Elektronika Analog
Oleh :
Laboratorium Elektronika
A. Tujuan
1. Menentukan garis beban DC rangkaian penguat transistor kelas A
2. Menentukan garis beban AC rangkaian penguat transistor kelas A
3. Menentukan titik Q rangkaian penguat transistor kelas A
4. Menentukan daya dan efisiensi rangkaian penguat transistor kelas A
B. Teori Singkat
Signal output berbeda phasa 180 derajat atau berbalik phasa sebesar 180 derajat terhadap
sinyal input.
Sangat memungkinkan adanya osilasi akibat feedback atau umpan balik positif,sehingga
untuk mencegahnya sering dipasang feedback negatif.
Sering dipakai sebagai penguat audio (frekuensi rendah) terutama pada sinyal audio
Mempunyai stabilitas penguatan rendah karena tergantung stabilitas suhu dan bias
transistor
2. Titik Q
Arus dan tegangan kolektor stasioner (quiescent, dalam keadaan istirahat) adalah IC dan
VCE jika tidak ada sinyal input.
input
(a) (b)
Gambar 4 Penguat Kelas A keadaan quiescent
Nilai IC diperoleh dari arus kolektor ketika tidak ada input (ICQ). VCE diperoleh dari
tegangan kolektor dan emitor ketika tidak ada input (VCEQ).
= − ( + ) (1)
Garis beban DC menyatakan semua titik operasi DC yang mungkin. Ujung atas dari
garis beban DC disebut sebagai titik saturasi dan ujung bawah disebut titik cut-off. Titik Q
berada pada suatu tempat sepanjang garis beban DC.
( ) = (3)
4. Garis Beban AC
Untuk menemukan titik saturasi dan titik cut-off pada garis beban AC, rangkaian harus
dianalisa menggunakan rangkaian ekivalen AC.
( ) = + (4)
( ) = + ( + ) (5)
D. Langkah kerja:
1. Menentukan titik Q dan garis beban DC
1. Rangkailah komponen seperti Gambar 8. Keadaaan seperti ini (tanpa input) disebut
sebagai stasioner atau istirahat atau quiescent.
2. Ukur tegangan dan arus AC di kaki basis, collector, dan emitter (VBQ, VCQ, VEQ, IBQ,
ICQ, dan IEQ) menggunakan multimeter.
3. Catat hasil pengukuran pada lembar laporan sementara
R1 Rc
10k 3.6k
Co
Ci Vout
2.2uF
2N3904
1uF
R2
Vs=10mV
2.2k Re Ce
1k 10uF
0
Gambar 9 Rangkaian percobaan garis beban AC
2. Hidupkan dan hubungkan Function Generator (FG), Power Supply DC, dan
osiloskop. FG digunakan untuk memberikan masukan gelombang (Vs). Pilih
jangkauan frekuensi dengan cara menekan tombol frekuensi 1 kHz dan mengatur
knobnya. Selanjutnya hidupkan Power Supply DC dan atur knob tegangan dan
arusnya hingga bernilai 10 V untuk memberi masukan DC (VCC). Sedangkan
osiloskop cukup dihubungkan pada Vs dan Vout menggunakan
3. Ukur tegangan dan arus AC di kaki basis, collector, dan emitter (VB, VC, VE, IB,
IC, dan IE) menggunakan multimeter.
4. Catat pada lembar laporan sementara.
5. Gambarkan sinyal input (Ch.1) dan output (Ch.2).
6. Dengan memperhatikan gambar 7, tentukan VCQ dan VCP
E. ANALISA DATA
R1 Rc
10k 3.6k
Co
Ci Vout
2.2uF
2N3904
1uF
R2
Vs=10mV
2.2k Re Ce
1k 10uF
A. Tujuan :
- Mendesain rangkaian penguat daya kelas B push-pull
- Mengamati bentuk gelombang dan cacat penyebrangan (crossover distortion)
- Menentukan garis beban DC dan AC pada penguat kelas B
- Mendapatkan nilai daya dan efisiensi
B. Dasar Teori
Untuk meningkatkan efisiensi dari penguat transistor dapat diguanakn penguatan transistor
kelas B yang biasa disebut sebagai penguat balans (push-pull). Penguat balans (push-pull) kelas B
adalah rangkaian dengan dua transistor.
Gambar 1(a) menunjukkan rangkaian ekivalen AC untuk sebuah pengikut emitter. Untuk
mendapatkan rangkaian balans, kita menggabungkan pengikut emitter seperti ditunjukkan pada
Gambar 1(a). Transistor atas (npn) menghasilkan setengah siklus positif dari tegangan sumber,
sedangkan transistor bawah (pnp) menghasilkan setengah siklus negatif. Sehingga tegangan output
berupa gelombang sinus lengkap. Sinyal yang melewati beban atau RE tidak mengandung
komponen DC, sehingga bentuk sinyal seperti Gambar 2.
Namun ternyata setelah diamati bentuk sinyal sinusoida tersebut tidak sempurna. Salah
satu kekurangan penguatan kelas B adalah adanya crossover distortion atau cacat penyebrangan.
Sinyal tersebut tidak lagi berupa sinyal sinus karena kerja pengguntingan antara tiap setengah
siklus. Karena pengguntingan ini terjadi antara waktu satu transistor menutup dan yang lainnya
membuka (Gambar 3).
Untuk menghilangkan crossover distortion, dapat diberikan sedikit forward bias melalui
pemasangan diode atau dengan pemberian komponen resistor dengan nilai yang sesuai agar ICQ dari
1-5% dari IC (sat).
a. Garis Beban AC
Garis beban AC ditunjukkan pada Gambar 2. Dengan nilai IC dan VCE didefinisikan sebagai
( ) = + (1)
= (2)
Dan
= (5)
Sehingga total daya dari kedua sumber adalah
=2 =2 (6)
Kemudian efisiensinya adalah
= = = = (7)
Jika dilihat dari persamaan tersebut, efisiensi sebanding dengan VCP. Dimana maksimum efisiensi
dapat dicapai ketika VCP=VCC, yaitu
= = 78.5% (8)
Q1
2N3904
R1
100Ω
Input
Output
R2
100Ω R3
1kΩ
Q2
2N3906
V3
12V
V2
12V
Q1
XFG1 2N3904
COM
R1
100Ω
Output
R2
100Ω R3
1kΩ
Q2
2N3906
V3
12V
2. Ukurlah tegangan dan arus di kolektor dan emitor (IC, VE, dan VC) menggunakan
multimeter. Catat hasil pengukuran pada lembar laporan sementara
E. Analisa Data
1. Tentukan titik Q pada grafik IC vs VCE (ICsb.y; VCEsb.x).
2. Buatlah garis beban AC berdasarkan pengukuran (ICsb.y; VCEsb.x). Bandingkan hasilnya
dengan hasil perhitungan menurut teori (persamaan 1 dan 2), jelaskan.
3. Amati gambar sinyal yang terdapat crossover distortion, berapaah periode distorsinya?
4. Tentukan daya dan efisiensinya (persamaan 3, 6, dan 7). Apakah hasilnya mendekati
persamaan 8? Jelaskan
Percobaan PEA-3
PENGUAT OPERASIONAL
I. TUJUAN
II. TEORI
1. Penguat Membalik
Tegangan keluaran penguat membalik berbeda fase 180 derajat (terbalik) dengan
tegangan masukan.
Rf
Vo
+12 Av
Ri 2 7 Vi
6 Vo
3 5 Rf
Av
Vi 4 Ri
1
RL > 2 k
Gambar. 1
2. Penguat Tak-Membalik
Tegangan keluaran penguat ini sefasa (tidak terbalik) dengan tegangan masukan.
Vo
Av
Vi
Rf
Ri
Vi
Vo
Av 1
Rf
R1
Vo 1
Rf
Vi
Ri
Gambar. 2
3. Penambah Membalik
Tegangan keluaran rangkaian ini berbalik fasa dengan tegangan hasil penambahan
dari tegangan beberapa masukan.
Rf
R1
V1
Rf Rf
Vo V1 V2
R2 R1 R2
V2
Bila R1 = R2 = Rf maka Vo V1 V2
Gambar. 3
4. Penambah Tak-Membalik
Tegangan keluaran rangkaian ini sefasa dengan tegangan hasil penambahan dari
tegangan beberapa masukan.
R1 = R Rf = R
R Vo = Av Vi
V1 Vi Rf V V
Vo 1 1 2
R R1 2
Bila R1 = R2 = Rf maka Vo V1 V2
V2 Gambar. 4
Tegangan keluaran rangkaian ini merupakan hasil penguatan dari selisih dua
tegangan masukan.
R1 R2
V1 Vo V2 V1
1
R1 Vo Vi
RC
Vo
dV
Vo RC i
R2 dt
V2 Bila R1 = R2 = Rf maka
Gambar. 5
Vo = Vi
Vi
Gambar. 6
7. Differensiator
R dVi
Vo RC
dt
C Vi =Vp Sin 2 ft Vo = -2 fRC Vp Cos 2 ft
V
Vo
i
Vp
Gambar. 7
2fRCVp
Vo
Vi
4fRCVp
Vi Vo
8. Integrator
Tegangan keluaran rangkaian ini merupakan hasil pengintegralan matematis dari
tegangan masukan.
C Vo = -1/Rc Vi dt
Vp Vp
2RC
Vi Vo
Vp
Vp
4 fRC
1. Osiloskop : 1 buah
2. Generator Fungsi : 1 buah
3. Power Supply : 3 buah
4. Multimeter : 1 buah
5. Komponen : Lihat gambar rangkaian dan Lembar Data.
1. Penguat Membalik
a. Buat rangkaian seperti Gambar 1.
b. Berikan masukan = 0 V dan atur potensiometer "off-set" sehingga diperoleh
tegangan keluaran = 0 V. Usahakan kedudukan potensiometer ini tetap sampai
praktikum selesai.
c. Berikan masukan dc dan ukur tegangan keluaran.
d. Berikan masukan ac dan gambar bentuk gelombang masukan dan keluaran.
2. Penguat Tak-membalik
a. Pastikan bahwa potensiometer "off-set" masih dalam posisi seperti langkah 1.b.
Jika sudah berubah maka ulangi langkah 1.a dan 1.b.
b. Buat rangkaian seperti Gambar 2.
c. Ulangi langkah 1.c dan 1.d.
3. Penambah Membalik
a. Ulangi langkah 2.a.
b. Buat rangkaian seperti Gambar 3.
c. Beri masukan v1 dan v2 dengan tegangan dc kemudian ukur tegangan keluaran.
5. Penambah Tak-membalik
a. Ulangi langkah 2.a.
b. Buat rangkaian seperti Gambar 5.
c. Ulangi langkah 3.c sampai dengan 3.e.
7. Differensiator
a. Ulangi langkah 2.a.
b. Buat rangkaian seperti Gambar 7.
c. Beri masukan gelombang sinus dan gambar bentuk gelombang masukan dan
keluaran.
d. Ulangi langkah 7.c dengan gelombang segi tiga.
e. Ulangi langkah 7.c dengan gelombang segi empat.
8. Integrator
a. Ulangi langkah 2.a.
b. Buat rangkaian seperti Gambar 8.
c. Ulangi langkah 7.c sampai dengan 7.e.
V. TUGAS LAPORAN
I. TUJUAN
Menggambar fungsi transfer tegangan dan menentukan tegangan hysteresis dari 2 jenis detektor,
yaitu :
1. Detektor Lintas-nol (Zero-crossing Detector) inverting dan non-inverting.
2. Detektor Taraf-tegangan (Level Detector) inverting dan non-inverting.
II. TEORI
Rangkaian komparator pada pembahasan blog ini menggunakan histerisis, tujuan dari
histerisis ini agar sistem tidak berguncang dan output dari keluaran komparator tidak
mengalami noise(gangguan). Komparator dapat difungsikan dengan dua mode, yakni
mode invertig dan non-inverting.
Komparator analog (Detektor Tegangan) adalah rangkaian yang dapat mengubah bentuk
gelombang sembarang menjadi gelombang kotak atau sinyal dengan dua keadaan (tinggi dan
rendah). Untuk Op-amp, keluaran keadaan tinggi adalah tegangan saturasi positif (+Vsat) dan
keadaan rendah adalah tegangan saturasi negatif (-Vsat). Ada 8 macam variasi komparator yang
akan dibuat pada percobaan ini.
Tujuan dari rangkaian histerisis adalah untuk meminimalkan efeknois pada tegangan
masukan. Misalnya tegangan referensinya di set 3,3 V, sedangkan itu juga memiliki nois sebesar 0,1
V, maka jika tegangan inputnya tepat 3,3V, maka keluarannya akan berfluktuasi sesuai dari nois nya.
Dengan menggunakan komparator dengan histerisis, maka keluarannya tidak akan berlogika -
Vsupply sebelum Vinput melewati batas atas, dan sebaliknya, keluarannya tidak akan mengeluarkan
tegangan +Vsupply sebelum Vinput melewati batas bawah.
-12V
a. -Vsat
+Vsat Vo
+Vsat c
+Vp Vi
+Vp
-Vp
-Vp
Vo -Vsat
-Vsat
c.
b
Gambar IV.1
2. Detektor Lintas-nol Non-inverting tanpa Hysteresis
Kebalikan dari no.1, jika sinyal masukan melintasi nol dari positif ke negatif maka keluaran juga
berubah dari tinggi ke rendah, berarti hanya ada satu tegangan ambang, yaitu nol/ground.
+12V
Vo
Vi +
-12V
a.
Gambar IV.2
Rp
V1 Vsat
Rp R f
Rp
V2 Vsat
Rp R f
Gambar IV.3
a.
Rp
V1 (Vsat)
Rf
Rp
V2 (Vsat)
Rf
Gambar IV.4
Gambar IV.5
Vo
+
VR Vi
-12V
a.
a.
Gambar IV.6
7. Detektor Taraf-tegangan Inverting dengan Hysteresis
Keluaran berubah dari tinggi ke rendah bila masukan melintasi tegangan ambang atas (V1) dan
keluaran berubah dari rendah ke tinggi bila masukan melintasi ambang bawah (V2).
Rf Rp
V 1 VR Vsat
Rp Rf Rp Rf
V2 ....VR .....Vsat
Gambar IV-7
8. Detektor Taraf-tegangan Non-inverting dengan Hysteresis
Kebalikan dari no.7.
Rp Rp
V 1 1 VR Vsat
Rf Rf
Rp Rp
V 2 1 VR Vsat
Rf Rf
Gambar IV.8
V. TUGAS LAPORAN
1. Buat perhitungan teoritis untuk menentukan V1 dan V2.
2. Bandingkan hasil percobaan ini dengan perhitungan teori,
yang meliputi : - gambar gelombang dan hysteresis,
- kesalahan relatif untuk V1 dan V2.
3. Hitung kesalahan relatif rata-rata.
4. Buat kesimpulan dan saran.
PERCOBAAN PEA-5
MULTIVIBRATOR
TUJUAN PRAKTIKUM :
TEORI
Multivibrator adalah untai elektronik yang memproduksi gelombang listrik persegi. Menurut
Fourrier, pada umumnya suatu gelombang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen
gelombang sinus dan cosinus. Bila gelombang persegi diuraikan akan merupakan paduan
gelombang sinus dan cosiunus banyak frekuensi, sehingga pembangkit gelombang persegi diberi
nama multi (banyak) vibrator (pembangkit gelombang). Ditinjau dari banyak bagian yang stabil,
keluarga multivibrator terbagi atas :
Vcc
Rc1 Rb2
Rc2
C1 Rb1 C2
T1 T2
Ditinjau pada keadaan T1 mati - T2 hidup, Vc1 = Vcc & Vc2 = 0 yang mula-mula sama
dengan Vcc yang mengakibatkan Vb1 = -Vcc. C2 akan termuati lewat Rb1 mengikuti :
Setelah Vb1 > Vbe akan menyebabkan T1 hidup, V1 turun dari Vcc menjadi 0, Vb2 turun dari Vbe
menjadi - Vcc yang menyebabkan T2 mati. Proses sebaliknya akan terulang, jadi T1 dan T2 tidak
stabil.
f = 0.72/Rb C (P-5)
Diagram Vc1, Vb2, Vc2 dan Vb1 sebagai fungsi waktu terlihat pada gambar 2.
VB1
t
VC1
t
VB2
t
VC2
t
Gambar V.2.
T1 T2
R2
-VBB
Pada keadaan stabil T1 hidup & T2 mati. Bila pada base T1 diberi pulsa negatif atau pada base
T2 diberi pulsa positif, akan membuat T1 mati & T2 hidup. Lamanya T1 mati & T2 hidup adalah :
T = Rb1 C2 ln 2 (P-6)
Rc1
Rc2
R12 R11
T1 T2
R22
R21
Vi VBB
Pada untai Bistabil Multivibrator, kedua transistor dapat dalam keadaan stabil. Bila ada pulsa
positif, hanya berpengaruh pada transistor yang mati, sedang bila pulsanya negatif hanya
berpengaruh pada transistor yang hidup. Jadi seolah-olah untai ini berlaku sebagai pembagi dua
frekuensi.
Selain ketiga untai Multivibrator di atas, terdapat suatu untai yang dapat menghasilkan
gelombang persegi, apabila ada masukan yang melewati tingkat tegangan tertentu, dengan perioda
selama masukan berada di atas tegangan batas tersebut. Untai ini disebut Triger Schmitt, yang
diagramnya terlihat pada gambar 5.
Vcc
C
Rc1 Rc2
T1 R1
T2
Vi
RE R2
Pada keadaan tanpa masukan, T1 mati -T2 hidup. T1 akan hidup bila masukan Vi memenuhi :
PRAKTIKUM :
I. ASTABIL MULTIVIBRATOR
0,01uF 0,05uF
BD139 BD139
2. Amati dan gambar dengan tepat amplitudo dan periodanya bentuk-bentuk gelombang di Vb1,
Vc1, Vb2, dan Vc2.
vb1
0 t
vc1
0 t
vb2
t
0
vc2
0
t
3. Berdasarkan gambar yang Saudara buat, hitunglah T1 mati dan T2 mati dan frekuensinya :
T1 mati =
T2 mati =
Frekuensi =
2K2
10K 2K2
0,047uF 4K7 1uF
T1 T2
10K
Vi 10K
-12V
2. Beri masukan denyut sulut pada Basis T2 dengan sumber pulsa yang tersedia.
3. Tetapkan tinggi pulsa (Vi) minimum untuk membuat T1 mati dan T2 hidup.
4. Amati dan gambar dengan tepat amplitudo dan periodanya bentuk-bentuk gelombang pada Vb1,
Vc1, Vb2, dan Vc2.
Vi
0 t
Vb1
0 t
Vc1
0 t
Vb2
0 t
Vc2
0 t
5. Berdasarkan gambar yang telah Saudara buat hitunglah berapa lama kondisi tidak stabilnya,
kemudian cocokkan dengan teori.
Praktek
Teori
Penyimpangan (%) =
2k2 2k2
10k 10k
T1 T2
BD139 BD139
10k
10k
Vin -12V
Vi
0 t
Vb1
0 t
Vc1
0 t
Vb2
0 t
Vc2
0 t
4. Tetapkan tinggi pulsa minimum untuk membuat keadaan stabil yang satunya.
0,22uF
T1 6k8 T2
BD139 BD139
10K 10k
470
Vi
0 t
Vb1
0 t
Vc1
0 t
Vb2
0 t
Vc2
0 t
Vout
Vin
TUJUAN PRAKTIKUM
Teori :
Osilator adalah untai elektronik yang menghasilkan gelombang listrik. Tetapi istilah osilator
hanya khusus untuk gelombang sinus, yang merupakan fungsi dasar, karena menurut Fourrier pada
umumnya semua fungsi dapat diuraikan menjadi komponen-komponen sinus dan cosinus.
Osilator sebagai penghasil gelombang, tidak mendapat masukan dari luar, jadi harus mendapat
masukan dari dirinya sendiri, yaitu keluarannya, dengan untai umpan balik positif seperti terlihat
pada gambar 1.
A
Vi Vo
Untuk osilator
Vo = A Vi = A (BVo) = AB Vo (P-1)
jadi harus
AB = 1 (P-2)
- Bila penguat tidak membalik fasa, untai umpan balik juga tidak membalik fasa
- Bila penguat menggeser fasa 180, untai umpan balik juga harus membalik fasa 180.
Untuk melaksanakan konsekuensi dari kriteria Barkhausen, ada 3 macam untai umpan balik
positif. Gambar untai umpan balik penggeser fasa terlihat pada gambar 2.
36
Petunjuk Praktikum Elektronika Analog
C C C
Vo Vi
R R
3 3 5R 1 6R2
R [{R ( 2 2 )} j{( 3 3 ) ( C )}]
Vi C C
Vo 3 5R 2 1 6R2 2
{R ( 2 2 )} {( 3 3 ) ( C )}
C C (P-3)
RL
Z3
RE Z1 Z2
Gambar VI.3
Untuk komponen aktif transistor dengan tahanan kolektor Rl dan tahanan emitor RE, maka nilai
penguatan tegangan adalah :
R L Z1 ( Z 2 Z 3 )
Av
R E {R L ( Z1 Z 2 Z 3 ) Z1 ( Z 2 Z 3 )}
(P-5)
Z3
B
Z2 Z3 (P-6)
sehingga :
Joko Sunardi, Sudiono, Toto Trikasjono, 37
R L Z1Z 3
AvB
R E {R L j( Z1 Z 2 Z 3 ) Z1 ( Z 2 Z 3 )}
(P-7)
R L X1 X 3
AvB
R E {R L j(X1 X 2 X 3 ) X1 (X 2 X 3 )}
(P-8)
X1 + X2 + X3 = 0 (P-9)
sehingga
R L X3
AvB
R E X1
(P-10)
Dengan komponen X1 dan X3 bersama-sama kapasitor atau induktor, sedang X2 sebaliknya, yang
memberikan frekuensi :
1 1
f atau f = LC
2 2 LC 2 (P-11)
Untuk alat elektronik yang meminta frekuensi yang sangat stabil, misal kalibrator atau pemancar,
dipergunakan kristal yang rangkaian ekivalennya seperti terlihat pada gambar 4.
C'
L R C
Gambar VI.4. Ekivalen Kristal
Frekuensi kristal mendekati frekuensi resonan serinya karena C' >> C, yaitu
1
f
2 2 LC (P-12)
PRAKTIKUM :
I. OSILATOR PENGGESER FASA
1. Bangun rangkaian Osilator Penggeser Fasa seperti gambar berikut :
38
Petunjuk Praktikum Elektronika Analog
+12V
10K
100K
1K
100K
0.01 0.01 0.01
c
a d e
BD139
b
10K 10K
10K 47
0 t
Titik b
0 t
Titik c
0
t
Titik d
0 t
Titik e
0 t
Frekuensi :
Teori : Praktek
Penyimpangan (%):
Penguatan :
Teori : Praktek :
Penyimpangan (%) :
Beda fasa :
Teori : Praktek :
Penyimpangan (%) :
40
Petunjuk Praktikum Elektronika Analog
100K 10K
100K
1K
A BD139
10K 47
Titik a
0 t
Titik b
0 t
Titik c
0
t
5. Berdasarkan gambar tersebut hitung besarnya frekuensi, penguatan, dan beda fasanya,
kemudian cocokkan dengan teori.
Frekuensi :
Teori : Praktek :
Penguatan :
Teori : Praktek :
Penyimpangan (%) :
Beda Fasa :
Teori : Praktek :
Penyimpangan (%)
6. Kesimpulan :
42
Petunjuk Praktikum Elektronika Analog
100K
1K
100K
10uF 0.22uF 10uF
D E
C
BD139
A
B
L1 L2
10K 47
0
2. Hidupkan osiloskop untuk memonitor kolektor transistor (titik C).
3. Optimasikan sampai terjadi osilasi dengan mengatur P1 dan P2, usahakan di kelas A (Vc =
½Vcc) agar bentuk gelombang tidak cacat.
4. Setelah terjadi osilasi, amati dan gambar dengan tepat amplitudo dan periodanya bentuk-
bentuk gelombang di titik a, b, c, d, dan e.
Titik a
0 t
Titik b
0 t
Titik c
0
t
Titik d
0 t
Titik e
0 t
Frekuensi :
Teori : Praktek
Penyimpangan (%)
Penguatan
Teori : Praktek
Penyimpangan (%)
Beda fasa :
Teori : Praktek :
Penyimpangan (%)
6. Kesimpulan :
44
Petunjuk Praktikum Elektronika Analog
100K
1K
100K
10uF L 10uF
D E
C
A
BD139
C1 C2
10K 47
2. Optimasikan sampai terjadi osilasi dengan mengatur P1 dan P2, usahakan agar bentuk
gelombang tidak cacat (Vc = ½VCC).
3. Amati dan gambar dengan tepat bentuk-bentuk gelombang di a, b, c, d, dan e.
Titik a
0 t
Titik b
0 t
Titik c
0
t
Titik d
0 t
Titik e
0 t
Frekuensi :
Teori : Praktek :
Penyimpangan (%):
Penguatan :
Teori : Praktek :
Penyimpangan (%) :
Beda fasa :
Teori : Praktek :
Penyimpangan (%) :
5. Kesimpulan :
46