Anda di halaman 1dari 20

PELURUHAN ALFA, BETA DAN GAMMA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika Inti


Dosen Pengampu Ibu Dr. Budi Astuti, M.sc.

Disusun Oleh:
Kelompok 1
1. Wahidatus Solihah (4201415055)
2. Febri Heni Masfufah (4201415066)
3. Muhammad Nahrowi (4211412031)

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah untuk tugas mata kuliah Fisika Inti yang
berjudul “Peluruhan Alfa, Beta dan Gamma” tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu
memotivasi dan memberi masukan-masukan yang bermanfaat sehingga Kami dapat membuat
makalah ini dengan baik. Khususnya, Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Budi
Astuti, M.sc. selaku dosen mata kuliah Fisika Inti yang telah memberi tugas pembuatan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu Kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca khususnya serta rekan-rekan mahasiswa pada
umumnya.

Semarang, 19 Januari 2019


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Radioaktivitas merupakan pemancaran spontan partikel-partikel radioaktif oleh
inti-inti atom yang tidak stabil. Radioaktivitas ditemukan pertama kali oleh Henri
Becquerel. Radioaktivitas ini digolongkan menjadi unsur-unsur radioaktif dan partikel-
partikel radioaktif. Unsur radioaktif adalah unsur-unsur yang memancarkan partikel-
partikel radioaktif secara spontan. Dalam setiap proses peluruhan akan dipancarkan radiasi.
Bila ketidakstabilan inti disebabkan karena komposisi jumlah proton dan neutronnya yang
tidak seimbang, maka inti tersebut akan berubah dengan memancarkan radiasi alfa (α) atau
radiasi beta (β). Sedangkan bila ketidakstabilannya disebabkan karena tingkat energinya
yang tidak berada pada keadaan dasar, maka akan berubah dengan memancarkan radiasi
gamma (γ).
Terdapat tiga jenis peluruhan radioaktif secara spontan yaitu peluruhan alfa (α),
peluruhan beta (β), dan peluruhan gamma (γ). Jenis peluruhan atau jenis radiasi yang
dipancarkan dari suatu proses peluruhan ditentukan dari posisi inti atom yang tidak stabil
tersebut dalam diagram N-Z. Jika jumlah proton lebih besar dari jumlah netron (N < P),
maka gaya elektrostatis akan lebih besar dari gaya inti, hal ini akan menyebabkan inti atom
berada dalam keadan tidak stabil. Jika jumlah netron sama dengan jumlah protonnya (N =
P) akan membuat inti berada dalam keadaan stabil.
Untuk lebih memahami tentang peluruhan alfa, beta dan gamma yang erat
kaitannya dengan peristiwa radioaktivitas, berikut akan dikaji tentang peluruhan alfa, beta
dan gamma lebih mendalam.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dikaji adalah:
1. Bagaimana proses peluruhan Alfa?
2. Bagaimana proses peluruhan Beta?
3. Bagaimana proses peluruhan Gamma?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui proses peluruhan Alfa
2. Mengetahui proses peluruhan Beta
3. Mengetahui proses peluruhan Gamma
BAB II
PEMBAHASAN
A. PELURUHAN ALFA
1. Skema dan Reaksi Peluruhan Alfa
Sinar alfa terbentuk saat suatu unsur radioaktif memancarkan partikel alfa dan
membentuk unsur baru dalam proses yang disebut peluruhan alfa (alpha decay).
Peluruhan alfa adalah jenis peluruhan radioaktif dimana inti atom yang memancarkan
partikel alfa, dan dengan demikian mengubah (meluruh) menjadi atom dengan nomor
massa 4 dan nomor atom 2. Peluruhan alfa dominan terjadi pada inti-inti tidak stabil
yang relatif berat (nomor atom lebih besar dari 80). Dalam peluruhan ini akan
dipancarkan partikel alfa (α) yaitu suatu partikel yang terdiri atas dua proton dan dua
neutron, yang berarti mempunyai massa 4 sma dan muatan 2 muatan elementer positif.
Partikel α secara simbolik dinyatakan dengan symbol 42𝐻𝑒
Radionuklida yang mengalami peluruhan akan kehilangan dua proton dan dua
neutron serta membentuk nuklida baru. Peristiwa peluruhan α ini dapat dituliskan secara
simbolik melalui reaksi inti sebagai berikut:
𝐴 𝐴−4
𝑍𝑋 𝑍−2𝑌 +𝛼
Contoh peluruhan partikel alfa yang terjadi di alam adalah:

2. Energi Peluruhan Alfa


Misalnya sebuah inti X dengan nomor massa A dan nomor atom Z, meluruh
dengan memancarkan partikel . Maka dapat dituliskan:
𝐴 𝐴−4
𝑍𝑋 → 𝑍−2𝑌 + 42𝐻𝑒
Sifat kimia inti induk berbeda dengan inti anak.
Massa inti 2 𝐴𝑍𝑋 = Mp (induk); Massa inti 𝐴−4
𝑍−2𝑌 = Md (anak) dan massa partikel

adalah Ma.
Berdasarkan hukum kekebalan energi
MpC2 = MdC2+ MC2 + K+ Kd.
Kd dan Kberturut-turut energi kinetik inti 𝐴−4
𝑍−2𝑌 (inti anak) dan energi kinetik

partikel .
Energi disintegrasi dapat dituliskan sebagai
Q = Kd + K= (Mp – Md - M) C2
Syarat terjadinya peluruhan spontan Jika Q > 0 sehingga:
𝑀𝑝 𝐶 2 > 𝑀𝑑 𝐶 2 +𝑀𝛼 𝐶 2 atau Mp > Md + M
Maka harga inti-inti dengan A 200 memenuhi syarat ini.
Fraksi Energi Peluruhan

𝑀𝑑
𝐾𝛼 = 𝑄
𝑀𝛼 + 𝑀𝑑

𝑀𝛼
𝐾𝑑 = 𝑄
𝑀𝛼 + 𝑀𝑑

Contoh sumber pemancar :


210 206
84𝑃𝑜 → 82𝑃𝑏 + 42𝐻𝑒
211 207
84𝑃𝑜 → 82𝑃𝑏 + 42𝐻𝑒
212 208
84𝑃𝑜 → 82𝑃𝑏 + 42𝐻𝑒

Range gerak partikel diudara (3,8 cm – 7,0 cm)

3. Spektrum Energi Partikel Alfa


Skema peluruhan

Apabila pemancaran 𝛼 diikuti pemancaran sinar 𝛾, maka transisi terjadi dari dasar
𝐴 𝐴−4
𝑍𝑋 ketingkat eksitasi dari inti 𝑍−2𝑌

E𝛼 partikel 𝛼 diskrit dari tingkat dasar inti 𝐴𝑍𝑋 ke tingkat dasar inti 𝐴−4
𝑍−2𝑌

4. Teori Peluruhan Alfa secara Kuantum


(Efek Terobosan)
Berdasarkan mekanika klasik, tidak dapat dipahami partikel alfa yang berenergi 4,2
238
MeV dapat terpancar keluar dari inti 92𝑈 yang potensial Coulomb nya lebih dari
8,6 MeV. Tahun 1928, secara terpisah Gamow,Gurney, dan Condon berhasil
menjelaskan peristiwa peluruhan dengan perhitungan mekanika kuantum. Dalam
mekanika kuantum penerowongan kuantum merupakan salah satu fenomena
berskala nano dimana sebuah partikel melanggar asas mekanika klasik dengan
menembus melanggar penghalang potensial maupun impedansi yang lebih tinggi
dari energi kinetis partikelnya.
Pengertian dasar dari teori ini adalah:
1. Partikel alfabisa ada sebagai suatu partikel di dalam inti
2. Partikel semacam ini terus menerus dalam keadaan gerak dan dibatasi geraknya
hanya dalam inti oleh rintangan potensial yang melingkunginya
3. Terdapat peluang kecil tetapi tertentu unuk partikel ini melewati rintangan ini
(walaupun tinggi) setiap kali terjadi tumbukan dengannya.
Peluang terjadinya tumbukkan (𝝀) dirumuskan :
𝝀 = 𝒇𝑷
Dengan 𝑓 menyatakan banyaknya tumbukan / detik ; antara parikel alfa dan dinding
penghalang. Sedangkan 𝑃 menyatakan peluang partikel menembus rintangan. Jika
kita anggap pada setiap saat hanya sebuah partikel alfa yang dapat lolos dari inti dan
partikel itu bergerak bolak-balik sepanjang diameter nuklir,
𝒗
𝒇=
𝟐𝑹𝟎
Dengan 𝒗 menyatakan kecepatan partikel alfa ketika partikel itu meninggalkan inti
dan 𝑹𝟎 jejari nuklir.Pada umumnya harga 𝒗 dan 𝑹𝟎 adalah 𝟐 × 𝟏𝟎𝟕 𝒎/𝒔 dan
𝟏𝟎−𝟏𝟓 𝒎, sehingga
𝒇 ≈ 𝟏𝟎𝟐𝟐 𝒔−𝟏
Partikel alfa menumbuk dinding penumbuknya sebanyak 𝟏𝟎𝟐𝟐 kali / detik, namun
masih harus menunggu rata-rata 𝟏𝟎𝟏𝟎 tahun untuk dapat meloloskan diri dari
intinya.
Dalam pembahasan efek terobosan seberkas partikel yang berenergi kinetik K jatuh
pada rintangan enegi potensial persegi yang tingginya V lebih besar dari K. Harga
aproksimasi peluang transmisi yaitu rasio antara banyaknya partikel yang datang
didapatkan sama dengan sebagai berikut:
𝑃~𝑒 −2𝛾
𝑏
Dengan 𝛾 = ∫𝑎 √2𝑚(𝑉(𝑥) − 𝐸)𝑑𝑥
𝑃~𝑒 −2𝑘𝑙

