Anda di halaman 1dari 40

SURVEILANS MIGRASI MALARIA

DALAM RANGKA CEGAH


TANGKAL PENULARAN
MALARIA
Latar Belakang &
Situasi Malaria
Komitmen Nasional
 Presiden Soekarno membentuk Komando Pembasmian Malaria
(KOPEM) pada tahun 1959  Hari Kesehatan Nasional
 Presiden SBY pada HMS I (2008) menyatakan untuk eliminasi
malaria tahun 2030  kepmenkes tentang Eliminasi Malaria (2009).
 Pembentukan FNGM tahun 2012 yang disaksikan pengukuhannya
oleh Wapres Budiono
 Indikator dalam RPJMN 2015-2019 dan Program Prioritas / Janji
presiden 2015-2019
Komitmen Regional

 Negara negara ASEAN bersama dengan United States, Japan,


China, Republic of Korea, India, Australia dan New Zealand.
 APLMA dibentuk pada the 2013 East Asia Summit.
 Mempercepat pengendalian malaria menuju eliminasi di
kawasan Asia Pasifik pada tahun 2030.
Komitmen Global

 Resolusi WHA 60/ 2007 :


Eliminasi Malaria
 Salah satu SDGs : 3.3 By
2030, end the epidemics of
AIDS, tuberculosis, malaria
and neglected tropical
diseases and combat
hepatitis, water-borne
diseases and other
communicable diseases.
 WHA 68 (2015) : Global
Technical Strategy for
Malaria 2016-2030
SITUASI MALARIA DI DUNIA

• Jumlah kasus malaria di dunia sebesar 214 juta, 88% terjadi di afrika
dan 10% di asia tenggara
• Kematian sebesar 438.000,
• Kematian pada balita sebesar 306.000
Peta Indemisitas Malaria menurut Kab/Kota Tahun 2009-2016

2015

2009

2016

2012

Populasi Kabupaten/Kota
No Kategori
# % # %
1 Bebas Malaria 198,567,888 74.0 % 247 48 %

2 Endemis Rendah 43,589,845 15.3 % 158 31 %

3 Endemis Menengah 12,095,644 8.5 % 62 12 %

4 Endemis Tinggi 4,671,511 2.2 % 38 7%

Total 255,881,112 100.0 % 514 100.0 %


API dan Kasus Positif Malaria Per Provinsi di
Indonesia 2016
Papua 39.93 Papua 128,066
Papua Barat 10.20 NTT 26,907
NTT 5.17 Papua Barat 9,110
Maluku 3.83 Maluku 6,569
Maluku Utara 2.44 Sumatera Utara 3,503
Bengkulu 1.36 Lampung 3,298
Sulawesi Utara 0.72 Maluku Utara 2,888
Kalimantan Selatan 0.52 Bengkulu 2,595
Sulawesi Tengah 0.48 Sumatera Selatan 2,233
Sulawesi Tenggara 0.48 Kalimantan Selatan 2,117
Lampung
Kepulauan Riau
0.40
0.36
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
1,752
1,410
API Nasional Sebesar
Kalimantan Timur
Sumatera Selatan
0.35 Kalimantan Timur
Sulawesi Tenggara
1,228 0,77 dengan kasus
0.27 1,226
Sumatera Utara 0.25 NTB 1,168 sebanyak 200.183, 87%
Kasus berasal dari KTI.
NTB 0.24 Jateng 1,091
Kalimantan Tengah 0.19 Sulawesi Selatan 992
Gorontalo 0.15 Sumatera Barat 532
Jambi 0.14 Kepulauan Riau 526
Sulawesi Selatan 0.12 Jambi 490
Bangka Belitung 0.11 Kalimantan Tengah 474
Sumatera Barat 0.10 Jawa Barat 323 (Data Per 14 Februari 2017
Sulawesi Barat 0.09 Jawa Timur 303 dengan kelengkapan data
Kalimantan Barat 0.06 Kalimantan Barat 297 88%)
Aceh 0.05 Aceh 243
Kalimantan Utara 0.03 Gorontalo 176
Jateng 0.03 Riau 166
Riau 0.03 Bangka Belitung 160
DIY 0.03 Sulawesi Barat 119
Jawa Timur 0.01 DIY 95
Jawa Barat 0.01 DKI 70
Banten 0.00 Banten 28
Bali 0.00 Kalimantan Utara 22
DKI 0.00 Bali 6
31.93

31.29

35.00
30.00
25.00 API per provinsi Tahun 2015
20.00
7.04

5.81

15.00
2.77

2.03

1.08

0.88
0.85

0.68

0.68

0.57

0.49
0.49

0.47

0.46

0.42

0.42

0.41

0.35

0.31

0.17

0.14

0.13
0.10

0.10

0.08

0.06

0.03

0.03
0.00

0.00

0.00

0.00

0.00
10.00
5.00
0.00
Konektivitas Udara

Airport = 402

in million people
Penduduk Kepulauan Seribu yang Bepergian

12 bulan
Pendatang ke Kepulauan Seribu

12 bulan
Kebijakan dan Strategi
KOMPONEN PENGENDALIAN MALARIA

Promotif Preventif Kuratif


Media KIE :
cetak, Kelambu
Diagnostik :
elektronik
Mikroskop
(TV/Radio IRS
dan RDT
Spot),medso
s Larvasida
Pengobatan :
Repellen
ACT,
Pemberdaya Kemoprofila
Primakuin
an ksis
masyarakat
Kebijakan Pengendalian Malaria
1. Pengendalian malaria dilaksanakan sesuai dengan azas
desentralisasi yaitu kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen
program
2. Promosi program dilakukan dengan memanfaatkan Forum
Kemitraan Nasional Gebrak Malari dan Memperkuat inisiatif Upaya
Kesehatan Berbasis Masyarakat. (Posmaldes, JMD).
3. Pencegahan penularan malaria melalui manajemen vektor terpadu
dan upaya yang lain yang terbukti efektif, efisien, praktis dan aman.
4. Diagnosis Malaria harus dilakukan dengan konfirmasi Laboratorium
mikroskop atau tes diagnosis cepat (Rapid Diagnostic Test /RDT)
5. Pengobatan menggunakan Terapi kombinasi berbasis Artemisin
(Artemisinin Based Combination Therapy /ACT) sesudah konfirmasi
laboratorium.
6. Layanan tatalaksana kasus malaria dilaksanakan oleh seluruh
fasilitas Pelayanan Kesehatan dan dilakukan secara terintegrasi ke
dalam sistem layanan kesehatan dasar
Strategi Spesifik program malaria

1. AKSELERASI : Pengendalian dengan Cakupan Seluruh Wilayah (Universal


Coverage) Dengan Endemisitas Tinggi (Papua, Papua Barat, Maluku dan NTT)
Kegiatan utama :
 Kampanye kelambu berinsektisida secara massal
 IRS di desa dengan API > 20 ‰.
 Penemuan Dini - Pengobatan tepat dan komplit  perluasan layanan

2. INTENSIFIKASI : Pengendalian di daerah dengan focus-focus penularan diluar KTI.


Kegiatan utama :
 Kelambu berinsektisida untuk focus/kelompok berisiko tinggi
 Penemuan Dini - Pengobatan tepat dan komplit
 IRS pada KLB
 Penemuan kasus aktif

3. ELIMINASI dan PEMELIHARAAN : pada daerah dengan endemisitas rendah


dan bebas.
Kegiatan utama :
 Penemuan Dini - Pengobatan tepat dan komplit serta jejaringnya
 Penguatan surveilans migrasi
 Pengamatan daerah reseptif dan pengendalian vektor
 Penemuan kasus aktif - MBS
Milestone Pencapaian Eliminasi Malaria
di Indonesia

2025 2027
Semua Semua
kab/kota provinsi
Target : 300
2030
kab/kota
Eliminasi
2019 malaria
nasional
Target : 265 2018
Target : kab/kota
Target : 285
225 2017
kab/kota
kab/kota
Capaian : 2016
232
kab/kota Target : 245 kab/kota
Capaian : 247 kab/kota
2015
SKEMA PENTAHAPAN ELIMINASI
MALARIA
MASUK TAHAP PEMELIHARAAN

MASUK TAHAP PRA ELIMINASI MASUK TAHAP ELIMINASI

Kasus
Indigenous nol
SPR < 5% < 1 kasus/1000
dari malaria penduduk berisiko
kllinis 3 Tahun

Pemberantasan Pra Eliminasi Eliminasi Pemeliharaan

Reorientasi Reorientasi
program menuju program menuju
eliminasi pemeliharaan
Indikator Utama (2015-2019)

 Jumlah Kab/kota yang mencapai eliminasi malaria


 RPJMN
 Jumlah Kab/Kota yang mencapai API < 1 per 1000
 Renstra Kemenkes
 % Kasus malaria yang dikonfirmasi Laboratorium
 Janji Presiden
 % Kasus malaria yang diobati dengan ACT (sesuai
standard) Janji Presiden
PENCAPAIAN ELIMINASI MALARIA KAB/KOTA
s.d 2016 24

