Anda di halaman 1dari 25

TOKSIKOLOGI KLINIK

MISRAN LAWANI

PENDAHULUAN
Banyak terjadi kasus keracunan di Indonesia :
....??
Penyebab keracunan sangat bervariasi.
Penyebab keracunan yang sering
diberitakan adalah keracunan yang
diakibatkan oleh makanan.
Pemicu kasus keracunan makanan dapat
dipicu oleh banyak faktor .... ??

PENDAHULUAN
Faktor pemicu :
Semakin bervariasinya bahan makanan yang
dikonsumsi masyarakat
Kondisi ekonomi masyarakat
Rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat
tentang bahan makanan yang mereka konsumsi
Rendahnya kesadaran pihak-pihak produsen makanan
terhadap tingkat keamanan makanan yang mereka
jual/produksi.
Rendahnya tingkat keamanan kerja
Rendahnya pengetahuan dan keterampilan para buruh
pabrik

PENDAHULUAN
Efek toksisitas yang ditimbulkan oleh
keracunan makanan/minuman dapat bersifat
akut atau kronis.
Keracunan akut ditimbulkan oleh bahanbahan beracun yang memiliki toksisitas
yang tinggi,
Dengan kuantitas yang kecil sudah dapat
menimbulkan efek fisiologis yang berat.
Kasus ini umumnya mudah diidentifikasi
dan menjadi perhatian masyarakat.

PENDAHULUAN
Sebaliknya keracunan yang bersifat kronis
efek toksisitasnya baru dapat terlihat atau
teridentifikasi dalam waktu yang lama
Umumnya tidak disadari dan tidak
mendapat perhatian
Peningkatan yang berarti terhadap jumlah
penderita penyakit yang dapat dipicu oleh
pengaruh bahan beracun seperti tumor
(kanker), gangguan enzimatik, gangguan
metabolisme, gangguan sistem syaraf, etc.

PENDAHULUAN
Akibat dari penggunaan berbagai jenis
bahan kimia yang bersifat toksis dalam
makanan yang dikonsumsi masyarakat.
Bebagai jenis bahan tambahan yang
bukan diperuntukkan penggunaannya pada
makanan dan minuman
Penggunaan: pengawet (seperti formalin dan
boraks), zat warna tekstil, bahan pemanis
buatan yang tergolong bahan beracun,
dalam makanan dan minuman.

PENDAHULUAN
Diantisipasi oleh pihak-pihak yang
berwewenang dengan melakukan upayaupaya sistematis dan terencana
Dalam bentuk penyadaran masyarakat
(public awarenes), membatasi peredaran
dan penggunaan bahan-bahan tersebut
dalam produksi makanan/minuman,

PENDAHULUAN
Memberikan sangsi hukum yang berat bagi
pihak-pihak yang dengan sengaja mencari
keuntungan melalui penggunaan dan
perdagangan bahan-bahan tersebut secara
illegal
Instoksikasi sering menunjukkan suatu
gejala klinis yang tidak jelas
Simtome yang serupa (akibat keracunan)
sering juga diakibatkan oleh berbagai
penyakit lainnya.

PENDAHULUAN
Contoh: keluhan pusing-pusing, mual
muntah, cemas ditunjukkan keracunan
diakibatkan oleh histamin (produk ikan tuna)
dapat juga ditunjukkan pada penyakit
tekanan darah tinggi.
Kedua kasus ini berimplikasi pada terapi
berbeda.

PENDAHULUAN
Contoh: Keracunan yang diakibatkan oleh
narkotika dan juga psikotropika antidepresiva
Simtome klinis yang ditunjukkan akan
bervariasi tergatung pada tingkat
instoksikasinya, dari depresi saluran
pernafasan sampai pingsan koma
dibarengi dengan udema paru-paru

PENDAHULUAN
Dalam upaya memberikan pelayanan terapi
intoksikasi yang terarah dan tepat
diperlukan Analisis Toksikologi.
Tujuan dari analisis ini berbeda dengan
analisis toksikologi forensik, melainkan
untuk kepentingan klinis,
Bidang kerja toksikologi ini disebut dengan
toksikologi klinik.

MAKNA ANALISIS TOKSIKOLOGI KLINIK


Hasil analisis toksikologi dapat memastikan
diagnose klinis
Diagnose ini dapat dijadikan dasar dalam
melakukan terapi yang cepat dan tepat, serta
lebih terarah, sehingga ancaman kegagalan
pengobatan (kematian) dapat dihindarkan.
Menurut Clarmann (1987): Dua jalan paralel
yang diperhatikan dalam menegakkan
diagnose dari suatu kasus keracunan

MAKNA ANALISIS TOKSIKOLOGI KLINIK


Melalui gejala-gejala klinis dan melalui
analisis racun (toksikologi analitik)
Gejala klinis :
Simtome: Diamati oleh manusia dengan menggunakan
panca indranya (umumnya dijadikan dasar dalam
memberikan pertolongan pertaman pada keracunan).
Gambaran klinis: Diperlukan alat-alat laboratorium
tertentu
Proses: Informasi proses keracunan dan gejala klinis
yang ditimbulkan (diamati sediri oleh dokter atau
diperoleh dari informasi pasien atau pendampingnya)

MAKNA ANALISIS TOKSIKOLOGI KLINIK


Melalui proses diagnose akan diperoleh
diagnose yang spesifik dan terarah
Diagnose ini merupakan diagonose akhir
pada kasus keracunan.
Pengalaman Clarmann : sekitar 20% dari
kasus instoksikasi, diagnose akhir
ditegakkan melalui hasil analisis toksikologi
(satu dari setiap lima kasus keracunan
adalah salah diagnose jika diagnose hanya
didasarkan pada gejala klinis saja)

MAKNA ANALISIS TOKSIKOLOGI KLINIK


Analisis toksikologi klinik dapat berupa
analisis kualitatif maupun kuantitatif.
Hasil analisis kualitatif dapat dipastikan
bahwa kasus keracunan adalah memang
benar diakibatkan oleh instoksikasi.
Hasil analisis kuantitatif dapat diperoleh
informasi tingkat toksisitas pasien.

