

KAPSUL

EPITEL

SEL-SEL LENSA
RETINA

Membran limitan interna

Lapisan serabut saraf : axon sel ganglion

Lapisan sel ganglion : badan sel ganglion

Plexiform Interna

Lapisan nuklear interna : badan sel neuron


bipolar, sel amakrin, sel muller dan horizontal

Lapisan plexiform externa

Lapisan nuklear eksterna : badan sel dan


inti sel batang dan kerucut

Membran limitan eksterna: tautan segmen luar sel


batang dan kerucut dengan sitoplasma sel muller

Lapisan sel batang dan sel kerucut :


segmen luar, tempat fotoreseptor

Lapisan epitel pigmen


Fisiologi penglihatan
PATOMEKANISME PENGLIHATAN
KABUR
Patomekanisme
Kelainan Bentuk
Kebiasaan Trauma
Bola Mata

Kelainan Kornea
atau Lensa Mata

Kelainan Refraksi
Mata

Cahaya Masuk
Tidak Difokuskan
Tepat Di Macula

Penglihatan
menjadi Kabur
DD DARI SKENARIO

1. Miopia
2. Hipermetropia
3. Astigmatisme
Miopia

adalah kelainan refaksi pada mata dimana bayangan, jatuh di


depan retina ketika mata tidak dalam keadaan berakomodasi
Klasifikasi Miopia

Berdasarkan kelainan yang


mendasarinya
1. Miopia refraktif, yaitu bertambahnya kemampuan refraktif media penglihatan
Miopia kurvatur, terjadi peningkatan kurvatura pada kornea dan lensa misal pada katarak intumesen
Miopia indeks bias, terjadi peningkatan indeks bias dari salah satu atau lebih media refraksi

2. Miopia aksial
Miopia akibat sumbu bola mata antero-posterior lebih panjang dari normal, dengan kelengkungan kornea dan
lensa normal.

Berdasarkan derajat beratnya

1. Miopia ringan, di mana miopia sampai 3 dioptri


2. Miopia sedang, dimana miopia lebih dari 3 dioptri, sampai 6 dioptri
3. Miopia berat/tinggi/myopia gravior di mana miopia lebih dari 6 dioptri.

Berdasarkan perjalanan klinisnya

1. Miopia Progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah panjangnya bola mata
2. Miopia Maligna/miopia pernisiosa/miopia Degeneratif, miopia yang berjalan lebih progresif dan dapat
mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan. Ditandai dengan adanya kelainan degeneratif pada fundus.
Manifestasi klinik

Subjektif
1. Kesulitan melihat objek jauh
2. keluhan sakit kepala
3. kebiasaan memicingkan matanya

Objektif
1. pemeriksaan funduskopi terdapat myopic crescent yaitu gambaran bulan sabit pada polus
posterior mata
2. pada daerah papil saraf optik akibat tidak tertutupnya sklera oleh koroid.
3. Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat pula kelainan pada fundus okuli seperti fundus
tigroid, degenerasi makula dan degenerasi retina perifer.
Tatalaksana

1. Kacamata/lensa kontak dengan kacamata sferis negatif terkecil yang memberikan ketajaman
penglihatan maksimal
2. Tindakan bedah LASIK
3. Photo refraktif keratectomi
4. Penanaman lensa okular
5. Refractive lens exchange

Komplikasi
1. Ablasio retina
2. Strabismus
3. Ambliopia

Prognosis

1. DIAN NGANA ISI EEEEEEE,,,, MINTA TOLONG


Hipermetropia

Gangguan pembiasaan mata, di mana sinar sejajar yang masuk


ke dalam mata dalam keadaan tidak berakomodasi akan
difokuskan di belakang retina, sehingga bayangan yang
dihasilkan kabur
Klasifikasi hipermetropia

