Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM ONLINE

ELEKTRONIKA ANALOG
“Penguat Transistor Kelas B (Push-Pull)”

Disusun Oleh :

Ira Palupi
022000021

Dosen Pengampu : Ayu Jati Puspitasari, M.Si

PROGRAM STUDI ELEKTRONIKA INSTRUMENTASI


JURUSAN TEKNOFISIKA NUKLIR
STTN BATAN YOGYAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Transistor merupakan komponen dasar untuk sistem penguat. Untuk bekerja sebagai
penguat, transistor harus berbeda dalam keadaan aktif. Kondisi aktif dengan memberi bias pada
resistor, ada tiga macam konfigurasi dari rangkaian penguat transistor yaitu Common Emitter
(CE), Common Base (CB), dan Common Colector (CC) (Isparela : 2012).
Pada penguat transistor umumnya diklasifikasikan menurt titik kerjanya, yakni titik kerja
(titik Q) atau titik pada garis beban yang menggambarkan keadaan transistor saat tidak ada
sinyal masukan. Salah satu jenis penguat transistor, yaitu penguat transistor kelas B (push-pull).
Penguat dengan letak titik Q di titik cut off garis beban. Kelemahannya yaitu adanya cacat
penyeberangan (crossover distortion) yang terjadi karena adanya tegangan bias pada dioda basis
emitor. Sehingga saat sinyal masukan belum bernilai sebesar tegangan on dari dioda basis
emitor maka tidak akan ada sinyal keluaran. Karena letak titik Q penguat kelas B di titik cut-off
maka untuk satu transistor hanya bisa menguatkan setengah siklus dari sinyal masukan.
Sehingga untuk penguat kelas B digunakan konfigurasi Push-pull dimana dua transistor akan
bergantian bekerja menguatkan masing-masing setengah siklus sinyal masukan.
Amplifier kelas B adalah penguat yang bekerja dengan titik operasinya terletak pada ujung
kurva karakteristik (titik cut off), sehingga daya operasi tenang (quescent power)-nya sangat
kecil. Apabila sinyal input merupakan gelombang sinus, maka penguatan yang terjadi hanya
berlangsung selama setengah siklus. Dimana transistor bekerja hanya dalam daerah aktif selama
setengah periode. Selama setengah periode lainnya transistor tersebut tersumbat (cut off). Titik
kerja amplifier kelas B (Q) terletak di cut off pada garis beban AC. Keuntungan dari amplifier
kelas B adalah lebih kecilnya kehilangan daya transistor, daya beban dan efisiensi penguatan
yang lebih besar. (Agus Purnama : 2020)

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana desain rangkaian penguat daya kelas B push pull?
b. Bagaimana bentuk gelombang dan cacat penyebrangan (crossover distortion)?
c. Berapakah nilai daya dan efisiensi penguat transistor kelas B?

1.3 Tujuan
a. Mendesain rangkaian penguat daya kelas B push-pull pada software NI Multisim 14.0
b. Mengamati bentuk gelombang dan cacat penyebrangan (crossover distortion)
c. Mendapatkan nilai daya dan efisiensi

1.4 Manfaat
Melalui praktikum online penguat transistor kelas B (push-pull), ada beberapa manfaat yang
diperoleh mahasiswa selain mampu memahami dan mendemonstrasikan langkah kerja
percobaan pada software multisim, yakni mahasiswa juga dapat mengambil simpulan bahwa
penguat transistor kelas B (push-pull) sangat penting dimanfaatkan sebagai pemancar
komunikasi dan sistem tenaga dengan baterai.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Penguat Transistor Kelas B (push-pull)


Untuk meningkatkan efisiensi dari penguat transistor dapat diguanakn
penguatan transistor kelas B yang biasa disebut sebagai penguat balans (push-pull).
Penguat balans (push-pull) kelas B adalah rangkaian dengan dua transistor.

Gambar 1. Rangkaian ekivalen AC Penguat Transistor


Kelas B

Gambar 1 menunjukkan rangkaian ekivalen AC untuk sebuah pengikut emitter.


Untuk mendapatkan rangkaian balans, kita menggabungkan pengikut emitter seperti
ditunjukkan pada Gambar 1. Transistor atas (npn) menghasilkan setengah siklus positif
dari tegangan sumber, sedangkan transistor bawah (pnp) menghasilkan setengah siklus
negatif. Sehingga tegangan output berupa gelombang sinus lengkap. Sinyal yang melewati
beban atau RE tidak mengandung komponen DC, sehingga bentuk sinyal seperti Gambar
2.

Gambar 2. Sinyal Sinusoida tanpa komponen DC

Namun ternyata setelah diamati bentuk sinyal sinusoida tersebut tidak sempurna.
Salah satu kekurangan penguatan kelas B adalah adanya crossover distortion atau cacat
penyebrangan. Sinyal tersebut tidak lagi berupa sinyal sinus karena kerja pengguntingan
antara tiap setengah siklus. Karena pengguntingan ini terjadi antara waktu satu transistor
menutup dan yang lainnya membuka (Gambar 3).
Gambar 3. Crossover distortion

Untuk menghilangkan crossover distortion, dapat diberikan sedikit forward bias


melalui pemasangan diode atau dengan pemberian komponen resistor dengan nilai yang
sesuai agar ICQ dari1-5% dari IC (sat).

2.2 Garis Beban AC


Garis beban AC ditunjukkan pada Gambar 2. Dengan nilai IC dan VCE didefinisikan
sebagai :

Gambar 4. Garis Beban AC

2.3 Daya dan Efisiensi Penguat Transistor Kelas B


Daya dapat ditentukan melalui persamaan :

Daya dari power supply ke Vcc atas adalah :

Arus kolektor dari Q1 (Gambar 1) adalah setengah gelombang sinus (Gambar 5) :

Gambar 5. Setengah gelombang positif


Nilai arus kolektor yaitu :

(5)

Dan, (6)

Sehingga total daya dari kedua sumber adalah :

(7)

Kemudian efisiensinya adalah :

(8)

Jika dilihat dari persamaan tersebut, efisiensi sebanding dengan VCP. Di mana efisiensi
maksimum dapat dicapai ketika VCP = Vcc, yaitu :

(9)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang diperlukan pada percobaan ini antara lain : seperangkat software
NI Multisim 14.0 dengan komponen pada library seperti kapasitor, transistor, resistor,
resistor variabel sebagai potensiometer, 2 dioda dengan tipe 1N3493, Power sources
(Ground), osiloskop, dan multimeter.

3.2 Langkah Kerja


3.2.1 Pengamatan Gelombang dan Cacat Penyebrangan (Crossover Distortion)
Langkah kerja dari percobaan diawali dengan komponen pada library multisim
ditambahkan pada lembar project dan dirangkai seperti pada Gambar 6.

XSC1

Ext Trig
+
_
A B
_ _
V2 + +

R1 XMM1
7V
10kΩ
C1 Q1
2N3904
2.2µF R2
1kΩ
C3

R3 100µF
V1 R5
1kΩ
6Vpk 1kΩ
1kHz C2 Q2
0° 2N3906
2.2µF R4
10kΩ

Gambar 6. Rangkaian Penguat Daya Kelas B (Push-Pull)


Selanjutnya tegangan diatur pada function generator sebesar 6 volt peak-to-peak
dan tegangan Vcc diatur sebesar 7 volt. Lalu dengan menggunakan osiloskop,
channel 1 dihubungkan pada titik Vin dan channel 2 dihubungkan pada titik Vout,
sinyal yang terbentuk kemudian diamati dan didokumentasikan. Sebagaimana seperti
Gambar 7, pada layar osiloskop akan tampak bentuk gelombang input dan output.
Gambar 7. Gelombang input dan output dengan crossover distortion
Terakhir, dengan bantuan Gambar 8, tegangan base-to-emitter (VBE1 antara
sinyal output dan output puncak gelombang dan VBE2 antara siyal output dan input
lembah gelombang) diukur dari kedua transistor, lalu nilai VE juga diukur dengan
multimeter (nilai + dihubungkan ke emitter, dan nilai – dihubungkan ke ground).
Kemudian, data yang diperoleh dicatat dan didokumentasikan pada lembar sementara.
Dilanjutkan dengan perhitungan VP atau Vmax gelombang (baik puncak maupun lembah)
dan perhitungan T crossover distortion.

Gambar 8. Pengukuran tegangan base-to-emitter


3.1.2 Proses Eliminasi Crossover Distortion
Langkah kerja diawali dengan komponen pada library software multisim
ditambahkan ke lembar project dan dirangkai seperti pada Gambar 9.
XSC1

Ext Trig
+
_
A B
_ _
V2 + +

R1
7V
10kΩ
C1 Q1
2N3904
2.2µF R2
100Ω
C3

R3
V1 20kΩ 70 % 100µF
6Vpk Key=A
1kHz C2 Q2 R5
0° 2N3906 1kΩ
2.2µF R4
10kΩ

Gambar 9. Rangkaian pengeliminasi crossover distortion menggunakan potensiometer


Kemudian dipastikan bahwa function generator telah diatur pada tegangan 6 volt
peak-to-peak pada frekuensi 1 kHz. Secara perlahan, potensiometer diatur hingga tidak
terjadi distorsi crossover, pengaturan potensiometer melalui pengubahan nilai resistor
dan presentase nya (sebagai catatan bahwa tegangan output hampir berimpit dengan
tegangan input, sehingga penguatan tegangannya mendekati 1). Lalu, bentuk sinyal
input dan output diamati dan didokumentasikan. Dilanjutkan dengan perhitungan nilai
VCP input dan output sampai gelombang membentuk gelombang sinusoidal atau tidak
ada cacat garis urus, dan terakhir dilakukan perhitungan T crossover distortion.
Selanjutnya, untuk percobaan proses eliminasi crossover distorin dengan 2 dioda,
dimulai ketika potensiometer dilepas dan R senilai 100 Ω diganti dengan 2 buah diode
1N3493 seperti Gambar 10.
XSC1

Ext Trig
+
_
A B
_ _
V2 + +

R1 XMM1
7V
10kΩ
C1 Q1
2N3904
2.2µF D1
1N3493
C3

XMM2
V1 D2 100µF
6Vpk 1N3493
1kHz C2 Q2 R5
0° 2N3906 1kΩ
2.2µF R4
10kΩ

Gambar 10. Rangkaian pengeliminasi crossover distortion menggunakan 2 dioda


Langkah kerja selanjutnya ialah function generator dihidupkan pada 6 volt peak-
to-peak dan frekuensi 1 kHz, power supply DC 7 volt ke rangkaian, kemudian sinyal
output diamati, didokumentasikan, dan dibandingkan dengan sinyal output pada
langkah sebelumnya. (Tegangan drop kedua diode digunakan untuk membias kedua
transistor tersebut sehingga distorsi crossover dapat dihilangkan). Terakhir, tegangan
emitter (VE), tegangan base 1 (VB1) dan tegangan base 2 (VB2) diukur terhadap ground
(-) dengan menggunakan multimeter, hasilnya dicatat pada lembar sementara.

