Anda di halaman 1dari 50

PETUNJUK PRAKTIKUM

Elektronika Analog

Oleh :

Joko Sunardi, SST, M.Kom


Ayu Jati Puspitasari, M.Si
Nugroho Trisanyoto, SST

Laboratorium Elektronika

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
2020
PENGUAT DAYA KELAS A

A. Tujuan
1. Menentukan garis beban DC rangkaian penguat transistor kelas A
2. Menentukan garis beban AC rangkaian penguat transistor kelas A
3. Menentukan titik Q rangkaian penguat transistor kelas A
4. Menentukan daya dan efisiensi rangkaian penguat transistor kelas A

B. Teori Singkat

Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, pemotong


(switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau fungsi lainnya. Transistor dapat
berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan
inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik dari sirkuit sumber listriknya. Penguat
transistor dapat berfungsi sebagai penguat arus,penguat tegangan, dan penguat daya. Fungsi
komponen semikonduktor ini dapat kita temui pada rangkaian Pree-Amp Head , Pree-Amp
Mic, Mixer, Echo, Tone Control, Amplifier dan lain-lain.

1. Jenis Penguat Transistor


Berdasarkan cara pemasangan ground dan pengambilan output, transistor yang sebagai
penguat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

a) Penguat Common Base (grounded-base)


Penguat Common Base adalah penguat yang kaki basis transistor di groundkan, lalu input
di masukkan ke emitor dan output diambil pada kaki kolektor. Penguat Common Base
mempunyai karakter sebagai penguat tegangan.

Gambar 1 Rangkaian Common Base

Sifat atau karakter pada Penguat Common Base adalah :


 Adanya isolasi input dan output tinggi sehingga Feedback lebih kecil
 Cocok sebagai Pre-Amp karena mempunyai impedansi input tinggi yang dapat
menguatkan sinyal kecil

Penguat Daya Kelas A – Ayu Jati Puspitasari, M.Si


Praktikum Elektronika Analog (2020)
 Dapat dipakai sebagai penguat frekuensi tinggi (biasanya terdapat pada jalur UHF dan
VHF)
 Dapat dipakai sebagai buffer atau penyangga

b) Penguat Common Emitor


Penguat Common Emitor adalah penguat yang kaki emitor transistor di groundkan, lalu
input di masukkan ke basis dan output diambil pada kaki kolektor . serta mempunyai karakter
sebagai penguat tegangan. Pada rangkaian ini Emitor di-ground-kan/ ditanahkan, Input adalah
Basis, dan output adalah Collector.

Gambar 2 Rangkaian Common Emitor

Sifat atau karakter pada Transistor sebagai Penguat Common Emitor:

 Signal output berbeda phasa 180 derajat atau berbalik phasa sebesar 180 derajat terhadap
sinyal input.
 Sangat memungkinkan adanya osilasi akibat feedback atau umpan balik positif,sehingga
untuk mencegahnya sering dipasang feedback negatif.
 Sering dipakai sebagai penguat audio (frekuensi rendah) terutama pada sinyal audio
 Mempunyai stabilitas penguatan rendah karena tergantung stabilitas suhu dan bias
transistor

c) Penguat Common Collector


Penguat Common Collector adalah penguat dimana kaki kolektor transistor di groundkan
/ ditanahkan , lalu input di masukkan ke basis dan output diambil pada kaki emitor dan penguat
ini berkarakteristik sebagai penguat arus. Rangkaian ini hampir sama dengan Common Emitor
tetapi outputnya diambil dari Emitor. Input dihubungkan ke Basis dan output dihubungkan ke
Emitor. Rangkaian ini disebut juga dengan Emitor Follower (Pengikut Emitor) karena
tegangan output hapir sama dengan tegangan input.

Penguat Daya Kelas A – Ayu Jati Puspitasari, M.Si


Praktikum Elektronika Analog (2020)
Gambar 3 Rangkaian Common Collector

Sifat atau karakter pada Transistor sebagai Penguat Common Collector:


 Signal output dan signal input satu phasa (tidak terbalik seperti Common Emitor)
 Mempunyai penguatan tegangan sama dengan 1
 Mempunyai penguatan arus tinggi (sama dengan HFE transistor)
 Karena mempunyai Impedansi input tinggi dan impedansi output rendah sehingga cocok
digunakan sebagai buffer

2. Titik Q
Arus dan tegangan kolektor stasioner (quiescent, dalam keadaan istirahat) adalah IC dan
VCE jika tidak ada sinyal input.

input

(a) (b)
Gambar 4 Penguat Kelas A keadaan quiescent

Nilai IC diperoleh dari arus kolektor ketika tidak ada input (ICQ). VCE diperoleh dari
tegangan kolektor dan emitor ketika tidak ada input (VCEQ).
= − ( + ) (1)

Penguat Daya Kelas A – Ayu Jati Puspitasari, M.Si


Praktikum Elektronika Analog (2020)
3. Garis Beban DC

Garis beban DC menyatakan semua titik operasi DC yang mungkin. Ujung atas dari
garis beban DC disebut sebagai titik saturasi dan ujung bawah disebut titik cut-off. Titik Q
berada pada suatu tempat sepanjang garis beban DC.

Gambar 5 Garis Beban DC dan Titik Q

Secara teori, garis beban DC diperoleh dari perhitungan untuk mendapatkan Ic


saturasi dan Vcc dengan rumus :
( ) = ( )
(2)

( ) = (3)

4. Garis Beban AC
Untuk menemukan titik saturasi dan titik cut-off pada garis beban AC, rangkaian harus
dianalisa menggunakan rangkaian ekivalen AC.

Gambar 6 Rangkaian ekivalen AC

( ) = + (4)
( ) = + ( + ) (5)

Penguat Daya Kelas A – Ayu Jati Puspitasari, M.Si


Praktikum Elektronika Analog (2020)
5. Daya dan Efisiensi Penguat Transistor Kelas A
Jika penguat kelas A diberi input sinusoidal, maka output juga sinyal sinusoidal
dengan pengaruh tegangan bias DC, seperti pada Gambar 7.

Gambar 7 Sinyal sinusoidal

Maka, Daya AC menjadi


= (6)
Untuk daya yang dikirim ke rangkaian, daya yang dihabiskan pada rangkaian dasar
dapat diabaikan dan daya rata-rata yang diperoleh dari catu daya adalah
= (7)
Efisiensi daya didefinisikan sebagai
= (8)
Atau
= (9)
Efisiensi maksimum dapat dicapai jika
= (10)
= (11)
Dan
= (12)

C. Alat dan bahan:


1. Resistor
2. Kapasitor
3. Transistor 2N3904
4. Project board
5. Multimeter

Penguat Daya Kelas A – Ayu Jati Puspitasari, M.Si


Praktikum Elektronika Analog (2020)
6. Osiloskop
7. Function generator
8. Power supply

D. Langkah kerja:
1. Menentukan titik Q dan garis beban DC
1. Rangkailah komponen seperti Gambar 8. Keadaaan seperti ini (tanpa input) disebut
sebagai stasioner atau istirahat atau quiescent.

Gambar 8 Rangkaian percobaan garis beban DC (tanpa input)

2. Ukur tegangan dan arus AC di kaki basis, collector, dan emitter (VBQ, VCQ, VEQ, IBQ,
ICQ, dan IEQ) menggunakan multimeter.
3. Catat hasil pengukuran pada lembar laporan sementara

2. Menentukan garis beban AC


1. Rangkailah komponen yang telah disediakan seperti Gambar 9

Penguat Daya Kelas A – Ayu Jati Puspitasari, M.Si


Praktikum Elektronika Analog (2020)
VCC=10 V

R1 Rc
10k 3.6k
Co
Ci Vout
2.2uF
2N3904
1uF
R2
Vs=10mV
2.2k Re Ce
1k 10uF

0
Gambar 9 Rangkaian percobaan garis beban AC

2. Hidupkan dan hubungkan Function Generator (FG), Power Supply DC, dan
osiloskop. FG digunakan untuk memberikan masukan gelombang (Vs). Pilih
jangkauan frekuensi dengan cara menekan tombol frekuensi 1 kHz dan mengatur
knobnya. Selanjutnya hidupkan Power Supply DC dan atur knob tegangan dan
arusnya hingga bernilai 10 V untuk memberi masukan DC (VCC). Sedangkan
osiloskop cukup dihubungkan pada Vs dan Vout menggunakan
3. Ukur tegangan dan arus AC di kaki basis, collector, dan emitter (VB, VC, VE, IB,
IC, dan IE) menggunakan multimeter.
4. Catat pada lembar laporan sementara.
5. Gambarkan sinyal input (Ch.1) dan output (Ch.2).
6. Dengan memperhatikan gambar 7, tentukan VCQ dan VCP

3. Menentukan Daya dan Efisiensi Rangkaian Penguat Kelas A


1. Berdasarkan hasil pengukuran pada percobaan 1 dan 2, tentukan daya dan efisiensi
rangkaian tersebut.
2. Tuliskan pada lembar laporan sementara

E. ANALISA DATA

1. Menentukan titik Q dan garis beban DC


a. Tentukan titik Q (ICQ  sb y, VCEQ  sb x). Bandingkan dengan persamaan 1
b. Tentukan garis beban DC berdasarkan pers (2) dan (3) (ICsb y, VCEsb.x)
c. Apakah titik Q berada pada garis beban DC?
2. Garis beban AC
a. Buatlah garis beban AC berdasarkan pengukuran (IC sb.y, VCEsb.x)

Penguat Daya Kelas A – Ayu Jati Puspitasari, M.Si


Praktikum Elektronika Analog (2020)
b. Bandingkan IC dan VCE hasil pengukuran dan perhitungan secara teori (pers. 4 dan
5)
3. Menentukan daya dan efisiensi
Hitung daya dan efisiensi hasil pengukuran dan hitung efisiensi maksimum
berdasarkan teori

Penguat Daya Kelas A – Ayu Jati Puspitasari, M.Si


Praktikum Elektronika Analog (2020)
VCC=10 V

R1 Rc
10k 3.6k
Co
Ci Vout
2.2uF
2N3904
1uF
R2
Vs=10mV
2.2k Re Ce
1k 10uF

Penguat Daya Kelas A – Ayu Jati Puspitasari, M.Si


Praktikum Elektronika Analog (2020)
PENGUAT DAYA KELAS B (PUSH-PULL)

A. Tujuan :
- Mendesain rangkaian penguat daya kelas B push-pull
- Mengamati bentuk gelombang dan cacat penyebrangan (crossover distortion)
- Menentukan garis beban DC dan AC pada penguat kelas B
- Mendapatkan nilai daya dan efisiensi

B. Dasar Teori
Untuk meningkatkan efisiensi dari penguat transistor dapat diguanakn penguatan transistor
kelas B yang biasa disebut sebagai penguat balans (push-pull). Penguat balans (push-pull) kelas B
adalah rangkaian dengan dua transistor.

Gambar 1 Rangkaian ekivalen AC Penguat Transistor Kelas A

Gambar 1(a) menunjukkan rangkaian ekivalen AC untuk sebuah pengikut emitter. Untuk
mendapatkan rangkaian balans, kita menggabungkan pengikut emitter seperti ditunjukkan pada
Gambar 1(a). Transistor atas (npn) menghasilkan setengah siklus positif dari tegangan sumber,
sedangkan transistor bawah (pnp) menghasilkan setengah siklus negatif. Sehingga tegangan output
berupa gelombang sinus lengkap. Sinyal yang melewati beban atau RE tidak mengandung
komponen DC, sehingga bentuk sinyal seperti Gambar 2.

Gambar 2 Sinyal Sinusoida tanpa komponen DC

Namun ternyata setelah diamati bentuk sinyal sinusoida tersebut tidak sempurna. Salah
satu kekurangan penguatan kelas B adalah adanya crossover distortion atau cacat penyebrangan.
Sinyal tersebut tidak lagi berupa sinyal sinus karena kerja pengguntingan antara tiap setengah
siklus. Karena pengguntingan ini terjadi antara waktu satu transistor menutup dan yang lainnya
membuka (Gambar 3).

Penguat Daya Kelas B (Push-Pull) – Ayu Jati Puspitasari, M.Si


Praktikum Elektronika Analog (2020)
Gambar 3 Crossover distortion

Untuk menghilangkan crossover distortion, dapat diberikan sedikit forward bias melalui
pemasangan diode atau dengan pemberian komponen resistor dengan nilai yang sesuai agar ICQ dari
1-5% dari IC (sat).

a. Garis Beban AC
Garis beban AC ditunjukkan pada Gambar 2. Dengan nilai IC dan VCE didefinisikan sebagai
( ) = + (1)

= (2)

Gambar 4 Garis beban AC

b. Daya dan Efisiensi Penguat Transistor Kelas B

Daya dapat ditentukan melalui persamaan


= (3)
Dan daya dari power supply ke VCC atas adalah
= ( ) (4)
Arus kolektor dari Q1 (Gambar 1) adalah setengah gelombang sinus (Gambar 5)

Gambar 5 Setengah gelombang positif

Nilai arus kolektor yaitu


Penguat Daya Kelas B (Push-Pull) – Ayu Jati Puspitasari, M.Si
Praktikum Elektronika Analog (2020)
( ) = = (4)

Dan

= (5)
Sehingga total daya dari kedua sumber adalah

=2 =2 (6)
Kemudian efisiensinya adalah

= = = = (7)

Jika dilihat dari persamaan tersebut, efisiensi sebanding dengan VCP. Dimana maksimum efisiensi
dapat dicapai ketika VCP=VCC, yaitu

= = 78.5% (8)

C. Alat dan Bahan:


1. Project Board 5. Generator Function
2. Kabel Penghubung 6. Power Supply DC
3. Transistor 2N3904 dan 2N3906 7. Multimeter
4. Resistor

D. Langkah Kerja Percobaan


1. Menentukan titik Q
1. Rangkailah komponen seperti Gambar 6. Keadaaan seperti ini (tanpa input)
disebut sebagai stasioner atau istirahat atau quiescent.
V2
12V

Q1
2N3904

R1
100Ω
Input
Output
R2
100Ω R3
1kΩ

Q2
2N3906

V3
12V

Gambar 6. Rangkaian percobaan DC Bias

2. Ukur besar ICQ1, VEQ1 dan VCQ1 menggunakan multimeter.


Penguat Daya Kelas B (Push-Pull) – Ayu Jati Puspitasari, M.Si
Praktikum Elektronika Analog (2020)
3. Catat hasil pengukuran pada lembar laporan sementara

2. Menentukan garis beban AC


1. Rangkailah komponen seperti Gambar 7.

V2
12V

Q1
XFG1 2N3904

COM

R1
100Ω

Output
R2
100Ω R3
1kΩ

Q2
2N3906

V3
12V

Gambar 7 Rangkaian percobaan AC Bias

2. Ukurlah tegangan dan arus di kolektor dan emitor (IC, VE, dan VC) menggunakan
multimeter. Catat hasil pengukuran pada lembar laporan sementara

3. Mengamati Crossover Distortion dan Menentukan Daya serta Efisiensi


1. Rangkaian komponen seperti gambar 7.
2. Hubungkan rangkaian dengan osiloskop. Ch. 1 osiloskop pada Function Generator (input)
dan Ch.2 osiloskop pada output rangkaian.
3. Amati crossover distortion yang terjadi. Gambar / dokumentasikan hasil pengamatan
crossover distortion (Ch.2)
4. Ukur VCP menggunakan osiloskop, catat pada lembar laporan sementara.
5. Tentukan daya dan efisiensinya

E. Analisa Data
1. Tentukan titik Q pada grafik IC vs VCE (ICsb.y; VCEsb.x).
2. Buatlah garis beban AC berdasarkan pengukuran (ICsb.y; VCEsb.x). Bandingkan hasilnya
dengan hasil perhitungan menurut teori (persamaan 1 dan 2), jelaskan.
3. Amati gambar sinyal yang terdapat crossover distortion, berapaah periode distorsinya?
4. Tentukan daya dan efisiensinya (persamaan 3, 6, dan 7). Apakah hasilnya mendekati
persamaan 8? Jelaskan

Penguat Daya Kelas B (Push-Pull) – Ayu Jati Puspitasari, M.Si


Praktikum Elektronika Analog (2020)
Praktikum Elektronika Analog

Percobaan PEA-3
PENGUAT OPERASIONAL
I. TUJUAN

Mahasiswa dapat menggunakan op-amp sebagai rangkaian :


1. Penguat Membalik (Inverting)
2. Penguat Tak-Membalik (Non-Inverting)
3. Penambah Membalik
4. Pengikut Tegangan / Penyangga (Buffer)
5. Penambah Tak-Membalik
6. Pengurang / Penguat Selisih (Diferensial)
7. Differensiator
8. Integrator

II. TEORI

1. Penguat Membalik
Tegangan keluaran penguat membalik berbeda fase 180 derajat (terbalik) dengan
tegangan masukan.

Rf
Vo
+12 Av 
Ri 2 7 Vi
6 Vo
3 5 Rf
Av  
Vi 4 Ri
1
RL > 2 k

Potensio “Offset” (10k) Rf


-12 V
Vo   Vi
Ri

Gambar. 1

2. Penguat Tak-Membalik
Tegangan keluaran penguat ini sefasa (tidak terbalik) dengan tegangan masukan.

Vo
Av 
Vi

Sekolah Tinggi teknologi Nuklir-BATAN Yogyakarta 12


Praktikum Elektronika Analog

Rf

Ri

Vi
Vo

Av  1 
Rf
R1
 
Vo   1 

Rf 
 Vi
Ri 

Gambar. 2

3. Penambah Membalik
Tegangan keluaran rangkaian ini berbalik fasa dengan tegangan hasil penambahan
dari tegangan beberapa masukan.

Rf
R1

V1
 Rf Rf 
Vo   V1  V2 
R2  R1 R2 
V2
Bila R1 = R2 = Rf maka Vo  V1  V2 

Gambar. 3

4. Penambah Tak-Membalik
Tegangan keluaran rangkaian ini sefasa dengan tegangan hasil penambahan dari
tegangan beberapa masukan.

R1 = R Rf = R

R Vo = Av Vi

V1 Vi  Rf  V V 
Vo   1    1 2 
R  R1   2 
Bila R1 = R2 = Rf maka Vo  V1  V2

V2 Gambar. 4

Sekolah Tinggi teknologi Nuklir-BATAN Yogyakarta 13


Praktikum Elektronika Analog

5. Pengurang / Penguat Selisih

Tegangan keluaran rangkaian ini merupakan hasil penguatan dari selisih dua
tegangan masukan.

R1 R2

V1 Vo  V2  V1
1
R1 Vo   Vi
RC 
Vo
dV
Vo   RC i
R2 dt
V2 Bila R1 = R2 = Rf maka

Gambar. 5

6. Pengikut Tegangan / Penyangga


Tegangan keluaran rangkaian ini sama besar dan sefasa dengan tegangan masukan.

Vo = Vi

Vi

Gambar. 6

7. Differensiator

Tegangan keluaran rangkaian ini merupakan hasil penurunan matematis (diferensial


matematika) dari tegangan masukan.

R dVi
Vo   RC
dt
C Vi =Vp Sin 2 ft  Vo = -2 fRC Vp Cos 2 ft
V
Vo
i
Vp

Sekolah Tinggi teknologi Nuklir-BATAN Yogyakarta 14


Praktikum Elektronika Analog

Gambar. 7
2fRCVp
Vo
Vi

4fRCVp
Vi Vo

8. Integrator
Tegangan keluaran rangkaian ini merupakan hasil pengintegralan matematis dari
tegangan masukan.
C Vo = -1/Rc  Vi dt

Ri Vi = Vp Sin 2t  Vo=Vp/2fRC.Cos 2t


Vi Vo
Gambar 8

Sekolah Tinggi teknologi Nuklir-BATAN Yogyakarta 15


Praktikum Elektronika Analog

Vp Vp
2RC

Vi Vo
Vp
Vp
4 fRC

III. ALAT DAN KOMPONEN

1. Osiloskop : 1 buah
2. Generator Fungsi : 1 buah
3. Power Supply : 3 buah
4. Multimeter : 1 buah
5. Komponen : Lihat gambar rangkaian dan Lembar Data.

IV. LANGKAH KERJA

1. Penguat Membalik
a. Buat rangkaian seperti Gambar 1.
b. Berikan masukan = 0 V dan atur potensiometer "off-set" sehingga diperoleh
tegangan keluaran = 0 V. Usahakan kedudukan potensiometer ini tetap sampai
praktikum selesai.
c. Berikan masukan dc dan ukur tegangan keluaran.
d. Berikan masukan ac dan gambar bentuk gelombang masukan dan keluaran.

2. Penguat Tak-membalik
a. Pastikan bahwa potensiometer "off-set" masih dalam posisi seperti langkah 1.b.
Jika sudah berubah maka ulangi langkah 1.a dan 1.b.
b. Buat rangkaian seperti Gambar 2.
c. Ulangi langkah 1.c dan 1.d.

3. Penambah Membalik
a. Ulangi langkah 2.a.
b. Buat rangkaian seperti Gambar 3.
c. Beri masukan v1 dan v2 dengan tegangan dc kemudian ukur tegangan keluaran.

Sekolah Tinggi teknologi Nuklir-BATAN Yogyakarta 16


Praktikum Elektronika Analog

d. Beri masukan v1 dan v2 dengan tegangan ac kemudian gambar bentuk


gelombang masukan dan keluaran.
e. Beri masukan v1 tegangan dc dan v2 tegangan ac, kemudian gambar bentuk
gelombang masukan dan keluaran.

4. Pengikut Tegangan / Penyangga


a. Ulangi langkah 2.a.
b. Buat rangkaian seperti Gambar 4.
c. Ulangi langkah 1.c dan 1.d.

5. Penambah Tak-membalik
a. Ulangi langkah 2.a.
b. Buat rangkaian seperti Gambar 5.
c. Ulangi langkah 3.c sampai dengan 3.e.

6. Pengurang / Penguat Selisih


a. Ulangi langkah 2.a.
b. Buat rangkaian seperti Gambar 6.
c. Ulangi langkah 3.c dampai dengan 3.e.

7. Differensiator
a. Ulangi langkah 2.a.
b. Buat rangkaian seperti Gambar 7.
c. Beri masukan gelombang sinus dan gambar bentuk gelombang masukan dan
keluaran.
d. Ulangi langkah 7.c dengan gelombang segi tiga.
e. Ulangi langkah 7.c dengan gelombang segi empat.

8. Integrator
a. Ulangi langkah 2.a.
b. Buat rangkaian seperti Gambar 8.
c. Ulangi langkah 7.c sampai dengan 7.e.

V. TUGAS LAPORAN

1. Bandingkan hasil percobaan ini dengan perhitungan teoritis dengan menentukan


kesalahan relatif dan menganalisa bentuk gambar masukan dan keluaran.
2. Hitung kesalahan relatif rata-rata.
3. Buat Kesimpulan dan Saran untuk percobaan ini.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Sekolah Tinggi teknologi Nuklir-BATAN Yogyakarta 17


Praktikum Elektronika Analog

1. Robert F. Coughlin, Frederick F. Driscoll dan Herman Widodo Soemitro (Penerjemah),


PENGUAT OPERASIONAL DAN RANGKAIAN TERPADU LINEAR. Edisi ke dua,
Penerbit Erlangga, Jakarta, 1985
2. Malvino, Barmawi (Penerjemah), PRINSIP-PRINSIP ELEKTRONIKA, Edisi ke
Tiga, Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1986.

Sekolah Tinggi teknologi Nuklir-BATAN Yogyakarta 18


KOMPARATOR ANALOG
(DETEKTOR TEGANGAN)

I. TUJUAN

Menggambar fungsi transfer tegangan dan menentukan tegangan hysteresis dari 2 jenis detektor,
yaitu :
1. Detektor Lintas-nol (Zero-crossing Detector) inverting dan non-inverting.
2. Detektor Taraf-tegangan (Level Detector) inverting dan non-inverting.

II. TEORI
Rangkaian komparator pada pembahasan blog ini menggunakan histerisis, tujuan dari
histerisis ini agar sistem tidak berguncang dan output dari keluaran komparator tidak
mengalami noise(gangguan). Komparator dapat difungsikan dengan dua mode, yakni
mode invertig dan non-inverting.
Komparator analog (Detektor Tegangan) adalah rangkaian yang dapat mengubah bentuk
gelombang sembarang menjadi gelombang kotak atau sinyal dengan dua keadaan (tinggi dan
rendah). Untuk Op-amp, keluaran keadaan tinggi adalah tegangan saturasi positif (+Vsat) dan
keadaan rendah adalah tegangan saturasi negatif (-Vsat). Ada 8 macam variasi komparator yang
akan dibuat pada percobaan ini.
Tujuan dari rangkaian histerisis adalah untuk meminimalkan efeknois pada tegangan
masukan. Misalnya tegangan referensinya di set 3,3 V, sedangkan itu juga memiliki nois sebesar 0,1
V, maka jika tegangan inputnya tepat 3,3V, maka keluarannya akan berfluktuasi sesuai dari nois nya.
Dengan menggunakan komparator dengan histerisis, maka keluarannya tidak akan berlogika -
Vsupply sebelum Vinput melewati batas atas, dan sebaliknya, keluarannya tidak akan mengeluarkan
tegangan +Vsupply sebelum Vinput melewati batas bawah.

1. Detektor Lintas-nol Inverting tanpa Hysteresis


Jika sinyal masukan melalui ground (Lintas-nol) dari positif ke negatif maka sinyal keluaran
berubah dari keadaan rendah (Low) ke keadaan tinggi (High), dan sebaliknya. Tegangan ambang
hanya ada satu = nol.
+12V
Vi
Vo
+

-12V
a. -Vsat
+Vsat Vo
+Vsat c
+Vp Vi
+Vp
-Vp
-Vp
Vo -Vsat
-Vsat

c.
b

Gambar IV.1
2. Detektor Lintas-nol Non-inverting tanpa Hysteresis
Kebalikan dari no.1, jika sinyal masukan melintasi nol dari positif ke negatif maka keluaran juga
berubah dari tinggi ke rendah, berarti hanya ada satu tegangan ambang, yaitu nol/ground.

+12V

Vo
Vi +

-12V
a.

Gambar IV.2

3. Detektor Lintas-nol Inverting dengan Hysteresis


Keluaran berubah dari rendah ke tinggi bila masukan melintasi tegangan ambang bawah (Lower
Threshold = V2) setelah melintasi nol dan keluaran berubah dari tinggi ke rendah bila masukan
melintasi tegangan ambang atas (Upper Threshold = V1) setelah melintasi nol. Tegangan hysteresis
adalah selisih dari dua tegangan ambang ( VH = V1 - V2 ).

Rp
V1   Vsat 
Rp  R f

Rp
V2   Vsat 
Rp  R f
Gambar IV.3

4. Detektor Lintas-nol Non-inverting dengan Hysteresis


Kebalikan dari no.3, keluaran berubah dari rendah ke tinggi bila masukan melintasi tegangan
ambang atas (V1) setelah melintasi nol dan sebaliknya.

a.
Rp
V1  (Vsat)
Rf

Rp
V2  (Vsat)
Rf
Gambar IV.4

5. Detektor Taraf-tegangan Inverting tanpa Hysteresis


Keluaran berubah dari tinggi ke rendah bila masukan melintasi taraf-tegangan (VR : tegangan
referensi) dari rendah ke tinggi, dan keluaran berubah dari rendah ke tinggi bila masukan melintasi
taraf-tegangan dari tinggi ke rendah.

Gambar IV.5

6. Detektor Taraf-tegangan Non-inverting tanpa Hysteresis


Kebalikan no.5.
+12V

Vo
+
VR Vi
-12V
a.

a.

Gambar IV.6
7. Detektor Taraf-tegangan Inverting dengan Hysteresis
Keluaran berubah dari tinggi ke rendah bila masukan melintasi tegangan ambang atas (V1) dan
keluaran berubah dari rendah ke tinggi bila masukan melintasi ambang bawah (V2).

 Rf   Rp 
V 1   VR   Vsat
 Rp  Rf   Rp  Rf 

V2  ....VR  .....Vsat

Gambar IV-7
8. Detektor Taraf-tegangan Non-inverting dengan Hysteresis
Kebalikan dari no.7.

 Rp  Rp
V 1  1  VR  Vsat
 Rf  Rf

 Rp  Rp
V 2  1  VR  Vsat
 Rf  Rf

Gambar IV.8

III. ALAT DAN KOMPONEN


1. Osiloskop = 1 buah
2. Multimeter = 1 buah
3. Sumber Gelombang = 1 buah (ELWE atau Power Supply AC)
4. Power Supply DC dua kutub = 1 buah
5. Power Supply DC satu kutub = 2 buah
6. Komponen : Lihat gambar rangkaian dan Lembar Data.

IV. LANGKAH KERJA


1. Detektor Lintas-nol Inverting tanpa Hysteresis
a. Buat rangkaian seperti Gambar 1.a.
b. Berikan masukan gelombang sinus.
c. Gambar bentuk gelombang masukan dan keluaran
(osiloskop
pada mode normal).
d.Gambar fungsi transfer tegangan (hysteresis) dengan
osiloskop pada mode X-Y.
e. Tentukan harga tegangan saturasinya (+Vsat dan
-Vsat).
2. Detektor Lintas-nol Non-inverting tanpa Hysteresis
a. Buat rangkaian seperti Gambar 2.a.
b. Ulangi langkah 1.b sampai dengan 1.e.

3. Detektor Lintas-nol Inverting dengan Hysteresis


a. Buat rangkaian seperti Gambar 3.a.
b. Ulangi langkah 1.b. sampai dengan 1.e.
c. Tentukan V1 dan V2.

4. Detektor Lintas-nol Non-inverting dengan Hysteresis


a. Buat rangkaian seperti Gambar 4.a.
b. Ulangi langkah 1.b. sampai dengan 1.e.
c. Tentukan V1 dan V2.

5. Detektor Taraf-tegangan Inverting tanpa Hysteresis


a. Buat rangkaian seperti Gambar 5.a.
b. Ulangi langkah 1.b. sampai dengan 1.e.
c. Tentukan tegangan referensi (VR) dari osiloskop.

6. Detektor Taraf-tegangan Non-inverting tanpa Hysteresis


a. Buat rangkaian seperti Gambar 6.a.
b. Ulangi langkah 1.b. sampai dengan 1.e.
c. Tentukan VR dari osiloskop.

7. Detektor Taraf-tegangan Inverting dengan Hysteresis


a. Buat rangkaian seperti Gambar 7.a.
b. Ulangi langkah 1.b. sampai dengan 1.e.
c. Tentukan V1 dan V2.

8. Detektor Taraf-tegangan Non-inverting dengan Hysteresis


a. Buat rangkaian seperti Gambar 8.a.
b. Ulangi langkah 1.b. sampai dengan 1.e.
c. Tentukan V1 dan V2.

V. TUGAS LAPORAN
1. Buat perhitungan teoritis untuk menentukan V1 dan V2.
2. Bandingkan hasil percobaan ini dengan perhitungan teori,
yang meliputi : - gambar gelombang dan hysteresis,
- kesalahan relatif untuk V1 dan V2.
3. Hitung kesalahan relatif rata-rata.
4. Buat kesimpulan dan saran.

VI. DAFTAR PUSTAKA


1. Robert F.Coughlin, Frederick F.Driscoll, Herman Widodo
Soemitro (Penerjemah), Penguat Operasional dan Rangkaian Terpadu Linear, Edisi ke Dua,
Penerbit Erlangga, 1985.
Petunjuk Praktikum Elektronika Analog

PERCOBAAN PEA-5
MULTIVIBRATOR

TUJUAN PRAKTIKUM :

1. Mempelajari prinsip kerja untai-untai keluarga Multivibrator


2. Mempelajari cara pengukuran parameter-parameter untai-untai keluarga Multivibrator.

TEORI

Multivibrator adalah untai elektronik yang memproduksi gelombang listrik persegi. Menurut
Fourrier, pada umumnya suatu gelombang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen
gelombang sinus dan cosinus. Bila gelombang persegi diuraikan akan merupakan paduan
gelombang sinus dan cosiunus banyak frekuensi, sehingga pembangkit gelombang persegi diberi
nama multi (banyak) vibrator (pembangkit gelombang). Ditinjau dari banyak bagian yang stabil,
keluarga multivibrator terbagi atas :

1. Astabil multivibrator (Multivibrator), karena tidak ada bagian yang stabil.


2. Monostabil multivibrator (One-Shoot Multivibrator), karena hanya satu bagian yang stabil
3. Bistabil Multivibrator (Binary), karena kedua bagian dapat stabil.

Diagram untai Astabil Multivibrator terlihat pada gambar 1.

Vcc
Rc1 Rb2
Rc2
C1 Rb1 C2

T1 T2

Gambar V.1. Untai Astabil Multivibrator.

Ditinjau pada keadaan T1 mati - T2 hidup, Vc1 = Vcc & Vc2 = 0 yang mula-mula sama
dengan Vcc yang mengakibatkan Vb1 = -Vcc. C2 akan termuati lewat Rb1 mengikuti :

Vb1 = 2 Vcc ( 1 - e-1/Rb1c2) - Vcc (P-1)

Setelah Vb1 > Vbe akan menyebabkan T1 hidup, V1 turun dari Vcc menjadi 0, Vb2 turun dari Vbe
menjadi - Vcc yang menyebabkan T2 mati. Proses sebaliknya akan terulang, jadi T1 dan T2 tidak
stabil.

Joko Sunardi, Sudiono, Toto Trikasjono, 26


Petunjuk Praktikum Elektronika Analog

Lamanya T1 mati adalah :

TT1 = Rb1 C2 Ln2 (P-2 )

Lamanya T2 mati adalah :

TT2 = Rb2 C1 Ln2 (P-3)

sehingga frekuensi multivibrator adalah :

f = (TT1 + TT2)-1 = [(Rb1 C2 + Rb2 C1) ln 2}-1 (P-4)


Untuk nilai komponen simetris Rb dan C

f = 0.72/Rb C (P-5)
Diagram Vc1, Vb2, Vc2 dan Vb1 sebagai fungsi waktu terlihat pada gambar 2.

VB1
t

VC1
t

VB2
t

VC2
t

Gambar V.2.

Diagram untai Monostabil Multivibrator terlihat pada gambar 3.


Vcc

Rc1 Rb1 Rc2


R1 C2

T1 T2

R2

-VBB

Gambar V.3. Untai Monostabil Multivibrator

Joko Sunardi, Sudiono, Toto Trikasjono, 27


Petunjuk Praktikum Elektronika Analog

Pada keadaan stabil T1 hidup & T2 mati. Bila pada base T1 diberi pulsa negatif atau pada base
T2 diberi pulsa positif, akan membuat T1 mati & T2 hidup. Lamanya T1 mati & T2 hidup adalah :

T = Rb1 C2 ln 2 (P-6)

Rangkaian Bistabil Multivibrator terlihat pada gambar 4.


Vcc

Rc1
Rc2

R12 R11

T1 T2

R22
R21

Vi VBB

Gambar V.4. Untai Bistabil Multivibrator

Pada untai Bistabil Multivibrator, kedua transistor dapat dalam keadaan stabil. Bila ada pulsa
positif, hanya berpengaruh pada transistor yang mati, sedang bila pulsanya negatif hanya
berpengaruh pada transistor yang hidup. Jadi seolah-olah untai ini berlaku sebagai pembagi dua
frekuensi.
Selain ketiga untai Multivibrator di atas, terdapat suatu untai yang dapat menghasilkan
gelombang persegi, apabila ada masukan yang melewati tingkat tegangan tertentu, dengan perioda
selama masukan berada di atas tegangan batas tersebut. Untai ini disebut Triger Schmitt, yang
diagramnya terlihat pada gambar 5.
Vcc
C
Rc1 Rc2

T1 R1
T2

Vi

RE R2

Gambar V.5. Untai Triger Schmitt

Pada keadaan tanpa masukan, T1 mati -T2 hidup. T1 akan hidup bila masukan Vi memenuhi :

Vi > {R2/(Rc1+R1+R2)}Vcc - Vbe2 + Vbe1 (P-7)

Joko Sunardi, Sudiono, Toto Trikasjono, 28


Petunjuk Praktikum Elektronika Analog

PRAKTIKUM :

I. ASTABIL MULTIVIBRATOR

1. Bangun untai Astabil Multivibrator seperti gambar berikut :


Vcc

2k2 10k 10k 2k2

0,01uF 0,05uF
BD139 BD139

2. Amati dan gambar dengan tepat amplitudo dan periodanya bentuk-bentuk gelombang di Vb1,
Vc1, Vb2, dan Vc2.

vb1

0 t

vc1

0 t

vb2

t
0

vc2

0
t

3. Berdasarkan gambar yang Saudara buat, hitunglah T1 mati dan T2 mati dan frekuensinya :

T1 mati =

Joko Sunardi, Sudiono, Toto Trikasjono, 29


Petunjuk Praktikum Elektronika Analog

T2 mati =

Frekuensi =

4. Cocokkan perhitungan di atas dengan teori, dan hitung berapa % penyimpangannya :

5. Berdasarkan hasil percobaan yang Saudara lakukan buatlah kesimpulan.

Joko Sunardi, Sudiono, Toto Trikasjono, 30


Petunjuk Praktikum Elektronika Analog

II. MONOSTABIL MULTIVIBRATOR

1. Bangun rangkaian Monostabil Multivibrator seperti gambar berikut :


+12V

2K2
10K 2K2
0,047uF 4K7 1uF

T1 T2

10K
Vi 10K

-12V

2. Beri masukan denyut sulut pada Basis T2 dengan sumber pulsa yang tersedia.
3. Tetapkan tinggi pulsa (Vi) minimum untuk membuat T1 mati dan T2 hidup.
4. Amati dan gambar dengan tepat amplitudo dan periodanya bentuk-bentuk gelombang pada Vb1,
Vc1, Vb2, dan Vc2.

Vi

0 t

Vb1

0 t

Vc1

0 t

Vb2

0 t

Vc2

0 t

5. Berdasarkan gambar yang telah Saudara buat hitunglah berapa lama kondisi tidak stabilnya,
kemudian cocokkan dengan teori.

Joko Sunardi, Sudiono, Toto Trikasjono, 31


Petunjuk Praktikum Elektronika Analog

Praktek

Teori

Penyimpangan (%) =

6. Buatlah kesimpulan dari percobaan ini :

III. BISTABIL MULTIVIBRATOR

1. Bangun rangkaian Bistabil Multivibrator seperti gambar berikut :


+12V

2k2 2k2
10k 10k

T1 T2
BD139 BD139

10k

10k
Vin -12V

Joko Sunardi, Sudiono, Toto Trikasjono, 32


Petunjuk Praktikum Elektronika Analog

2. Beri masukan dengan sumber pulsa yang tersedia


3. Amati dan gambar dengan tepat amplitudo dan perioda dari bentuk-bentuk gelombang pada Vc1,
Vb2, Vc2, dan Vb2.

Vi

0 t

Vb1

0 t

Vc1

0 t

Vb2

0 t

Vc2

0 t

4. Tetapkan tinggi pulsa minimum untuk membuat keadaan stabil yang satunya.

5. Cocokkan percobaan yang Saudara lakukan terhadap teori

6. Buatlah kesimpulan dari percobaan ini.

Joko Sunardi, Sudiono, Toto Trikasjono, 33


Petunjuk Praktikum Elektronika Analog

IV. TRIGER SCHMITT

1. Bangun rangkaian Triger Schmitt seperti gambar berikut


Vcc
0,05uF
2k2 3k3

0,22uF
T1 6k8 T2
BD139 BD139

10K 10k
470

2. Beri masukan dengan sumber pulsa yang tersedia


3. Tetapkan amplitudo sumber pulsa untuk membuat T1 hidup dan T2 mati
4. Amati dan gambar dengan tepat amplitudo maupun periodanya bentuk gelombang di Vc1, Vb1,
Vc2, dan Vb2.

Vi

0 t

Vb1

0 t

Vc1

0 t

Vb2

0 t

Vc2

0 t

5. Amati dan gambar dengan tepat kurva histeresanya.

Joko Sunardi, Sudiono, Toto Trikasjono, 34


Petunjuk Praktikum Elektronika Analog

Vout

Vin

6. Buat kesimpulan dari percobaan yang Saudara lakukan

KESIMPULAN DAN SARAN :

Buatlah kesimpulan dari seluruh percobaan yang Saudara lakukan !

Joko Sunardi, Sudiono, Toto Trikasjono, 35


PERCOBAAN PEA-6
OSILATOR

TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mempelajari prinsip kerja osilator


2. Mempelajari cara membuat osilator bekerja
3. Mempelajari cara pengukuran parameter-parameter osilator

Teori :

Osilator adalah untai elektronik yang menghasilkan gelombang listrik. Tetapi istilah osilator
hanya khusus untuk gelombang sinus, yang merupakan fungsi dasar, karena menurut Fourrier pada
umumnya semua fungsi dapat diuraikan menjadi komponen-komponen sinus dan cosinus.

Osilator sebagai penghasil gelombang, tidak mendapat masukan dari luar, jadi harus mendapat
masukan dari dirinya sendiri, yaitu keluarannya, dengan untai umpan balik positif seperti terlihat
pada gambar 1.

A
Vi Vo

Gambar VI.1. Prinsip Osilator

Untuk osilator

Vo = A Vi = A (BVo) = AB Vo (P-1)

jadi harus

AB = 1 (P-2)

yang disebut kriteria Barkhausen

Dari kriteria Barkhausen ini :

- Bila penguat tidak membalik fasa, untai umpan balik juga tidak membalik fasa
- Bila penguat menggeser fasa 180, untai umpan balik juga harus membalik fasa 180.

Untuk melaksanakan konsekuensi dari kriteria Barkhausen, ada 3 macam untai umpan balik
positif. Gambar untai umpan balik penggeser fasa terlihat pada gambar 2.

36
Petunjuk Praktikum Elektronika Analog

C C C
Vo Vi

R R

Gambar VI.2. Untai Penggeser Fasa


Nilai tegangan yang diumpan balikkan :

3 3 5R 1 6R2
R [{R  ( 2 2 )}  j{( 3 3 )  ( C )}]
Vi  C C

Vo 3 5R 2 1 6R2 2
{R  ( 2 2 )}  {( 3 3 )  ( C )}
 C C (P-3)

Yang menghasilkan nilai frekuensi dan syarat faktor penguatan penguat :

f = (2RC61/2)-1 dan A = 29 (P-4)

Untai osilator umum terlihat pada gambar 3.


Vcc

RL

Z3

RE Z1 Z2

Gambar VI.3

Untuk komponen aktif transistor dengan tahanan kolektor Rl dan tahanan emitor RE, maka nilai
penguatan tegangan adalah :

R L Z1 ( Z 2  Z 3 )
Av 
R E {R L ( Z1  Z 2  Z 3 )  Z1 ( Z 2  Z 3 )}
(P-5)

sedang faktor umpan balik :

Z3
B
Z2  Z3 (P-6)

sehingga :
Joko Sunardi, Sudiono, Toto Trikasjono, 37
R L Z1Z 3
AvB 
R E {R L j( Z1  Z 2  Z 3 )  Z1 ( Z 2  Z 3 )}
(P-7)

Untuk impedansi induktif atau kapasitif

 R L X1 X 3
AvB 
R E {R L j(X1  X 2  X 3 )  X1 (X 2  X 3 )}
(P-8)

Memenuhi kriteria Barkhausen, harus :

X1 + X2 + X3 = 0 (P-9)

sehingga

R L X3
AvB 
R E X1
(P-10)

Dengan komponen X1 dan X3 bersama-sama kapasitor atau induktor, sedang X2 sebaliknya, yang
memberikan frekuensi :
1 1
f  atau f = LC
2 2 LC 2 (P-11)

Untuk alat elektronik yang meminta frekuensi yang sangat stabil, misal kalibrator atau pemancar,
dipergunakan kristal yang rangkaian ekivalennya seperti terlihat pada gambar 4.

C'

L R C
Gambar VI.4. Ekivalen Kristal

Frekuensi kristal mendekati frekuensi resonan serinya karena C' >> C, yaitu

1
f 
2 2 LC (P-12)

PRAKTIKUM :
I. OSILATOR PENGGESER FASA
1. Bangun rangkaian Osilator Penggeser Fasa seperti gambar berikut :

38
Petunjuk Praktikum Elektronika Analog

+12V
10K

100K

1K
100K
0.01 0.01 0.01
c
a d e
BD139
b
10K 10K

10K 47

2. Hidupkan osiloskop untuk memonitor kolektor transistor (titik c).


3. Optimasikan sampai terjadi osilasi dengan mengatur P1 dan P2, usahakan di kelas A (Vc =½
Vcc) agar gelombang tidak cacat.
4. Setelah terjadi osilasi, amati dan gambar dengan tepat amplitudo dan periodanya bentuk-
bentuk gelombang di titik a, b, c, d, dan e.
Titik a

0 t

Titik b

0 t

Titik c

0
t

Titik d

0 t

Titik e

0 t

Joko Sunardi, Sudiono, Toto Trikasjono, 39


5. Berdasarkan gambar di atas hitung frekuensi, penguatan dan beda fasanya dengan titik c
(kolektor) sebagai acuannya, kemudian cocokkan dengan teori :

Frekuensi :
Teori : Praktek

Penyimpangan (%):

Penguatan :
Teori : Praktek :

Penyimpangan (%) :

Beda fasa :
Teori : Praktek :

Penyimpangan (%) :

6. Buat kesimpulan dari percobaan ini :

40
Petunjuk Praktikum Elektronika Analog

II. OSILATOR KRISTAL


1. Bangun rangkaian Osilator Kristal seperti gambar berikut :
+12V

100K 10K

100K

1K

A BD139

10K 47

2. Hidupkan osiloskop untuk memonitor kolektor transistor (titik C)


3. Optimasikan sampai terjadi osilasi dengan mengatur P1 dan P2, usahakan di kelas A
(Vc=½Vcc) agar gelombang tidak cacat.
4. Setelah terjadi osilasi, amati dan gambar dengan tepat amplitudo dan periodanya bentuk-
bentuk gelombang di titik a, b, dan c.

Titik a

0 t

Titik b

0 t

Titik c

0
t

5. Berdasarkan gambar tersebut hitung besarnya frekuensi, penguatan, dan beda fasanya,
kemudian cocokkan dengan teori.

Frekuensi :
Teori : Praktek :

Joko Sunardi, Sudiono, Toto Trikasjono, 41


Penyimpangan (%)

Penguatan :
Teori : Praktek :

Penyimpangan (%) :

Beda Fasa :
Teori : Praktek :

Penyimpangan (%)

6. Kesimpulan :

42
Petunjuk Praktikum Elektronika Analog

III. OSILATOR HARTLEY


1. Bangun rangkaian Osilator Hartley seperti gambar berikut :
+12V
10K

100K

1K
100K
10uF 0.22uF 10uF
D E
C

BD139
A
B
L1 L2

10K 47

0
2. Hidupkan osiloskop untuk memonitor kolektor transistor (titik C).
3. Optimasikan sampai terjadi osilasi dengan mengatur P1 dan P2, usahakan di kelas A (Vc =
½Vcc) agar bentuk gelombang tidak cacat.
4. Setelah terjadi osilasi, amati dan gambar dengan tepat amplitudo dan periodanya bentuk-
bentuk gelombang di titik a, b, c, d, dan e.
Titik a

0 t

Titik b

0 t

Titik c

0
t

Titik d

0 t

Titik e

0 t

Joko Sunardi, Sudiono, Toto Trikasjono, 43


5. Hitung besarnya frekuensi, penguatan dan beda fasanya kemudian cocokkan dengan teori

Frekuensi :
Teori : Praktek

Penyimpangan (%)

Penguatan
Teori : Praktek

Penyimpangan (%)

Beda fasa :
Teori : Praktek :

Penyimpangan (%)

6. Kesimpulan :

44
Petunjuk Praktikum Elektronika Analog

IV. OSILATOR COLPITTS.


1. Bangun rangkaian Osilator Colpitts seperti gambar berikut :
+12V
10K

100K

1K
100K
10uF L 10uF
D E
C

A
BD139

C1 C2
10K 47

2. Optimasikan sampai terjadi osilasi dengan mengatur P1 dan P2, usahakan agar bentuk
gelombang tidak cacat (Vc = ½VCC).
3. Amati dan gambar dengan tepat bentuk-bentuk gelombang di a, b, c, d, dan e.

Titik a

0 t

Titik b

0 t

Titik c

0
t

Titik d

0 t

Titik e

0 t

Joko Sunardi, Sudiono, Toto Trikasjono, 45


4. Hitung frekuensi, penguatan serta beda fasanya, kemudian cocokkan dengan teori.

Frekuensi :
Teori : Praktek :

Penyimpangan (%):

Penguatan :
Teori : Praktek :

Penyimpangan (%) :

Beda fasa :
Teori : Praktek :

Penyimpangan (%) :

5. Kesimpulan :

46

Anda mungkin juga menyukai