Metabolisme lambat
M. DESCEMENT
ENDOTEL
KORNEASKLERAL JUNCTION
Trabekula Meshwork
Lapisan :
- Lamina suprasiliaris
- Otot siliaris
- Stroma slilaris
- Lamina basalis
- Epitel berpigmen
- Epitel non pigmen
CHOROID
Lapisan suprakoroid
stroma
Koriokapiler
Membran Bruch
LENSA
TRANSPARAN, BIKONVEKS
KAPSUL
EPITEL
SEL-SEL LENSA
RETINA
Plexiform Interna
Alergi
Proses Inflamasi
Sel Mast
menghasilkan
Mata jadi Kering Histamin
Vasodilatasi Menekan
Iritasi Pembuluh N.Ophtalmicus
Darah (N. V1 )
1. Konjungtivitis
2. Episkleritis
DEFINISI DAN ETIOLOGI
konjungtivitis
Etiologi
• Blefaritis marginal
• Ulserasi kornea
Prognosis
Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri. Tanpa diobati, dapat berlangsung
selama 10-14 hari, jika diobati dengan memadai, 1-3 hari,
Konjungtivitis bakteri kronik mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan menjadi
masalahpengobatan yang menyulitkan.
Pencegahan
• Konjungtivits mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah
membersihkan atau
• mengoleskan obta, penderita harus mencuci tangannya bersih-
bersih.
• Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah
menangani maya yang sakit
• Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan
penghuni lain
• Gunakan lensa kontak sesuai tujuan dengan petunjuk dari
dokter dan pabrik pembuatnya
• Mengganti sarung bantal dan handuk yang bersih setiap hari
• Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang
lain.
Superfisial Episkleritis
Peradangan
Sklera
Profunda Skleritis
DEFINISI DAN ETIOLOGI
Episkleritis
Etiologi
reaksi hipersensitifitas terhadap penyakit sistemik seperti TB, SLE, RA, Lues,
dll. Merupakan suatu reaksi toksik, alergik atau merupakan bagian dari infeksi.
Dapat saja kelainan ini terjadi spontan atau idiopatik.
Klasifikasi
Skleritis
prognosis
pencegahan
Metabolisme lambat
M. DESCEMENT
ENDOTEL
KORNEASKLERAL JUNCTION
Trabekula Meshwork
Lapisan :
- Lamina suprasiliaris
- Otot siliaris
- Stroma slilaris
- Lamina basalis
- Epitel berpigmen
- Epitel non pigmen
CHOROID
Lapisan suprakoroid
stroma
Koriokapiler
Membran Bruch
LENSA
TRANSPARAN, BIKONVEKS
KAPSUL
EPITEL
SEL-SEL LENSA
RETINA
Plexiform Interna
Kelainan Kornea
atau Lensa Mata
Kelainan Refraksi
Mata
Cahaya Masuk
Tidak Difokuskan
Tepat Di Macula
Penglihatan
menjadi Kabur
DD DARI SKENARIO
1. Miopia
2. Hipermetropia
3. Astigmatisme
Miopia
2. Miopia aksial
Miopia akibat sumbu bola mata antero-posterior lebih panjang dari normal, dengan kelengkungan kornea dan
lensa normal.
1. Miopia Progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah panjangnya bola mata
2. Miopia Maligna/miopia pernisiosa/miopia Degeneratif, miopia yang berjalan lebih progresif dan dapat
mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan. Ditandai dengan adanya kelainan degeneratif pada fundus.
Manifestasi klinik
Subjektif
1. Kesulitan melihat objek jauh
2. keluhan sakit kepala
3. kebiasaan memicingkan matanya
Objektif
1. pemeriksaan funduskopi terdapat myopic crescent yaitu gambaran bulan sabit pada polus
posterior mata
2. pada daerah papil saraf optik akibat tidak tertutupnya sklera oleh koroid.
3. Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat pula kelainan pada fundus okuli seperti fundus
tigroid, degenerasi makula dan degenerasi retina perifer.
Tatalaksana
1. Kacamata/lensa kontak dengan kacamata sferis negatif terkecil yang memberikan ketajaman
penglihatan maksimal
2. Tindakan bedah LASIK
3. Photo refraktif keratectomi
4. Penanaman lensa okular
5. Refractive lens exchange
Komplikasi
1. Ablasio retina
2. Strabismus
3. Ambliopia
Prognosis
1. Hipermetropia Kurvatur, keadaan dimana kelengkungan lensa atau kornea lebih datar dari normal
sehingga kekuatan refraksinya turun
2. Hipermetropia Aksial, akibat sumbu bola mata antero-posterior lebih pendek dari normal, dengan
kelengkungan kornea dan lensa normal
1. Kacamata/lensa kontak dengan kacamata sferis positif terbesar yang menghasilkan tajam
penglihatan terbaik
2. Tindakan bedah LASIK
3. Photo refraktif keratectomi
4. Penanaman lensa okular
5. Refractive lens exchange
Komplikasi
Prognosis
Berdasarkan aksis
1. Astigmatisme reguler : kekuatan pembiasan bertambah atau berkurang secara teratur dari satu meridian
ke meridian berikutnya.
a) Astigmatisme with the rule (jari-jari kelengkungan vertikal < horizontal)
b) Astigmatisme against the rule (jari-jari kelengkungan horizontal < vertikal)
c) Astigmatisme oblik
2. Astigmatisme irreguler
Astigmatisme yang terjadi tidak mempunyai 2 meridian saling tegak lurus
Berdasarkan fokus
1. Astigmatisme simpleks
a) Astigmatisme miopi simpleks : titik fokus pertama ada di depan retina dan titik fokus kedua
pada retina.
b) Astigmatisme hipermetropi simpleks : titik fokus pertama terletak di retina dan titik fokus
kedua terletak di belakang retina.
2. Astigmatisme kompositus
a) Astigmatisme miopi kompositus : kedua titik fokus terletak di depan retina.
b) Astigmatisme hipermetropi kompositus : kedua titik fokus terletak di belakang retina.
c) Astigmatisme mikstus : titik fokus ada di kedua sisi retina, titik fokus pertama di depan retina,
dan titik fokus yang kedua di belakang retina.
Tatalaksana
Komplikasi
Prognosis