MAKALAH
Disusun Oleh:
M. Nurfadillah 1193010076
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah sebagai berikut:
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Artefak
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau
hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Dalam buku Prasejarah
Indonesia (2019) dijelaskan bahwa artefak merupakan bentuk kebudayaan fisik
yang merupakan hasil dari aktivitas, perbuatan, dan juga karya seni manusia di
dalam masyarakat1. Sedangkan secara konstitusional tercantum dalam Peraturan
Kepala Lemba Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor 16 Tahun 2016 tentang
Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia adalah bukti material hasil budaya,
penelitian dan/atau pengembangan, dan/atau material alam dan lingkungannya
yang mempunyai nilai penting bagi sejarah ilmu pengetahuan, Pendidikan, agama,
budaya, dan/atau teknologi. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud
kebudayaan. Istilah artefak juga dapat merujuk pada sisa-sisa suatu benda, seperti
pecahan tembikar atau barang pecah belah. Biasanya, para arkeolog menggali
daerah di mana terdapat budaya kuno dan menggunakan artefak yang ditemukan
untuk belajar tentang masa lalu tempat tersebut. Banyak budaya kuno tidak
memiliki bahasa tertulis atau tidak secara aktif merekam sejarah mereka sehingga
artefak menjadi petunjuk penting untuk mengetahui bagaimana mereka hidup.
Misalnya, artefak telah memberikan petunjuk penting tentang kehidupan di Mesir
kuno. Orang Mesir kuno percaya pada kehidupan setelah kematian dan
menguburkan orang mati dengan hal-hal yang mereka perlukan untuk hidup di
akhirat. Dengan demikian, maka Mesir kuno memberikan kekayaan artefak yang
mengarah pada wawasan budaya.
1
https://id.wikipedia.org/wiki/Artefak
3
2. Sosiofak adalah artefak yang berkaitan dengan kehidupan sosial
masyarakat. Contoh Sosiofak adalah sarkofagus, prasasti, singgasana,
pakaian, dan sebagainya.
3. Teknofak adalah artefak yang berkaitan dengan teknologi untuk bertahan
hidup. Contoh teknofak adalah alat berburu, alat pertanian, alat
pengamanan, peralatan rumah tangga, dan sebagainya.
4
umum atau langka dalam suatu populasi. Seleksi alam dan hanyutan genetik
merupakan dua faktor utama yang mendorong terjadinya teori evolusi.
1. Zaman Paleolitikum
Kata paleolitikum berasal dari dua kata, yaitu kata paleos yang berarti batu
dan kata litikum yang berasal dari kata litos yang berarti tua. Hal ini yang
menyebabkan zaman ini juga disebut zaman batu tua. Masa ini diperkirakan
berlangsung pada masa pleistosen awal yakni kira-kira pada enam ratus ribu tahun
yang lalu.
Peninggalan artefak kuno pada zaman ini umumnya terbuat dari batu yang
masih sangat kasar dalam pembuatannya. Seorang ahli bernama Von Koenigswald
melakukan penelitian di daerah Ngandong dan Pacitan, Jawa Timur. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa manusia yang hidup di zaman ini mulai
mempersenjatai diri mereka dengan alat-alat yang berfungsi untuk melindungi
diri. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya artefak kuno berbentuk kapak
genggam (kapak perimbas).
2. Zaman Mesholitikum
Zaman mesholitikum sering juga disebut zaman batu tengah (batu madya).
Masa ini terjadi kira-kira pada sepuluh ribu tahun yang lalu pada masa holosen.
Zaman ini mengalami perkembangan budaya lebih cepat dibandingkan zaman
sebelumnya. Hal ini disebabkan keadaan alam yang relatif stabil dan manusia
pendukungnya (homo sapiens) lebih cerdas dari pendahulunya. Pada zaman
mesholitikum, manusia sudah mulai meninggalkan kebiasaan berpindah-pindah.
Manusia pada zaman tersebut mulai hidup menetap, bahkan membangun tempat
tinggal yang permanen. Manusia pada zaman ini umumnya bertempat tinggal di
tepi pantai dan goa-goa karena banyak ditemukan bekas kebudayaan di tempat
2
https://sejarahlengkap.com/pra-sejarah/artefak-kuno
5
tersebut. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya Abris sous rosche. Abris sous
rosche ialah manusia purba yang tinggal di gua-gua di tebing pantai. Selain itu,
ditemukan juga tumpukkan sampah dapur dari zaman batu tengah yang
menggunung tinggi sampai tinggi 7 meter. Tumpukan sampah ini disebut
kjokkenmoddinger. Pada zaman ini banyak ditemukan alat-alat yang berasal dari
tulang dan tanduk hewan yang digunakan untuk keperluan sehari-hari. Misalnya
untuk memukul, menggali tanah, jarum, pisau, dan lainnya. Alat ini banyak
ditemukan di Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Bali, dan Nusa Tenggara Bagian
Timur.
3. Zaman Logam
Sesuai dengan namanya, pada zaman ini manusia sudah mampu membuat
peralatan dari logam. Hal ini ditandai dengan penemuan artefak kuno berupa
perhiasan. Perhiasan yang ditemukan terbuat dari bahan emas, perunggu, dan besi.
Perhiasan ini ditemukan di wilayah Bali, Bogor, dan Malang. Selain perhiasan,
Artefak peninggalan zaman logam besi terdiri dari
4. Zaman Megalithikum
Zaman meghalitikum disebut juga zaman batu besar. Zaman ini menjadi tonggak
dari lahirnya bangunan-bangunan batu yang berukuran besar. Peninggalan penting
dari zaman ini seperti menhir, kubur batu, dolmen, sarkofagus/ keranda, dan arca-
arca. Penjelasan masing-masing contoh artefak dari zaman megalitikum adalah:3
a. Menhir
b. Punden berundak
c. Kubur batu
3
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/psa/article/download/3523/2556
6
d. Sarkofagus
e. Dolmen
f. Arca
g. Waruga
7
telah berevolusi sangat lambat, yakni selama beberapa ribu tahun, dari tingkat-
tingkat yang rendah, dan melalui beberapa tingkat antara sampai pada tingkat-
tingkat yang tertinggi. Bentuk dari masyarakat dan kebudayaan manusia dari
tingkat yang paling tinggi itu adalah seperti bentuk masyarakat dan kebudayaan
bangsa-bangsa Eropa Barat pada waktu itu. Selain masyarakat dan kebudayaan
bangsa-bangsa Eropa, semuanya mereka anggap primitif dan lebih rendah, dan
merupakan sisa kebudayaan manusia purba. Ketika sekitar tahun 1860 ada
beberapa karangan yang mengklasifikasikan bahan-bahan mengenai berbagai
kebudayaan di dunia dalam berbagai tingkat evolusinya, maka lahirlah
antropologi.
Pada awal abad ke-20, sebagian besar negara penjajah di Eropa berhasil
memantapkan kekuasaannya di daerah-daerah jajahan mereka. Sebagai ilmu yang
memelajari bangsa-bangsa bukan Eropa, antropologi menjadi kian penting bagi
bangsa-bangsa Eropa dalam menghadapi bangsa-bangsa yang mereka jajah. Di
samping itu mulai ada anggapan bahwa memelajari bangsa-bangsa bukan Eropa
itu makin penting karena masyarakat bangsa-bangsa itu pada umumnya belum
sekompleks bangsa-bangsa Eropa, dan pengertian mengenai masyarakat yang
tidak kompleks dapat menambah pengertian tentang masyarakat yang kompleks.
Dalam fase ini antropologi berkembang sangat luas, baik dalam hal
ketelitian bahan pengetahuannya maupun ketajaman metode-metode ilmiahnya.
Di samping itu ketidaksenangan terhadap kolonialisme dan gejala makin
berkurangnya bangsa-bangsa primitif setelah Perang Dunia II, menyebabkan
bahwa antropologi kemudian seakan-akan kehilangan lapangan, dan terdorong
untuk mengembangkan lapangan-lapangan penelitian dengan pokok dan tujuan
yang berbeda. Warisan dari fase-fase perkembangan sebelumnya (fase pertama,
kedua, dan ketiga), yang berupa bahan etnografi serta berbagai metode ilmiah,
tentu tidak dibuang demikian saja, tetapi digunakan sebagai landasan bagi
perkembangannya yang baru. Pokok atau sasaran penelitian para ahli antropologi
8
sudah sejak tahun 1930 bukan lagi suku-suku bangsa primitif bukan Eropa lagi,
melainkan telah beralih kepada penduduk pedesaan pada umumnya, baik
mengenai keanekaragaman fisiknya, masyarakatnya, maupun kebudayaannya.
Tujuan penelitian antropologi gaya baru ini adalah: tujuan akademis dan tujuan
praktis. Tujuan akademisnya adalah untuk mencapai pengertian tentang makhluk
manusia pada umumnya dengan memelajari berbagai bentuk fisiknya,
masyarakatnya, maupun kebudayaannya. Tujuan praktisnya adalah memelajari
manusia dalam beragam masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat
suku bangsa tersebut.4
Apabila orang dapat menyimpulkan motif dari perilaku seseorang dan kesimpulan
tersebut benar, maka orang dapat memprediksi tentang apa yang akan diperbuat
oleh orang yang bersangkutan dalam waktu yang akan datang. Misal orang yang
4
Ashadi, Pengantar Antropologi Arsitektur, (Jakarta, Arsitektur UMJ Press, 2018), hal 5-7
5
https://www.dimasariosumilih.com/2021/08/mengenal-dasar-dasar-antropologi.html?m=1
6
https://text-id.123dok.com/document/lq5n3eo7q-contoh-teori-antropologi-hasil-studi-
antropolog.html
7
Lusia Savitri Setyo Utami, Teori-Teori Adaptasi Antar Budaya, Jurnal Komunikasi Vol. 7 No. 2,
Desember 2015, hal 187
9
mempunyai motif berafiliasi yang tinggi, maka ia akan mencari orang-orang
untuk berteman dalam banyak kesempatan. Jadi sekalipun motif tidak
menjelaskan secara pasti apa yang akan terjadi, tetapi dapat memberikan ide
tentang apa yang sekiranya akan diperbuat oleh seseorang individu. Misalnya
orang yang butuh akan prestasi, maka ia akan bekerja secara keras, secara baik
dalam belajar, bekerja ataupun dalam aktivitas-aktivitas yang lain.8
8
Adnan Achiruddin Saleh, Pengantar Psikologi, (Makassar, Penerbit Aksara Timur, 2018), hal 122-
123
9
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5822748/mengenal-toxodon-dan-asal-usul-
ide-teori-darwin
10
https://id.wikipedia.org/wiki/Darwinisme
10
Darwin menunjukkan bahwa di dalam kehidupan terdapat satu hukum umum
(one general law) yang mengarah kekemajuan semua makhluk organik, yaitu
berkembang biak, bervariasi, serta membiarkan makhluk hidup terkuat tetap hidup
dan yang terlemah mati. Hal ini berlangsung dimasa suasana alamiah dimana
makhluk hidup terus berjuang agar selalu eksis, dan di dalam proses itu secara
evolusi bersifat menyeleksi serta disebut dengan istilah Seleksi Alam. Di dalam
proses tersebut, menurut Darwin, hanya ada sebagian kecil yang mampu untuk
terus bertahan dan survive. Seleksi alam merupakan suatu proses yang tanpa henti
dan tidak terelakkan, yang jauh lebih unggul dari segala upaya yang dibuat oleh
manusia. Darwin juga menunjukkan bahwa seleksi alam berlangsung melalui
proses evolusi. Pemikiran ini selanjutnya menghasilkan ajaran yang dikenal
sebagai Darwinisme. Tulisan Darwin tersebut menunjukkan bahwa kehidupan
makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia, berlangsung melalui proses
perubahan yang sifatnya bertahap sehingga dalam proses itu terjadi fenomena
konfliktual yang bersifat natural. Sehingga argumentasi Darwin itu diadopsi ke
dalam dunia sosial manusia, yang melihat bahwa kehidupan manusia pun
berlangsung melalui proses yang sifatnya konfliktual dan evolusionis. Hal ini
merupakan manifestasi dari apa yang disebut dengan Darwinisme Sosial dalam
kehidupan. Secara simpel Darwinisme Sosial adalah “the explicit endorsement of
Darwin's theory Munculnya Darwinisme Sosial mengakibatkan terjadinya konflik
dan perang yang mendasar pada penguasaan pihak kuat terhadap pihak yang
lemah; yang secara akademik dan ilmiah mendapatkan dukungan dan legitimasi.
Dalam Teori seleksi alam Darwin membentuk inti dari teori evolusi modern dan
menjadi suatu pandangan dunia yang lebih luas (wider world view).11 Menurut
Claeys (2000) menyatakan bahawa penerapan gagasan evolusi kepada teori sosial
manusia telah membentuk teori Darwinisme Sosial yang disandarkan kepada
persaingan sosial antara individu atau kumpulan manusia yang unggul dan tidak
11
Ariesani Hermawanto, “Darwinisme Sosial dan Keamanan Internasional: Sebuah Analisis
Ringkas”, Volume 23, Nomor 2. (2019). Hlm. 84
11
layak, dalam masa yang sama juga memiliki kecenderungan atau nilai kepada
masyarakat yang dapat ditakrifkan melalui beberapa cara.12
Sebelum kita mengetahui apa itu evolusi budaya dan evolusi masyarakat
alangkah baiknya kita mengetahui terlebih dahulu mengenai budaya dan
masyarakat itu apa. Budaya menurut Ward Goodenough dipandang sebagai sistem
pengetahuan. Kebudayaan suatu masyarakat terdiri atas segala sesuatu yang harus
diketahui atau dipercayai seseorang agar dia dapat berperilaku dalam cara yang
dapat diterima oleh anggota-anggota masyarakat tersebut. Budaya bukanlah suatu
penomena material: dia tidak berdiri atas benda-benda, manusia, tingkah laku atau
emosi-emosi. Budaya lebih merupakan organisasi dari hal-hal tersebut. Budaya
adalah bentuk hal-hal yang ada dalam pikiran (mind) manusia, model-model yang
dipunyai manusia untuk menerima, menghubungkan, dan kemudian menafsirkan
penomena material di atas.13 Sedangkan Menurut Roucek dan Waren
berpendapat bahwa “masyrakat adalah sekelompok manusia yang memiliki rasa
kesadaran bersama, mereka berdiam (bertempattinggal) dalam daerah yang sama,
sebagian besar atau seluruh warganyamemperlihatkan adanya adat kebiasaaan
serta aktifitas yang sama pula. Sekelompok manusia yang bersama tadi dapat
menjadi suatu masyarakat jika memiliki ikatan yang khusus yaitu adat-istiadat
yang khas. Secara rinci, ciri-ciri masyarakat antara lain sebagai berikut:
12
Noorazmil bin Noorta, Maureen De Silva, “Teori Darwinisme Sosial: Suatu Pendekatan
Barat dalam mentamadunkan Penduduk di Borneo Utara Menerusi Perspektif Sejarah”, Journal
Of Social Sciences and Humanities (MJSSH), Volume 4, Issue 6, (2019), hlm. 119
13
Roger M. Keesing, “Teori-teori tentang Budaya”, Antropologi No. 52, Diakses pada 17 Maret
2022, Pukul 20.48
14
https://www.academia.edu/40548791/ANTROPOLOGI_MASYARAKAT_DAN_KEBUDAYAAN
diakses pada 17 Maret 2022, Pukul 21.40
12
Adapun menurut Goldsmith mengatakan bahwa evolusi manusia didorong
oleh fenomena bagaimana orang-orang bekerja sama dan bersaing didalam
kelompok dan antar kelompok untuk akses ke sumber daya (resources); yang
berkaitan dengan bagaimana mereka melihat dunia dan berhubungan satu sama
lain.
1. Evolusi kebudayaan
13
tertua adalah penyembahan kepada roh – roh yang merupakan personifikasi dari
jiwa orang – orang yang telah meninggal, teutama nenek moyangnya. Contoh lain
mengenai anggapan Spencer tentang perbedaan antara proses evolusi universal
yang seragam dan proses evolusi khusus yang berbeda – beda, tampak dalam
teorinya tentang evolusi hukum dalam masyarakat. Dalam hubungan itu Spencer
berpendirian bahwa hukum dalam masyarakat manusia pada mulanya adalah
hukum keramat, karena merupakan aturan – aturan hidup dan bergaul, yang
berasal dari para nenek moyang. Dengan demikian kekuatan dari hukum.
2. Teori Evolusi Keluarga J.J BACHOFEN
Menurut Bachofen, diseluruh dunia keluarga manusia berkembang melalui
empat tingkat evolusi.
a. Dalam zaman yang telah jauh lampau dalam masyarakat manusia ada
keadaan Promiskuitas.
b. Lambat laun manusia sadar akan hubungan antara si ibu dengan anak -
anaknya sebagai suatu kelompok inti dalam masyarakat.
c. Tingkat kemudian terjadi karena para pria tak puas dengan keadaan seperti
ini.
d. Tingkat terakhir terjadi waktu perkawinan diluar kelompok, yaitu
exogami, berubah menjadi endogami karena berbagai sebab.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau
hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Artefak sendiri
mengalami evolusi dari waktu ke waktu, baik dari zaman paleotikum, zaman
mesholitikum, zaman logam hingga ke zaman megalithikum.
3.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam
menyusun makalah ini. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun agar makalah ini dapat disusun dengan baik dan benar dikemudian
hari. Penulis ucapkan terima kasih.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/psa/article/download/3523/2556
https://id.wikipedia.org/wiki/Artefak
https://id.wikipedia.org/wiki/Darwinisme
https://sejarahlengkap.com/pra-sejarah/artefak-kuno
https://text-id.123dok.com/document/lq5n3eo7q-contoh-teori-antropologi-hasil-
studi-antropolog.html
https://www.academia.edu/40548791/ANTROPOLOGI_MASYARAKAT_DAN_
KEBUDAYAAN diakses pada 17 Maret 2022, Pukul 21.40.
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5822748/mengenal-toxodon-dan-asal-
usul-ide-teori-darwin
https://www.dimasariosumilih.com/2021/08/mengenal-dasar-dasar-
antropologi.html?m=1
Noorazmil bin Noorta, Maureen De Silva, “Teori Darwinisme Sosial: Suatu
Pendekatan Barat dalam mentamadunkan Penduduk di Borneo Utara
Menerusi Perspektif Sejarah”, Journal Of Social Sciences and Humanities
(MJSSH), Volume 4, Issue 6, (2019).
16