Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zakat merupakan jumlah harta yang wajib dikeluarkan oleh orang Islam
dan diserahkan kepada orang yang berhak (fakir miskin dan sebagainya). Zakat
dikeluarkan menurut ketentuan yang sudah ditetapkan oleh hukum islam.
Sebagaimana Q.S Al-Baqaroh Ayat 43:
      

Artinya: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-
orang yang ruku'.

Oleh karena itu hukum Zakat adalah Wajib (fardhu) bagi setiap muslim
yang sudah memenuhi syarat-syarat tertentu, kedudukan Zakat sama dengan
ibadah lainnya seperti shalat, puasa, dan haji yang diatur secara rinci
berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Namun saat ini masih ada orang Muslim yang masih belum membayar
Zakat atas harta yang dimilikinya. Ini disebabkan karena masih kurangnya
pengetahuan dan pengertian mereka tentang Zakat itu sendiri, khususnya
tentang pembayaran Zakat secara online. Sebagian dari mereka belum mengerti
apa saja, kapan, dan kemana hendak menyalurkan Zakatnya.
Kemajuan dunia teknologi informasi atau yang disebut dengan IT
(Information Technology) saat ini berkembang dengan pesat seiring dengan
perkembangan kebutuhan manusia. Teknologi informasi yang handal akan
memudahkan manusia dalam mendapatkan segala macam informasi yang
diinginkan dan dibutuhkan dengan cepat, mudah dan efisien.
Internet merupakan salah satu contoh kemajuan dalam bidang teknologi
informasi yang dapat mewujudkan hal tersebut. Internet merupakan suatu
teknologi yang didalamnya terdapat berbagai macam sumber informasi yang
tidak terbatas, yang dapat diakses oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun
selama masih terhubung dengan Internet.

1
2

Layanan pembayaran Zakat berbasis web merupakan salah satu aplikasi


Internet yang memberikan layanan informasi mengenai pembayaran dan
perhitungan Zakat secara online serta informasi lain yang berhubungan dengan
Zakat dengan memanfaatkan teknologi Internet.
pelaksanaan zakat secara online sebetulnya ini sangat membantu
masyarakat agar lebih mudah menyalurkan dana zakatnya sehingga tidak perlu
lagi untuk bertatap muka atau membayarnya secara langsung. Namun pada
kenyataannya pelaksanaan zakat online tidak semulus yang diharapkan
masyarakatpun menunjukan pro dan kontra mengenai pembayaran zakat
online, ada yang beranggapan bahwa ketika membayarkan zakatnya secara
online dan tidak terjadi akad antara muzakki dan amil dikhawatirkan mengenai
keabsahan zakat tersebut sehingga membuat masyarakat ragu untuk
membayarkan zakatnya via online. Namun, beberapa masyarakat juga ada yang
setuju mengenai pembayaran zakat online karena memudahkan dalam
prosesnya sehingga masyarakat yang sibuk dalam pekerjaannya bisa langsung
mentransfer dananya untuk membayar zakat dan bisa menunaikan perintah
Allah SWT sesuai dengan rukun Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut, yaitu:
1. Apa pengertian Zakat Online?
2. Bagaimana pandangan ulama’ mengenai hukum Pembayaran Zakat melalui
Online?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan Risalah dengan judul Pembayaran Zakat melalui
Online adalah:
1. Untuk menjelaskan pengertian Zakat Online
2. Untuk Mengetahui pandangan Ulama beserta hukum Pembayaran Zakat
melalui Online.
3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat Fitrah Online
1. Pengertian Zakat Fitrah
Kata zakat secara bahasa mempunyai arti bertambah, berkah dan
bertambahnya kebaikan. Dan kadang juga bermakna menyucikan, Sedangkan
menurut istilah zakat merupakan sebuah nama bagi suatu harta tertentu yang
wajib diberikan kepada golongan tertentu dengan syarat-syarat tertentu pula, 1
dan kadang kata zakat diucapkan untuk makna suci, sebagaimana Allah
Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
    
Artinya: "(Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikannya) yakni
menyucikan jiwanya dari dosa-dosa." (QS. Asy-Syams [91] : 9)

Dan Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


    
Artinya: "(Sesungguhnya beruntunglah) atau mendapat keberuntungan (orang
yang membersihkan diri) dengan cara beriman." (QS. Al-A'la [87] :
14)

Zakat menurut syariat adalah hak yang wajib pada harta. Malikiyah
memberikan definisi bahwa zakat adalah mengeluarkan sebagian tertentu dari
harta tertentu yang telah sampai nishab kepada orang yang berhak menerima,
jika kepemilikan, haul (genap satu tahun) telah sempurna selain barang
tambang, tanaman dan harta temuan.
Hanafiyah memberikan definisi bahwa zakat adalah pemberian hak
kepemilikan atas sebagian harta tertentu dari harta tertentu kepada orang
tertentu yang telah ditentukan oleh syariat, semata-mata karena Allah. Kata
pemberian hak kepemilikan, tidak masuk di dalamnya sesuatu yang hukumnya
1
Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiah Bujairomi Ala Al-Khotib/ Tuhfatul habib ala syarhil
khotib, (Beirut: Dar A-Fikr), Jilid 2, 312
4

boleh. Oleh karena itu, jika seseorang memberi makan anak yatim dengan niat
zakat, maka tidak cukup dianggap sebagai zakat. Kecuali jika orang tersebut
menyerahkan makanan kepada anak yatim itu, sebagaimana jika orang tersebut
memberi pakaian pada anak yatim. Hal itu dengan syarat si anak yatim
memahami dengan baik penerimaan barang.
Syafi'iyah memberikan definisi bahwa zakat adalah nama untuk barang
yang dikeluarkan untuk harta atau badan (diri manusia untuk zakat fitrah)
kepada pihak tertentu.
Definisi zakat menurut Hanabilah adalah hak yang wajib pada harta
tertentu kepada kelompok tertentu pada waktu tertentu.
Dengan demikian, jelas bahwa zakat dalam definisi para fuqaha (ulama
fikih) digunakan untuk perbuatan pemberian zakat itu sendiri. Artinya
memberikan hak yang wajib pada harta. Zakat dalam ‘urf fuqaha atau sesuatu
yang dikenal oleh ulama fikih digunakan juga untuk pengertian bagian tertentu
dari harta yang telah ditetapkan oleh Allah sebagai hak orang-orang fakir. Zakat
dinamakan shadaqah karena menunjukkan kejujuran hamba dalam beribadah
dan taat kepada Allah.2
Zakat fitrah dapat diartikan sebagai cabang zakat yang wajib
ditunaikan oleh tiap umat Islam dengan membayar makanan pokok seberat satu
sha' pada bulan Ramadan. Disebutkan bahwa zakat fitrah merupakan istilah
yang belum pernah digunakan pada masa pra-Islam. Oleh karenanya, zakat
fitrah ini tergolong khususiyah bagi umat Rasulullah Saw.3
2. Dasar Hukum Zakat Fitrah
Perlu diketahui bahwa sesungguhnya kewajiban zakat ditetapkan oleh
beberapa ayat al-Qur’an, di antaranya adalah firman Allah:

2
Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami Wa ‘Adilatuhu, (Beirut: Dar Al-Fikr, Cet Ke-3,
1409 H/1989 M), Jilid 2, 729-730.
3
Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiah Bujairomi Ala Al-Khotib/ Tuhfatul Habib Ala
Syarhil Khotib, (Beirut: Dar Al-Fikri), Jilid 2, 348.
5

       


          
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat tersebut
engkau membersihkan dan mensucikan mereka” (QS. At-Taubah [9]:
103)

Dan firman Allah:


      

Artinya: “Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah bersama dengan
orang-orang yang ruku’.” (QS. Al-Baqarah [2]: 43)

Kemudian dari ayat-ayat ini terbentuklah ijma’ ulama’ terkait hukum


wajib zakat.4
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
         
          
    
Artinya: "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam);
(sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia
menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah)
agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui," (QS.
Ar-Rum [30]: Ayat 30)

Nabi Muhammad SAW bersabda:


‫ فرض رسول هللا صلى هللا عليه وسلم زكاة الفطر‬:‫ هللا عنهما قال‬f‫عن ابن عمر رضي‬
‫ والكبير من‬f‫ والذكر واألنثى والصغير‬f‫صاعا من تمر أو صاعا من شعير على العبد والحر‬
‫ وأمر بها أن تؤدى قبل خروج الناس إلى الصالة‬.‫المسلمين‬.
Artinya: Dari Ibnu Umar Ra, beliau berkata: Nabi Saw mewajibkan zakat fitrah
sebanyak satu sha' kurma atau satu sha’ gandum kepada setiap muslim
laki-laki dan perempuan, baik anak-anak ataupun dewasa, merdeka
atau budak dan Nabi memerintahkan agar zakat ditunaikan sebelum
manusia selesai melaksanakan shalat (‘idul fitri).
4
Ibrahim Al-Bajuri, Hasyiyah Al-Bajuri ‘Ala Syarh Ibnu Qasim, (Mesir: Maktabah
Asy- Syuruq Ad-Dauliyah, Cet, Pertama, 2010), Jilid 1, 129.
6

‫ فرض رسول هللا صلى هللا عليه وسلم زكاة الفطر‬:‫عن ابن عباس رضي هللا عنهما قال‬
‫ فمن أداها قبل الصالة فهي زكاة‬،‫ وطعمة للمساكين‬f‫طهرة للصائم من اللغو والرفث‬
‫ ومن أداها بعد الصالة فهي صدقة من الصدقات‬،‫مقبولة‬.
Artinya: Dari sahabat Ibnu Abbas Ra, beliau berkata: "Rasulullah Saw
mewajibkan zakat fitrah untuk mensucikan orang yang berpuasa dari
senda gurau dan ucapan keji, dan sebagai sarana memberi makanan
orang miskin. Barangsiapa yang menunaikannya sebelum salat Id,
maka zakatnya diterima. Dan barangsiapa yang menunaikannya setelah
salat ‘id, maka terhitung sedekah biasa"

3. Syarat Wajib dan Syarat Sah Zakat


a. Syarat wajib zakat fitrah:
1) Islam
Orang yang wajib membayar zakat fitrah adalah orang Islam atau non
Muslim yang memiliki tanggungan budak atau kerabat yang beragama
Islam, Non muslim di dunia memang tidak diwajibkan membayar zakat
fitrah karena fungsi zakat fitrah adalah untuk membersihkan diri,
sedangkan non muslim bukan seseorang yang bisa membersihkan dirinya
dengan zakat.
2) Terbenamnya matahari pada hari terakhir bulan ramadan.
Waktu wajib untuk membayar zakat fitrah adalah setelah matahari
terbenam pada hari terakhir bulan Ramadan. Dihukumi wajib (dari segi
waktu sebab telah memenuhi dua unsur, yakni bagian akhir bulan
Ramadan dan bagian awal bulan Syawal. Oleh karenanya, kewajiban ini
disandarkan pada bulan Syawal dan Ramadan tadi agar tidak
menimbulkan unsur subyektifitas.5
3) Adanya harta lebih yang bisa digunakan zakat.

5
Abu Bakar Ustman Bin Muhammad Syatho, I’anah Atholibin Ala Halli Al-Fadzi
Fathi Al- Mu'in, (Beirut: Dar Alkutub Al'alamiyah, 2012), Jilid 2. 280.
7

Adanya harta lebih yang bisa digunakan zakat maksudnya seseorang


masih memiliki cadangan bahan pangan yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan keluarga dan budaknya sejak hari Idul fitri sampai malam
harinya. Juga disyaratkan melebihi kebutuhan tempat tinggal dan pelayan
yang bertugas mengurus dirinya atau keluarganya.6
4) Merdeka
Seorang budak tidak wajib mengeluarkan zakat fitrah baik untuk dirinya
sendiri atau orang lain.7 Ini karena selain budak mukatab (budak yang
melakukan akad cicilan untuk menebus diri) tidak memiliki otoritas hak
milik. Sedang alasan tidak wajibnya budak mukatab karena hak milikinya
bersifat lemah.
b. Syarat Sah Zakat Fitrah
1) Niat
Para fuqaha bersepakat bahwasanya niat adalah salah satu syarat
membayar zakat, demi membedakan dari kafarat dan sedekah yang lain.8
Karena, dari Umar bin Khathab, bahwasanya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
‫إنما األعمال بنية‬
Artinya: "Sesungguhnya semua amal adalah tergantung niat."
Pembayaran zakat adalah termasuk amal. Zakat adalah ibadah seperti
shalat, maka membutuhkan niat untuk membedakan fardhu dari sunnah.
2) Memberikan kepemilikan.
Disyaratkan pemberian hak kepemilikan demi keabsahan pelaksanaan
zakat. Yakni, dengan memberikan zakat kepada orang-orang yang berhak.
4. Mustahik Zakat Fitrah
6
Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiyah Bujairomi Alal Khotib/ Tuhfatul Habib Ala Syarhil
Khotib, (Beirut: Dar Al-Fikr) Jilid 2, 328
7
Syamsuddin Muhammad Bin Ahmad As-Syarbini, Al-Iqna Fi Hal Alfadzi Abi Syuja',
(Beirut: Dar Al-Fikri), Jilid 1, 210.
8
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqhul Islam Wa Adillatuhu, (Beirut: Dar Al-Fikr, Cet Ke-3,
1409 H/1989 M), Jilid 2, 750.
8

Ada 8 golongan yang berhak menerima zakat mustahiq (orang yang


berhak menerima zakat) baik zakat fitrah atau zakat harta, yaitu sesuai dengan
firman Allah SWT :
    
     
           
 
Artinya: "Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang
miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk
(memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang
berutang, untuk jalan Allah, dan untuk orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui,
Maha Bijaksana." (QS. At-Taubah [9]: Ayat 60).

Delapan golongan yang berhak menerima zakat sesuai ayat di atas,


yaitu sebagaimana penjelasan berikut ini:
a. Orang-orang Fakir
Orang fakir adalah orang yang memiliki harta dan pekerjaan, namun hanya
cukup memenuhi kebutuhan makan dalam sehari, sedangkan miskin adalah
orang yang tidak memiliki apapun untuk mencukupi kebutuhan sehari-
harinya.9
b. Orang-orang Miskin
Orang miskin yang berhak menerima zakat ialah orang yang memiliki
pekerjaan yang layak tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Contoh:
Seseorang memiliki penghasilan 30.000, padahal kebutuhannya 50.000.
c. Amil Zakat
Amil zakat ialah seseorang yang ditugaskan oleh imam untuk
mengumpulkan dan membagikan zakat pada mustahik zakat yang lain. Dia
berhak menerima zakat ketika dia tidak diberi upah dari baitulmal (meskipun

9
Ali Bin Ahmad Al-Jurjawi, Hikmatus Tasyri Wal Falsafah Lil Jarjawi, (Beirut: Dar
Al- Fikr), 121.
9

dia orang kaya). Apabila telah diberi upah dari baitulmal, maka tidak berhak
mendapatkan zakat.10
Yang dimaksud amil seperti:
1) Sa'i yaitu orang yang bertugas mengambil harta zakat dari orang-orang
yang membayar zakat,
2) Katib yaitu orang yang menulis harta zakat yang diberikan oleh pemberi,
3) Qosim yaitu orang yang membagikan harta zakat kepada para mustahik,
4) Hasyir atau orang yang mengumpulkan para pengeluar zakat atau para
mustahiknya, bukan qodhi dan wali.11
d. Muallaf
Muallaf ialah orang yang baru masuk Islam. Disebut mualaf karena
golongan ini masih lemah niat dan keimanannya terhadap Islam. Oleh karena
itu, dikuatkan hatinya dengan memberikan zakat kepada mereka.
e. Riqab (Budak)
Budak yang berhak menerima zakat adalah budak mukatab, yaitu budak
yang sedang melakukan perjanjian dengan tuannya untuk membayar
sejumlah uang sebagai tebusan atas dirinya agar merdeka.
f. Gharim (orang yang terlilit hutang)
Gharim ialah orang yang terbebani hutang dan tidak mampu untuk
melunasinya. Zakat yang diberikan berupa harta untuk melunasi hutangnya
dan memenuhi kebutuhan primer. Syarat gharim yang berhak menerima
zakat ialah dia berhutang karena kemaslahat, bukan karena maksiat. Jika
orang tersebut berhutang karena maksiat, maka dia harus bertaubat terlebih
dahulu.
g. Sabilillah (orang yang berjuang dijalan Allah)

10
Muhyiddin Yahya Bin Syaraf An-Nawawi, Majmu Syarahul Muhadzzab, (Beirut:
Dar Al- Fikr), Jilid 6, 193.
11
Muhammad Nawawi Bin Umar Al-Jawi, Kasyifah As-Saja, (Jakarta: Dar Al-Kutub
Al- Islamiyah, 2008), 16.
10

Adapun yang termasuk dalam golongan ini ialah para pasukan perang
muslim yang dengan sukarela ikut berjihad dijalan Allah Swt demi membela
Islam, sedangkan orang tersebut tidak mendapatkan imbalan apapun dari
masyarakat ataupun dari baitul mal. Oleh karena itu, mereka berhak
mendapatkan zakat berupa harta untuk memenuhi kebutuhannya, dan
kebutuhan orang yang wajib dinafkahinya. Jika dia sedang berada di medan
perang, maka ditunggu sampai dia kembali meskipun membutuhkan waktu
yang lama untuk kembali. Zakat ini tetap boleh diberikan kepada sabilillah
walaupun dia adalah orang kaya.12
h. Ibnu Sabil (Orang yang sedang dalam perjalanan)
Ibnu Sabil ialah musafir yang bepergiannya tidak bertujuan untuk maksiat,
dan ketika bepergian dia mengalami kesulitan, sehingga tidak dapat kembali
ke negaranya. Oleh karena itu, dia berhak mendapatkan zakat secukupnya
yang dapat digunakan untuk pulang ke kampung halamannya, berupa
nafkah, kendaraan atau bekal. Tetap disebut Ibnu sabil walaupun dia
memiliki harta di kampung halamannya. Jika seseorang bepergian dengan
tujuan maksiat, maka tidak berhak mendapatkan zakat, kecuali jika dia telah
bertaubat dengan benar.13
Demikianlah delapan golongan yang berhak diberi zakat. Oleh karena
itu, tidak boleh memberi zakat pada selain delapan golongan yang telah
dijelaskan tersebut.
Wajib hukumnya meratakan pembagian terhadap delapan golongan
orang yang wajib diberi zakat sesuai dengan bagian yang telah ditentukan.
Imam atau yang mewakili harus membagi harta zakat dan menemukan orang-
orang yang berhak menerima zakat, jika memungkinkan karena telah memenuhi
kriteria secara lahir. Namun, jika tidak mungkin melakukan hal tersebut, maka
12
Musthafa Dib Al-Bugho, Musthafa Al-Khin, Ali As-Syarbaji, Al-Fiqh Manhaj Ala
Mazdhab Imam Syafii, (Darul Qolam), Jilid 2, 62.
13
Hasan Bin Ahmad Bin Muhammad Al-Kaf, At-Taqrirot As-Sadidah, (Dar Al-Mirots
An- Nubuwiyah), 425.
11

wajib bagi yang memiliki harta untuk membaginya sendiri karena tidak ada
amil zakat yang ditugaskan. Jika pemilik harta hanya menemukan sebagian dari
delapan golongan tersebut, maka zakatnya harus diberikan kepada sebagian
golongan yang telah ditemukan tersebut dan meratakan pembagiannya.
Dan wajib bagi imam maupun pemilik harta untuk meratakan zakat
kepada setiap golongan yang telah disebutkan jika setiap golongan tersebut
telah terdeteksi dan zakatnya mencukupi Jika tidak terdeteksi, atau terdeteksi
namun zakatnya tidak mencukupi, maka seorang imam atau pemilik boleh
meratakan zakat pada 3 golongan saja.14
Para fuqaha sepakat bahwa orang-orang yang berhak mengambil zakat
fitrah adalah orang-orang yang berhak mengambil zakat yang diwajibkan
lainnya. Karena zakat fitrah adalah zakat, maka objek pendistribusiannya
adalah sebagaimana objek pendistribusian zakat-zakat yang lain. Karena zakat
fitrah termasuk sedekah maka masuk dalam kategori yang disebutkan dalam
ayat 60 surah at-Taubah.
Dan tidak boleh membayarkan zakat fitrah kepada orang yang tidak
boleh diberikan pada zakat mal. Menurut jumhur Malikiyah, Syafi'iyah, dan
Hanabilah tidak boleh membayarkannya kepada kafir dzimmi yaitu orang non
muslim merdeka yang hidup dalam negara islam,yang sebagai balasan karena
membayar pajak perorangan, menerima perlindungan dan keamanan. Karena,
itu adalah zakat tidak sah diberikan kepada selain kaum muslim, seperti zakat
mal. Tidak ada perbedaan pendapat bahwa zakat mal tidak boleh diberikan
kepada selain kaum Muslim. Ibnul Mundzir berkata, Para ulama berijma bahwa
tidak sah memberikan zakat mal kepada seorang ahli dzimmah.
Hanafiyyah berkata, zakat fitrah seperti halnya zakat yang lain dalam
hal objek pendistribusiannya dan keadaannya. Kecuali dalam masalah bolehnya
memberikannya kepada kafir dzimmi, namun itu makruh dan tidak gugur

14
Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiyah Bujairomi Ala Al-Khotib, (Beirut: Dar Al-Fikr),
Jilid 2, 386.
12

dengan hilangnya harta. Akan tetapi, fatwa yang dipakai adalah perkataan Abu
Yusuf yaitu tidak boleh memberikannya kepada orang kafir dzimmi, seperti
zakat mal.
Berdasarkan hal itu, maka menurut kesepakatan para fuqaha, zakat
fitrah diberikan kepada setiap orang merdeka Muslim yang fakir bukan
keturunan Bani Hasyim karena mulia dan bersihnya dari kotoran harta manusia.
Akan tetapi untuk masa sekarang ini, zakat boleh diberikan kepada Bani
Hasyim karena mereka tidak lagi mendapatkan jatah dari baitul mal.15
Boleh seseorang itu memberikan zakat fitrah kepada kerabatnya yang
boleh diberi zakat mal. Zakat fitrah tidak boleh diberikan kepada orang kaya,
kerabat yang wajib dinafkahi dan orang yang dilarang mengambil zakat mal.
Dan boleh memberikannya kepada delapan golongan yang telah disebutkan di
dalam ayat 60 surah at-Taubah. Karena zakat fitrah juga merupakan sedekah,
maka itu menyerupai zakat mal.
Madzhab Syafi'i yang zhahir adalah wajib memberikan zakat fitrah
kepada delapan golongan tersebut. Ada kesulitan dalam hal itu. Oleh
karenanya, sebagian Syafi'iyah memilih untuk memberikannya kepada satu
golongan saja. Dan tidak apa-apa untuk mengikuti pendapat tersebut di zaman
kita sekarang ini, sebagaimana dikatakan oleh al-Bajuri. Sebagian dari mereka
berkata, Seandainya Syafi'i masih hidup sekarang pastilah dia akan berfatwa
dengan itu.
Para fuqaha membolehkan membayar satu sha' kepada orang-orang
miskin untuk dibagi di antara mereka. Selain Syafi'i membolehkan membayar
beberapa sha' untuk satu orang fakir dan setiap orang membayar zakat fitrahnya
kepada satu orang miskin atau beberapa orang miskin. Maksudnya, bahwa
jumhur membolehkan memberikan sedekah orang banyak kepada satu orang
miskin. Akan tetapi, tidak ada perbedaan di kalangan fuqaha memberikan

15
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqhul Islam Wa Adillatuhu, (Beirut: Dar Al-Fikr, Cet Ke-3,
1409 H/1989 M), Jilid 2, 912-913.
13

banyak orang dengan zakat satu orang. Karena, dia telah memberikan
sedekahnya kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Maka, dia terbebas
darinya sebagaimana jika dia memberikanya kepada satu orang saja.
Adapun memberi satu orang dengan sedekah banyak orang, Syafi'i
mewajibkan untuk membagi sedekah tersebut menjadi enam golongan. Dan
memberikan setiap bagian satu golongan kepada tiga orang di antara mereka,
sebagaimana disebutkan dalam pokok distribusi zakat. Yang rajih adalah
pendapat jumhur. karena itu adalah sedekah untuk orang yang tidak ditentukan.
Oleh sebab itu, satu orang boleh mengambil zakat lebih dari satu orang.
Dan dalam zakat pendistribusian kepada delapan golongan tersebut
secara merata ada beberapa pendapat diantaranya:
1. Imam Malik dan Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa penguasa boleh
mengkhususkan penerimaan zakat kepada satu golongan saja atau lebih
apabila situasi dan kondisinya menuntut demikian.
2. Imam Syafi’i berpendapat bahwa zakat tidak boleh diserahkan kepada
golongan tertentu, namun harus dibayarkan kepada delapan golongan secara
menyeluruh seperti yang disebutkan oleh Allah dalam ayat 60 surah at-
Taubah.
Sebab terjadinya perbedaan pendapat karna adanya pertentangan
pemahaman antara lafaz dan makna. Dari segi lafaz dipahami bahwa zakat
dibagikan kepada delapan golongan tersebut secara menyeluruh. Dari segi
makna dipahami bahwa zakat diberikan kepada mereka yang membutuhkan,
sedangkan penyebutan delapan golongan dalam ayat Al-Qur'an hanya untuk
membedakan jenis-jenis golongan, bukan untuk mengharuskan agar diberi
semuanya. Pendapat pertama lebih tepat secara tekstual, sedangkan pendapat
kedua lebih tepat secara kontekstual.16
5. Zakat Online