NO PROVINSI KAB/KOTA ELIMINASI % NO PROVINSI KAB/KOTA ELIMINASI %


1 Aceh 23 18 75% 17 Sulawesi Utara 15 3 20%
18 Sulawesi Barat 6 1 17%
2 Sumatera Utara 33 18 52%
19 Sulawesi Tenggara 14 8 57%
3 Sumatera Barat 19 16 84% 20 Sulawesi Tengah 13 3 23%
4 Riau 12 7 58% 21 Sulawesi Selatan 24 14 58%
5 Kepulauan Riau 7 3 30% 22 Gorontalo 6 2 33%
6 Jambi 11 3 27% 23 Kalimantan Tengah 14 5 36%
7 Bengkulu 10 3 30% 24 Kalimantan Barat 14 2 14%
25 Kalimantan Timur 10 3 30%
8 Sumatera Selatan 17 7 41%
26 Kalimantan Selatan 13 4 31%
9 Bangka Belitung 7 5 71% 27 Jawa Barat 27 23 85%
10 Lampung 15 5 33% 28 Jawa Tengah 35 28 80%
11 NTB 10 3 30% 29 Jawa Timur 38 37 97%
12 NTT 22 0 0% 30 DIY 5 4 80%
31 Banten 8 6 75%
13 Maluku 11 0 0%
32 Bali 9 9 100%
14 Maluku Utara 10 0 0% 33 DKI 6 6 100%
15 Papua Barat 13 0 0% 34 Kalimantan Utara 5 1 20%
16 Papua 29 0 0% NASIONAL 511 247 48%
SURVEILANS MIGRASI
MALARIA DI KKP
Tugas dan Fungsi KKP

KKP Permenkes No.2348/Menkes/Per/IX/2011

Surveilans epidemiologi Penyakit

Kekarantinaan Ruang Lingkup: Penyakit Potensial wabah


Bandara, Pelabuhan Penyakit Baru
Pengendalian dampak dan PLBD
Penyakit yang Muncul kembali
kesehatan lingkungan
pencegahan Penyakit yang tereliminasi
Pelayanan kesehatan
masuk dan Bioterorisme

Pengawasan OMKABA
keluarnya Unsur Biologi

Pengamanan Radiasi
Pengamanan Kimia

Pelayanan Kes yang berkualitas & mantap (Tujuan dalam RPJMN III)
TUGAS – TUGAS KKP

▪ Surveilans Epidemiologi penyakit, penyakit


Pengendalian menular potensial wabah, penyakit baru dan
Kekarantinaan & SE penyakit yang muncul kembali,

▪ Koordinasi pelayanan kesehatan terbatas,


Upaya Kesehatan kesehatan kerja, kesehatan matra, kesehatan
haji, perpindahan penduduk,
dan Lintas Wilayah penanggulangan bencana

▪ Melaksanakan perencanaan, pemantauan


Pengendalian Risiko dan evaluasi serta penyusunan laporan
kegiatan Sanitasi Lingkungan, Pengendalian
Lingkungan Vektor dan binatang penular penyakit
APA ITU SURVEILANS MIGRASI ??
 Strategi program peningkatan kewaspadaan (SKD-KLB)
terhadap timbulnya malaria dengan melakukan analisis
secara terus menerus dan sistematis terhadap kecenderungan
migrasi penduduk dan kecenderungan kasus impor serta
deteksi dini adanya penularan setempat, perubahan kondisi
lingkungan, vektor, perilaku penduduk yang berpotensi
terjadinya penularan malaria
TUJUAN SURVEILANS MIGRASI ??

 Mencegah terjadinya penularan malaria terutama


yang berasal dari kasus impor
 Menemukan penderita malaria secara dini yang
datang dari daerah endemis malaria
 Memberikan pengobatan pada penderita malaria
sesuai standar
 Meningkatkan jejaring kemitraan dengan berbagai
program/sektor terkait termasuk masyarakat
 Memantau pola musiman migrasi penduduk di wilayah
reseptif.
POKOK-POKOK KEGIATAN SURVEILANS MIGRASI

 Mengidentifikasi Daerah Malaria


 Penemuan penderita & pengobatan
malaria
 Notifikasi
 Promosi Kesehatan
 Dukungan Logistik malaria (RDT dan OAM)
 Pengendalian vektor terpadu (PVT)
malaria
PERAN KKP DALAM PELAKSANAAN SURVEILANS MIGRASI

 Melakukan penemuan dini penderita dan


pengobatan malaria sesuai pedoman tatalaksana
malaria
 Melakukan pemantauan dan pengendalian vektor
malaria dan lingkungan di wilayah kerjanya.
 Melakukan notifikasi terhadap kasus positif yang
ditemukan kepada KKP asal, KKP tujuan, dengan
tembusan dinas kabupaten/kota tujuan.
 Melakukan sinkronisasi pelaksanaan kegiatan dengan
Dinas Kesehatan setempat.
PERAN KKP DALAM PELAKSANAAN SURVEILANS MIGRASI

 Melakukan promosi Kesehatan melalui:


▪ Memberikan informasi terkait malaria kepada pelaku
perjalanan yang menuju daerah endemis dan daerah
eliminasi malaria
▪ Pembagian leaflet kepada setiap penumpang yang akan
melakukan perjalanan ke daerah endemis dan daerah
eliminasi.
▪ Pemasangan spanduk, banner dan poster tentang malaria di
setiap wilayah kerja KKP (pelabuhan, bandara dan pos lintas
batas darat)
▪ Running teks atau media elektronik lain yang ada di KKP atau
pelabuhan
 Melakukan pencatatan dan pelaporan
PELAKSANAAN SURVEILANS MIGRASI DI KKP

Penemuan kasus malaria di pelabuhan,


bandara dan pos lintas batas dilakukan
melalui pengambilan dan pemeriksaan
sediaan darah cepat (rapid diagnostic
test) bagi calon penumpang, crew dan
masyarakat pelabuhan yang datang ke
klinik Kantor Kesehatan Pelabuhan
maupun yang dilakukan secara aktif oleh
KKP dalam kondisi tertentu (situasi khusus).
SASARAN SURVEILANS MIGRASI DI KKP

Orang dengan gejala malaria


yang datang ke Pelayanan
Kesehatan Terbatas di KKP,
Orang yang diduga telah
klinik alat angkut dan klinik
terinfeksi malaria.
kesehatan lainya yang ada di
bandara/ pelabuhan/ pos
lintas batas darat.

Orang yang datang dari


daerah endemis (surveilans
dalam situasi khusus : mudik
hari besar agama, sedang
terjadi KLB/Bencana)
Alur penemuan penderita dalam
surveilans migrasi Malaria
di KKP Soetta
Mengapa kasus malaria
perlu di notifikasi?
 Notifikasi kasus malaria: pelaporan wajib kasus terdeteksi
malaria oleh semua unit medis dan praktisi medis, baik di
fasilitas layanan kesehatan atau layanan eliminasi malaria
(sebagaimana ditetapkan oleh undang-undang atau
peraturan).
 Permenkes 1501/2010 tentang jenis penyakit berpotensi wabah
yang harus dilaporkan termasuk Malaria berbunyi: “Tenaga
kesehatan atau masyarakat wajib memberikan laporan
kepada kepala desa/lurah dan puskesmas terdekat atau
jejaringnya selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) jam
sejak mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita
penyakit tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4”.
 Kegiatan notifikasi antar daerah atau wilayah disebut cross
notifikasi
Promosi Kesehatan dalam
Surveilans Migrasi Malaria di KKP

 KIE untuk pelaku perjalanan baik yang akan ke


daerah endemis maupun yang datang dari daerah
endemis
 Media KIE :
➢ Leaflet, brosur, poster
➢ Banner
➢ TV Spot
➢ TV di airline
➢ dll
Pesan untuk Pelaku Perjalanan
 Perhatikan : faktor risiko, cara penularan, cara
pencegahan, masa inkubasi, gejala dan tanda.
 Hindari gigitan nyamuk selama di daerah endemis
dengan menggunakan kelambu saat tidur; tidak
keluar malam, jika terpaksa keluar maka gunakan
baju panjang dan terang, pakai lotion anti nyamuk.
 Periksakan diri jika ada gejala demam selama di
sana sampai 1 bulan setelah kembali dari daerah
endemis.

Khusus untuk orang yang pulang dari daerah endemis :


“Jika dalam 1 bulan muncul demam, periksakan ke fasyankes dan
sampaikan riwayat perjalanannya kepada tenaga kesehatan yang
memeriksa”
Kata Kunci
 Informasi daerah endemis diperbaharui setiap tahun
 Tidak ada restriksi perjalanan
 Secara rutin penemuan kasus di pintu masuk/KKP
adalah pasif
 Pada situasi khusus dapat dilakukan penemuan aktif
melalui skrining
 Promosi kesehatan / KIE merupakan hal penting
dalam surveilans migrasi di pintu masuk
 Koordinasi dengan dinas kesehatan setempat
(termasuk pelaporan dan logistik)
 Pemantauan migrasi di tingkat komunitas oleh
puskesmas melalui kader/tokoh masyarakat

Anda mungkin juga menyukai