Berdasarkan kelainan yang


mendasarinya

1. Hipermetropia Kurvatur, keadaan dimana kelengkungan lensa atau kornea lebih datar dari normal
sehingga kekuatan refraksinya turun
2. Hipermetropia Aksial, akibat sumbu bola mata antero-posterior lebih pendek dari normal, dengan
kelengkungan kornea dan lensa normal

Hipermetropia dibagi menjadi


1. Hipermetropia Total
Mata dilumpuhkan dengan sikloplegik tetes  akomodasi lumpuh  cek dengan pemeriksaan objektif 
dapat hasilnya  koreksi dengan lensa positif yang sesuai
2. Hipermetropia Manifes
Kalau sudah diperiksa dengan Snellen’s chart visus sudah 6/6 ambil lensa positif tertinggi
a) Hipermetropia Manifes Absolut
hasil pemeriksaan lensa positif terendah saat visus sudah 6/6 ketika diperiksa dengan Snellen’s
chart
b) Hipermetropia Manifes Fakultatif
(Hipermetropia manifes) – (Hipermetropia absolut)
3. Hipermetropia Laten
(Hipermetropia total) – (Hipermetropia manifes)
Manifestasi klinik

1. Sakit kepala terutama daerah atau frontal


2. Silau
3. Kadang rasa juling atau melihat ganda
4. Mata lelah
5. Penglihatan kabur melihat dekat
6. Sering ngantuk
7. Mata berair
8. Pupil agakmiosis
9. Bilik mata depan lebih dangkal
Tatalaksana

1. Kacamata/lensa kontak dengan kacamata sferis positif terbesar yang menghasilkan tajam
penglihatan terbaik
2. Tindakan bedah LASIK
3. Photo refraktif keratectomi
4. Penanaman lensa okular
5. Refractive lens exchange

Komplikasi

1. DIAN NGANA ISI EEEEEEE,,,, MINTA TOLONG

Prognosis

1. DIAN NGANA ISI EEEEEEE,,,, MINTA TOLONG


Astigmatis

Astigmatisme adalah kelainan refraksi mata, di mana didapatkan


bermacam-macam derajat refraksi pada bermacam-macam
meridian, sehingga sinar sejajar yang datang pada mata itu akan
difokuskan pada macam-macam focus pula.
Klasifikasi Astigmatis

Berdasarkan aksis

1. Astigmatisme reguler : kekuatan pembiasan bertambah atau berkurang secara teratur dari satu meridian
ke meridian berikutnya.
a) Astigmatisme with the rule (jari-jari kelengkungan vertikal < horizontal)
b) Astigmatisme against the rule (jari-jari kelengkungan horizontal < vertikal)
c) Astigmatisme oblik
2. Astigmatisme irreguler
Astigmatisme yang terjadi tidak mempunyai 2 meridian saling tegak lurus

Berdasarkan fokus

1. Astigmatisme simpleks
a) Astigmatisme miopi simpleks : titik fokus pertama ada di depan retina dan titik fokus kedua
pada retina.
b) Astigmatisme hipermetropi simpleks : titik fokus pertama terletak di retina dan titik fokus
kedua terletak di belakang retina.
2. Astigmatisme kompositus
a) Astigmatisme miopi kompositus : kedua titik fokus terletak di depan retina.
b) Astigmatisme hipermetropi kompositus : kedua titik fokus terletak di belakang retina.
c) Astigmatisme mikstus : titik fokus ada di kedua sisi retina, titik fokus pertama di depan retina,
dan titik fokus yang kedua di belakang retina.
Tatalaksana

1. Kacamata/lensa kontak silindris

Komplikasi

1. DIAN NGANA ISI EEEEEEE,,,, MINTA TOLONG

Prognosis

1. DIAN NGANA ISI EEEEEEE,,,, MINTA TOLONG


B. PENGLIHATAN KABUR
Yang masih kurang
• Komplikasi dan prognosis
• Patogenesis episkleritis

Anda mungkin juga menyukai