16
Muhammad Ibn Ahmad Ibn Rusyd, Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid,
(Libanon: Bait Al-Afkar Ad-Dauliyah, 2009), 315.
14

Zakat online merupakan suatu proses pembayaran zakat melalui


bantuan sistem digital atau online, yang dimana muzakki tidak bertemu
langsung dengan amil zakat dalam melakukan pembayaran zakat. Salah Satu
Praktek Zakat Fitrah secara Online yaitu dengan layanan pembayaran Zakat
BAZNAS.
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan
satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden
RI No. 8 Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan
menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional. Lahirnya
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat semakin
mengukuhkan peran BAZNAS sebagai lembaga yang berwenang melakukan
pengelolaan zakat secara nasional. Dalam UU tersebut, BAZNAS dinyatakan
sebagai lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan
bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama.
Dengan demikian, BAZNAS bersama Pemerintah bertanggung jawab
untuk mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan: syariat Islam, amanah,
kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.17
Dan BAZNAS sendiri sudah memiliki website yaitu dengan alamat
https://baznas.go.id/bayarzakat (seperti Gambar 1) dan sejak tahun 2012 sudah
memiliki sistem zakat online untuk para muzakki, layanan online yang
diberikan kepada muzakki dan dapat diakses dari halaman depan website
BAZNAS.

17
https://baznas.go.id/profil 12/01/2023
15

(Gambar 1)
Berikut ini, saya akan menguraikan langkah-langkah menggunakan
layanan zakat online melalui Baznas :
a. Masuk ke web Baznas di https://baznas.go.id/bayarzakat. (Gambar1.)
b. Lalu klik tulisan “Bayar Zakat”.
c. Kemudian akan muncul format yang harus calon muzaki isi, lalu pilih jenis
Zakat yang ingin dibayar seperti Zakat Fitrah.

(Gambar 2)
d. Lalu pilih jumlah jiwa yang ingin dizakati, perjiwa dikenakan zakat Fitrah
sebesar Rp40.000,-/hari/jiwa. Berdasarkan SK Ketua BAZNAS No. 7 Tahun
2021 tentang Zakat Fitrah dan Fidyah untuk wilayah Ibukota DKI Jakarta
Raya dan Sekitarnya, ditetapkan bahwa nilai zakat fitrah setara dengan uang
sebesar Rp40.000,-/hari/jiwa.
e. kemudian calon muzaki wajib memasukan data pribadi dengan benar seperti
jenis sapaan, nama lengkap, nomor handphone dan alamat email.
f. Setelah selesai input data diri, lalu klik “Lanjut ke Pembayaran”.
16

g. Setelah itu akan muncul pilihan metode pembayaran. Pilih metode yang akan
kita gunakan. (Gambar 3.)

(Gambar 3)
h. Dalam melakukan pembayaran zakat melalui BAZNAS, para muzaki dapat
melakukan beberapa metode yaitu antara lain:
1) Online Payment pembayaran melalui saldo digital
2) Over The Counter pembayaran di kasir dengan kode pembayaran
3) Bill Payment yaitu verifikasi otomatis
4) Virtual Account
5) Kartu Kredit
6) PayPal pembayaran menggunakan akun PayPal
i. Selanjutnya sebelum calon muzaki mengklik “Bayar”, calon muzaki
dipersilahkan untuk membaca niat zakat terlebih dahulu. (Gambar 4.)
17

(Gambar 4)
j. Setelah selesai calon muzaki lalu mendapatkan kode sesuai metode
pembayaran yang dipilih, lalu tinggal melakukan pembayan sesuai metode
pembayan yang telah dipilih.
k. Lalu nanti ada pemberitahuan konfirmasi dari BAZNAS melalui nomer
hanphone atau alamat email yang telah didaftarkan.
l. Dan selesai sudah muzaki menunaikan zakat melalui Baznas online.

Anda mungkin juga menyukai