Anda di halaman 1dari 47

RADIASI GAMMA

1. Peluruhan Gamma
Setelah proses peluruhan alfa atau beta, inti akhir dapat berada pada suatu
keadaan eksitasi. Seperti halnya atom, inti akhir itu akan mencapai keadaan dasar
setelah memacarkan satu atau lebih foton, yang dikenal sebagai sinar gamma inti.
Besar energi yang dipancarkan sama dengan

Energi awal,

adalah tingkat energi ketika inti berada dalam keadaan tereksitasi sedangkan
energi akhir,

, adalah tingkat energi dasar.

(a)

(b)

Gambar 1. Pancaran sinar gamma mengikuti (a)


peluruhan alfa dan (b) peluruhan beta
Tidak seperti peluruhan alfa dan beta, peluruhan gamma tidak akan
menyebabkan perubahan nomor atom dan nomor massa atom. Karena sinar
gamma bermuatan 0 dan bermassa 0. Sebagai contoh:

Meskipun begitu, sinar gamma memiliki daya tembus sangat besar dibandingkan
dengan sinar alfa ataupun beta. Jika terdapat 3 buah benda di depannya yang
dijajar berurutan, dengan urutan ketebalan mulai dari yang terkecil, yakni kertas,
aluminium 3 mm, dan timbal 3 cm, maka sinar alfa hanya mampu menembus
kertas, sinar beta menembus aluminium 3 mm sedangkan sinar gamma mampu
mecapai timbal yang tebalnya 3 cm.

2. Koeffisien Absorpsi Foton


Ketika sinar gamma menembus sebuah bahan, maka akan terjadi
pelemaham intensitas yang besarnya sangat bergantung pada ketebalan bahan
yang ditembus dan koeffisien absorpsi yang dimiliki bahan dengan nilai yang
berbeda-beda untuk setiap bahan. Misalkan foton dengan intensitas
lurus pada sebuah bahan dengan tebal

jatuh tegak

, maka perubahan intensitas foton

tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut:

Tanda negatif pada persamaan di atas menunjukkan bahwa intensitas


semakin kecil seiring dengan semakin tebalnya suatu bahan. Apabila kita
mengganti simbol

dengan differensial, maka kita nantinya dapat menurukan

persamaan di atas menjadi bentuk lain yang prosesnya akan dimulai sebagai
berikut:

Apabila ketika

, maka:

Dengan demikian persamaan akhir menjadi:


Keterangan:
(
(

Peluruhan Gamma 2014

Bentuk persamaan (1) di atas juga sama apabila besaran intensitas diganti
oleh fluks, besaran yang menyatakan banyaknya foton tiap satu satuan luas tiap
satu satuan waktu, seperti berikut ini:

. Dengan

adalah fluks awal

foton.
Simbol

dalam persamaan (1) ataupun (2) di atas, dapat disebut sebagai

koeffisien absorpsi linier. Dan

merupakan koeffisien yang di dalamnya tersirat

dua proses, yakni proses di mana foton kehilangan energi karena diserap oleh
partikel bahan dan proses di mana foton kehilangan energi karena terhambur ke
luar. Sehingga secara lengkap, diketahui bahwa

. Selain koeffisien

tersebut, masih ada koeffisien-koeffisien lain yang memiliki kaitan dengan emisi
sinar gamma. Koeffisien tersebut adalah koeffisien absorpsi massa
koeffisien absorpsi atom

dan koeffisien absorpsi elektron

. Keempat

koeffisien absorpsi tersebut berhubungan satu sama lain dengan cara berikut:

3. Interaksi Radiasi Gamma dengan Suatu Bahan


Mengingat bahwa daya pancaran sinar gamma sangatlah tinggi dan dapat
menembus timbal dengan ketebalan 3 cm, maka ada banyak jenis bahan yang
dapat ditembus oleh sinar gamma dibandingkan dengan sinar beta dan sinar alfa.
Hal ini menjadi sangat penting untuk menjelaskan interaksi sinar gamma dengan
suatu bahan dan proses apa saja yang terjadi dalam interaksi tersebut.
Sinar gamma yang dipancarkan oleh inti memiliki kisaran energi hingga
beberapa Mev. Dalam kisaran ini, terdapat 3 proses di mana sinar gamma
kehilangan energinya saat berinteraksi dengan suatu bahan (sinar gamma

Peluruhan Gamma 2014


selanjutnya akan kita sebut dengan foton). Ketiga proses tersebut adalah a) efek
fotolistrik, b) efek Compton, dan c) produksi pasangan. 3 proses di atas dominan
dalam kisaran energi foton yang berbeda. Efek fotolistrik dari
efek Compton dari

Mev,

Mev, dan produksi pasangan terjadi ketika energi

foton minimal

Mev. Ketiga proses tersebut tidak bergantung satu sama lain

dan memberikan masing-masing kontribusinya berdasarkan persamaan:

Dengan demikian, persamaan (1) di atas apabila diurai akan berisi tiga proses
sehingga menjadi:

Dari persamaan tersebut, kita dapat mengetahui bahwa koeffisien absorpsi linier
merupakan penjumlahan dari masing-masing koeffisien absorpsi yang meliputi 3
proses, yakni efek fotolistrik, efek Compton, dan produksi pasangan:

)
Dengan

adalah massa jenis,


,

cross-section,

adalah massa atom,

adalah photoelectric absorption

adalah compton absorption csross-section, dan

production absorption cross-section.


a. Efek fotolistrik

adalah bilangan avogadro

adalah pair

Peluruhan Gamma 2014


Efek fotolistrik adalah suatu peristiwa energi foton diserap oleh elektron
yang berada di kulit atom, sehingga apabila energi yang dibawa oleh foton
cukup besar untuk melepaskan ikatannya, maka elektron akan dikeluarkan dari
kulit tersebut dengan energi kinetik sebesar
energi foton dan

, dengan

adalah

adalah energi ikat elektron orbital. Peristiwa efek

fotolistrik ini terjadi pada rentang energi foton

Gambar 3. Efek fotolostrik, penyerapan foton


menyebabkan eletron terpancar
Pada gambar di atas, foton datang menumbuk bahan dan melepaskan
elektron yang berada pada kulit terdalam atom, atau kulit K. Foton tersebut
secara otomatis berinteraksi dengan elektron pada kulit K karena energi energi
ikat pada kulit tersebut adalah yang terbesar sehingga menurut berbagai
sumber, kemungkinan interaksi foton dengan elektron pada kulit K adalah
dan sisanya dalah dengan elektron pada kulit lain, seperti L, M, dan lainlain.
b. Efek Compton
Apabila energi yang dibawa oleh foton berada pada rentang
, maka interaksi foton dengan bahan akan membawanya pada peristiwa
efek Compton. Pristiwa ini terjadi apabila foton dengan energi

berinteraksi

dengan elektron bebas dan terhambur dengan energi yang lebih kecil dari

Peluruhan Gamma 2014


sebelumnya, yaitu

dengan membentuk sudut tertentu. Dalam peristiwa

tersebut, elektron terpental dengan energi kinetik sebesar

dengan sudut

tertentu pula. Sehingga diperoleh persamaan melalui hukum kekekalan


momentum dan energi yang ditinjau secara relativistik. Karena sangat mungkin
kecepatan elektron yang terjadi akibat tumbukan mendekati besar kecepatan
cahaya mengingat massa elektron sangat kecil. Akan lebih jelas dengan
memperhatikan gambar pada halaman berikutnya:

Gambar 4. Efek Compton, foton terhambur dengan energi yang lebih kecil
membentuk sudut terntentu karena menumbuk elektron bebas
Dari gambar di atas, dapat kita ketahui bahwa energi kinetik yang
dimiliki eletron diperoleh dari selisih energi yang dibawa oleh foton dengan
energi terhambur foton,

. Persamaan tersebut sesuai dengan hukum

kekekalan energi. Sedangkan untuk hukum kekekalan momentum, kita harus


melihat hal tersebut dalam dua sumbu, yakni sumbu x dan sumbu y mengingat
foton terhambur dengan membentuk sudut
dengan sudut , sebagai berikut:

dan elektron juga terpental

Peluruhan Gamma 2014

Mengalikan persamaan (3) dan (4) dengan

kemudian dikuadratkan:

Dengan mengingat bahwa

dan

maka dengan

menyamakan persamaan tersebut diperoleh:

Dengan memberlakukan hukum kekekalan energi yang terjadi selama peristiwa


efek Compton, yaitu

, maka:

Dengan demikian:

Peluruhan Gamma 2014


(

(
Dengan mengingat bahwa

dan

, maka:

Persamaan (7) di atas, memberitahukan bahwa karena


kanan selalu bernilai positif. Oleh karena itu
itu menunjukkan bahwa

, maka ruas

akan selalu lebih besar dari

dan

akan selalu lebih kecil dari . Dengan demikian, jelas

bahwa sinar gamma akan kehilangan energinya ketika berinterkasi dengan bahan
dalam peristiwa efek Compton.
c. Produksi pasangan
Produksi pasangan adalah peristiwa perubahan energi elektromagnet
menjadi energi diam. Lebih tepatnya, sebuah foton dengan energi

menumbuk

atom dan kehilangan energinya, energi yang hilang digunakan untuk menciptakan
dua partikel yaitu elektron dan positron. Positron adalah partikel yang memiliki
massa sama dengan elektron, hanya saja muatannya berbeda. Untuk dapat
menciptakan dua partikel ini, dibutuhkan energi foton minimal sama dengan total
energi diam elektron-positron, yaitu

atau

. Apabila energi foton

melebihi batas energi yang dibutuhkan, maka sisanya akan dijadikan energi
kinetik untuk dua partikel tersebut. Sehingga prosesnya dapat dituliskan:

Peluruhan Gamma 2014

Dengan
positron,

adalah energi awal foton,

adalah energi diam elektron dan

sebagai energi kinetik positron dan

merupakan energi kinetik

elektron. Berikut gambar dari peristiwa produksi pasangan:

Gambar 4. (a) produksi pasangan elektron-positron


dan (b) produksi pasangan yang terbentuk di dalam
could chamber
Pada gambar (a) sebuah foton menumbuk timah kemudian elektron dan
positron terbentuk karena energi yang dibawa oleh foton melebihi energi diam
elektron dan positron, yakni

. sehingga elektron dan positron terpancar

dengan energi kinetik tertentu. Sedangkan pada gambar (b), proses yang sama
terjadi seperti pada gambar (a) hanya saja proses tresebut berada dalam suatu
medan magnet sehingga arah elektron dan positron dibelokkan, mengingat
alektron dan positron memiliki muatan negatif dan positif secara beurutan.

Peluruhan Gamma 2014


4. Pengukuran Koeffisien Absorpsi
Koeffisien absorpsi digunakan untuk menentukan hal yang berkaitan dengan
pelemahan, dimana pengukurannya melibatkan sumber, penyerap, susunan
geometris untuk sumber dan detektor.

Gambar 1. Rancangan Davisson dan Evan tentang Pengukuran


Koeffisien Absorpsi
Berdasarkan gambar di atas, sumber yang digunakan adalah zat
radioaktif yang berupa sinar gamma, timbal yang digunakan sebagai
penghalang untuk menyekat ruang menjadi beberapa ruang yang sempit dan

10

Peluruhan Gamma 2014


berpasangan,

penghitung/pencacah

yang

digunakan

untuk

mendeteksi

intensitas sinar gamma yang telah melewati absorber.


Pengukuran koeffisien absorbsi dapat dilakukan seperti gambar 1, artinya
ketika sinar gamma dengan intensitas tertentu menembus suatu bahan
(absorber), maka foton dari sinar gamma yang dikelilingi oleh perisai timbal
bergerak lurus menembus bahan dan berinteraksi dengan atom dalam
lempengan bahan (absorber) tersebut. Foton yang mengalami tabrakan
hamburan dengan atom dalam bahan tersebut dapat dibelokkan sehingga
hamburan dapat diserap oleh timbal. Sinar gamma yang terus melewati bahan
sampai ke detektor akan mengalami pelemahan intensitas yang besarnya sangat
bergantung pada ketebalan bahan yang ditembus. Intensitas sinar gamma
setelah melewati bahan dapat diukur oleh penghitung (counter) dalam
rangkaian percobaan tersebut sehingga diperoleh nilai koeffisien absorpsi dari
bahan penyerap tersebut. Koeffisien absorpsi yang dimiliki oleh setiap bahan
memiliki nilai yang berbeda-beda untuk setiap bahan.

Gambar 2. Grafik Perbandingan Pengukuran Koeffisien Absorpsi (Titik)


secara Eksperimen dengan Teori (Garis)

11

Peluruhan Gamma 2014


Berdasarkan grafik hubungan energi sinar gamma dengan koeffisien
absorpsi bahan, maka diperoleh hasil pengukuran koeffisien absorpsi secara
eksperimen yang ditampilkan berupa titik hampir sama dengan penentuan
koeffisien absorpsi secara teori yang ditampilkan berupa garis. Semakin besar
nilai koeffisien absorpsi suatu bahan, maka energi sinar gamma setelah
menembus bahan semakin kecil (pelemahan intensitas energi).
5. Pengkuran Energi Radiasi Gamma
Sinar gamma termasuk gelombang elektromagnetik yang diperoleh dari
peluruhan zat radioaktif yang dipancarkan dari atom dengan kecepatan tinggi
karena adanya kelebihan energi. Sinar gamma tersebut merupakan radiasi
gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang yang sangat pendek
(dalam orde Angstrom) yang dipancarkan oleh inti atom yang tidak stabil yang
bersifat

radioaktif.

Setelah

inti

atom

memancarkan

partikel

alfa

elektronpositron), atau setelah peristiwa tangkapan elektron,


dimana inti yang masih dalam keadaan tereksitasi tersebut akan turun ke
keadaan dasarnya dengan memancarkan radiasi gamma. Beberapa metode yang
umum dapat digunakan untuk mengukur energi dari sinar gamma adalah
sebagai berikut : (a) Metode serapan (b) Spektometer difraksi-kristal (c)
Spektometer magnetik (d) Spektometer pasangan (e) Metode sintilasi (kilauan)
atau (f) Metode lainnya.
a. Metode Serapan
Metode serapan adalah metode yang paling awal, paling sederhana,
dan paling cepat untuk menentukan energi sinar gamma. Hal itu berdasarkan
pengukuran koeffisien absorpsi dari suatu bahan penyerap dengan grafik
antara intensitas sinar gamma dengan ketebalan bahan penyerap.
Untuk sumber yang sangat lemah dengan energi diatas 400 keV,
menggunakan berbagai macam geometri yang memberikan nilai ketelitian

12

Peluruhan Gamma 2014


yang cukup baik dari energi sinar gamma. Cara yang tepat untuk mengukur
energi sinar gamma ini adalah mengukur ketebalan paruh pada suatu bahan
penyerap seperti Aluminium dan membandingkannya dengan grafik
hubungan antara energi dengan tebal paruh pada gambar 3. Tebal paruh
adalah tebal bahan yang dapat menyerap setengah intensitas paparan radiasi
yang datang sehingga intensitas paparan radiasi yang diteruskan tinggal
setengah dari intensitas semula. Nilai tebal paruh dari suatu bahan sangat
berguna untuk menentukan tebal suatu bahan yang diperlukan untuk
proteksi radiasi atau sebagai perisai.

Gambar 3. Hubungan Antara Ketebalan Paruh X1/2 dalam Al dengan Energi


Foton
Untuk energi sinar gamma yang tinggi, misalnya 4 MeV, maka pasti
membutuhkan geometri bagus yang serupa sesuai dengan gambar 1
mengenai rancangan pengukuran koeffisien absorpsi oleh Davisson dan
Evan, tetapi hal ini membutuhkan suatu kondisi bahwa sumber harus
memiliki laju peluruhan yang tinggi dengan baik untuk mendapatkan laju
cacah yang cukup besar. Pengukuran serapan tidak memberikan hasil yang
akurat pada energi yang lebih tinggi karena batas minimum pada kurva

13

Peluruhan Gamma 2014


serapan sesuai dengan lebih dari satu energi. Sedangkan untuk energi yang
sangat rendah, katakan 1 keV sampai 100 keV, maka metode utama
penyerapan dapat digunakan untuk menentukan energi yang akurat. Dengan
membuat pengukuran penyerapan dalam bahan dari berbagai nomer atom
dapat digunakan untuk menggolongkan energi sinar gamma dalam tepi
penyerapan-K dari dua bahan penyerap dengan nomer atom yang
berdekatan
b. Spiktometer Difraksi Kristal
Metode spektometer difraksi-kristal merupakan salah satu metode
yang umum digunakan untuk mengukur energi sinar gamma. Karena sinar
gamma () merupakan gelombang elektromagnetik, maka metode yang
langsung digunakan adalah menentukan panjang gelombang dan energi
diukur dengan menggunakan kristal sebagai kisi difraksi. Sebuah instrumen
dengan presisi tinggi yang disebut foaming type eumerl-kristal spektrometer
telah digunakan oleh DuMond. Instrumen tersebut merupakan sebuah
spektrometer tipe transmisi dengan menggunakan kisi difraksi kristal yang
melengkung.
Untuk mengetahui sudut difraksi (), panjang gelombang () dari
sinar gamma dapat dihitung dengan persamaan kondisi Bragg :
n 2d sin

: jarak kisi
n : orde difraksi
Prinsip kerja yang ditentukan secara skematis untuk mengukur energi
sinar gamma dapat ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

14

Peluruhan Gamma 2014

.
Gambar 4. Skema Diagram dari Kristal Spektrometer Sinar
Sebuah

kuarsa

kristal

datar

dibengkokkan

sedemikian

rupa

membentuk busur, sehingga difraksi bertemu pada jarak 2R dari pusat


kristal di garis . Jari-jari kelengkungan kristal adalah sama dengan
diameter fokus lingkaran F. Sumber sinar gamma ditempatkan pada R. Jika
berada dalam kondisi bragg, sinar gamma yang dipantulkan dari kristal C
dan tampak menyimpang ke titik V di lingkaran F. Berkas divergen ini
(berkas difraksi) diterima oleh detektor (biasanya sebuah detektor sintilasi).
Dan sistem dinding antar A berfungsi untuk mensejajarkan berkas sama
seperti melindungi detektor dari radiasi yang datang secara langsung dari
sumber. Pengaturan mekanis ini dibuat untuk menggerakkan sumber dengan
akurat disepanjang fokus lingkaran F, yang secara otomatis memutar kristal
dengan sendirinya. Hal ini mengurangi pergerakan detektor dan collimator

15

Peluruhan Gamma 2014


(keduanya memiliki berat) untuk menemukan puncak difraksi pada sudut
yang berbeda sesuai dengan panjang gelombang yang berbeda. Sebuah kisi
kristal umumnya memiliki tebal sekitar 1 mm, lebar 50 mm, tinggi 70 mm
dan jari-jari kelengkungan 2.0.
Metode pengukuran energi sinar gamma ini merupakan metode yang
paling akurat dan presisi yang digunakan untuk menyediakan sumber
standar kalibrasi. Resolusi dari alat ini sekitar 1 persen, akurasinya 0,04
persen dan efesiensinya 10-9 per foton. Metode ini baik hanya sampai pada
energi gamma 1 MeV karena keterbatasan pada jarak kisi yang digunakan.
c. Spektometer Magnetik
Ketika satu atau beberapa kelompok sinar gamma memiliki energi
sedang (dari 1 MeV sampai 3 MeV), maka energi sinar gamma dapat
ditentukan dengan menggunakan spektrometer magnetik. Sinar gamma
dibuat untuk menghasilkan fotoelektron atau elektron mundur Compton,
dimana energi elektron tersebut diukur dengan menggunakan spektrometer.
Prosedurnya adalah sebagai berikut.

Gambar 5. Skema Spektrometer Magnetik

16

Peluruhan Gamma 2014


Dengan memanfaatkan elektron mundur Compton, sumber sinar
gamma tertutup dalam bahan penyerap dengan nomer atom yang rendah,
seperti aluminium sehingga tetap memproduksi fotoelektron dalam jumlah
minimum. Ketebalan penyerap hanya cukup untuk menghentikan semua
elektron primer yang berasal dari sumber tetapi bukan sinar gamma.
Elektron Compton dikeluarkan dari radiator (yang biasanya foil tipis)
difokuskan dalam spektrometer seperti gambar 5. Elektron Compton
membentuk spektrum kontinu dengan cukup tajam, yang didefinisikan
dengan energi-batas atas. Dengan mengetahui energi maksimum elektron
Compton, maka energi sinar gamma dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan energi kinetik maksimum Km, dan dengan mensubstitusi =180
(atau =0) dalam persamaan energi kinetik maksimum, maka diperoleh
persamaan energi sinar gamma sebagai berikut :
(

Dimana

Dengan memanfaatkan efek fotolistrik, sebuah radiator dari medan


atau nomor atom yang tinggi ditempatkan di depan kotak penyerap yang
ditunjukkan pada gambar 5. Fotoelektron muncul sebagai garis spektrum
ditumpangkan pada spektrum Compton kontinu (gambar 6). Garis yang
muncul sesuai dengan elektron kulit K dan kulit L. Jika spektrometer
dengan resolusi yang sangat tinggi digunakan, garis-garis yang sesuai
dengan elektron kulit M dapat diselesaikan. Energi elektron tersebut dapat
ditentukan dari posisi baris (nilai-nilai H). Setelah mengoreksi ketebalan

17

Peluruhan Gamma 2014


radiator dan penambahan energi ikat dari kulit masing-masing, maka energi
dari sinar gamma yang diberikan adalah :

d. Spektometer Pasangan
Beberapa

spektrometer

partikel

dapat

digunakan

untuk

mendeterminasikan energi sinar gamma dengan pengukuran energi


Compton.

Gambar 6. (a) Fotoelektron dan Compton elektron yang dikeluarkan radiator


timbal karena sinar gamma dari Mn52 yang digambarkan empat puncak yang
disebabkan oleh fotoelektron dengan energi tertentu. (b) Spektrum elektron
mundur Compton yang diproduksi dalam radiator tembaga karena sinar gamma
dari Mn52 menunjukkan empat sinar yang sama, dimana energi terendah
adalah pasti radiasi pemusnahan, karena Mn52 adalah positron.

18

Peluruhan Gamma 2014


Jika energi dari sinar gamma meningkat, maka penampang lintang
Compton dan fotoelektron terus menurun sedangkan produksi pasangan
penampang lintang meningkat pesat. Dengan demikian, untuk pengukuran
sinar gamma dengan energi lebih besar dari 3 Mev, menggunakan
pembuatan dari produksi pasangan. Instrumen yang digunakan disebut
spektrometer pasangan ditunjukkan pada gambar 7 dan akan dijelaskan di
bawah ini.

Gambar 7. Skema Spektometer Pasangan


Sebuah sinar paralel dari sinar gamma jatuh pada penyerap tipis dan
menghasilkan pasangan elektron-positron. Untuk energi yang lebih besar
dari 3 Mev, pasangan diproduksi hampir ke arah depan. Medan magnet yang

19

Peluruhan Gamma 2014


seragam diterapkan tegak lurus terhadap bidang gambar. Elektron dan
positron terfokus secara terpisah dalam medan magnet homogen menjadi
beberapa pencacah (penghitung) Geiger yang ditempatkan pada setiap sisi
radiator, pencacah Geiger berpasangan, satu dari setiap sisi, dihubungkan ke
sebuah sirkuit berpasangan. Hal ini diperlukan untuk mendeteksi secara
bersamaan elektron dan positron yang diproduksi oleh satu sinar gamma ().
Fungsi rangkaian adalah untuk merekam hitungan jika sebuah elektron
diterima oleh salah satu pencacah dan positron oleh pencacah yang lain
yang berasal dari sinar gamma yang sama, terlepas dari pasangan yang
diproduksi dalam radiator. Mengetahui energi dari elektron dan positron dan
menambahkan energi massa rihat mereka memberikan energi dari foton
yang masuk. Kita akan menunjukkan disini bahwa untuk sinar gamma
dengan energi tinggi, jumlah dari jari-jari lekukan elektron dan positron
konstan. Energi dari sinar gamma adalah :

Dengan mengabaikan

sebagai perbandingan untuk

atau

, maka dapat ditulis :

Dimana

. Dengan demikian p+ dan p- sudah

ditetapkan dan dengan mengubah H, maka energi sinar gamma (E) dapat
ditentukan.
e. Metode Kilauan
Metode sintilasi (kilauan) merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan untuk mengukur energi sinar gamma dengan menggunakan
kristal Nal (TI). Metode ini adalah salah satu metode paling sederhana dan

20

Peluruhan Gamma 2014


paling dapat diandalkan untuk energi serta intensitas, pengukuran sinar
gamma dari 50 Kev ke beberapa Mev. Meskipun resolusi tidak tinggi, tetapi
hal tersebut memiliki efisiensi yang sangat tinggi. Pulsa yang dihasilkan
dengan metode ini berbanding lurus dengan energi yang disimpan di dalam
kristal.
Dibawah ini merupakan skema pengukuran energi sinar gamma
dengan metode sintilasi :

Gambar 8. Skema Bagan Spektometer Sinar Gamma


Berdasakan gambar skema pengukuran energi gamma dengan metode
sintilasi, maka diperlukan alat dan bahan sebagai berikut :
Radioisotop
Berfungsi sebagai sumber yang akan dicacah dan dicari nilai dari
energinya. Radioisotop yang digunakan misalnya 137Cs, 60Co, 152Eu.
Seperangkat Alat Spektroskopi Gamma
Seperangkat alat spektrometer gamma yang didalamnya termasuk
detektor sintilasi Nal (TI). Berfungsi sebagai alat pencacah sumber
radioisotop.
Osiloskop
Berfungsi sebagai alat yang menampilkan gelombang energi
radioisotop hasil pencacahan.
Detektor yang umum digunakan dalam spektroskopi gamma adalah
detektor sintilasi NaI (Tl). Detektor ini terbuat dari bahan yang dapat

21

Peluruhan Gamma 2014


memancarkan kilatan cahaya apabila berinteraksi dengan sinar gamma.
Efisiensi detektor bertambah dengan meningkatnya volume kristal,
sedangkan resolusi energi tergantung pada kondisi pembuatan pada waktu
pengembangan kristal. Sinar gamma yang dipancarkan radioisotop masuk
menumbuk lapisan detektor Nal (TI) dan berinteraksi dengan atom-atom
bahan sintilator menurut efek fotolistrik, hamburan Compton dan produksi
pasangan, yang akan menghasilkan kilatan cahaya dalam sintilator
(menghasilkan elektron akibat eksitasi elektron). Keluaran cahaya yang
dihasilkan oleh kristal sintilasi sebanding dengan energi sinar gamma.
Kilatan cahaya oleh pipa cahaya dan pembelok cahaya ditransmisikan ke
fotokatoda dari photomultiplier tube (PMT). Di dalam PMT terdapat banyak
diode, dimana ketika sebuah elektron menumbuk diode pertama yang
mempunyai beda potensial (berarti jumlah proton banyak), maka sebuah
elektron tersebut kemudian digandakan sebanyak-banyaknya oleh bagian
pengganda elektron pada PMT. Arus elektron yang dihasilkan membentuk
pulsa tegangan pada input penguat awal (preamplifier). Pulsa ini setelah
melewati alat pemisah dan pembentuk pulsa dihitung dan dianalisis oleh
Mulichannel Analyzer (MCA) dengan tinggi pulsa sebanding dengan energi
gamma.
f. Metode Lainnya
Metode lain yang dapat digunakan untuk mengukur energi sinar
gamma adalah sebagai berikut :
(i) Tekanan ruang ionisasi proporsional dan tinggi digunakan untuk
sinar gamma dengan energi yang sangat rendah (< 50 Kev). (ii) Sebuah
ruang berkabut dapat digunakan untuk penentuan energi sinar gamma
dengan mengukur rentang dari Compton, fotolistrik dan elektron
berpasangan. Hasil yang diperoleh namun tidak sangat akurat. (iii) Metode
Bothe mengukur berbagai elektron Compton. Pengaturan ini ditampilkan

22

Peluruhan Gamma 2014


dalam Gambar 9. Elektron Compton melewati dua pencacah (penghitung)
Geiger berdinding tipis yang terhubung ke suatu rangkaian. Penyerap
ditempatakan diantaran dua pencacah Tingkat ketepatan perhitungan diukur
sebagai sebuah fungsi ketebalan penyerap yang ditempatkan diantara dua
pencacah. Ketebalan penyerap tersebut mengakibatkan tingkat persamaan
menjadi nol yang sesuai dengan rentang elektron Compton, sehingga energi
foton yang masuk dapat dihitung.

Gambar 9. Metode bothe untuk pengukuran energi gamma


(iv) Pada energi yang tinggi dari suatu foton dapat menyebabkan
disintegrasi dari deutron (photodisintegration), sehingga didalamnya
mengandung

proton dan neutron. Dari pengukuran jangkauan proton

(dalam ruang bertekanan tinggi, maka energi foton dapat diketahui. (v)
Untuk resolusi yang lebih baik, penggunaan detektor zat padat dari sebuah
Kristal Ge dapat digunakan pada percobaan ini untuk mengukur energi sinar
gamma.

23

Peluruhan Gamma 2014


6. Multipole Moments
Kita

tahu

bahwa

pancaran

gamma

menghasilkan

gelombang

electromagnet dengan panjang gelombang 0,0001 0,1 mm, sesuai dengan


teori elektromagnetik yaitu perubahan medan magnetik dapat menimbulkan
medan listrik, maka sebaliknya perubahan medan listrik pun dapat
menimbulkan medan magnetik. Setiap partikel elementer mempunyai sifat
mekanika kuantum intrinsic yang dikenal dengan nama spin. Spin beranalogi
dengan momentum sudut suatu objek yang berputar pada pusat massanya. Oleh
karena electron mematuhi asas pauli, diamana dua muatan yang sama tidak
boleh menempati ruang yang sama, sehingga menyebabkan satu electron
bergerak dengan spin naik, dan yang satunya turun yang artinya saling
meniadakan. Maka, satu satunya cara untuk menghitung probabilitas
pancaran gamma yaitu dengan metode klasik, hal ini dilakukan karena struktur
didalam inti tidak diketahui dengan jelas. Untuk mempermudah kita gunakan
distribusi muatan listrik seperti pada gambar di bawah ini :
z

r
i

24

q
i

Gambar 6.1 distribusi muatan

Peluruhan Gamma 2014


Dalam gambar tersebut, kita tinjau dari satu titik yaitu q dalam ruangan 3D (x,
y, z) yang dihubungkan dengan titik awalnya yaitu r, karena momen adalah
hubungan antara muatan dengan jaraknya sehingga persamaan untuk
menentukan momen dipole dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan :
Px =

Py =

Pz =

(6.1)
Perhatikan ilustrasi berikut ini :
y

q
x

Gambar 6.2 Distribusi momen monopol


Untuk membuktikan apakah partikel tersebut termasuk momen
monopol, dipol,dan kuadrupol dapat ditentukan dengan menggunakan
perumusan (9.46) yaitu :
Dikatakan momen monopol jika hasil dari perhitungan menunjukkan angka
nol ;
Px =
Dari rumus tersebut dapat kita tentukan :
Px = q.0 + q.-0
=0

25

Peluruhan Gamma 2014


Berdasarkan hasil di atas diketahui bahwa Px = 0 yang artinya muatan tidak
memiliki atau menempati suatu jarak tertentu yang artinya berada tepat pada
y

titik awalnya.

-q

+q
x
-a

+a

Gambar 6.3 Distribusi momen dipol


Dikatakan momen dipol jika hasil dari perhitungan menunjukkan angka dua ;
Px =
Dari rumus tersebut dapat kita tentukan :
Px = q.a + -q.-a
= 2qa
Berdasarkan hasil di atas diketahui bahwa Px = 2qa yang berarti memiliki dua
kutub dengan jarak a, sehingga dapat dinyatakan sebagai momen dipol yang
memiliki arti 2 kutub.

-q

-2q

+q
x

-a

+a

Gambar 6.4 Distribusi momen kuadrupol

26

Peluruhan Gamma 2014


Momen kuadrupol merupakan momen yang berasal dari tensor momen dipol,
yaitu :

P (x, y, z) =

]
(6.2)

Sehingga perumusan untuk momen kuadrupol menjadi :


Pxx =

Pxy =

Pxz =

Pyy =

Pyz =

Pzz =
(6.3)

Momen multipol merupakan kumpulan dari momen monopol, momen dipol,


dan momen kuadrupol. Jika diibaratkan suatu sistem momen multipol
merupakan sistemnya sedangkan monopol, dipol, dan kuadrupol adalah
deretnya.
Momen multipol dapat dinyatakan dengan perumusan :

+
(6.4)

Dimana, merupakan momen monopol


Px merupakan momen dipol

merupakan momen kuadrupol, yang terdiri dari

, ..
Selanjutnya muncul pertanyaan; bagaimanakah dengan pengaruh energy dari
luar bidang ?

27

Peluruhan Gamma 2014


Mari kita

deskribsikan bidang luar sebagai potensial V (x,y,z). maka

energinya adalah :

(6.5)
Dimana xi, yi, dan zi adalah koordinat i. kita dapat mengembangkan V (x,y,z)
kedalam deret Taylor, yaitu
V (x,y,z) = [ ]0 + *( )
(

( )

(
)

+ + ..

( )
+

* (

+ + * (

(6.6)

Substitusikan persamaan 6.5 dengan 6.6, diperoleh :


E

(
(
(

]0

( )
(

++*

+ + ..

( )

( )

)
)

(6.7)
Bagaimanakah jika nukleon bukan lagi diskrit melainkan kontinyu ?,
jika pada saat nucleon berharga diskrit momen monopol muatan tersebut dapat
dicari dengan cara menggabungkan muatan dan jaraknya dari titik awal, hanya
saja pada saat kontinyu kita gunakan rapat muatan dan volume dari elemen
benda tersebut. Sehingga dapat dinyatakan :
Px =

Py =

,
(6.5)

28

Pz =

Peluruhan Gamma 2014


Untuk nucleon, kita bisa gunakan bidang yang berbentuk ellips dengan
sumbu z sebagai sumbu simetri. Sebagaimana kita tahu bahwa komponen
momen kuadrupol saling menghilangkan kecuali saat Pzz dan Pxx (=Pyy),
untuk titik yang lainnya sama dengan nol karena momen dipol diasumsikan
sama dengan nol. Sehingga energy untuk momen kuadrupol adalah :
*(

) +

(6.6)
Sekarang, gunakan teorema Laplace :
(

)
(6.7)

Kombinasikan persamaan (6.6) dan (6.7), sehingga energy untuk kuadrupol


(EQ)adalah :
(

Dimana,
Q = 2(Pzz Pxx)
(6.8)
Dinamakan momen quadrupol, yang dinyatakan dengan :
Q = 2 Pzz Pxx Pyy
=

)d
(6.9)

29

(Pxx = Pyy)

Peluruhan Gamma 2014


Karena ,

(7.0)
Sehingga persamaan 6.9 dapat dituliskan menjadi :
q=
(7.1)
Catatan, jika Q positif yaitu saat Pzz > Pxx dsitribusi muatan berbentuk cerutu
searah sumbu z, sedangkan saat Q negative yaitu Pzz<Pxx distribusi muatan
berbentuk cakram. Seperti pada gambar berikut ini :
Z

(a)

(b)

Gambar 6.5 (a) distribusi muatan cerutu, (b) distribusi muatan cakram

30

Peluruhan Gamma 2014


7. Selection Rules
Aturan seleksi itu didapatkan dari perbedaan Hukum kekekalan kepada system,
meliputi :
Momentum Sudut
Kekekalan momentum sudut merupakan total dari system awal yang sama
dengan system akhirnya., maka :

Ii If = L
(Ii + If) L (Ii If )
Dengan :
L

= momentum sudut yang membawa jauh photon

Ii dan If

=merupakan putaran awal dan akhir posisi

Contohnya, Ii = 3 , It = 2, sehingga L = 5,4,3,2,1.


Berarti , foton membawa momentum sudut .: 1 , 2 , 3 , 4 , 5 .
Foton setidaknya membawa minimal 1 momentum sudut . Saat - di antara
Ii=It i.e 0

0 maka perpindahan tidak dibolehkan. Sehingga untuk inti

dengan 0 putaran, tidak ada radiasi monopole yang keluar dan tidak ada
pancaran gamma yang terjadi.
Keseimbangan
Hukum kekekalan keseimbangan kekal dimana

sistem awal sama dengan

sistem akhir . Keseimbangan awal dilambangkan (+) dan keseimbangan akhir


dilambangkan yang melibatkan keseimbangan awal gelombang fungsi t
dan medan radiasi multipole . Ada tiga keseimbangan yaitu i

31

, f , L Jika

Peluruhan Gamma 2014


keseimbangan L bernilai ( + ) ,keseimbangan dari

i , f keduanya harus

ganjil atau keduanya genap, maka


i (+) = L (+) f (+)
Atau
i (-) = L (+) f (-)
Jika L adalah ganjil ,(-) kemudian 1,f berlawanan dengan keseimbangan
i(+) = L (+) f (-)
Atau
i (-) = L (-) f (+)
Perubahan keseimbangan dilambangkan dengan ( -1 ) L dan +1 L berarti tidak
ada perubahan. Untuk transisi E1,ada perubahan dalam keseimbangan
sedangkan untuk M1 memiliki kesimbangan yang sama . Tabel berisi aturan
seleksi untuk kedua momentum sudut dan perubahan keseimbangan .

8. Internal Conversion
Sebuah inti yang tidak stabil tereksitasi dapat kembali ke keadaan dasar dengan
memberikan energy eksitsinya langsung ke electron di sekelilingnya bukan dari
pancaran gamma

32

sehingga

terjadi transfer energy. Electron itu sendiri

Peluruhan Gamma 2014


memancarkan energy kintik ketika berada di orbitnya dan . Energy kinetic dari
konversi elektron memberikan persamaan:

Ke = Et- EB

..(9.72)

Keterangan :

EB

= energi ikat dari elektron

Et

= energi yang tersedia untuk pancaran gamma,.

Gambar 9.30 spektrum elektron momentum berkelanjutan dari I dengan garis


konversi ditumpangkan di atasnya ( Dari Owen , GE , D . Moe , dan CS ,
Gook , Phys , Rev. 74,1879,19480 .

Gambar 9.30 menunjukkan 7 baris ditumpangkan pada spektrum beta


secara terus menerus, jika masa peluruhan gamma panjang maka spektrum
garis elektron konversi akan bebas dari - spektrum kontinu .
Transisi gamma dan konversi internal timbul karena interaksi elektromagnetik
.Karena konversi internal dan pancaran berlawanan , total perpindahan
untuk keadaan tertentu menjadi jumlah dari peluang perpindahan untuk emisi
, , yaitu,
= +e

33

(9.73)

Peluruhan Gamma 2014


Dan
e = K +L + M + . . .
Dimana K

(9.74)

, L , dan M adalah peluang, perpindahan masing-masing, untuk

K , L , dan M pancaran konversi elektron - . Jika radioaktif memancarkan sinar


gamma N , dalam waktu tertentu dan Ne elektron konversi dalam waktu yang
sama , perbandinga N e / N dinamakan koefisien konversi , , yaitu,
= Ne/N =e /

(9.75)

Dimana mempunyai nilai diantara 0 sampai

, karena Ne = Nk + NL +NM

+, sehingga

.(9.76)
Kombinasi persamaan ( 9.74 ) dan ( 9.76 ) , kita dapat menghubungkan ratarata dari total transisi dan untuk transisi gamma dengan cara berikut :

sehingga

= (1+)

.(9.77)

Persamaan ( 9.77 ) menunjukkan teori yang mengasumsikan model


partikel tunggal ( titik inti ) harus dikoreksi untuk purata transisi elektron
konversi .
Untuk LI / LII , LII / LIII dan perbandingan L / M

konversi dapat diukur.

Karena K = Nk / N dan L = NL / N , membagi satu dengan yang lainnya , kita


dapatkan :
K/L =K / L

34

(9.79)

Peluruhan Gamma 2014


9.

Nuclear Isomerism
Dalam kebanyakan kasus inti meluruh oleh pancaran transisi gamma yang
memiliki peluang transisi yang sangat tinggi dan waktu paro yang sangat
pendek (<< 10-8 sec) ; tetapi di luar kasus tersebut telah ditemukan ( sekitar
100) di mana inti dalam proses peluruhan oleh pancaran gamma tereksitasi
keluar dari suatu keadaan ke yang lebih rendah, atau dari yang lebih umum ke
keadaan dasar, dengan memiliki peluang transisi yang sangat kecil. Pengukuran
waktu paro telah ditemukan di kisaran 10-8 sekon sampai beberapa tahun.
Keadaan waktu paruh pada rentang ini disebut keadaan isomer dan transisinya
disebut transisi isomer. Tidak ada perbedaan yang fundamental antara keadaan
isomer dan keadaan yang memiliki waktu paruh yang sangat pendek. Rentang
waktu paruhnya yang menyatakan keadaan isomer tidak memiliki batas yang
jelas. Transisi isomer menghasilkan sepasang inti atom yang memiliki nomor
dan jumlah massa atom yang sama, tapi salah satunya memiliki energi yang
lebih besar dari yang lain, dan radiasi yang dihasilkan juga berbeda. Sepasang
inti atom ini disebut isomer nuklir dan fenomena ini disebut nuclear isomerism.
Sebuah keadaan isomer juga disebut keadaan meta stabil dimana anggota
isomer nuklir memiliki energi yang lebih tinggi dinotasikan dengan m,
contohnya, Se81m seperti pada gambar 9.33.

35

Peluruhan Gamma 2014

Ada dua faktor yang menyebabkan respon utama pada pancaran gamma
yang sangat rendah peluang transisinya ; perbedaan dasar pada jumlah
keseluruhan dari momentum sudutnya, (l), diantara keadaan tereksitasi dan
keadaan terendah yang tereksitasi atau keadaan dasar, dan perbedaan energi
terendah antara dua keadaan. Peluang transisi terkecil dari sinar gamma
karena multipolarisasi yang tinggi dan energi terendah ini sesuai dengan
model partikel tunggal (atau model kulit) seperti yang digambarkan pada
gambar 9.28. Kita akan mendiskusikan ini lebih detail pada bab 10.
Jika energi pada keadaan tereksitasi cukup besar sehingga secara teoritis
cukup untuk melakukan peluruhan , maka Transisi (atau transisi
radioaktif) sangat lambat, dan ini tidak terjadi. Dengan kata lain, jika pada
kondisi tereksitas ini stabil, keadaan isomer pada inti memungkinkan inti
untuk melakukan konversi internal. Pada proses konversi internal ini
mengurangi waktu paruh yang teramati pada transisi isomer nuklir. Waktu
paruh sementara untuk transisi gamma dari keadaan isomer ditunjukkan
pada persamaan (9.77)

36

Peluruhan Gamma 2014

Dimana

adalah standar waktu paruh yang didapat dari hasil

eksperimen pada keadaan isomer dan

adalah koefisien konversi setara

dengan N/N.
10. The Auger Effect
Efek auger adalah emisi elektron pada orbital energi terendah sebagai
alternatif emisi sinar x. Selalu ada ekosongan pada kulit elektron akibat
konversi internal, efek fotoelektrik, penangkapan elektron, dan beberapa
transisi lainnya. Kekosongan ini diisi oleh transisi sebuah elektron dari kulit
terluar ke kulit terdalam, dan eksitasi elektron ke kulit yang lebih dalam
dengan melepaskan energi melalui emisi sinar x atau dengan memindahkan
energi ke elektron yang berada pada kulit yang lebih luar. Elektron yang
mengalami emisi dari proses ini dinamakan Auger elektron sesuai dengan
nama penemunya Pierre Auger. Proses ini analog dengan konversi internal
walaupun proses atomik ini berbeda dengan konversi internal yang
merupakan proses nuklir. Energi dari elektron auger ini biasanya lebih rendah
dari elektron pada umumnya.
Sebagai contoh jika terdapat kekosongan di kulit K, maka perpindahan
elektron dari kulit L ke kulit K akan menghasilkan eksitasi ke kulit K den gan
energi yang setara dengan perbedaan energi ikat dari kulit K dan kulit L (E
= lk 2 lL). Eksitasi elektron ke kulit K akan membebaskan energi dengan
cara mengemisikan energi foton hvk = lk lLm dimana vK adalah frekuensi dari
sinar x pada kulit K atau emisi Auger elektron dari kulit L dengan energi
kinetic yang dinyatakan
KL = E IL = IK 2 IL

37

(9.80)

Peluruhan Gamma 2014


Kekosngan yang terjadi di kulit L menghasilkan emisi sinar x dari kulit L
atau emisi auger elektron dari kulit M. Harus dipahami bahwa efek auger ini
adalah alternative proses emisi sinar x dan ini bukan termasuk efek
fotoelektrik internal.
Dibawah ini adalah hubungan antara emisi elektron auger dan emisi sinar
x. kemungkinan relatif pada emisi sinar x dan emisi elektron auger diukur
dengan

hasil fluoresensi yang dinyatakan dari banyaknya sinar x yang

diemisikan tiap kekosongan pada kulit elektron. Sebagai contoh, pada kasus
kulit K kita dapat menyatakan hasil fluoresensi kulit K sebagai YK

38

Peluruhan Gamma 2014


Variasi dari K-fluorescence yield dan berbagai nomer atom telah dihitung
oleh C. Broyles dan ditunjukkan pada persamaan grafik seperti pada gambar
9.34. Secara umum bahwa kemungkinan relatif pada emisi sinar x mendekati
satu untuk elemen dengan nomor atom yang tinggi dan bernilai nol untuk
elemen dengan nomor atom rendah. Dengan demikian, emisi elektron Auger
yang menempati didominasi oleh elemen dengan nomor atom rendah.
11. Internal Pair Conversion
Pada penambahan dalam emisi gama dan emisi konfersi elektron, terdapat
perlawanan proses penggantian pasangan internal, untuk perangsangan dalam
nukleus . kita telah mendiskusikan bahwa kapanpun energi sinar gamma lebih
dari 1,2 MeV, maka terjadi saling mempengaruhi dengan sebuah penyerapan,
pasangan elektron-positron di produksi pada medan coloum dalam nukleus.
Hal ini telah ditunjukkan oleh perangsangan nukleus dengan energi lebih dari
yang mungkin dirangsang. Oleh pembentukaan pasangan elektronpositron. Pada saat tertentu di medan colombnya sendiri konfersi pasangan
internal dan itu merupakan sebuah aalternatif untuk pelepasan gamma dan
emisi konfersi elektron, seperti peluruhan gama dan proses konfersi elektron
itu sesuai untuk sebuah interaksi elektron untuk matematis.

Dimana k+ dan K- adalah energi kinetik positron dan elektron tespectively dan
2moc2 adalah jumlah dari massa sisa positron dan elektron.
12. Measurement of very short Lifetimes
Pancaran sinar gamma yang singkat short lifetime. Waktu hidupnya < 10-11
sec. Tapi rentang antara 10-6 10-11 sec. Dari prinsip ketidakpastian ,
hubungan antara
energi ).

39

dan lebih tinggi

( adalah ketidakpastian dalam tingkat

Peluruhan Gamma 2014

Metode yang berbeda yang telah dikembangkan sampai hari ini mengikuti

Source
detector

detector

*
e

Valiable delay

Coincidence
Unit

Scalar

Delayed Coincidence Methods.


Metode ini mungkin setiap kali emisi gamma didahului oleh transisi lain;
misalnya, peluruhan beta dapat diikuti oleh emisi gamma. Sketsa ederhana dari
konfigurasi percobaan ditunjukkan pada Gambar9.38. Partikel beta terdeteksi
dalam satu mendeteksi sinar gamma yang lain. Detektor beta juga dilengkapi
dengan variabel kotak delay, sehingga pulsa membentuk ini mungkin tertunda
selama jangka waktu yang berbeda. Tingkat kebetulan yang diamati antara beta
dan sinar gamma sebagai fungsi dari waktu tunda dari pulsa beta. Maksimum
ditunjukkan pada Gambar9.39 seumur hidup dari keadaan tereksitasi. seperti
yang telah sering digunakan dalam spektroskopi nuklirserta dengan akselerat

Gambar 9.38. Sebuah sketsa sederhana dari setup eksperimental untuk


ditunda-kebetulan i

40

Peluruhan Gamma 2014

Gambar 9.39. Waktu spektrum kebetulan


Sebuah distribusi waktu yang cepat dari

dalam peluruhan Sn117 .


kebetulan di Au198 peluruhan

juga ditampilkan. [percobaan Schmorak, M.. A, C. Li. Ar A. Schwarzschild,


Phys Rec. 130, 727 (1963)].

13. Gamma-Gamma Anguler Correlations


15 tahun belakangan ini pembahasan hubungan dari gamma-gamma anguler
menjadi populer. Hal itu ditunjukkan oleh nilai rata-rata dari (1) penentuan spin
dari keadaan tereksitasi (2)penegasan dari penetapan spin yang ditentukan oleh
metode yang lain (3) penentuan karakter dari perpindahan antara bebrapa
keadaaan.
Teori dari hubungan anguler dapat diaplikasikan dalam emisi berturut-turut
dari radiasi nuklir yang pertama kali diberikan oleh D. Hamilton. Hal tersebut
menunjukkan bahwa teori spesifik dari hubungan anguler membutuhkan dua
macam informasi :

41

(a) momentum anguler dari keadaan nuklir dan

Peluruhan Gamma 2014


pemancaran radiasi, dan (b) interaksi hamiltonian diantara partikel-partikel luar
dan nukleus. Pada kasus pemancaran sinar gamma yang ditunjukkan pada
gambar 9.41 (a) hubungan dari W()dimana adalah sudut antara sinar gamma
berturut-turut, pada gambar 9.41 (b) adalah fungsi dari perputaran awal,
menengah, dan keadan akhir, j1,j, dan j2 secara berturut-turut, dan
multipolaritas.

42

Peluruhan Gamma 2014

FIG 9.40 Eksperimental demonstrasion of recolles resonance


absorp solution of 129 kev gamma rdaiation of lr. [from
mossbauer, R. L..Natur Wiss, 45.538. (1958)]. (a) an outline of the
eksperimental arragement used by mossbauer. Both the source and
the absorber are inside the cryostat. The source is mounted on the
wheel. Which may be rotated in either direction with variabl
velocity. (b) the effect of the montion of the source on resonant
absorption at 88 K. The half-width at half-maximum absorption is
2r = (9.2=1.2) ev

FIG, 9.41 (a) successionve emisssion of two gamma rays. L1 and L2 are the
,ultipolarities y1 and y2, respectively. J1,j2, and j3 are the spins of the initial,
intermediate, and final states, respectively. (b) the angel between the directions of
emission of two successive gamma rays is given by
L1 dan L2 dari dua sinar gamma yang masing-masing berturut-turut. Dalam bentuk
umum fungsi kolerasi, dapat ditunjukkan oleh hamiltonian sebagai :
(9.91)

43

Peluruhan Gamma 2014


Bentuk yang lebih cocok dan bentuk umum dari hubungan anguler dapat
dibangun secara bebas oleh S. Lioyd, L. Falkoff, and G. Uhlenbeck, D. Ling and
G. Racah dalam bentuk rangkaian lagrang dalam sudut cosinus antara sinar
gamma yang berturut-turut, atau

(9.92)

satuan rata-rata normalnya pada 900. Perhitungan yang lebih mudah dan lebih
ekspisif dari koefisien Ak dimudahkan dengan kenyataan bahwa koefisien tersebut
dapat dipecah dalam dua faktor dimana masing-masing bergantung hanya pada
satu peralihan dari aliran (cascade)

(9.93)

Dimana penjumahan diambil dari nilai genap dari K yang ditunjukkan oleh
0 even K min (2J, 2L1, 2L2)
L1 = 1 if J1 = J or L1 = |J1 J| if J1 J
L2 = 1 if J2 = J or L2 = |J2 J| if J2 J
Jika kedua peralihan dalam aliran adalah multikutup murni dari urutan l1 dan l2
secara berturut-turut maka koefisien A dapat ditunjukkan oeh

Dan
(9.94)

44

Peluruhan Gamma 2014


Dimana koefisien f adalah kombinasi dari clebsch-Gordan C dan koefisien Racah,
W, dan ditabelkan oleh M. Ferentz dan N . Rosenzweig untuk kombinasi yang
berbeda dari L dan J, persamaan 9.94 menjadi bentuk yang lebih rumit jika
peralihannya tidak dari multikutup murni.
Pada eksperimen dibatasi hanya pada penggunaan 2 koefisien petama saja, dan
hubungannya dapat ditunjukkan sebagia
(9.95)
Nilai secara teori dari A2 dan A4 dibandingkan dengan nilai eksperimen dari
koefisien-koefisien tersebut dan perkiraan tentang perputaran dan multikutub

dapat dibuat.
FIG 9.42 An experimental arragment for investigation for
investigation of gamma-gamma anguler corelation. [from Arya,
A. P,. Phys, Rev, 122. 1226. (1961).

45

Peluruhan Gamma 2014

FIG 9.43 Angular correlation of the 356-82 kev. Gamma


cascade in Cs133. The points with flags are the eksperimenta
points, the flags indicating the standard deviation. The
continuous vurve is the least-square of the eksperimental
points. [from Arya. A. P., Phys. Rev ., 122.540. (1961).]
Nilai eksperimen dari A2 dan A4 dapat dievaluasi dari penenuan nilai
eksperimental dari W(), susunan ekeprimental (gambar 9.42) digunakan oleh
penulis untuk mengambarkan hal tersebut.
Dua detektor Nal(TI) ditunjukkan pada gambar 9.42 digunakan untuk mendeteksi
sinar gamma. Sinyal dijelaskan oleh rata-rata dari linear amplifier, dan energi
pilihan dari dua sinar gamma dalam aliran yang digunakan oleh rata-rata dari

46

Peluruhan Gamma 2014


penganalisis satu saluran. Dua sinyal dari analiser dimakan oleh sirkuit dalma
waktu yang bersamaan. Dimana produksinya hanya dihitung jika dua sinyal
tersebut cocok dengan kedua pancaran sinar gamma dari nukleus di aliran (dengan
waktu interval kurang dari 2r detik, waktu pemecahan dari waktu yang
bersamaan). Satu detektor Nal(TI) telah ditetapkan, ketika yang lainnya berpindah
untuk mencari waktu rata-rata yang bersamaan dari sudut-sudt yang berbeda. Kita
kemudian dapat mencari W()=N()/N(900)N() dan N(900) adalah perhitungan
rata-rata dari nilai yang sama kepada sudut dan secara berturut-turut. Telah
diketahui W() untuk yang berbeda, koefisien A2 dan A4 telah ditentukan (9.95).
dapat dihitung dengan membuat kuadrat yang paling sedikit yang cocok. Sebagai
contoh, 9.43 menunjukkan perhitungan eksperimen yang berhubungan dengan
356 dan 82 kev aliran gamma pada Cs133. Lengkungan menunjukkan bahwa
pangkat paling sedikit yang cocok dari data eksperimen dan memberikan
hubungan persamaan.

Hubungan anguler ini konsisten dengan perputaran tetap dari 7/2 , , untuk
tingkat pada keadaan dasar,tingkat 82 kev dan 438 kev pada Cs133, fungsi kolerasi
dapat digunakan lebih lanjut untuk kasus hubungan dari alfa-gamma dan betagamma.

47

Anda mungkin juga menyukai