3.1.3 Penentuan Daya Input (Ps), Daya Output (PL), dan Efisiensi (η)
Langkah awal pada percobaan ini diawali dengan komponen library pada
multisim ditambahkan ke lembar project dan dirangkai seperti Gambar 11.
XSC1

Ext Trig
+
_
A B
_ _
V2 + +

R1
7V
10kΩ
C1 Q1
2N3904
2.2µF D1
1N3493
C3

V1 D2 100µF
11Vpk 1N3493
1kHz C2 Q2 R5
0° 2N3906 1kΩ
2.2µF R4
10kΩ

Gambar 11. Rangkaian Menentukan Daya dan Efisiensi

Lalu, secara perlahan tegangan sinyal AC input peak-to-peak ditambahkan


sedemikian rupa sehingga tegangan outputnya nyaris terpotong. Kemudian, hasil
pengukuran dan perhitungan dicatat. Selanjutnya dilakukan perhitungan VCP dan T
crossover distortion. Terakhir, daya output (PL), daya input (PS), dan efisiensi juga
dihitung hasilnya dicatat pada lembar laporan sementara.
3.3 Diagram Alir Percobaan
3.3.1 Pengamatan Gelombang dan Cacat Penyebrangan (Crossover Distortion)

Mulai

Komponen library
multisim dirangkai
sesuai gambar

Tegangan FG Dengan osiloskop,


diatur 6 Volt Ch 1 dihubungkan
peak to peak, ke Vin dan Ch 2
dihubungkan ke
dan Tegangan Vout
Vcc 7 Volt

Sinyal yang terbentuk


diamati dan
didokumentasikan

Tegangan base to base


kedua transistor dan
tegangan emitter diukur

VP dan T crossover
distortion dihitung

Data dicatat

Selesai
3.3.2 Proses Eliminasi Crossover Distortion

FG dipastikan
Komponen library pada tegangan
Mulai 6 volt peak to
pada multisim
dirangkai sesuai peak frekuensi
gambar 1 kHz

Bentuk sinyal input dan


output (sinyal 1) Potensiometer
diamati serta diatur
didokumentasikan

VCP input dan output , T Potensiometer


crossover distortion dihitung dan R 100Ω
sampai membentuk diganti dengan
gelombang sinusoidal 2 diode 1N3493

FG dihidupkan pada 6 volt


peak to peak frekuensi 1
Sinyal output diamati kHz, dan Power supply DC 7
ke rangkaian

Crossover
distortion Kedua sinyal output
dapat dibandingkan
dihilangkan

VB1,VB2, dan VE diukur


terhadap ground, lalu hasil
dicatat

Selesai
3.3.3 Penentuan Daya Input (Ps), Daya Output (PL), dan Efisiensi (η)

Mulai

Komponen library pada


multisim dirangkai
sesuai gambar

Tegangan sinyal
AC input peak to
peak ditambahkan,
hingga Voutput
nyaris terpotong

VCP, T crossover
distortion, PL, PS, dan
efisiensi dihitung

Selesai
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data


4.1.1 Data Pengamatan Gelombang dan Cacat Penyeberangan

Besaran Hasil pengukuran


VBE1 1 x 2 volt/div = 2 volt
VBE2 - 1 x 2 volt/div = -2 volt
VE 2,409 volt

Tabel 1. Data Pengukuran Gelombang dan Cacat Penyeberangan

Input Output
(Ch.1) (Ch.2)
Gambar sinyal Gambar sinyal

Vp = 3 Div × 2 V/Div = 6 V Vp = 1,8 Div × 2 V/Div = 3,6 V

T = 5 × 200 𝜇s/div = 0,001 s = 1 ms


Tabel 2. Data Pengamatan Gelombang Input/Output dan Cacat Penyeberangan
4.1.2 Data Pengamatan Eliminasi Crossover Distortion dengan Potensiometer

Input Output
(Ch.1) (Ch.2)
Gambar Sinyal Gambar Sinyal

Vcp = 3 Div × 2 V/Div = 6 V Vcp = 1,8 Div × 2 V/Div = 3,6 V

T crossover distortion = 0,2 × 500 𝜇s/div

T crossover distortion = 0,1 ms


Resistansi Potensiometer (Ω) = 70 % × 20 kΩ
Resistansi Potensiometer (Ω) = 14000 Ω = 14 kΩ

Tabel 3. Data Pengamatan Eliminasi Crossover Distortion dengan Potensiometer


4.1.3 Data Pengamatan Eliminasi Crossover Distortion dengan 2 Dioda

Input Output
(Ch.1) (Ch.2)
Gambar Sinyal Gambar Sinyal

Vcp = 3 Div × 2 V/Div = 6 V Vcp = 1,8 Div × 2 V/Div = 3,6 V

T crossover distortion = 0,5 × 200 𝜇s/div

T crossover distortion = 0,1 ms


Tabel 4. Data Pengamatan Eliminasi Crossover Distortion dengan 2 Dioda

Besaran Hasil pengukuran


VB1 4,252 volt
VB2 4,252 volt
VE 2,262 volt

Tabel 5. Data Pengukuran Eliminasi Crossover Distortion dengan 2 Dioda


4.1.4 Data Pengamatan Menentukan Daya dan Efisiensi

Input (Ch.1) Output (Ch.2)


Gambar sinyal Gambar sinyal

Vcp = 2,2 Div × 5 V/Div = 11 V Vcp = 1,8 Div × 2 V/Div = 3,6 V

T crossover distortion = 1 × 200 𝜇s/div

T crossover distortion = 0,2 ms


Tabel 6. Data Pengamatan Menentukan Daya dan Efisiensi
Perhitungan Daya dan Efisiensi :
4.2 Pembahasan
Pada praktikum Penguat Daya Kelas B yang dilakukan secara online, kami menggunakan
software NI Multisim 14.0 sebagai alat dalam mendesain rangkaian. Sebagaimana dengan tujuan
praktikum, yakni untuk mengetahui bagaimana bentuk gelombang dan cacat penyeberangan pada
rangkaian penguat daya kelas B dan untuk mengetahui nilai daya serta efisiensi. Terdapat 4 percobaan
pada praktikum ini, di antaranya :
Percobaan pertama yaitu pengamatan gelombang dan cacat penyeberangan. Berdasarkan
rangkaian yang telah didesain pada software mutisim, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan
antara bentuk gelombang input dan gelombang output. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya forward
bias dan pemasangan dioda atau resistor dengan nilai yang sesuai pada rangkaian, yang membuat
sinyaloutput mengalami cacat penyeberangan (crossover distortion). Sehingga bentuk sinyal output
tidak berupa gelombang sinusoidal, artinya transistor dalam satu waktu bisa saja membuka atau
menutup sehingga mampu bekerja pada saat pengguntingannya antar tiap setengah siklus. Hal ini yang
menjadi suatu kelemahan dari penguat daya kelas B. Percobaan kedua yaitu proses eliminasi
crossover distortion dengan menggunakan potensiometer melalui rangkaian forward bias. Kami
menggunakan resistor sebesar dan diatur sebesar 70%, sehingga mendapatkan nilai resistansi
potensiometer sebesar sampai sinyal output yang terbentuk dapat membentuk gelombang
sinusoidal atau hampir membentuk seperti pada sinyal input. Akan tetapi di sini kami masih melihat
bentuk gelombang sedikit cacat, sehingga periode crossover distortion yang dihasilkan adalah 0,2 ×
500 𝜇s/div = 0,1 ms. Hal ini masih dikatakan wajar, karena tidak semua sinyal ketika ditambahkan
potensiometer akan terbentuk sempurna.
Percobaan ketiga yaitu proses eliminasi crossover distortion dengan menggunakan 2 dioda
melalui rangkaian forward bias. Berdasarkan hasil analisis data, kami menggunakan 2 dioda dengan
tipe 1N3493 dan sinyal output yang tertampil pada osiloskop menunjukkan terjadi cacat
penyeberangan (crossover distortion), artinya dioda tidak bekerja dengan baik dalam mengeliminasi
crossover distortion pada rangkaian penguat daya kelas B. Artinya, sinyal tersebut tidak lagi berupa
sinyal sinus karena terjadi pengguntingan antara tiap setengah siklus. Hal ini bisa disebabkan karena
pemasangan dioda ke rangkaian menghasilkan lebih dari 5% dari sedangkan untuk
menghilangkan crossover distortion tersebut nilai harus 1-5% dari berdasarkan teori.
Percobaan terakhir, yaitu menentkan daya dan efisiensi. Rangkaian yang kami gunakan saat
menentukan nilai daya dan efisiensi, ialah rangkaian saat percobaan ketiga dengan mengatur nilai
tegangan AC input sampai sinyal output menghasilkan gelombang yang nyaris terpotong. Dari
pengaturan tersebut, kami memperoleh nilai tegangan AC input sebesar 11 V peak to peak.
Selanjutnya, proses perhitungan daya input dan daya output dilakukan, sehingga diperoleh besar
efisiensi dari hasil bagi daya output dengan daya input. Pada percobaan kali ini, kami memperoleh
efisiensi sebesar 13,2%. Nilai efisiensi ini tidak mencapai titik maksimum efisiensi penguat daya kelas
B yaitu sebesar 78,5%. Hal ini disebabkan karena nilai , atau karena tingkat pemahaman
mahasiswa masih rendah dalam menggunakan software NI Multisim 14.0
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
a. Rangkaian penguat daya kelas B cenderung lebih rmit dan banyak komponen yang
digunakan untuk menghilangkan crossover distortion.
b. Crossover distortion merupakan kelemahan dari penguat daya kelas B, yang dapat
dihilangkan (eliminasi) dengan memasang dioda dan potensiometer dalam forward bias.
c. Jika rangkaian mengalami cacat penyeberangan, artinya sinyal yang terbentuk tidak lagi
berupa sinyal sinus karena terjadi kerja pengguntingan antara tiap setengah siklus atau
antara waktu satu transistor menutup dan membuka.
d. Hasil perhitungan efisiensi percobaan jauh berbeda dengan nilai efisiensi penguat daya
kelas B secara teori, hal ini dikarenakan .
5.2 Saran
a. Perhatikan secara detail petunjuk praktikum saat merangkai rangkaian pada software NI
Multisim 14.0 .
b. Diharapkan lebih kreatif dan kritis dalam menambahkan nilai suatu komponen agar hasil
gelombang/sinyal tidak selalu mengalami crossover distortion.
c. Diharapkan mahasiswa lebih memahami bagaimana cara menggunakan software NI
Multisim 14.0, sehingga dapat merangkai dan memaang komponen dengan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Ayu Jati Puspitasari, dkk. 2021. Penguat Daya Kelas B (Push-Pull) – Praktikum Elektronika
Analog : STTN BATAN YOGYAKARTA
LAMPIRAN

Gambar 12. Rangkaian Penguat Daya Kelas B (Push-Pull)

Gambar 13. Gelombang Input dan Output Penguat Daya Kelas B (Push-Pull)
Gambar 14. VBE1 dan VBE2 Penguat Daya Kelas B (Push-Pull)

Gambar 15. VE Penguat Daya Kelas B (Push-Pull)


Gambar 16. Rangkaian Pengeliminasi Crossover Distortion dengan Potensiometer

Gambar 17. Gelombang Input dan Output Rangkaian Pengeliminasi Crossover


Distortion dengan Potensiometer
Gambar 18. Rangkaian Pengeliminasi Crossever Distortion dengan 2 Dioda

Gambar 19. VB1 Rangkaian Pengeliminasi Crossover Distortion dengan 2 Dioda


Gambar 20. VB2 Rangkaian Pengeliminasi Crossover Distortion dengan 2 Dioda

Gambar 21. VE Rangkaian Pengeliminasi Crossover Distortion dengan 2 Dioda


Gambar 22. Gelombang Input dan Output Rangkaian Pengeliminasi Crossover
Distortiondengan 2 Dioda

Gambar 23. Rangkaian Menentukan Daya dan Efisiensi

Anda mungkin juga menyukai