Anda di halaman 1dari 22

Bahan Ajar

Elektronika Analog 2

Oleh:
Sabilal Rasyad

Politeknik Negeri Sriwijaya

Bab 6
Aproksimasi Emiter Sekutu
Pada penguat emiter sekutu atau common emiter (CE) jika input ac
(gel.sinus) maka outputpun (gel.sinus) yg diperkuat /diperbesar tanpa
mengubah frekwensi dan bentuk sinyal masuk (penguat linier).
6.1 Kapasitor Penggandeng
Adapun sifat-sifat kapasitor penggandeng pada rangkaian ekivalen ac
dan dc:
1. Arus dc tidak mengalir melalui suatu kapasitor. Pada rangkaian
ekivalen dc kapasitor tampak sebagai hubungan terbuka.
2. Untuk sinyal ac kapasitor akan menggandengkan tegangan dan
tampak sebagai hubungan pendek dalam rangkaian ekuivalen ac.

6.2 Notasi untuk besaran ac dan dc


1. Semua besaran dc mempunyai lambang huruf besar
seperti tegangan (V) dan arus(I).
2. Sebaliknya semua besaran ac mempunyai lambang
huruf kecil, seperti tegangan(v) dan arus(i).

Pada gambar berikut dapat dihitung hambatan ac :

untuk aproksimasi pertama:


I = 10 V / 10 Kohm
= 1 mA

untuk aproksimasi kedua:


I = 10 V 0,7 V / 10 Kohm
= 0,93 mA

Untuk analisis penguat transistor dibutuhkan analisis rangkaian dioda


dg sumber dc yg besar dan sumber yg ac kecil maka dalil superposisi
dapat dipakai dg cara sbb:
1. Analisis operasi dc dari rangkaian dc dilakukan dg aproksimasi ideal
atau kedua untuk dioda.
2. Analisis operasi ac dari rangkaian ac dilakukan dg aproksimasi yg
menggantikan dioda dg hambatan ac bersangkutan.
3 Arus dan tegangan total yg dicari ditentukan sebagai jumlah
komponen dc dan ac yg diproleh dari hasil analisis.
6.3 Analisis Penguat CE
Pada penguat CE biasanya titik operasi Q terletak disekitar pertengahan
garis bebannya. Tegangan ac yang dihubungkan ke basis transistor
(input) menghasilkan suatu penguatan tegangan ac pada keluarannya.
Ini berarti tegangan output > tegangan input, seperti ditunjukan pada

Operasi berlangsung dalam daerah aktif, transistor tidak pernah


memasuki daerah jenuh atau pun daerah putus dalam operasi ini
jika tidak maka puncak-puncak sinyal akan terpotong dan
menimbulkan distorsi pada sinyal keluar.

6.4 Beta AC
Beta ac dari suatu transistor diberi notasi dan didefinisikan sebagai nisbah arus
kolektor terhadap arus basis. Beta ac dapat disebut bati arus ac dari transistor.
= ic / ib
6.5. Rangkaian Ekivalen AC
Hambatan ac dari diode emiter diberi notasi:
re = 25 mV / IE
Ini merupakan hambatan yang akan dihadapi oleh suatu sumber sinyal ac yang
masuk melalui terminal emiter.
Kemudian bati arus ac terdapat antara basis dan emiter tersebut, hambatan yang
terdapat pada rangkaian emiter akan berlipat kali pada basis. Shg hambatan
masukan ac yang harus diperhitungkan untuk basis:
rac = re
Ini merupakan hambatan masukan bagi sinyal ac yang diumpankan melalui basis
transistor bila emiternya diketanahkan untuk sinyal ac.

Parameter dari basis disebut impedans masukan basis dan dituliskan sbb:
Zin basis = re
6.6 Sumber-Sumber Kesalahan
Pada gambar berikut merupakan rangkaian ekuivalen ac dari transistor yang ideal
dan yang memperhitungkan hambatan penyebaran-basis (rb) dan hambatan
dalam dari sumber arus kolektor (rc). Kedua hambatan tersebut dapat diabaikan
karena harga rb jauh lebih kecil dibanding re dan rc jauh melebihi hambatan
beban yg dihubungkan dg kolektor.

6.7 Bati Tegangan


Dalam gambar berikut merupakan penguat CE. Sinyal ac dimasukan ke
basis melalui kapasitor C1 dan sinyal yang telah diperkuat diteruskan ke
hambatan beban RL melalui C2. Kapasitor C3 disebut kapasitor pintas
(bypass) karena merupakan saluran impedans rendah antara emiter dan
tanah. Dengan ini,emiter secara efektif diketanahkan dalam rangkaian
ekivalen ac yang bersangkutan.
Rumus untuk bati tegangan (A):
A = Vout / Vin

6.8 Rumus lain untuk Bati Tegangan


Dari gambar (b) pada saat sumber dc di nolkan maka R1 dan R2
pararel, RC tampak ditanahkan bagi sinyal ac shg RL dipararel RC
yg disebut hambatan beban ac dg lambang rL dan rumusnya:
rL = RC // RL
Sehingga:
sedangkan:
Akhinya:

Vout = ic rL = ib rL
Vin = ib re
A = Vout / Vin = rL / re

Dalam proses pemecahan kesulitan secara cepat,persamaan ini


dapat dipakai untuk menghitung harga teoretis dari bati tegangan.
Rumus ini hanya berlaku bila emiter berada pada tegangan tanah ac
dan tidak dapat untuk rangkaian dengan emiter yang tidak
diketanahkan secara ac.

6.8 Impedansi Masukan


Impedansi masukan penguat terdiri dari hambatan-hambatan
prategangan yg dipararelkan dg impedansi masukan basis.
Zin = R1 // R2 // re
6.9 Pembalikan Fasa
Pada penguat transistor jenis CE tegangan masuk ac berlawanan
180 dg tegangan keluar ac seperti gambar berikut.

6.10 Pembenaman Dioda Emiter


Hambatan ac dioda emiter re dg pers:
re = 25 mV / IE
berlaku jika suhu sekitar 25 C, jika tidak nilai berubah antara 25 mV / IE
s/d 50 mV / IE dan hal ini mempengaruhi harga A atau bati tegangan.
Untuk mengatasi hal ini tambahkan hambatan antara emiter dan ground
seperti gbr berikut.

Rangkaian penguat sebenarnya

Rangkaian ekivalen ac

Sehingga persamaan-persamaan yang melekat berubah


menjadi:
Zin(base) = (rE + re)
Zin = R1 // R2 // (rE + re)
Dari rangkaian ekivalen ac dapat diturunkan harga Vin dan
Vout.
Vin = ib (rE + re)
Vout = ib rL
selanjutnya bati tegangan:
A= Vout / Vin
= ib rL / ib (rE + re)
= rL / rE + re
Dari persamaan di atas dapat disimpulkan pembenaman
dapat mengurangi pengaruh re pada bati tegangan.

Dengan pembenaman berat , bila rE jauh lebih besar dari re, maka
perubahan tidak banyak mempengaruhi harga penyebut tersebut. Ini
berarti nilai dari rE memperkecil perubahan re. Dengan
pembenaman berat, harga impedansi masukan menjadi:
Zin = R1 // R2 // rE
Jadi transistor dapat diganti tanpa mengubah harga bati tegangan
karena harga rE tetap.
6.11 Tahapan Kaskade
Untuk memperbesar bati tegangan penguat dapat dibuat bertingkat
sehingga secara keseluruhan bati tegangan total merupakan hasil
kali bati masing-masing tahapan.
A = A1A2
Gambar rangkaian dapat dilihat pada gambar berikut.

Penguat merupakan bertahap dua. Masing-masing tahapan dari


rangkaian ini mempunyai penghambat-penghambat prategangan 10
k dan 2,2 k. Berdasarkan ini tegangan dc pada setiap basis:
VB = R2 / (R1+R2) x Vcc
= 2,2 k / (10 k + 2,2 k) x 10 V
= 1,8 V
Setelah dikurangi dengan penurunan tegangan V BE, harga VB akan
memberikan tegangan emiter dc sebesar:
VE = VB VBE
= 1,8 V 0,7 V
= 1,1 V
Kemudian diperoleh arus emiter dc sebesar:
IE = VE / R E
= 1,1 V / 1 K

Jadi, hambatan ac dari diode emiter :


re = 25 mV / IE
= 22,7
Jika diketahui setiap transistor mempunyai sebesar 150, maka
impedansi masukan dari basis:
Zin(base) = re
= 150 (22,7 )
= 3,41 k
Dengan memperhitungkan penghambat-penghambat prategangan,
impedans masukan dari masing-masing tahapan:
Zin = R1 || R2 || Zin
= 10 k || 2,2 k || 3,41 k
= 1,18 k
Apabila diinginkan mencari harga tegangan keluar ac pada hambatan

Pada gambar ekivalen ac merupakan penguat bertahap dua. Basis


pertama mendapat masukan dari sumber tegangan ac melalui
pembagi tegangan. Karena itu, tegangan ac yang dikenakan pada
basis pertama:
Vb1 = Zin / (Rs + Zin) x Vin
= 1,18 k / ( 1 + 1,18) k x 1 mV
= 0,541 mV
Hambatan beban ac dari tahapan pertama:
rL = RC || Zin
= 3,6 k || 1,18 k
= 889
Dengan ini diperoleh bati tegangan dari tahapan pertama:

Jadi, tegangan ac pada basis kedua sama dengan


Vb2 = A1 Vb1
= 39,2 (0,541 mV)
= 21,2 mV
Hambatan-beban ac dari tahapan kedua adalah
rL = RC || RL
= 3,6 k ||1,5 k
= 1,06 k
Dengan ini didapat bati tegangan dari tahapan kedua sebesar
A2 = rL / re
= 1,06 k / 22,7
= 46,7
Jadi tegangan ac pada keluaran terakhir adalah

Penentuan tegangan keluar ini dapat dilakukan dengan cara lain


melalui bati tegangan menyeluruh:
A = A1 A2
= (39,2) (46,7)
= 1830
Ini adalah bati tegangan yang dicapai dari basis pertama sampai
kolektor kedua. Mengingat bahwa tegangan ac pada basis pertama
adalah 0.541 mV, maka tegangan keluar terakhir:
Vout = A Vb1
= 1830 (0,541 mV)
= 0,99 V

Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai