L/O/G/O
Pengertian Thalasemia
Thalasemia berasal dari bahasa Yunani, yaitu thalasa yang
artinya laut. Yang dimaksud dengan laut adalah Laut
Tengah, karena penyakit ini pertama kali dikenal di daerah
sekitar Laut Tengah.
Thalasemia merupakan penyakit genetik yang diturunkan
secara autosomal resesif. Penyakit ini terjadi akibat
kelainan sintesis hemoglobin dimana terjadi pengurangan
produksi satu atau lebih rantai globin yang menyebabkan
ketidakseimbangan produksi rantai globin.
Klasifikasi Thalasemia
Thalasemia
Secara Molekuler
Thalasemia Alfa
Thalasemia Beta
Secara Klinis
Thalasemia Minor
Thalasemia Mayor
Secara Molekuler
Thalasemia Alfa adalah thalasemia yang
melibatkan rantai alfa, menyebabkan
terjadinya penurunan sintesis rantai alfa.
Thalasemia Beta adalah thalasemia yang
melibatkan rantai beta, menyebabkan
terjadinya penurunan sintesis rantai beta .
Secara Klinis
Thalasemia Minor atau juga disebut thalasemia
trait atau bawaan adalah orang-orang yang
sehat, namum berpotensi menjadi carrier atau
pembawa thalasemia.
Thalasemia Mayor adalah warisan thalasemia
yang diturunkan orang tua yang mempengaruhi
gangguan produksi hemoglobin normal.
Diagnosis Thalasemia
Diagnosis Thalasemia
Anamnesis
Keluhan timbul karena anemia yaitu pucat, gangguan
nafsu makan, gangguan tumbuh kembang dan perut
membesar karena pembesaran lien dan hati. Pada
umumnya keluh kesah ini mulai timbul pada usia 6 bulan.
Pemeriksaan fisis
Pucat, bentuk muka mongoloid (facies Cooley), dapat
ditemukan ikterus, gangguan pertumbuhan, splenomegali
dan hepatomegali yang menyebabkan perut membesar.
Diagnosis Thalasemia
Pemeriksaan penunjang
Dilakukan pada : darah tepi dan sumsum
tulang (tidak menentukan diagnosis).
Diagnosis banding
Anemia kurang besi, anemia karena infeksi
menahun, anemia pada keracunan timah
hitam (Pb) dan anemia sideroblastik.
Penatalaksanaan Thalasemia
Medikamentosa
Pemberian iron chelating agent (desferoxamine): diberikan
setelah kadar feritin serum sudah mencapai 1000 mg/l atau
saturasi transferin lebih 50%, atau sekitar 10-20 kali
transfusi darah. Desferoxamine, dosis 25-50 mg/kg berat
badan/hari subkutan melalui pompa infus dalam waktu 812 jam dengan minimal selama 5 hari berturut setiap
selesai transfusi darah.
Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi,
untuk meningkatkan efek kelasi besi.
Penatalaksanaan Thalasemia
Bedah
Splenektomi, dengan indikasi:
o limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi
gerak penderita, menimbulkan peningkatan
tekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya
ruptur
o hipersplenisme ditandai dengan peningkatan
kebutuhan transfusi darah atau kebutuhan
suspensi eritrosit (PRC) melebihi 250 ml/kg berat
badan dalam satu tahun.
Hubungan Thalasemia
Terhadap Sel Darah Merah
Sel darah merah atau eritrosit (bahasa
inggris:
red
blood
cell
(RBC),
erythrocyte) adalah jenis sel darah yang
paling banyak dan berfungsi membawa
oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat
darah dalam hewan bertulang belakang.
Di dalam sel darah merah tidak terdapat
nukleus. Sel darah merah sendiri aktif
selama 120 hari sebelum akhirnya
dihancurkan.
Hipokromia
Hipokromia
adalah
suatu
keadaan dimana konsentrasi
hemoglobin kurang dari normal
sehingga
sentral
akromia
melebar (>1/2 sel). Pada
hipokromia yang berat lingkaran
tepinya sangat tipis disebut
dengan
eritrosit
berbentuk
cincin (anulosit).
Poikilsitosin
Sel Target
Sel Target adalah eritrosit berbentuk tipis atau
ketebalan kurang dari normal dengan bentuk
seperti target ditengah.
Pengaruh Thalasemia
Terhadap Hemoglobin
Hemoglobin adalah suatu
molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri dari 4
subunit. Setiap subunit
mengandung satu bagian
heme yang berkonjugasi
dengan suatu polipeptida.
Heme
adalah
suatu
derivat
porfirin
yang
mengandung besi.
Pengaruh Thalasemia
Terhadap Hemoglobin
Kesimpulan
Thalasemia merupakan penyakit genetik yang
diturunkan secara autosomal resesif. Pada Studi
hematologi terdapat perubahan perubahan struktur
pada sel darah merah penderita thalasemia, diantaranya
yaitu bentuk hipokromia, poikilositosis dan sel target.
Pada talasemia terjadi kelainan pada gen-gen yang
mengatur pembentukan dari rantai globin sehingga
produksinya terganggu. Gangguan dari pembentukan
rantai globin ini akan mengakibatkan kerusakan pada sel
darah merah yang pada akhirnya akan menimbulkan
pecahnya sel darah tersebut.
Daftar Pustaka
Jurnal Penelitian:
Thalasemia. Oleh : Yuki Yunanda. Halaman 1-20. Falkutas Kedokteran Universitas Sumatra
Utara. USU e-Repository2008.
Jurnal Penelitian :
Profil Pertumbuhan, Hemoglobin Pre-transfusi, Kadar Feritin, dan Usia Tulang Anak pada
Thalasemia Mayor. Oleh : Arimbawa Made dan Ariawati Ketut. Halaman : 299-304. Bagian/SMF
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, RSUP Sanglah, Denpasar. Sari
Pediatri, Vol. 13, No. 4, Desember 2011.
Jurnal Penelitian :
Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Selfcare Behavior Pada Anak Usia Sekolah Dengan
Thalasemia Mayor Di RSUPN. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta 2010. Oleh : Indanah, Krisna
Yetti dan Luknis Sabri. Halaman 136-147. STIKES Muhammadiyah Kudus. JIKK Vol. 2, No 2.
Jurnal Penelitian :
Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Hidup Anak Thalasemia Beta Mayor. Oleh :
Sandra Bulan. Halaman 1-73. Universitas Diponegoro Semarang.
Buku :
Biokimia Edisi 4 Volume 1. Oleh Luberty Stryer (Penerjemah : Ahli Bahasa Tim Penerjemah
Bagian Biokimia FKUI). Halaman : 174-175. EGC.
L/O/G/O