MAKNA ANALISIS TOKSIKOLOGI KLINIK


Diperlukan interpretasi konsentrasi toksikan,
baik di darah maupun di urin, yang lebih
seksama.
Untuk mengetahui tepatnya tingkat
toksisitas pasien, biasanya diperlukan
analisis toksikan yang berulang baik dari
darah maupun urin.
Dari perubahan konsentrasi di darah akan
diperoleh gambaran apakah toksisitas pada
fase eksposisi atau sudah dalam fase
eleminiasi.

MAKNA ANALISIS TOKSIKOLOGI KLINIK


Manfaat analisis toksikologi klinik :
1. Indentifikasi awal yang cepat, sebagai
pendahuluan sebelum melakukan terapi yang
spesifik dan terarah,
2. Untuk mengontrol keberhasilan dan efek dari
penegakan terapi instoksikasi,
3. Untuk memastikan atau menjamin diagnose
klinis.
Note : Selain manfaat klinis (terapi instoksifikasi) analisis
toksikologi klinik dapat mempunyai makna yang
besar dalam penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan.

TUJUAN ANALISIS TOKSIKOLOGI KLINIK


Mendeteksi dan mengidentifikasi toksikan
yang terlibat
Menentukan kadar toksikan dan metabolitnya
Bersama dengan dokter dan toksikolog
klinik melakukan interpretasi temuan
analisis dan data-data klinis, guna
menyusun diagnose akhir.

SISTEMATIKA ANALISIS TOKSIKOLOGI KLINIK

Pemeriksaan toksikologi yang sistematis


adalah merupakan suatu keharusan dalam
melakukan analisis toksikologi, jika terdapat
dugaan keracunan tetapi tidak terdapat
informasi yang tepat tentang toksikan
sebagai penyebabnya.
Menurut Gibitz (1995) mengelompokkan
langkah analisis menjadi dua tahap, yaitu
tahap analisis pendahuluan dan analisis
lanjutan.

SISTEMATIKA ANALISIS TOKSIKOLOGI KLINIK


Tahap analisis pendahuluan adalah analisis yang
cepat dan tepat, merupakan analisis kualitatif,
yang merupakan orientasi mencari dugaan
penyebab instoksikasi.
Uji ini seharusnya dikerjakan di rumah sakit
pada saat pada saat awal pasien diterima.
Analisis pendahuluan ini dapat berupa tes / rekasi
warna, terhadap toksikan yang terdapat dalam
materi biologi (darah, urin, cucian lambung), sisa
tablet atau makanan.

SISTEMATIKA ANALISIS TOKSIKOLOGI KLINIK


Belakangan ini telah berkembang dengan pesat
metode uji penapisan yang lebih sederhana dalam
pengerjaannya dan memberikan hasil yang lebih
spesifik dibandingkan rekasi warna, yaitu metode
immunokimia immunoassay.
Pemeriksaan gas dari buangan pernapasan juga
dikelompokkan dalam tahap ini.
Seperti pada kasus keracunan alkohol dan
sianida.

EVALUASI HASIL ANALISIS TOKSIKOLOGI KLINIK


Hasil analisis haruslah valid dan sahih.
Untuk itu haruslah dikenali sumber-sumber yang
mungkin memberikan kesalahan analisis.
Ada tiga tingkat yang dapat sebagai sumber
kesalahan dalam analisis toksikologi, yaitu tataran
teknis, tataran biologis dan tataran nosologi
(pengelompokan penyakit).
Dalam tataran teknis kesalahan analisis dapat
muncul akibat masalah teknis, seperti prosedur
analisis, metode analisis, akurasi dan presisi dari
intrumentasi analisis.

EVALUASI HASIL ANALISIS TOKSIKOLOGI KLINIK


Kesalahan yang mungkin ditimbulkan dari tataran
biologis adalah akibat besarnya variasi materi
biologis dari sampel toksikologi, waktu
pengambilan sampel.
Untuk memahami kesalahan-kesalah yang
berpengaruh dari tataran biologis, maka sangat
dituntut pemahaman terhadap sifat formakokinetik,
metabolisme toksikan.

KOMPETENSI YANG DIBUTUHKAN DALAM


PENYELENGGARAAN ANALISIS TOKSIKOLOGI KLINIK

penguasaan kimia analisis, yaitu penguasaan


pengopreasian instrumentasi analisis, dari
preparasi sampel, penyiapan prosedur analisis,
sampai validasi hasil analisis;
Penguasaan farmakologi dan toksikologi klinik;
Penguasaan farmakokinetik klinik dan
metabolisme obat,
Kemampuan kimia klinik.

TERIMA KASIH
ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai