Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

ELEKTRONIKA ANALOG
“Penguat Transistor Kelas A”

Disusun Oleh :

Ira Palupi
022000021

Dosen Pengampu : Ayu Jati Puspitasari, M.Si

PROGRAM STUDI ELEKTRONIKA INSTRUMENTASI


JURUSAN TEKNOFISIKA NUKLIR
STTN BATAN YOGYAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transistor merupakan komponen dasar untuk sistem penguat. Untuk bekerja sebagai
penguat, transistor harus berbeda dalam keadaan aktif. Kondisi aktif dengan memberi bias pada
resistor, ada tiga macam konfigurasi dari rangkaian penguat transistor yaitu Common Emitter
(CE), Common Base (CB), dan Common Colector (CC) (Isparela : 2012).
Jenis yang paling umum digunakan konfigurasi penguat daya atau power amplifier
adalah penguat Kelas A. Penguat Kelas A adalah bentuk paling sederhana dari penguat daya
yang menggunakan transistor switching tunggal dalam konfigurasi rangkaian common emitter
standar seperti yang terlihat sebelumnya untuk menghasilkan output terbalik. Transistor selalu
bias "ON" sehingga melakukan selama satu siklus lengkap dari bentuk sinyal input
menghasilkan distorsi minimum dan amplitudo maksimum dari sinyal output. Ini berarti bahwa
konfigurasi Penguat Kelas A adalah mode operasi yang ideal, karena tidak ada distorsi
crossover atau switch-off ke bentuk gelombang output bahkan selama setengah negatif dari
siklus. Selain itu, penguat kelas A juga dapat menghasilkan sinyal output dengan sinyal input
selama siklus penuh. Arus output (kolektor) mengalir terus-menerus meskipun tidak ada sinyal
input, sehingga transistor menerima panas karena adanya ICQ. Efisiensi penguat yang
beroperasi pada kelas A sangat rendah yakni berkisar 25%-50%. Sehingga pada penguat kelas
A perlu ditambahkan pembuang panas seperti heatstink atau dengan menambahkan resistor di
kaki emiter.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana cara menentukan garis beban DC/AC pada rangkaian penguat transistor kelas
A?
b. Bagaimana cara memnentukan titik Q pada rangkaian penguat transistor kelas A?
c. Bagaimana nilai daya dan efisiensi rangkaian penguat transistor kelas A?

1.3 Tujuan
a. Menentukan garis beban DC rangkaian penguat transistor A
b. Menentukan garis beban AC rangkaian penguat transistor A
c. Menentukan titik Q rangkaian penguat transistor kelas A
d. Menentukan daya dan efisiensi rangkaian penguat kelas A

1.4 Manfaat

Melalui praktikum penguat transistor kelas A, ada beberapa manfaat yang diperoleh
mahasiswa selain mampu memahami dan mendemosntrasikan langkah kerja percobaan, yakni
dengan percobaan ini, dapat diketahui bahwa penguat kelas A dapat digunakan pada penguat
awal karena memiliki distorsi yang kecil.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Transistor
Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, pemotong
(switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau fungsi lainnya. Transistor dapat
berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan
inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik dari sirkuit sumber listriknya. Penguat
transistor dapat berfungsi sebagai penguat arus,penguat tegangan, dan penguat daya. Fungsi
komponen semikonduktor ini dapat kita temui pada rangkaian Pree-Amp Head , Pree-Amp
Mic, Mixer, Echo, Tone Control, Amplifier dan lain-lain.

2.1.1 Jenis Penguat Transistor


Berdasarkan cara pemasangan ground dan pengambilan output, transistor yang sebagai
penguat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

a) Penguat Common Base (grounded-base)


Penguat Common Base adalah penguat yang kaki basis transistor di groundkan, lalu input
di masukkan ke emitor dan output diambil pada kaki kolektor. Penguat Common Base
mempunyai karakter sebagai penguat tegangan.

