1. Peluruhan Gamma
Setelah proses peluruhan alfa atau beta, inti akhir dapat berada pada suatu
keadaan eksitasi. Seperti halnya atom, inti akhir itu akan mencapai keadaan dasar
setelah memacarkan satu atau lebih foton, yang dikenal sebagai sinar gamma inti.
Besar energi yang dipancarkan sama dengan
Energi awal,
adalah tingkat energi ketika inti berada dalam keadaan tereksitasi sedangkan
energi akhir,
(a)
(b)
Meskipun begitu, sinar gamma memiliki daya tembus sangat besar dibandingkan
dengan sinar alfa ataupun beta. Jika terdapat 3 buah benda di depannya yang
dijajar berurutan, dengan urutan ketebalan mulai dari yang terkecil, yakni kertas,
aluminium 3 mm, dan timbal 3 cm, maka sinar alfa hanya mampu menembus
kertas, sinar beta menembus aluminium 3 mm sedangkan sinar gamma mampu
mecapai timbal yang tebalnya 3 cm.
jatuh tegak
persamaan di atas menjadi bentuk lain yang prosesnya akan dimulai sebagai
berikut:
Apabila ketika
, maka:
Bentuk persamaan (1) di atas juga sama apabila besaran intensitas diganti
oleh fluks, besaran yang menyatakan banyaknya foton tiap satu satuan luas tiap
satu satuan waktu, seperti berikut ini:
. Dengan
foton.
Simbol
dua proses, yakni proses di mana foton kehilangan energi karena diserap oleh
partikel bahan dan proses di mana foton kehilangan energi karena terhambur ke
luar. Sehingga secara lengkap, diketahui bahwa
. Selain koeffisien
tersebut, masih ada koeffisien-koeffisien lain yang memiliki kaitan dengan emisi
sinar gamma. Koeffisien tersebut adalah koeffisien absorpsi massa
koeffisien absorpsi atom
. Keempat
koeffisien absorpsi tersebut berhubungan satu sama lain dengan cara berikut:
Mev,
foton minimal
Dengan demikian, persamaan (1) di atas apabila diurai akan berisi tiga proses
sehingga menjadi:
Dari persamaan tersebut, kita dapat mengetahui bahwa koeffisien absorpsi linier
merupakan penjumlahan dari masing-masing koeffisien absorpsi yang meliputi 3
proses, yakni efek fotolistrik, efek Compton, dan produksi pasangan:
)
Dengan
cross-section,
adalah pair
, dengan
adalah
berinteraksi
dengan elektron bebas dan terhambur dengan energi yang lebih kecil dari
dengan sudut
Gambar 4. Efek Compton, foton terhambur dengan energi yang lebih kecil
membentuk sudut terntentu karena menumbuk elektron bebas
Dari gambar di atas, dapat kita ketahui bahwa energi kinetik yang
dimiliki eletron diperoleh dari selisih energi yang dibawa oleh foton dengan
energi terhambur foton,
kemudian dikuadratkan:
dan
maka dengan
, maka:
Dengan demikian:
(
Dengan mengingat bahwa
dan
, maka:
, maka ruas
dan
bahwa sinar gamma akan kehilangan energinya ketika berinterkasi dengan bahan
dalam peristiwa efek Compton.
c. Produksi pasangan
Produksi pasangan adalah peristiwa perubahan energi elektromagnet
menjadi energi diam. Lebih tepatnya, sebuah foton dengan energi
menumbuk
atom dan kehilangan energinya, energi yang hilang digunakan untuk menciptakan
dua partikel yaitu elektron dan positron. Positron adalah partikel yang memiliki
massa sama dengan elektron, hanya saja muatannya berbeda. Untuk dapat
menciptakan dua partikel ini, dibutuhkan energi foton minimal sama dengan total
energi diam elektron-positron, yaitu
atau
melebihi batas energi yang dibutuhkan, maka sisanya akan dijadikan energi
kinetik untuk dua partikel tersebut. Sehingga prosesnya dapat dituliskan:
Dengan
positron,
dengan energi kinetik tertentu. Sedangkan pada gambar (b), proses yang sama
terjadi seperti pada gambar (a) hanya saja proses tresebut berada dalam suatu
medan magnet sehingga arah elektron dan positron dibelokkan, mengingat
alektron dan positron memiliki muatan negatif dan positif secara beurutan.
10
penghitung/pencacah
yang
digunakan
untuk
mendeteksi
11
radioaktif.
Setelah
inti
atom
memancarkan
partikel
alfa
12
13
: jarak kisi
n : orde difraksi
Prinsip kerja yang ditentukan secara skematis untuk mengukur energi
sinar gamma dapat ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
14
.
Gambar 4. Skema Diagram dari Kristal Spektrometer Sinar
Sebuah
kuarsa
kristal
datar
dibengkokkan
sedemikian
rupa
15
16
Dimana
17
d. Spektometer Pasangan
Beberapa
spektrometer
partikel
dapat
digunakan
untuk
18
19
Dengan mengabaikan
atau
Dimana
ditetapkan dan dengan mengubah H, maka energi sinar gamma (E) dapat
ditentukan.
e. Metode Kilauan
Metode sintilasi (kilauan) merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan untuk mengukur energi sinar gamma dengan menggunakan
kristal Nal (TI). Metode ini adalah salah satu metode paling sederhana dan
20
21
22
(dalam ruang bertekanan tinggi, maka energi foton dapat diketahui. (v)
Untuk resolusi yang lebih baik, penggunaan detektor zat padat dari sebuah
Kristal Ge dapat digunakan pada percobaan ini untuk mengukur energi sinar
gamma.
23
tahu
bahwa
pancaran
gamma
menghasilkan
gelombang
r
i
24
q
i
Py =
Pz =
(6.1)
Perhatikan ilustrasi berikut ini :
y
q
x
25
titik awalnya.
-q
+q
x
-a
+a
-q
-2q
+q
x
-a
+a
26
P (x, y, z) =
]
(6.2)
Pxy =
Pxz =
Pyy =
Pyz =
Pzz =
(6.3)
+
(6.4)
, ..
Selanjutnya muncul pertanyaan; bagaimanakah dengan pengaruh energy dari
luar bidang ?
27
energinya adalah :
(6.5)
Dimana xi, yi, dan zi adalah koordinat i. kita dapat mengembangkan V (x,y,z)
kedalam deret Taylor, yaitu
V (x,y,z) = [ ]0 + *( )
(
( )
(
)
+ + ..
( )
+
* (
+ + * (
(6.6)
(
(
(
]0
( )
(
++*
+ + ..
( )
( )
)
)
(6.7)
Bagaimanakah jika nukleon bukan lagi diskrit melainkan kontinyu ?,
jika pada saat nucleon berharga diskrit momen monopol muatan tersebut dapat
dicari dengan cara menggabungkan muatan dan jaraknya dari titik awal, hanya
saja pada saat kontinyu kita gunakan rapat muatan dan volume dari elemen
benda tersebut. Sehingga dapat dinyatakan :
Px =
Py =
,
(6.5)
28
Pz =
) +
(6.6)
Sekarang, gunakan teorema Laplace :
(
)
(6.7)
Dimana,
Q = 2(Pzz Pxx)
(6.8)
Dinamakan momen quadrupol, yang dinyatakan dengan :
Q = 2 Pzz Pxx Pyy
=
)d
(6.9)
29
(Pxx = Pyy)
(7.0)
Sehingga persamaan 6.9 dapat dituliskan menjadi :
q=
(7.1)
Catatan, jika Q positif yaitu saat Pzz > Pxx dsitribusi muatan berbentuk cerutu
searah sumbu z, sedangkan saat Q negative yaitu Pzz<Pxx distribusi muatan
berbentuk cakram. Seperti pada gambar berikut ini :
Z
(a)
(b)
Gambar 6.5 (a) distribusi muatan cerutu, (b) distribusi muatan cakram
30
Ii If = L
(Ii + If) L (Ii If )
Dengan :
L
Ii dan If
dengan 0 putaran, tidak ada radiasi monopole yang keluar dan tidak ada
pancaran gamma yang terjadi.
Keseimbangan
Hukum kekekalan keseimbangan kekal dimana
31
, f , L Jika
i , f keduanya harus
8. Internal Conversion
Sebuah inti yang tidak stabil tereksitasi dapat kembali ke keadaan dasar dengan
memberikan energy eksitsinya langsung ke electron di sekelilingnya bukan dari
pancaran gamma
32
sehingga
Ke = Et- EB
..(9.72)
Keterangan :
EB
Et
33
(9.73)
(9.74)
(9.75)
, karena Ne = Nk + NL +NM
+, sehingga
.(9.76)
Kombinasi persamaan ( 9.74 ) dan ( 9.76 ) , kita dapat menghubungkan ratarata dari total transisi dan untuk transisi gamma dengan cara berikut :
sehingga
= (1+)
.(9.77)
34
(9.79)
Nuclear Isomerism
Dalam kebanyakan kasus inti meluruh oleh pancaran transisi gamma yang
memiliki peluang transisi yang sangat tinggi dan waktu paro yang sangat
pendek (<< 10-8 sec) ; tetapi di luar kasus tersebut telah ditemukan ( sekitar
100) di mana inti dalam proses peluruhan oleh pancaran gamma tereksitasi
keluar dari suatu keadaan ke yang lebih rendah, atau dari yang lebih umum ke
keadaan dasar, dengan memiliki peluang transisi yang sangat kecil. Pengukuran
waktu paro telah ditemukan di kisaran 10-8 sekon sampai beberapa tahun.
Keadaan waktu paruh pada rentang ini disebut keadaan isomer dan transisinya
disebut transisi isomer. Tidak ada perbedaan yang fundamental antara keadaan
isomer dan keadaan yang memiliki waktu paruh yang sangat pendek. Rentang
waktu paruhnya yang menyatakan keadaan isomer tidak memiliki batas yang
jelas. Transisi isomer menghasilkan sepasang inti atom yang memiliki nomor
dan jumlah massa atom yang sama, tapi salah satunya memiliki energi yang
lebih besar dari yang lain, dan radiasi yang dihasilkan juga berbeda. Sepasang
inti atom ini disebut isomer nuklir dan fenomena ini disebut nuclear isomerism.
Sebuah keadaan isomer juga disebut keadaan meta stabil dimana anggota
isomer nuklir memiliki energi yang lebih tinggi dinotasikan dengan m,
contohnya, Se81m seperti pada gambar 9.33.
35
Ada dua faktor yang menyebabkan respon utama pada pancaran gamma
yang sangat rendah peluang transisinya ; perbedaan dasar pada jumlah
keseluruhan dari momentum sudutnya, (l), diantara keadaan tereksitasi dan
keadaan terendah yang tereksitasi atau keadaan dasar, dan perbedaan energi
terendah antara dua keadaan. Peluang transisi terkecil dari sinar gamma
karena multipolarisasi yang tinggi dan energi terendah ini sesuai dengan
model partikel tunggal (atau model kulit) seperti yang digambarkan pada
gambar 9.28. Kita akan mendiskusikan ini lebih detail pada bab 10.
Jika energi pada keadaan tereksitasi cukup besar sehingga secara teoritis
cukup untuk melakukan peluruhan , maka Transisi (atau transisi
radioaktif) sangat lambat, dan ini tidak terjadi. Dengan kata lain, jika pada
kondisi tereksitas ini stabil, keadaan isomer pada inti memungkinkan inti
untuk melakukan konversi internal. Pada proses konversi internal ini
mengurangi waktu paruh yang teramati pada transisi isomer nuklir. Waktu
paruh sementara untuk transisi gamma dari keadaan isomer ditunjukkan
pada persamaan (9.77)
36
Dimana
dengan N/N.
10. The Auger Effect
Efek auger adalah emisi elektron pada orbital energi terendah sebagai
alternatif emisi sinar x. Selalu ada ekosongan pada kulit elektron akibat
konversi internal, efek fotoelektrik, penangkapan elektron, dan beberapa
transisi lainnya. Kekosongan ini diisi oleh transisi sebuah elektron dari kulit
terluar ke kulit terdalam, dan eksitasi elektron ke kulit yang lebih dalam
dengan melepaskan energi melalui emisi sinar x atau dengan memindahkan
energi ke elektron yang berada pada kulit yang lebih luar. Elektron yang
mengalami emisi dari proses ini dinamakan Auger elektron sesuai dengan
nama penemunya Pierre Auger. Proses ini analog dengan konversi internal
walaupun proses atomik ini berbeda dengan konversi internal yang
merupakan proses nuklir. Energi dari elektron auger ini biasanya lebih rendah
dari elektron pada umumnya.
Sebagai contoh jika terdapat kekosongan di kulit K, maka perpindahan
elektron dari kulit L ke kulit K akan menghasilkan eksitasi ke kulit K den gan
energi yang setara dengan perbedaan energi ikat dari kulit K dan kulit L (E
= lk 2 lL). Eksitasi elektron ke kulit K akan membebaskan energi dengan
cara mengemisikan energi foton hvk = lk lLm dimana vK adalah frekuensi dari
sinar x pada kulit K atau emisi Auger elektron dari kulit L dengan energi
kinetic yang dinyatakan
KL = E IL = IK 2 IL
37
(9.80)
diemisikan tiap kekosongan pada kulit elektron. Sebagai contoh, pada kasus
kulit K kita dapat menyatakan hasil fluoresensi kulit K sebagai YK
38
Dimana k+ dan K- adalah energi kinetik positron dan elektron tespectively dan
2moc2 adalah jumlah dari massa sisa positron dan elektron.
12. Measurement of very short Lifetimes
Pancaran sinar gamma yang singkat short lifetime. Waktu hidupnya < 10-11
sec. Tapi rentang antara 10-6 10-11 sec. Dari prinsip ketidakpastian ,
hubungan antara
energi ).
39
Metode yang berbeda yang telah dikembangkan sampai hari ini mengikuti
Source
detector
detector
*
e
Valiable delay
Coincidence
Unit
Scalar
40
41
42
FIG, 9.41 (a) successionve emisssion of two gamma rays. L1 and L2 are the
,ultipolarities y1 and y2, respectively. J1,j2, and j3 are the spins of the initial,
intermediate, and final states, respectively. (b) the angel between the directions of
emission of two successive gamma rays is given by
L1 dan L2 dari dua sinar gamma yang masing-masing berturut-turut. Dalam bentuk
umum fungsi kolerasi, dapat ditunjukkan oleh hamiltonian sebagai :
(9.91)
43
(9.92)
satuan rata-rata normalnya pada 900. Perhitungan yang lebih mudah dan lebih
ekspisif dari koefisien Ak dimudahkan dengan kenyataan bahwa koefisien tersebut
dapat dipecah dalam dua faktor dimana masing-masing bergantung hanya pada
satu peralihan dari aliran (cascade)
(9.93)
Dimana penjumahan diambil dari nilai genap dari K yang ditunjukkan oleh
0 even K min (2J, 2L1, 2L2)
L1 = 1 if J1 = J or L1 = |J1 J| if J1 J
L2 = 1 if J2 = J or L2 = |J2 J| if J2 J
Jika kedua peralihan dalam aliran adalah multikutup murni dari urutan l1 dan l2
secara berturut-turut maka koefisien A dapat ditunjukkan oeh
Dan
(9.94)
44
dapat dibuat.
FIG 9.42 An experimental arragment for investigation for
investigation of gamma-gamma anguler corelation. [from Arya,
A. P,. Phys, Rev, 122. 1226. (1961).
45
46
Hubungan anguler ini konsisten dengan perputaran tetap dari 7/2 , , untuk
tingkat pada keadaan dasar,tingkat 82 kev dan 438 kev pada Cs133, fungsi kolerasi
dapat digunakan lebih lanjut untuk kasus hubungan dari alfa-gamma dan betagamma.
47