Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

ELEKTRONIKA ANALOG II
RESPON FREKUENSI

KELOMPOK 1
AFRIZAL 16502241031
ARDI PRATAMA 17502244016
RIDWAN 17502241024
RILA INDA BELGA 17502244001
NOOR AHWAN 17502244007

Prodi Pendidikan Teknik Elektronika S1


Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika Dan Informatika
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta
2018
A. TUJUAN
Setelah melaksanakan praktek diharapkan mahasiswa dapat :
1. Mengukur respon penguatan terhadap frekuensi sinyal input
2. Mengukur respon pergeseran fase penguat terhadap frekuensi sinyal input

B. TEORI SINGKAT
a. Pengertian Respon Frekuensi
Respon frekuensi suatu penguat merupakan tanggapan penguat tersebut terhadap
frekuensi sinyal masukan. Tanggapan suatu penguat terhadap masing-masing
frekuensi seperti frekuensi rendah, frekuensi menengah, maupun frekuensi tinggi
tidaklah sama. Pada umumnya, penguatan dari suatu penguat akan menurun pada
frekuensi sangat rendah dan frekuensi sangat tinggi. Kemampuan suatu penguat
dalam melewatkan frekuensi mempunyai keterbatasan, dimana ada rentang
frekuensi agar penguat tersebut dapat bekerja secara maksimal. Atau sering
disebut dengan bandwidth yaitu jarak antara dua frekuensi yang dibatasi oleh f1
atau (fL) untuk frekuensi rendah dan f2 atau (fH) untuk frekuensi tinggi, dimana
diantara rentang frekuensi tersebut penguat dalam kondisi maksimal sehinga dapat
melewatkan frekuensi dengan baik. Karakteristik suatu penguat saat diberi
masukan frekuensi rendah, nilai reaktansi kapasitif dari kapasitor coupling dan
kapasitor by-pass menjadi semakin besar. Hal ini berbeda dengan saat penguat
diberi masukan frekuensi tinggi, kapasitor liar yang timbul pada kaki-kaki
transistor dan pengawatan PCB yang nilainya sangat kecil (dalam pF) akan
mempunyai reaktansi kapasitif yang cukup berarti sehingga akan mempengaruhi
faktor penguatan.

Gambar 2.1. Kurva respon frekuensi pada penguat CE dengan coupling C


Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa untuk mencari daerah bandwidth yakni
dengan mengalikan AVmid dengan 0,707 atau dapat juga didefinisikan dengan
mengalikan AV maksimum (saat praktik) dengan 0,707 untuk kemudian dapat
ditarik dengan garis lurus sehingga terdapat titik perpotongan (dinamakan
frekuensi cut-off) pada frekuensi rendah dan frekuensi tinggi. Daerah yang ada
diantara frekuensi cut-off tersebut yang dinamakan bandwidth. Dapat dituliskan :
Daerah Bandwidth (BW) = f 2−f 1 = f H −f L
Dalam sistem komunikasi audio maupun video, penggambaran kurva respon
frekuensi menggunakan satuan desibel (dB) untuk menunjukkan level penguatan.
Kurva respon frekuensi dalam (dB) dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 2.2. Kurva respon frekuensi dalam (dB)

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa kurva dengan satuan desibel (dB) dapat
dibuat dengan mengkonversi satuan penguatan ke desibel (dB). Dapat dituliskan :
AV AV
( dB )=20 log
AV mid AV mid
Sehingga pada frekuensi menengah nilai dBnya adalah 20log1 = 0 dB, sedangkan

1
pada frekuensi cut-off nilainya adalah 20 log =−3 dB .
√2
b. Karakteristik Respon Frekuensi
1) Frekuensi Rendah
Untuk sebuah penguat satu tingkat biasanya terdapat tiga kemungkinan
jaringan RC yaitu: Cs dan Zi; Ce dan Re; serta Cc dan Zo + beban.
Masing-masing jaringan RC tersebut tentunya mempunyai karakteristik
tersendiri terhadap frekuensi (respon frekuensi) rendah. Oleh karena itu
masing-masing akan mempunyai frekuensi cutoff (fL) yang berbeda.

Gambar 2.3. Penguat CE dengan kapasitor penentu respon frekuensi


rendah

Kombinasi antara kapasitor kopling, kapasitor bypass, dan resistor beban


dari suatu penguat akan menentukan frekuensi cut off pada frekuensi
rendah (fL). Kombinasi berbagai rangkaian tersebut dapat disederhanakan

menjadi
Gambar 2.4. Jaringan R-C yang menentukan fL
Gambar 2.5. Grafik Respon Frekuensi Rendah.

Apabila diperhatikan, maka jaringan R-C tersebut merupakan pembagi


tegangan, sehingga berlaku:
R.Vi R = Xc R.Vi
V O= V O=
2 2 2 2
√( R + X C ) √( R + R )
Vi
V O=
√2
Sehingga,
VO
Av=
Vi
1
A v=
√2
A v =0,707
Dengan kata lain, sinyal keluaran Vo menjadi 70.7 % dari sinyal masukan
Vi p ada saat reaktansi kapasitip Xc sama dengan resitor dalam jaringan
R-C. Pada saat ini (dimana Av = 0.707) frekuensi sinyal dapat ditentukan,
yakni:
1 1
XC = f=
2 πfC 2 πfC

2) Frekuensi Tinggi
Ada dua faktor yang mempengaruhi tanggapan penguat pada frekuensi
tinggi (respon frekuensi tinggi), yaitu: (a) kapasitor liar, dan (b) Beta (β)
yang tergantung frekuensi. Kapasitor liar merupakan efek kapasitansi yang
muncul dari ujung-ujung terminal suatu komponen atau pengawatan
lainnya. Reaktansi kapasitor liar ini menjadi berarti bila dikerjakan pada
frekuensi tinggi. Sedangkan dari Beta (β) suatu transistor juga sangat
dipengaruhi oleh frekuensi. Artinya, beta (β) suatu transistor akan
menurun bila dikerjakan pada daerah frekuensi tinggi. Frekuensi cut-off
tinggi (fH) suatu penguat di samping ditentukan oleh fH1 dan fH2
tersebut, juga dipengaruhi oleh variasi beta (β). Sebagaimana dijelaskan di
depan bahwa beta (β) suatu transistor akan menurun bila transistor tersebut
digunakan pada frekuensi tinggi. Semakin tinggi frekuensi semakin kecil
beta (β) nya.
Perhatikan kurva berikut:
definisi fT adalah suatu frekuensi dimana hfe (β) suatu transistor

Gambar 2.6. Hubungan antara (β) transistor dengan frekuensi

Pada kurva tersebut terlihat bahwa nilai hfe (atau beta, β) suatu transistor
akan berkurang 3 dB (atau menjadi 0,707 nya) pada frekuensi fβ. Dengan
demikian menjadi 0,707 dari harga pada frekuensi menengah.
Ketiga frekuensi cut-off yang diperoleh di atas, yakni: fHi, fHo, dan fβ,
mempengaruhi respon frekuensi tinggi suatu penguat. Frekuensi cut-off
tinggi (fH) dari penguat secara keseluruhan ditentukan oleh harga
terendah (terkecil) dari ketiga frekuensi tersebut.

Gambar 2.7. Penguat CE dengan kapasitor liar penentu frekuensi tinggi

Harga dari kapasitor liar tersebut adalah :


Cbe = 100 pF
Cbc = 5 pF
Cce = tidak disebutkan dalam buku data ( dianggap tidak ada karna
nilainya sangat kecil)
Cwi dan Cwo = tergantung pada pengawatan rangkaian
Apabila pada suatu penguat sudah ditentukan frekuensi cut-off bawah (fL)
dan frekuensi cut-off atas (fH), maka selanjutnya bisa dihitung lebar
bandnya.
3) Menentukan Pergeseran Fasa
Dengan kemampuannya untuk menampilkan gambar sinyal gelombang
AC yang diukur, osiloskop dapat mengukur beda fasa dari dua sinyal input
melalui gambar yang muncul pada layar. Untuk dapat menentukan beda
fasa dari dua sinyal AC tersebut, dapat dilihat seperti gambar di bawah
ini :

Gambar 2.8. Dua sinyal gelombang AC dengan beda Fasa

Beda fasa dari kedua sinyal tersebut adalah :


A
θ= .360 °
T
Cara pengukuran beda fasa di atas yakni menggunakan metode
langsung atau metode dual trace, dengan kata lain yakni
membandingkan secara langsung antara gelombang 1 dengan
gelombang 2. Dimana A dan T diukur dalam satuan kotak (divisi),
dan satuan beda fasanya adalah derajat. Beda fasa dari kedua sinyal
ini hanya berlaku untuk sinyal input dengan frekuensi yang sama.
C. ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Sumber tegangan DC variable 0 – 15 Volt
2. Osciloscope
3. AFG
4. Voltmeter
5. Unit Praktik
6. Multimeter
7. Kawat Penghubung

D. LANGKAH KERJA
1. Buat rangkain seperti gambar dibawah ini.

2. Hubungkan input dengan signal dari AFG, frekuensi 1 KHz dan tegangan
input minimum
3. Hubungkan output dengan osciloscope
4. Amati output, atur tegangan signal output maksimum tanpa cacat
5. Amati penguatan dan beda phase output terhadap input pada frekuensi signal:
6. Lanjutkan pengamatan di atas sampai didapat fh
7. Lukiskan grafik respon frekuensi untuk penguatan dari θ
8. Bandingkan hasil pengamatan dengan perhitungan secara teoritis
9. Buat rangkaian seperti gambar dibawah dan lakukan langkah 1 sampai 7
E. DATA
Tabel Rangkaian 1
f Vin (Vp-p) Vout (Vp-p) Av Av(dB)  θ
20 1 5,6 5,6 14,96376 180
30 2 6,4 3,2 10,103 175
40 1,8 7,2 4 12,0412 175
50 1,6 7,2 4,5 13,06425 162
60 1,4 7,2 5,142857 14,22409 157,5
70 1,3 7,2 5,538462 14,86778 130
80 1 6,8 6,8 16,65018 128,6
90 1 7 7 16,90196 108
100 0,9 7,2 8 18,0618 108
200 0,6 7,4 12,33333 21,82161 0
300 0,4 8 20 26,0206 21,8
400 0,2 6 30 29,54243 27,7
500 0,18 6 33,33333 30,45757 60
600 0,15 6 40 32,0412 62
700 0,18 6 33,33333 30,45757 72
800 0,13 6 46,15385 33,28416 72
900 0,12 6 50 33,9794 72
1000 0,1 6 60 35,56303 72
2000 0,07 5,4 77,14286 37,74591 86,4
3000 0,06 4,8 80 38,0618 86,4
4000 0,06 4,8 80 38,0618 86,4

Grafik Rangkaian 1
90
80
70
60
50
Av

40
30
20
10
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
frekuensi
Tabel Rangkaian 2
f Vin (Vp-p) Vout (Vp-p) Av Av(dB) θ 
20 0,72 2,65 3,680556 11,31827 37,24
30 1,25 4,2 3,36 10,52679 41,53
40 0,6 4,8 8 18,0618 54
50 0,55 5,2 9,454545 19,51281 46,9
60 0,5 5 10 20 54
70 0,4 5 12,5 21,9382 61,7
80 0,4 5,4 13,5 22,60668 0
90 0,32 5,3 16,5625 24,38252 12,41
100 0,28 5 17,85714 25,03624 14,4
200 0,16 5,2 32,5 30,23767 20
300 0,12 5,2 43,33333 32,73644 42,35
400 0,1 5 50 33,9794 57,6
500 0,08 4,9 61,25 35,74212 18
600 0,06 4,6 76,66667 37,69213 40
700 0,05 4,5 90 39,08485 45
800 0,06 5 83,33333 38,41638 60
900 0,05 5 100 40 81,8
1000 0,04 5 125 41,9382 72
2000 0,04 5 125 41,9382 57,6
3000 0,03 4,6 153,3333 43,71273 63,5
4000 0,03 4,6 153,3333 43,71273 57,6

Grafik Rangkaian 2
180
160
140
120
100
Av

80
60
40
20
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
frekuensi
F. ANALISA DATA
Dari data percobaan diatas dapat dilihat bahwa pada percobaan rangkaian 1 Vin
sempat naik ketika frekuensi bernilai 30 namun semakin naiknya frekuensi nilai Vin
maupun Voutnya semakin menurun, hal ini berbanding terbalik dengan keadaan nilai
pada penguatannya (Av) yang nilainya semakin bertambah besar seiring dengan
bertambahnya nilai pada frekuensi input. Pada tabel 2 juga hampir sama dengan tabel
pertama yang ketika frekuensinya naik maka penguatanya juga naik sedangkan
tegangan input (Vin) dan tegangan keluaran (Vout) semakin turun.
Dalam tabel 1 maupun tabel 2 nilai pada penguatan (Av) dan penguatan dalam dB
(Av dB) diperoleh dengan menggunakan persamaan:
VO
Av= Av ( dB )=20 . log Av
Vi
Untuk nilai frekuensi cut-off tabel 1
Av eff = Av .0,707
= 80 . 0,707
= 56,56
maka nilai frekuensi cut-offnya yaitu 1000 Hz dengan nilai Av sebesar 60 kali
Untuk nilai frekuensi cut-off tabel 2
Av eff = Av .0,707
= 153,33 . 0,707
= 108,41 kali
maka nilai frekuensi cut-offnya yaitu 900 Hz dengan nilai Av sebesar 100 kali
Sedangkan untuk nilai θ diperoleh dengan menggunakan persamaan:
A
θ= .360 °
T

G. KESIMPULAN
Dari percobaan dan data yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi keluaran atau Vout maka penguatan tegangannya (Av)juga akan semakin naik.
Akan tetapi pada nilai frekuensi input tertentu terjadi penurunan penguatan tegangan,
penurunan tersebut dipengaruhi oleh nila hfe atau β. Apabila frekuensi dinaikkan terus
hingga suatu frekuensi yang disebut fT maka hfe atau β akan turun menjadi satu (atau
0 dB). Harga fT sering terdapat pada buku data transistor, karena fT ini sering
dipandang sebagai bata frekuensi kerja transistor.
DAFTAR PUSTAKA
 Surjono, Herman Dwi. 2008. Elektoronika Analog. Jawa Timur:Cerdas Ulet
Kreatif
 Boylestad and Nashelsky. (1998). Electronic Devices and Circuit Theory 7th
edition. Engelwood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, Inc.

Anda mungkin juga menyukai