Gambar 1. Rangkaian Common Base

Sifat atau karakter pada Penguat Common Base adalah :


 Adanya isolasi input dan output tinggi sehingga Feedback lebih kecil
 Cocok sebagai Pre-Amp karena mempunyai impedansi input tinggi yang dapat
menguatkan sinyal kecil
 Dapat dipakai sebagai penguat frekuensi tinggi (biasanya terdapat pada jalur UHF dan
VHF)
 Dapat dipakai sebagai buffer atau penyangga

b) Penguat Common Emitor


Penguat Common Emitor adalah penguat yang kaki emitor transistor di groundkan, lalu
input di masukkan ke basis dan output diambil pada kaki kolektor . serta mempunyai karakter
sebagai penguat tegangan. Pada rangkaian ini Emitor di-ground-kan/ ditanahkan, Input adalah
Basis, dan output adalah Collector.
Gambar 2. Rangkaian Common Emitor

Sifat atau karakter pada Transistor sebagai Penguat Common Emitor:

 Signal output berbeda phasa 180 derajat atau berbalik phasa sebesar 180 derajat terhadap
sinyal input.
 Sangat memungkinkan adanya osilasi akibat feedback atau umpan balik positif,sehingga
untuk mencegahnya sering dipasang feedback negatif.
 Sering dipakai sebagai penguat audio (frekuensi rendah) terutama pada sinyal audio
 Mempunyai stabilitas penguatan rendah karena tergantung stabilitas suhu dan bias
transistor

c) Penguat Common Collector


Penguat Common Collector adalah penguat dimana kaki kolektor transistor di groundkan
/ ditanahkan , lalu input di masukkan ke basis dan output diambil pada kaki emitor dan penguat
ini berkarakteristik sebagai penguat arus. Rangkaian ini hampir sama dengan Common Emitor
tetapi outputnya diambil dari Emitor. Input dihubungkan ke Basis dan output dihubungkan ke
Emitor. Rangkaian ini disebut juga dengan Emitor Follower (Pengikut Emitor) karena
tegangan output hapir sama dengan tegangan input.
Gambar 3 Rangkaian Common Collector

Sifat atau karakter pada Transistor sebagai Penguat Common Collector:


 Signal output dan signal input satu phasa (tidak terbalik seperti Common Emitor)
 Mempunyai penguatan tegangan sama dengan 1
 Mempunyai penguatan arus tinggi (sama dengan HFE transistor)
 Karena mempunyai Impedansi input tinggi dan impedansi output rendah sehingga cocok
digunakan sebagai buffer

2.2 Titik Q
Arus dan tegangan kolektor stasioner (quiescent, dalam keadaan istirahat) adalah IC dan
VCE jika tidak ada sinyal input.

input

(b)
Gambar 4. Penguat Kelas A keadaan quiescent

Nilai IC diperoleh dari arus kolektor ketika tidak ada input (ICQ). VCE diperoleh dari
tegangan kolektor dan emitor ketika tidak ada input (VCEQ).
𝑉𝐶𝐸𝑄 = 𝑉𝐶𝐶 − 𝐼𝐶𝑄(𝑅𝐶 + 𝑅𝐸) (1)
2.3 Garis Beban DC
Garis beban DC menyatakan semua titik operasi DC yang mungkin. Ujung atas dari
garis beban DC disebut sebagai titik saturasi dan ujung bawah disebut titik cut-off. Titik Q
berada pada suatu tempat sepanjang garis beban DC.

Gambar 5. Garis Beban DC dan Titik Q

Secara teori, garis beban DC diperoleh dari perhitungan untuk mendapatkan Ic


saturasi dan Vcc dengan rumus :
𝐼𝑐 (𝑠𝑎𝑡) = 𝑉𝑐𝑐 (2)
(𝑅𝐶+ 𝑅𝐸)

𝑉𝐶𝐸 (𝐶𝑈𝑇𝑂𝐹𝐹) = 𝑉𝐶𝐶 (3)

2.4 Garis Beban AC


Untuk menemukan titik saturasi dan titik cut-off pada garis beban AC,
rangkaian harusdianalisa menggunakan rangkaian ekivalen AC.

Gambar 6. Rangkaian ekivalen AC

𝑉𝐶𝐸𝑄
𝐼𝐶(𝑠𝑎𝑡) = 𝐼𝐶𝑄 + (4)
𝑅𝐶+𝑅𝐸
𝑉𝐶𝐸(𝑐𝑢𝑡−𝑜𝑓𝑓) = 𝑉𝐶𝐸𝑄 + 𝐼𝐶𝑄(𝑅𝐶 + 𝑅𝐸) (5)
2.5 Daya dan Efisiensi Penguat Transistor Kelas A
Jika penguat kelas A diberi input sinusoidal, maka output juga sinyal sinusoidal
dengan pengaruh tegangan bias DC, seperti pada Gambar 7.

Gambar 7. Sinyal sinusoidal

Maka, Daya AC menjadi


𝑉𝐶𝑃2
𝑃𝐿 = (6)
2𝑅𝐿
Untuk daya yang dikirim ke rangkaian, daya yang dihabiskan pada rangkaian dasar
dapat diabaikan dan daya rata-rata yang diperoleh dari catu daya adalah
𝑃𝑆 = 𝑉𝐶𝐶𝐼𝐶𝑄 (7)
Efisiensi daya didefinisikan sebagai
𝑃𝐿
𝜂= (8)
𝑃𝑆
Atau
𝑉𝐶𝑃2 (9)
𝜂=
2𝑅𝐿𝑉𝐶𝐶𝐼𝐶𝑄
Efisiensi maksimum dapat dicapai jika
𝑉𝐶𝑄 = 𝑉𝐶𝐶 (10)
2
𝑉𝐶𝑃 𝑉𝐶𝐶 (11)
=
Dan 2
𝑉𝐶𝐶
𝐼𝐶𝑄 = (12)
2𝑅𝐿
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum percobaan Penguat Transistor Kelas A,
antara lain : resistor, kapasitor, kabel jumper (penghubung), transistor tipe 2N3904, project
board, power supply, function generator, osiloskop, dan multimeter sebagai alat ukur
.

3.2 Langkah Kerja


3.2.1 Menentukan Titik Q dan Garis Beban DC
Langlah kerja diawali dengan, Komponen dirangkai seperti Gambar 8. Kemudian
RL ditambahkan pada output sebesar 1 kΩ. .Keadaaan seperti ini (tanpa input) disebut
sebagai stasioner atau istirahat atau quiescent.

Gambar 8. Rangkaian percobaan garis beban DC (tanpa input)


Kemudian untuk langkah kedua, tegangan dan arus DC diukur di kaki basis,
collector, dan emitter (VBQ, VCQ, VEQ, IBQ, ICQ, dan IEQ) menggunakan multimeter.
Terakhir, Hasil pengukuran dicatat pada lembar laporan sementara.
3.2.2 Menentukan Garis Beban AC
Langkah awal yang harus dilakukan pada percobaan ini ialah komponen yang
telah disediakan dirangkai seperti Gambar 9. Lalu, RL ditambahkan pada output sebesar 1
kΩ.

Gambar 9. Rangkaian Percobaan Garis Beban AC


Langkah kedua, function Generator (FG), power supply DC, dan osiloskop
dihidupkan kemudian rangkaian dihubungkan. FG digunakan untuk memberi masukan
gelombang (Vs). Lalu, jangkauan frekuensi dipilih dengan cara menekan tombol
frekuensi 1 kHz dan mengatur knobnya. Selanjutnya power supply DC dihidupkan dan
knob tegangan diatur, lalu arusnya juga diatur hingga bernilai 10 V untuk memberi
masukan DC (Vcc). Sedangkan osiloskop cukup dihubungkan pada Vs dan Vout.
Langkah ketiga, tegangan dan arus AC diukur di kaki basis, collector, dan emitter
(VB,VC,VE, IB, IC, IE) menggunakan multimeter. Hasilnya dicatat pada lembar laporan
sementara, kemudian sinyal input (Ch.1) dan output (Ch.2) digambar, sesuai dengan
gambar 7, VCQ dan VCP ditentukan.

3.2.3 Menentukan Daya dan Efisiensi Rangkaian Penguat Kelas A


Langkah percobaan ketiga ini berdasarkan dengan hasil pengukuran pada
percobaan 1 dan 2, sehingga daya dan efisiensi dapat ditentukan. Kemudian hasilnya
ditulis pada lembar laporan sementara.
3.3 Diagram Alir Percobaan

3.3.1 Menentukan Titik Q dan Garis Beban DC

RL sebesar 1 kΩ
Mulai Komponen dirangkai ditambahkan
pada output

Tanpa input

Rangkaian dalam
keadaan
stasioner/quiscent

Tegangan dan Arus DC pada


basis, collector, emitter diukur
dengan multimeter

Hasil pengukuran dicatat di


lembar laporan sementara

Selesai
3.3.2 Menentukan Garis Beban AC

Mulai

RL sebesar 1 kΩ
Komponen dirangkai ditambahkan
pada output

Function Generator Power Supply DC


Osiloskop didhidupkan
(FG) dihidupkan dihidupkan

Jangkauan
Knob
frekuensi Dihubungkan
tegangan dan
dipilih 1 kHz dengan Vs
arus diatur
dan knob dan Vout
hingga 10 V
diatur

Tegangan dan Arus AC


pada basis, collector,
emitter diukur dengan
multimeter

Hasil pengukuran
dicatat pada lembar
laporan sementara

Sinyal input (Ch.1) dan


Output (Ch.2)
digambar, VCQ dan
VCP ditentukan

Selesai
3.3.1 Menentukan Daya dan Efisiensi Rangkaian Penguat Kelas A

Mulai Hasil pengukuran


pada percobaan
1&2

Daya dan Efisiensi


ditentukan

Data ditulis pada lembar


Selesai laporan sementara
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Percobaan


4.1.1 Data Hasil Percobaan 1 : Menentukan Titik Q dan Garis Beban DC

Parameter Hasil Pengukuran Menggunakan Multimeter (Satuan)

VCQ 6 Volt

VEQ 1,05 Volt

ICQ 1,0 mA

VCEQ = VCQ – VEQ 4,95 Volt


Tabel 1. Data Pengukuran Titik Q dan Garis Beban DC

4.1.2 Data Hasil Percobaan 2 : Menentukan Garis Beban AC

Parameter Hasil Pengukuran Menggunakan Multimeter (Satuan)

VC 6 Volt

VE 1,2 Volt

IC 1,2 mA

VCE = VC – VE 4,8 Volt


Tabel 2. Data Pengukuran Garis Beban AC
4.1.3 Data Hasil Percobaan 2 : Pengukuran Menggunakan Osiloskop

Input (Ch.1) Output (Ch.2)

Gambar Sinyal Gambar Sinyal

VP = 0,5 Volt VCQ = 6 Volt


VDC = 0 Volt VCQ + VCP = 8,5 Volt
VCP = 2,5 Volt

Tabel 3. Data Pengukuran Menggunakan Osiloskop

4.1.3 Data Daya dan Efisiensi

( )( )
PL = = 0,003125 Watt
( )

Ps = (10 Volt) (10-3 Ampere) = 10-2 Watt

η = 0,3125 = 31,25%
4.2 Perhitungan Data

4.2.1 Perhitungan Percobaan 1 : Menentukan Titik Q dan Garis Beban DC


Perhitungan data percobaan 2 yang kami lakukan yakni menghitung nilai ICQ dan VCEQ secara
teori (persamaan 1) serta nilai IC dan VCE berdasarkan persamaan (2) dan (3) sebagai berikut :

𝑉𝐶𝐸𝑄 = 𝑉𝐶𝐶 − 𝐼𝐶𝑄 (𝑅𝐶 + 𝑅𝐸 )

a. Nilai VCEQ = 10 - 1 mA (3,3k + 1k) = 5,7 Volt

Error VCEQ (%) = | |

b. Nilai ICQ
4,95 = 10 - ICQ (3,3k + 1k)
ICQ = 1,17 mA

Error VCEQ (%) = | |

c. Nilai IC (sat) =

Nilai VCE (cuttoff) = 10 Volt


Berdasarkan perhitungan melalui persamaan 1, 2, dan 3 di atas, kami memperoleh grafik Titik Q
pada Garis Beban DC seperti berikut :

Grafik 1. Titik Q pada Garis Beban DC


2,5

2
Ic (mA)

1,5
Q
1

0,5

0
2,5 5 7,5 10
Vce(V)
4.2.2 Perhitungan Percobaan 2 : Menentukan Garis Beban AC
Berdasarkan pengukuran yang telah kami lakukan, kami memperoleh grafik Garis Beban AC
dengan Ic sebagai sumbu y dan VCE sebagai sumbu x, sebagai berikut:

Grafik 2. Garis Beban AC


1,4
1,2
1
Ic (mA)

0,8
0,6
0,4
0,2
0
1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5
Vce(V)

Perhitungan data percobaan 2 yang kami lakukan yakni menghitung nilai IC dan VCE secara
teori (persamaan 4 dan 5), kemudian hasilnya akan dibandingkan dengan hasil pengukuran.

a. Nilai IC (sat) =

Error IC (sat) (%) = | |

Nilai VCE (cuttoff) = 4,95 + 1 mA (3,3k + 1k) = 9,25 Volt

Error VCE (cuttoff) (%) = | |


4.2.3 Perhitungan Percobaan 3 : Menentukan Daya dan Efisiensi
Kemudian untuk nilai efisiensi maksimum berdasarkan teori, dengan menggunakan persamaan
9-12, didapatkan hasil sebagai berikut :

Nilai VCQ =

Nilai VCP =

Nilai ICQ = ( )

( )( )
Nilai Efisiensi Maksimum = = 25%
( )( )( )
4.2 Pembahasan

Praktikum dengan judul Penguat Transistor Kelas A kali ini pada dasarnya bertujuan untuk
menentukan titik Q , garis beban DC, garis beban DC, serta daya dan efisiensi pada rangkaian
penguat transistor kelas A. Berdasarkan dasar teori yang telah dicantumkan pada laporan ini, dapat
dikatakan bahwa penguat merupakan suatu peranti yang berfungsi menguatkan daya sinyal masukan
(input), dengan syarat pada sinyal keluaran (output) harus memiliki bentuk yang tepat seperti sinyal
input dan memiliki nilai amplitudo yang lebih tinggi. Jika syarat tidak terpenuhi, maka sinyal
tersebut cacat.
Pada percobaan 1, langkah awal yang kami lakukan dalam menentukan titik Q dan garis beban
DC ialah merangkai komponen serta menambahkan nilai R pada output sebesar 1 kΩ. Keadaan
seperti inilah disebut sebagai stasioner karena rangkaian tidak memiliki input, kemudian dilanjutkan
dengan mengukur arus dan tegangan di kaki basis, collector, dan emitter. Hasil pengukuran tersebut
dapat dilihat pada tabel 1 data hasil pengukuran, di mana nilai VCQ sebesar 6 Volt, VEQ sebesar 1,05
Volt, dan ICQ sebesar 1mA, sehingga diperoleh nilai VCEQ = VCQ – ICQ atau senilai 4,95 Volt.
Berbeda dengan hasil perhitungan data berdasarkan teori, untuk menentukan titik Q kami
menggunakan persamaan 1, 𝑉𝐶𝐸𝑄 = 𝑉𝐶𝐶 − 𝐼𝐶𝑄 (𝑅𝐶 + 𝑅𝐸 ). Dengan persamaan tersebut, kami
memperoleh nilai VCEQ sebesar 5,7 Volt dan ICQ sebesar 1,17 mA. Setelah itu, untuk menentukan
garis beban DC perlu dilakukan perhitungan IC (sat) dan VCE (cuttoff) berdasarkan persamaan 2 dan 3.
Dari perhitungan di atas, sehingga kami memperoleh grafik titik Q dan garis beban DC (dapat
dilihat Grafik 1). Grafik ini menunjukkan bahwa Titik Q berada di tengah-tengah garis beban DC,
sehingga tidak terjadi perpotongan sinyal pada keluarannya. Hal ini dapat dikatakan, apabila sebuah
transistor memiliki titik Q di tengah-tengah garis beban DC, suatu sinyal AC yang kecil
mengakibatkan transistor bekerja di daerah aktif dalam seluruh siklusnya.
Pada percobaan 2, yakni percobaan menentukan Garis Beban AC. Langkah awal yang
dilakukan sama seperti pada percobaan pertama, seperti merangkai komponen dan menambahkan
nilai R pada output sebesar 1 kΩ, selanjutnya menghubungkan rangkaian dengan Function
Generator, Power Supply DC, dan Osiloskop. Kemudian mengukur tegangan dan arus dengan
menggunakan multimeter, menggambar sinyal input dan output, serta menentukan VCQ dan VCP.
Dari pengukuran yang telah kami lakukan, nilai Vc sebesar 6 Volt, nilai VE sebesar 1,2 Volt, nilai Ic
sebesar 1,2 Volt, dan nilai VCE diperoleh dari hasil pengurangan Vc dan VE, yakni 4,8 Volt. Dengan
demikian, kami memperoleh grafik garis beban AC seperti pada grafik 2. Sedangkan untuk
menemukan titik saturasi dan titik cut-off pada garis beban AC, rangkaian kami analisis
menggunakan rangkaian ekuivalen AC, dan dihitung berdasarkan persamaan 4 dan 5. Dari proses
analisis data, kami memperoleh perbedaan yang cukup signifikan antara nilai Ic (sat) dan VCE (cutoff)
dari hasil pengukuran dengan hasil perhitungan, sehingga memperoleh error (%) lebih dari 40%.
Tentu saja hal ini tidak hanya disebabkan oleh ketidaktelitian praktikan saat membaca alat ukur,
namun bisa saja disebabkan oleh alat ukur yang sensitif, kesalahan dalam merangkai komponen, dan
kesalahan menghubungkan multimeter pada rangkaian.
Pada percobaan 3, untuk menentukan daya dan efisiensi rangkaian penguat transistor kelas A
pada pengukuran, maka harus ditentukan terlebih dahulu nilai PL dan Ps melalui persamaan 6 dan7,
kemudian efisiensi daya didefinisikan sebagaimana persamaan 8. Sedangkan nilai efisiensi
maksimum dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan 9 pada dasar teori, di mana efisiensi
maksimum dapat dicapai jika nilai VCQ, VCP dan ICQ telah dihitung sesuai persamaan 10,11,12. Dari
hasil pengukuran kami memperoleh nilai efisiensi sebesar 31,25%, dan dari hasil perhitungan secara
teori efisiensi daya maksimum diperoleh 25 %. Nilai efisiensi ini dikatakan sudah sesuai dengan
teori, di mana penguat kelas A memiliki karakteristik berefisiensi rendah (25%-50%). Maka dari itu,
pada rangkaian penguat kelas A perlu ditambahkan resistor di kaki emitter.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data hasil percobaan, pengukuran, dan perhitungan pada praktikum Penguat
Transistor Kelas A kali ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berkut :
a. Penguat Kelas A adalah bentuk paling sederhana dari penguat daya yang menggunakan
transistor switching tunggal dalam konfigurasi rangkaian common emitter standar.
b. Apabila sebuah transistor memiliki titik Q di tengah-tengah garis beban DC, suatu sinyal AC
yang kecil mengakibatkan transistor bekerja di daerah aktif dalam seluruh siklusnya.
c. Dalam menemukan titik saturasi dan titik cut-off pada garis beban AC, rangkaian dianalisis
menggunakan rangkaian ekuivalen AC.
d. Dari hasil pengukuran dan perhitungan sudah sesuai dengan teori bahwa, nilai daya dan efisiensi
penguat transistor kelas A tergolong rendah, yakni sekitar 25%-50%.

5.2 Saran
Berdasarkan kegiatan praktikum Penguat Transistor Kelas A, serta data-data pengukuran yang
telah diperoleh, maka saran atau masukan kami antara lain:
a. Karena terdapat perbedaan antara hasil pengukuran percobaan dengan perhitungan secara
teoritis, maka praktikan hendaknya lebih memperhatikan saat diberikan penjelasan dan
pembahasan materi dari dosen secara konseptual, sehingga akan bisa menyimpulkan faktor apa
saja yang memengaruhi perbedaan nilai pengukuran dan perhitungan.
b. Setiap dilakukan pengukuran, sebaiknya praktikan lebih teliti dalam membaca dan mengamati
alat ukur.
c. Sebelum dilakukan praktikum percobaan, sebaiknya semua orang yang terlibat dalam kegiatan
praktikum (Dosen pengampu, Asisten dosen, Praktikan/mahasiswa) mengecek kelengkapan
peralatan dan melakukan kalibrasi dengan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Jati, Ayu dkk. 2021. Petunjuk Praktikum Elektronika Analog. STTN BATAN YOGYAKARTA

Anda mungkin juga menyukai