2𝑚(𝑉 − 𝐾)
𝑘=√
ℎ2

L = lebar barrier = (a-b)


Menghitung P ≈ 𝑒 −2𝛾
𝑏
2 1
ln 𝑃 = − 2 ∫[2𝑚(𝑉(𝑟) − 𝐸)]2 𝑑𝑟
ℎ 𝑅
𝑅

V(r) = sebuah potensial coulomb sebuah 𝛼


Pada jarak (r) dari pusat inti dengan Q𝛼-Ze
Ze = muatan inti anak (intiinduk- alfa)
2𝑒 𝑍𝑒 2𝑍𝑒 2
𝑉(𝑟) = =
4𝜋𝜀0 𝑟 4𝜋𝜀0 𝑟
1 𝑏 1
2𝑚 2 2𝑍𝑒 2 2
ln 𝑃 = −2 ( 2 ) ∫ ( − 𝐾) 𝑑𝑟
ℎ 4𝜋𝜀0 𝑟
𝑅
2𝑍𝑒 2
Ketika r = b, V = K= 4𝜋𝜀 ...............................(*)
0𝑏

1 𝑏
2𝑚 2 2𝑍𝑒 2 2𝑍𝑒 2
ln 𝑃 = − 2 ( 2 ) ∫ ( − ) 𝑑𝑟
ℎ 4𝜋𝜀0 𝑟 4𝜋𝜀0 𝑏
𝑅
1 𝑏 1
2𝑚𝐾 2 𝑏 2
= −2 ( 2 ) ∫ ( − 1) 𝑑𝑟
ℎ 𝑟
𝑅
1 1 1 1
2𝑚𝐾 2 𝑅 2 𝑅 2 𝑅 2
= −2 ( 2 ) 𝑏 [𝑐𝑜𝑠 −1 ( ) − ( ) (1 − ) ]
ℎ 𝑏 𝑏 𝑏

Karena b ≫ R
1 1
𝑅 2 𝜋 𝑅 2
𝑐𝑜𝑠1 ( ) ≈ − ( )
𝑏 2 𝑏
1
𝑅 2
(1 − ) ≈ 1
𝑏
1 1
2𝑚𝐾 2 𝜋 𝑅 2
Sehingga ln 𝑃 ≈ −2 ( ) 𝑏 ( 2 − (𝑏 ) )
ℎ2

2𝑍𝑒 2
Dari pers (*) 𝑏 = 4𝜋𝜀
0𝐾
1 1 1
Jadi ln 𝑃 = 2,97 𝑍 𝑅 2 − 3,95 𝑍𝐾 2
2

K = energi kinetik 𝛼 (MeV)


R = Jari- jari inti (fm)
Z = Nomor atom inti anak (Zinduk-Z𝛼)
Konstanta peluruhan dapat dicari dengan hubungan :
𝑉𝑖𝑛
 .𝑃
2𝑅
Kelemahan Teori Gamow
Beberapa kelemahan teori Gamow adalah:
a) Kebolehjadian pembentukan partikel 𝛼 didalam inti tak diperhitungkan setelah
diperhitungkan, ternyata bahwa:
𝑉𝑖𝑛
≈ 1015
2𝑅

b) Kemungkinan pemancaran partikel 𝛼 dengan 0 tidak diperhitungkan.

Untuk0, disamping potensial Coulumb harus ditambahkan potensial


sentrifugal sebesar :

Perbandingan antara kedua potensial barrier ini ialah:


𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑖𝑓𝑢𝑔𝑎𝑙 𝐵𝑎𝑟𝑟𝑖𝑒𝑟
≈ 0,002 
𝐶𝑜𝑢𝑙𝑜𝑢𝑚𝑏 𝐵𝑎𝑟𝑟𝑖𝑒𝑟

Dengan koreksi-koreksi tersebut, maka hasil perhitungan teoritis 𝜏 lebih


mendekati 𝜏 eksperimen.
Partikel alfa tersebut ditembakkan pada inti suatu atom maka akan menghasilkan
radioisotope (yang lebih dan sering digunakan untuk menembak adalah
neutron). Adapun Muatan positif dari partikel alfa sangat berguna dalam
industri, misalnya:
1. Radium-226 dapat digunakan untuk pengobatan kanker, yakni dengan
memasukkan jumlah kecil radium ke daerah yang terkena tumor.
2. Polonium-210 berfungsi sebagai alat static eliminator dari paper mills di
pabrik kertas dan industri lainnya.
3. Beberapa Detektor asap memanfaatkan emisi alfa dari americium-24 untuk
membantu menghasilkan arus listrik sehingga mampu membunyikan alarm
saat kebakaran.
B. PELURUHAN BETA
Dalam peluruhan beta, sebuah proton berubah menjadi inti atau sebaliknya. Jadi Z dan N
masing-masing berubah satu satuan, tetapi A tidak berubah. Pada peluruhan beta, yang paling utama
adalah sebuah netron meluruh menjadi sebuah proton dan sebuah elektron
n→ p + e

Elektron yang dipancarkan pada peluruhan beta bukanlah elektron kulit atom dan juga bukan
elektron yang semula berada dalam inti. Tetapi elektron ini diciptakan oleh inti dari energi yang ada.
Jika ada beda energi diam sekurangkurangnya 𝑚𝑒 𝐶 2 , Maka penciptaan electron sangat
mungkin terjadi.
Dalam tahun 1934 Fermi telah mengajukan teori peluruhan beta berdasarkan
hipotesisi Pauli bahwa selain e- (elektron) dipancarkan v (anti neutrino) pada peluruhan
  . Kemudian suatu teori yang lebih modern telah diajukan oleh Lee dan Yang pada
tahun 1956.
Berikut ini akan dibahas teori dari Fermi saja:
Asumsi-asumsi yang dikemukakan dalam teori Fermi:
1. Karena elektron/positron dan neutrino tidak ada di dalam inti, maka mereka harus
dibentuk dulu pada waktu disintegrasi:
n p v

Menurut Fermi terdapat interaksi antara nukleon dengan   dan v yang


menyebabkan transformasi dari neutron ke proton. Jadi ada interaksi antara medan
elektron-nutrino dengan nukleon hal ini analog dengan transisi gamma, dimana
medan elektromagnetik berinteraksi dengan nukleon.

2. Interaksi berjangkau pendek


Kebolehjadian pemancaran partikel beta per satuan waktu, dengan momentum antara
p dan p + dp di hutung dengan Mekanika Kuantum (tidak dibahas pada bab ini) adalah

1
 N ( p)  2
 2 
 C ( E max  E ) ……………………….(2.1)
 F dp 

cacah rata-rata

gM
dengan C 
2 
1
3
C 3h7 2

F : Faktor Fermi

P : momentum linier

G : konstanta Coupling antar e-, v-

M = elemen matriks

Kurie Plot:
Suatu metode untuk menentukan energi  .Transisi yang diperbolehkan berlaku: Pers
(2.1)

10 20 KeV
E (KeV)

Kinetik

 Fenomena Peluruhan 𝜷

1. Pemancaran elektron (-)


20
F
A
Z X
 Z 1Y  1 e
A 0

5,41 MeV -

2. Pemancaran Positron (+) 1,63


 14
O
A
Z X
 Z 1Y  1 e
A 0
1,84
0
20 MeV
Ne +

2,30>99% + 4,1 MeV

0,6%
0 14
N
3. Tangkapan elektron (electron capture)
64
Cu
Z X  1 e 
A
 Z 1Y
0 A
EC (0,5%)

1,34 + 0,66 MeV



19%
EC (~42%)
0 64
Ni

 Syarat Terjadinya Peluruhan Beta

1. Pemancaran Elektron
A
Z X
 Z 1Y A  1 e 0
mp md me

Kd Ke

Hk. Kekekalan Energi

mpC2 = mdC2 + meC2 + Kd + Ke

= mdC2 + meC2 + Q = Energi peluruhan (MeV)

Maka Q  = (mp – md – me) C2

Z X A  Parent  M (Z ) = Massa sebuah atom dengan no atom Z

(Massa atom) dengan energi ikat elektron

diabaikan

= mp + Z me , sehingga

mp = m (z) – z me

Z 1 Y A  daughter  M (Z  1)

= md + (Z+1) me , sehingga

md = m (z+1) – (z+1) me

Maka Q  = {m (z) – z me - m (z+1) + (z+1) me –me} C2

Syarat terjadi peluruhan spontasn Q >0

Q  = {m(z) –m (z+1)} C2 > 0

m(z) > m(Z+1) dengan A tetap

2. Pemancaran Positron (+)

m( z )  m( z  1)  2me  Q  = m( z )  m( z  1)  2me C 2

3. Tangkapan Elektron n
-
Z X  1 e  Z 1Y A
A 0

P
mp me md

+ kd = QEC

QEC = (mp + me – md) C2

P  M(z) = mp + zme

D  M(z-1) = md + (z-1)me, maka

QEC  m( z )  zme  me  m( z  1)  ( z  1)me C 2

Q>0 m( z)  m( z  1)C 2  0

Elektron auger m( z )  m( z  1)

L xray
E xray  Energi Sinar x (hf) = EK - EL
K
Energi elektron Auger

Ke = Exray – EL

= EK – EL – EL

Ke = EK – 2EL

EK & EL, energi elektron pada kulir K, L

 Spektrum Beta

Berdasarkan alat spektrometer beta  kontinu


Sinar X
0  besar
e
KeV  MeV

Jml elektron Jml positron


relatif tiap relatif tiap
satuan satuan
energi energi Ba
211
Bi

1,17 MeV 1,24 MeV

0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 0,5 1


Ke (MeV) K Positron MeV
Bila ditinjau keadaan inti sebelum dan sesudahnya

 Energi peluruhan tertentu  Qtertentu pula

 Spektrum Diskrit

Menurut Pauli pada reaksi ini terjadi perubahan

1 decay:01 n 
11 p  1  0    v

1 decay  01 n 
11 p  1  0    v

EC 11 p  1 e 0 n1    v

 Hukum Kekekalan * Tenaga

* Momentum

* Muatan

sehingga :

Q  E   Ev  E max

Q  jika E   0  E v  max  kontinu

E   0  Ev  0  kontinu
C. PELURUHAN GAMMA
Pada tahun 1990 Villard menyelidiki/mendeteksi adanya radiasi dari sumber radioaktif,
radiasi tersebut mempunyai daya tembus jauh lebih besar daripada sinar α dan β. Radiasi
tersebut tidak dibelokkan oleh medan magnet maupun medan listrik. Radiasi tersebut tidak
bermuatan berupa gelombang elektromagnetik dan memancarkan foton dengan panjang
gelombang (0,005-0,5) Ǻ. Radiasi ini dinamakan radiasi gamma disebut juga sinar gamma.
Dalam proses pemancaran ini, baik nomor atom atau nomor massa inti tidak berubah.
( AX ) AX  

Energi gelombang ini ditentukan oleh panjang gelombang (λ) atau oleh frekuensinya (f)
sesuai persamaan
ℎ𝑐
𝐸 = ℎ𝑓 =
𝜆

Dengan h adalah tetapan plank yang besarnya 6,63.10-34 Js.


Energi tiap foton adalah beda energi antara keadaan awal dan keadaan akhir inti, dikurangi
dengan sejumlah koreksi kecil untuk energi pental inti. Energi ini berada pada kisaran 100
KeV hingga beberapa MeV.
Inti dapat pula dieksitasi dari keadaan dasar ke keadaan eksitasi dengan menyerap foton
dengan energi yang tepat.
 Interaksi Sinar Gamma Dan Materi

Ada tiga proses utama yang dapat terjadi apabila radiasi gamma melewati bahan,
yaitu efek fololistrik, hamburan Compton dan produksi pasangan. Ketiga proses
tersebut melepaskan elektron yang selanjutnya dapat mengionisasi atom-atom lain
dalam bahan. Peluang terjadinya interaksi antara radiasi gamma dengan bahan
ditentukan oleh koefisien absorbsi linier (μ). Karena penyerapan intensitas gelombang
elektromagnetik melalui tiga proses utama, maka nilai μ juga ditentukan oleh peluang
terjadinya ketiga proses tersebut, yaitu  f untuk foto listrik,  c untuk hamburan

Compton dan  pp untuk produksi pasangan.

Koefisien absorbsi total (μt) dari ketiga koefisien tersebut

 t   f   c   pp

 Efek Fotolistrik
Efek foto listrik adalah peristiwa diserapnya energi foton seluruhnya oleh
elektron yang terikat kuat oleh suatu atom sehingga elektron tersebut terlepas dari ikatan
atom. Elektron yang terlepas dinamakan fotoelektron.efek foto listrik terutama terjadi
antara 0,01 MeV hingga 0,5 MeV.
Efek fotolistrik ini umumnya banyak terjadi pada materi dengan Z yang besar,
seperti tembaga (Z = 29).
Energi foton yang datang sebagian besar berpindah ke elektron fotolistrik dalam
bentuk energi kinetik elektron dan sebagian lagi digunakan untuk melawan energi ikat
elektron ( W0 ).

K  hf  W0
Dari persamaan diatas terlihat bahwa agar efek fotolistrik terjadi, maka energi
foton harus sekurang-kurangnya sama dengan energi ikat elektron yang berinteraksi.

 Hamburan Compton

Hamburan Compton terjadi apabila foton dengan energi hf berinteraksi dengan


elektron bebas atau elektron yang tidak terikat dengan kuat oleh inti, yaitu elektron
terluar dari atom. Elektron itu dilepaskan dari ikatan inti dan bergerak dengan energi
kinetik tertentu disertai foton lain dengan energi lebih rendah dibandingkan foton
datang. Foton lain ini dinamakan foton hamburan.
Dalam hamburan Compton ini, energi foton yang datang yang diserap atom
diubah menjadi energi kinetik elektron dan foton hamburan. Perubahan panjang
gelombang foton hamburan dari λ menjadi λ’ dirumuskan
h
   '   (1  cos  )
me
Berdasarkan hukum kekekalan energy, energy electron pental dapat dituliskan
sebagai
E
E  E  E ' dengan E ' 
1  2 E (1  Cos )
E = Energi sinar gamma datang (MeV)
E ' = Energi sinar gamma terhambur (MeV)

Jika sudut hambur   180 , terjadi tepi compton


2(hf ) 2 / m.C 2
E
1  2hf / m.C 2
Hamburan foton penting untuk radiasi elektromagnetik dengan energi 200 keV hingga
5 MeV dalam sebagian besar unsur-unsur ringan.

 Produksi Pasangan

Produksi pasangan terjadi karena interaksi antara foton dengan medan listrik
dalam inti atom berat. Jika interaksi itu terjadi, maka foton akan lenyap dan sebagai
gantinya akan timbul sepasang elektron-positron. Karena massa diam elektron ekivalen
dengan energi 0,51 MeV, maka produksi pasangan hanya dapat terjadi pada energi foton
2
≥ 1,02 MeV (2mec ).

Energi kinetik total pasagan elektron-positron sesuai dengan persamaan:


hf  K e  K p  me c 2  m p c 2

Kedua partikel ini akan kehilangan energinya melalui proses ionisasi atom
bahan. Positron yang terbentuk juga bisa bergabung dengan elektron melalui suatu
proses yang dinamakn annihiliasi.

 ABSORBSI SINAR GAMMA

Sinar gamma merupakan gelombang elektromagnetik yang membawa energi


dalam bentuk paket-paket yang disebut foton. Jika sinar gamma masuk ke dalam suatu
bahan, akan mengahsilkan ionisasi, hanya saja ionisasi yang dihasilkan sebagian besar
melalui proses ionisasi sekunder. Jadi, sinar gamma berinteraksi dengan materi hanya
beberapa pasang ion primer saja yang terbentuk. Ion-ion primer itu selanjutnya
melakukan proses ionisasi sekunder sehingga diperoleh pasangan ion yang lebih banyak
dibandingkan yang terbentuk pada proses ionisasi primer.
Apabila sinar gamma (gelombang elektromagnetik) memasuki perisai, maka
intensitas radiasi saja yang akan berkurang, sedangkan energi tetap.
I  I 0 e  d

Dengan Io adalah intensitas mula-mula, I Intensitas yang diteruskan, d adalah


ketebalan bahan perisasi dan μ adalah koefisien serapan linier bahan perisai.
Karena μd tidak memiliki satuan, maka satuan μ dan d menyesuaikan. Jika d dalam cm,
maka μ dalam 1/cm.
Nilai μ untuk setiap bahan sangat bergantung pada nomor atom bahan dan juga
pada radiasi gamma.
Untuk beberapa tujuan tertentu, seringkali tabel bahan perisai tidak dinyatakan
dalam tebal linier dengan satuan panjang, tetapi dinyatakan dalam tebal kerapatan
2
(gr/cm ). Jika besaran itu yang dipakai maka koefisien serapan bahan dinyatakan dalam
2
koefisiem serapan massa μm dengan satuan cm /gr.

Hubungan keduanya dinyatakan dalam :


 (cm 1 )   m (cm 2 / gr ) x ( gr / cm 3
Selain kedua koefisien serapan tersebut, juga digunakan koefisien serapan
atomik (μa), yaitu fraksi berkas radiasi gamma yang diserap oleh atom . Koefisien

serapan atomik dirumuskan


 (cm 1 )
 a (cm 2 / atom) 
N (atom / cm 3 )
3
Dengan N adalah jumlah atom penyerap per cm . Koefisien serapan atomik ini
selalu menunjukkan tampang lintang (cross section) dengan satuan barn.
1 barn = 10 24 cm 2
Koefisien serapan atomik seringkali disebut microscopic cross section (σ),
sedangkan koefisien serapan linier sering dikenal dengan istilah macroscopic cross
section (). Σ=σN
Sedangkan nilai tebal paro atau half value thickness (HVT) adalah tebal bahan
perisai yang diperlukan radiasi gelombang elektromagnetik untuk mengurangi intensitas
radiasinya, sehingga tinggal setengah dari semula.
Jika penurunan intensitas dirumuskan I  I 0 e  d dan pada saat intensitas menjadi

1
setengahnya I  I 0 , maka
2
0,693
HVT 

Dilihat dari daya tembusnya, radiasi gamma memiliki daya tembus paling kuat
dibandingkan dengan radiasi partikel yang dipancarkan inti radioaktif lainnya.
Sebaliknya, daya ionisasinya paling lemah. Karena sinar gamma termasuk
gelombang elektromagnetik, maka kecepatannya sama dengan kecepatan cahaya.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Simpulan dari makalah ini adalah:
1. Peluruhan alfa adalah jenis peluruhan radioaktif dimana inti atom yang
memancarkan partikel alfa, dan dengan demikian mengubah (meluruh) menjadi
atom dengan nomor massa 4 dan nomor atom 2. Partikel alfa yang keluar hanya
dapat dijelaskan secara kuantum melalui efek terobosan.
2. Dalam peluruhan beta, sebuah neutron berubah menjadi sebuah proton (atau sebuah
proton menjadi neutron).
𝑛→𝑝+𝑒
3. Radiasi sinar gamma tidak bermuatan berupa gelombang elektromagnetik dan
memancarkan foton dengan panjang gelombang (0,005-0,5) Ǻ. Radiasi tersebut
tidak dibelokkan oleh medan magnet maupun medan listrik. Dalam proses
pemancaran ini, baik nomor atom atau nomor massa inti tidak berubah.
( AX ) AX  

B. Saran
Saran dari makalah ini adalah agar para pembaca dapat mencari atau membaca
referensi lain tentang peluruhan alfa, beta, dan gamma agar wawasan tentang peluruhan
alfa, beta, dan gamma dapat lebih dipahami.
REFERENSI
Krane, K. S.1992.Fisika Modern.Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)
Dwijayanti, P. 2012. Diktat Mata Kuliah Fisika Inti.Semarang : FMIPA Unnes.
Beiser, A. 1986. Konsep Fisika Modern. Jakarta: Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai