Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan yang sangat
signifikan terhadap berbagai dimensi kehidupan manusia, baik dalam segi ekonomi, sosial,
budaya maupun pendidikan. Oleh karena itu, agar pendidikan tidak tertinggal dari perkembangan
IPTEK(Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) perlu penyesuaian-penyesuaian, terutama yang
berkaitan dengan faktor-faktor pengajaran disekolah. Salah satu faktor tersebut adalah media
pembelajaran yang perlu dipelajari dan dikuasai guru/calon guru, sehingga mereka dapat
menyampaikan materi pelajaran kepada para siswa secara baik dan mudah dipahami oleh siswa.

Pembelajaran merupakan suatu proses komunikasi. Komunikasi adalah proses pengiriman


informasi dari satu pihak kepada pihak lain untuk tujuan tertentu. Komunikasi dikatakan efektif
jika ada suatu media yang digunakan. Bermacam peralatan dapat digunakan oleh guru untuk
menyampaikan pesan ajaran kepada siswa mmelalui pengelihatan dan pendengaran untuk
menghindari verbalisme yang masih mungkin terjadi kalau hanya digunakan alat bantu. Edgar
Dale mengadakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang paling kongkret ke yang
paling abstrak. Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama kerucut pengalaman (cone of
experience) dari Edgar Dale dan pada saat itu dianut secara luas dalam menentukan alat bantu
apa yang paling sesuai.

Dalam pengertian teknologi pendidikan, media atau bahan sebagai sumber belajar
merupakan komponen dari sistem intruksional disamping pesan, orang, teknik latar dan
peralatan. Media atau bahan adalah perangkat lunak berisi pesan atau informasi pendidikan yang
biasanya disajikan dengan mempergunakan peralatan.

Sehubungan dengan hal itu, peran media sangat dibutuhkan dalam pembelajaran dimana
perkembangannya saat ini media bukan lagi dipandang sekedar alat bantu tetapi merupakan
bagian yang penting dalam sistem pendidikan dan pembelajaran.

1
Setiap model pembelajaran memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang
sedikit berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang berbeda kepada siswa, pada ruang
fisik, dan pada sistem sosial kelas. Arends (1997), dan para pakar pembelajaran lainnya
berpendapat bahwa tidak ada model pembelajaran yang lebih baik daripada model pembelajaran
yang lain. Guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran, agar
dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beranekaragam dan lingkungan belajar yang menjadi
ciri sekolah pada dewasa ini. Menguasai sepenuhnya model-model pembelajaran yang banyak
diterapkan merupakan proses belajar sepanjang hayat.

1.2 Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan media pembelajaran ?


2. Apa jenis-jenis media pembelajaran ?
3. Bagaimana kedudukan media dalam konteks komunikasi pendidikan ?
4. Bagaimana kedudukan media dalam sistem pembelajaran ?
5. Bagaimana menganalisis pola –pola pembelajaran mulai konvensional hingga bermedia ?
6. Bagaimana mengidentifikasi perkembangan media ?
7. Apa pengertian model belajar ?
8. Apa makna mengajar dalam standar pendidikan
9. Apa saja tipe model belajar?
10. Apakah yang dimaksud dengan rumpun model mengajar?
11. Apa saja Implikasi Rumpun Model Mengajar ?
12. Bagaimana Urgensi dan aplikasi Rumpun Model Mengajar ?
13. Apa saja Karakteristik Umum Dari Setiap Rumpun Model Pembelajaran ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah:

1. Menjelaskan pengertian media pembelajaran .


2. Mengetahui jenis-jenis pembelajaran
3. Menjelaskan kedudukan media dalam konteks komunikasi pendidikan .
4. Menjelaskan kedudukan media dalam sistem pembelajaran .

2
5. Menganalisis pola - pola pembelajaran mulai konvensional hingga bermedia .
6. Mengidentifikasi perkembangan media.
7. Mengetahui pengertian model belajar
8. Menganalisis makna mengajar dalam standar pendidikan
9. Mengetahui saja tipe model belajar
10. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan rumpun model mengajar
11. Menjabarkan Implikasi Rumpun Model Mengajar
12. Menjelaskan Urgensi dan aplikasi Rumpun Model Mengajar
13. Mengetahui Karakteristik Umum Dari Setiap Rumpun Model Pembelajaran

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran Secara Etimologi

Secara etimologi, kata “media” merupakan bentuk jamak dari “medium”, yang berasal
dari Bahasa Latin “medius” yang berarti tengah dan secara harfiah berarti perantara atau
pengantar. Pembelajaran berasal dari kata “belajar” yang berarti berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman dan ditambah dengan awalan “peN-” dan akhiran “an” menjadi “pembelajaran”,
yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.
Media pembelajaran adalah suatu perantara penyalur informasi dalam proses belajar-mengajar
untuk mempermudah penyampaian materi ajar dari guru kepada siswa.

b. Pengertian Media Pembelajaran Secara Terminologi

Secara terminologi dapat ditinjau dari beberapa pendapat ahli terkait media pembelajaran,
berikut pendapat dari para ahli :

1. Schramm (1977), berpendapat bahwa definisi media pembelajaran adalah teknologi


pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.

2. Cagne (1970), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah berbagai jenis komponen
dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.
3. Briggs (1970), berpendapat bahwa media pembelajaran adalah segala alat fisik yang
dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
4. Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association] NEA), berpendapat
bahwa media pembelajaran adalah bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual
serta peralatannya. Media pembelajaran hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat,
didengar dan dibaca.

4
5. Azhar (2011), memiliki pengertian media pembelajaran adalah alat bantu pada proses
belajar baik di dalam maupun diluar kelas, lebih lanjut dijelaskan bahwa media
pembelajaran adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi
intruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

Dari beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan informasi kepada siswa berupa matari
ajar dari guru kepada siswa sehingga dapat merangsang pikiran dan menarik perhatian siswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

2.2 Jenis-Jenis Media Pembelajaran dan Contohnya

Dengan melihat jenis jenis media pembelajaran menurut para ahli diatas, maka dapat
dismipulkan bahwa ada beberapa macam media pembelajaran seperti berikut ini :

1. Media Audio

Media audio berfungsi untuk menyalurkan pesan audio dari sumber pesan ke penerima
pesan. Media audio berkaitan erat dengan indra pendengaran. Dilihat dari sifat pesan yang
diterima, media audio dapat menyampaikan pesan verbal (bahasa lisan atau kata-kata)
maupun non verbal (bunyi-bunyian dan vokalisasi).

Contoh media : radio, tape recorder, telepon, laboratorium bahasa, dll.

2. Media Visual

Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual
menampilan materialnya dengan menggunakan alat proyeksi atau proyektor, karena melalui
media ini perangkat lunak (software) yang melengkapi alat proyeksi ini akan dihasilkan
suatu bias cahaya atau gambar yang sesuai dengan materi yang diinginkan.

Pesan yang akan disampaikan dituangkan kedalam bentuk-bentuk visual. Selain itu fungsi
media visual juga berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide,

5
menggambarkan fakta yang mungkin dapat mudah untuk dicerna dan diingat jika disajikan
dalam bentuk visual.

Media visual dibedakan menjadi dua yaitu media visual diam dan media visual gerak :

- Media visual diam contohnya foto, ilustrasi, flashcard,gambar pilihan dan potongan
gambar, film bingkai, film rngkai, OHP, grafik, bagan, diagram, poster, peta, dan lain-
lain.
- Media visual gerak contohnya gambar-gambar proyeksi bergerak seperti film bisu dan
sebagainya.
3. Media Audio Visual

Media audio visual merupakan media yang mampu menampilkan suara dan gambar.
Ditinjau dari karakteristiknya media audio visual dibedakan menjadi 2 yaitu media audio
visual diam, dan media audio visual gerak.

- Media audiovisual diam diantaranya TV diam, film rangkai bersuara, halaman


bersuara, buku bersuara.
- Media audio visual gerak diantaranya film TV, TV, film bersuara, gambar bersuara,
dll.

2.3 Kedudukan Media Dalam Konteks Komunikasi Pendidikan


Pembelajaran merupakan suatu proses komunikasi. Komunikasi adalah proses pengiriman
informasi dari suatu pihak kepada pihak lain untuk tujuan tertentu. Komunikasi dikatakan efektif
apabila komunikasi yang terjadi menimbulkan arus informasi dua arah, yaitu dengan munculnya
feedback dari pihak penerima pesan. Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di kurikulum
dituangkan oleh guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi baik simbol verbal
maupun simbol non verbal atau visual. Proses penuangan pesan ke dalam simbol-simbol
komunikasi itu encoding. Selanjutnya penerima pesan menafsirkan symbol-simbol komunikasi
tersebut sehingga diperoleh pesan. Proses penafsiran simbol-simbol komunikasi yang
mengandung pesan-pesan tersebut disebut decoding. (Ari10)
Pada umumnya kedudukan media pembelajaran berfungsi sebagai alat perantara atau alat
pengatur pesan dalam kegiatan pembelajaran yaitu memberikan stimulus kepada siswa agar

6
siswa dapat memahami materi yang disampaikan guru, dari konsep-konsep yang masih abstrak
menjadi gambaran yang lebih konkret.

Kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh efektif tidaknya komunikasi yang terjadi di


dalamnya. Komunikasi efektif dalam pembelajaran merupakan proses transformasi pesan berupa
ilmu pengetahuan dan teknologi dari pendidik kepada peserta didik, dimana peserta didik mampu
memahami maksud pesan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, sehingga menambah
wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku menjadi
lebih baik. Pengajar adalah pihak yang paling bertanggungjawab terhadap berlangsungnya
komunikasi yang efektif dalam pembelajaran, sehingga guru sebagai pengajar dituntut memiliki
kemampuan berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses pembelajaran yang efektif.
Komunikasi adalah suatu proses, bukan sesuatu yang bersifat statis. Komunikasi memerlukan
tempat, dinamis, menghasilkan perubahan dalam usaha mencapai hasil, melibatkan interaksi
bersama, serta melibatkan suatu kelompok.

Adapun beberapa faktor yang menjadi penghambat proses komunikasi. Dikenal dengan
istilah barriers atau noises. Kita kenal adanya penghambat psikologis seperti minat, sikap,
pendapat, kepercayaan, intelegensi, pengetahuan dan hambatan fisik seperti kelelahan, sakit,
keterbatasan daya indra dan cacat tubuh. Dua jenis hambatan yang lain adalah hambatan kultural
seperti perbedaan adat istadat, norma sosial, kepercayaan dan nilai panutan dan hambata
linkungan yaitu hambatan yang dtimbulkan oleh situasi dan kondisi keadaan sekitar.

Keberhasilan komunikasi tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut :

a. Komunikator (pengirim pesan)

Komunikator merupakan sumber dan pengirim pesan. Kredibilitas komunikator yang membuat
komunikan percaya terhadap isi pesan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi.

b. Pesan yang disampaikan

Pesan harus memiliki daya tarik tersendiri, sesuai dengan kebutuhan penerima pesan, adanya
kesamaan pengalaman tentang pesan, dan ada peran pesan dalam memenuhi kebutuhan
penerima.

7
c. Komunikan (penerima pesan)

Agar komunikasi berjalan lancar, komunikan harus mampu menafsirkan pesan, sadar bahwa
pesan sesuai dengan kebutuhannya, dan harus ada perhatian terhadap pesan yang diterima.

d. Konteks

Komunikasi berlangsung dalam setting atau lingkungan tertentu. Lingkungan yang kondusif
sangat mendukung keberhasilan komunikasi.

e. Sistem penyampaian

Sistem penyampaian berkaitan dengan metode dan media. Metode dan media yang digunakan
dalam proses komunikasi harus disesuaikan dengan kondisi.

Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah.
Kegiatan belajar adalah kegiatan yang primer dan kegiatan mengajar merupakan kegiatan
sekunder. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang atau simbol sebagai media.
Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar,
warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran dan atau
perasaan komunikator kepada komunikan. Proses komunikasi secara sekunder adalah proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan sarana atau alat
sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Surat, telepon, surat
kabar, majalah, radio, televisi, film dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan
dalam komunikasi

2.4. Kedudukan Media Pembelajaran Dalam Sistem Pembelajaran

Sistem adalah suatu totalitas yang terdiri dari sejumlah komponen yang saling berkaitan
dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Pembelajaran dikatakan sebagai suatu

8
sistem karena di dalamnya mengandung komponen yang saling berkaitan untuk mencapai suatu
tujuan yang telah ditetapkan, komponen tersebut meliputi tujuan, materi, metode, dan evaluasi.
Dalam proses belajar-mengajar media pembelajaran memiliki kedudukan diantaranya
sebagai berikut:

a. Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat pengajar menyampaikan pelajaran.
b. Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut dan
dipecahkan oleh siswa dalam proses belajarnya dan pengajar bisa menempatkan media
sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar siswa.
c. Sumber belajar bagi siswa.
d. Alat untuk mempertinggi proses interaksi guru siswa, dan interaksi siswa dengan
lingkungan sehingga mempertinggi kualitas proses belajar-mengajar.
e. Membuka wawasan siswa dengan tidak hanya terpaku pada satu contoh objek.

Kaitan tingkat kesesuaian media pembelajaran dengan pembelajaran di kelas, yaitu :

1. Kesesuaian dengan Tujuan Pengajaran

Kesesuaian dengan tujuan pengajaran adalah dengan menyesuaikan media pengajaran


tersebut dengan Tujuan Intruksional Umum (TIU) atau Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
yang biasanya ada dalam setiap pengajaran mata pelajaran. Hal ini juga bisa disesuaikan
dengan Bloom’s Taxonomy yang berkisar pada tujuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Atau
bahkan kita bisa menyesuaikannya dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan
berbagai indikatornya.

2. Kesesuaian dengan Materi yang Diajarkan (Intruksional Content)


Media pembelajaran harus disesuikan dengan materi yang diajarkan, yakni bahan atau
kajian yang akan diberikan pada proses belajar-mengajar. Selain itu juga harus
memperhatikan tingkat kedalaman materi yang akan dicapai dalam proses pembelajaran.
Sehingga media yang digunakanpun harus disesuaikan dengan tingkat kedalaman materi
tersebut agar bisa tepat sasaran.
3. Kesesuaian dengan Fasilitas Pendukung, Kondisi Lingkungan, dan Waktu yang Tersedia
Merupakan faktor yang sangat penting dalam efektivitas dan efesiensi penggunaan media
pembelajaran. Betapapun bagusnya media yang digunakan tetapi apabila lingkungan dan
fasilitas pendukung serta waktu yang ada tidak mendukung, maka tujuan pembelajaran
dengan menggunakan media tersebut tidak akan tercapai dengan baik.

9
4. Kesesuaian dengan Karakteristik Siswa
Adakalanya suatu media bisa sesuai dengan karakteristik siswa tertentu tetapi tidak cocok
dengan siswa yang lain. Oleh karena itu, pendidik harus mampu melihat karakteristik siswa
supaya bisa disesuaikan dengan media yang akan digunakan ketika mengajar.
5. Kesesuaian dengan Belajar Siswa
Gaya belajar siswa juga sangat mempengaruhi efektivitas penggunaan media
pembelajaran. Hal ini didasarkan pada 3 gaya belajar siswa yang dikemukaan oleh Bobby De
Porter dalam bukunya Quantum Learning (1999 : 117), yakni gaya belajar visual, auditif dan
kinestetis.
Siswa yang memiliki tipe visual akan dengan mudah memahami materi jika media yang
digunakan adalah media visual seperti TV, video, dan grafis atau semacamnya. Sedangkan
siswa yang auditif akan merespon dengan baik media pembelajaran yang menggunakan media
auditoris yakni lebih respon dengan mendengarkan daripada melihat atau menulis. Sementara
itu siswa yang kinestetis lebih suka melakukan sesuatu dibandingkan membaca atau
mendengarkan sehingga media pembelajaran yang sifatnya langsung melakukan atau praktik
langsung akan lebih disukai.
6. Kesesuaian dengan teori yang digunakan
Teori yang digunakan tentu akan sangat menentukan dalam pemilihan media karena teori
menjadi faktor penting bagi sebuah media. Penggunaan suatu media tidak boleh dilakukan
dengan merujuk pada pilihan dari seorang guru sehingga mengabaikan teori yang memang
sudah tepat digunakan dalam media pembelajaran. Akibat ketidaksesuaian antara media
dengan teori yang digunakan maka akan berakibat fatal. Mungkin tujuan pembelajaran akan
tercapai tetapi hal itu tidak akan tercapai dengan efektif dan efesien. (Sholeh Hamid, 2011:
152-155)
2.5. Analisis Pola - Pola Pembelajaran Mulai Konvensional Hingga Bermedia
A. Pola Pembelajaran Konvesional
1. Pengertian Pola Pembelajaran Konvensional

Konvensional adalah tradisional, selanjutnya tradisional diartikan sebagai sikap dan cara
berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada
secara turun temurun. Oleh karena itu, model konvensional dapat juga disebut sebagai model
tradisional. Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa model konvensional adalah suatu
pembelajaran yang mana dalam proses belajar mengajar dilakukan dengan cara yang lama, yaitu
dalam penyampaian pelajaran pengajar masih mengandalkan ceramah.

10
Barry Moris mengklasifikasikan empat pola pembelajaran, antara lain sebagai berikut:

1. Pola Pembelajaran Konvensional I


Pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu/bahan
pembelajaran dalam bentuk alat peraga. Pola pembelajaran ini tergantung pada
kemampuan guru dalam mengingat bahan pembelajaran dan menyampaikan bahan tersebut
secara lisan kepada siswa.
2. Pola Pembelajaran Konvensional II
Pola (guru + alat bantu) dengan siswa. Pada pola pembelajaran ini guru sudah dibantu
oleh berbagai bahan pembelajaran yang disebut alat peraga pembelajaran dalam
menjelaskan dan meragakan suatu pesan yang bersifat abstrak.
3. Pola Pembelajaran Guru Bermedia
Pola (guru + media) dengan siswa. Pola pembelajaran ini sudah mempertimbangkan
keterbatasan guru yang tidak mungkin menjadi satu– satunya sumber belajar dalam
kegiatan pembelajaran, guru dapat memanfaatkan berbagai media pembelajaran sebagai
sumber belajar yang dapat menggantikan guru dalam pembelajaran, jadi siswa dapat
memperoleh informasi dari berbagai media sebagai sumber belajar, misalnya dari majalah,
modul, siaran radio pembelajaran, televisi pembelajaran, media komputer dan internet.
Pola ini merupakan pola pembelajaran bergantian antara guru dan media dalam
berinteraksi dengan siswa.

2. Ciri-ciri Pembelajaran Konvensional

Secara umum, ciri-ciri pembelajaran konvensional yaitu :

1. Siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan dari
guru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang
dimiliki sesuai dengan standar.
2. Belajar secara individual
3. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
4. Perilaku dibangun atas kebiasaan
5. Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final
6. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran
7. Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik
8. Interaksi diantara siswa kurang

11
9. Guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-
kelompok belajar.

3. Pendekatan Pembelajaran Konvensional

Menurut Ujang Sukandi, mendefinisikan bahwa pendekatan konvensional ditandai dengan


guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya
adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses
pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan.

Disini terlihat bahwa pendekatan konvensional yang dimaksud adalah proses pembelajaran
yang lebih banyak didominasi gurunya sebagai pentransfer ilmu, sementara siswa lebih pasif
sebagai penerima ilmu.

B. Pola Pembelajaran Bermedia

Pembelajaran dengan pola bermedia semata-mata disandarkan pada media. Media


pembelajaran yang biasanya berupa modul disusun oleh guru secara tersistematis, dan
terprogram untuk kemudian dijadikan panduan bagi peserta didik dalam menempuh program
pembelajaran tertentu dalam waktu tertentu. Pola pembelajaran semacam ini sering dikenal
dengan pola pembelajaran modul. Pola demikian ini tentunya menuntut kesadaran yang tinggi
dan kedewasaan yang cukup bagi peserta didik. Jika tidak maka tujuan pembelajaran dipastikan
tidak akan dapat dicapai secara maksimal, karena peran guru/pendidik/dosen lebih banyak
digantikan oleh media. Guru/pendidik/dosen tidak mengintervensi dan juga tidak berhubungan
secara langsung dalam pembelajaran yang diikuti oleh peserta didik. Jika digambarkan pola
pembelajaran bermedia ini kurang lebih sebagai berikut:

Tujuan → Penetapan isi dan metode → Media → Siswa

Pada pola pembelajaran bermedia guru tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber
informasi bagi kegiatan pembelajaran para siswa. Akan tetapi siswa dapat memperoleh informasi
dari berbagai media. Saat ini dan di masa yang akan datang, guru tidaklah hanya sebagai
pengajar tetapi dia harus mampu berperan sebagai director of learning yaitu sebagai pengelola

12
belajar yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa melalui pemanfaatan dan pengoptimalan
berbagai sumber belajar.

Pembelajaran Abad 21, adalah suatu model pembelajaran yang menuntut siswa berperan
lebih aktif, dimana dalam model pembelajaran ini alat bantu teknologi ICT dan sarana penunjang
lainnya sangat berperan dalam membantu kesuksesan proses belajar mengajar.

Didalam model pembelajaran ini peran aktif dari siswa haruslah lebih dominan didalam
segala aspek kegiatan didalam kelas dan guru berfungsi sebagai fasilitator dengan segala
kecakapan yang dimilikinya tentu saja penguasaan teknologi ICT menjadi hal yang sangat
mendasar untuk dikuasai.

Untuk itu maka, sekolah abad 21 harus mengintegrasikan teknologi (laptop, notebook,
ipad, smartboard, termasuk internet) ke dalam seluruh proses pembelajarannya. Sekolah abad 21
harus menyediakan suatu lingkungan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk
mengembangkan sikap ingin tahunya, mengajarkan keterampilan-keterampilan yang bermanfaat
untuk kehidupan siswa di masa depan dan memungkinkan mereka untuk mempraktekan
kemampuan untuk bekerja secara kolaboratif di dalam tim untuk mencari tahu, memecahkan
masalah, membuat dan mengkomunikasikan hasil pekerjaan mereka melalui wadah dan bentuk
yang paling sesuai dengan kondisi dan kapasitas anak abad 21 yang digital-based.

Adapun peranan media pembelajaran yaitu, pada saat mengajar para guru sering
dihadapkan pada persoalan-persoalan yang berkaitan dengan bagaimana cara mempermudah
belajar siswa. Guru perlu memberi kemudahan atau fasilitasi dalam menyampaikan informasi.
Sebaliknya, siswa yang memperoleh kemudahan dalam menerima informasi akan belajar lebih
bergairah dan termotivasi. Dalam usaha membantu siswa untuk memperoleh kemudahan
belajarnya, ada banyak unsur atau elemen yang harus diperhatikan. Unsur-unsur itu adalah tujuan
yang ingin dicapai, karakteristik siswa, isi bahan yang dipelajari, cara atau metode atau strategi
yang digunakan, alat ukur dan evaluasi. Tujuan dari pembelajaran itu sendirilah yang akhirnya
menjadi tumpuan akhir aktivitas pembelajaran. Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa banyak
unsur yang berpengaruh untuk mempermudah siswa dalam memperoleh pengetahuan atau
informasi. Salah satu unsur itu adalah media pembelajaran. Pentingnya kehadiran media
pembelajaran tentunya sangat tergantung pada tujuan dan isi atau substansi pembelajaran itu

13
sendiri. Kehadiran media dalam pembelajaran juga ditentukan oleh cara pandang atau paradigma
kita terhadap sistem pembelajaran. Media memiliki berbagai peran dalam aktivitas pembelajaran
yang selama ini, mungkin lebih banyak tergantung pada keberadaan guru. Dalam situasi
demikian, media mungkin tidak banyak digunakan oleh guru. Atau, apabila digunakan media
hanya sebatas sebagai “alat bantu” pembelajaran. Pandangan demikian ini mengisyaratkan tidak
adanya upaya pemberdayaan media dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran yang
dirancang secara memadai dapat meningkatkan dan memajukan belajar dan memberikan
dukungan pada pembelajaran yang berbasis guru dan tingkat keefektifan media pembelajaran
tergantung pada guru itu sendiri. Media juga berfungsi secara efektif dalam konteks
pembelajaran yang berlangsung tanpa menuntut kehadiran guru. Media sering dalam bentuk
kemasan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam situasi seperti ini, tujuan telah ditetapkan,
petunjuk atau pedoman kerja untuk mencapai tujuan telah diberikan. Bahan-bahan atau material
telah disusun dengan rapi dan alat ukur atau evaluasi juga disertakan. Bahan belajar dalam
pembelajaran model ini disebut juga sebagai “self contained materials”. Media pembelajaran
yang mempersyaratkan situasi seperti di atas dapat berwujud modul, paket belajar, kaset dan
perangkat lunak komputer yang dipakai oleh siswa dan dalam kondisi ini, guru berfungsi sebagai
fasilitator pembelajaran.

2.6. Perkembangan Media Pembelajaran

Perkembangan media pada mulanya hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru
(teaching aids). Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, misalnya gambar, model, objek
dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkret, motivasi belajar serta
mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Karena terlalu memusatkan perhatian pada
alat bantu visual yang dipakainya orang kurang memperhatikan aspek desain, pengembangan
pembelajaran (instruction) produksi dan evaluasinya. Dengan masuknya pengaruh teknologi
audio pada sekitar pertengahan abad ke-20, alat visual untuk mengkonkretkan ajaran ini
dilengkapi dengan alat audio sehingga kita kenal adanya alat audio visual atau Audio Visual Aids
(AVA).

Bermacam peralatan dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan jaran kepada
siswa melalui pengelihatan dan pendengaran untuk menghindari verbalisme yang masih mungkin

14
terjadi kalau hanya digunakan alat bantu visual semata. Dalam usaha memanfaatkan media
sebagai alat bantu ini Edgar Dale mengadakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang
paling konkret ke yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama
kerucut pengalaman (cone of experience). Diurut berdasarkan hal yang abstrak ke hal yang
konkret yaitu : verbal, simbol visual, visual, radio, film, tv, wisata, demonstrasi, partisipasi,
observasi, pengalaman langsung.

Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat bantu audio
visual, sehingga selain sebagai alat bantu media juga berfungsi sebagai penyalur pesan atau
informasi belajar. Sejak saat itu, alat audio visual bukan hanya dipandang sebagai alat bantu guru
saja, melainkan juga sebagai alat penyalur pesan atau media. Teori ini sangat penting dalam
penggunaan media untuk kegiatan program-program pembelajaran. Faktor siswa yang menjadi
komponen utama dalam proses belajar belum mendapat perhatian. Baru pada tahun 1960-1965
masyarakat mulai memperhatikan siswa sebagai komponen yang penting dalam proses belajar
mengajar. Pada saat itu teori tingkah laku (behaviorism theory) ajaran B. F. Skinner mulai
mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran. Teori ini mendorong orang
untuk lebih memperhatikan siswa dalam proses belajar mengajar. Menurut teori ini, mendidik
adalah mengubah tingkah-laku siswa. Perubahan tingkah laku ini harus tertanam pada diri siswa
sehingga menjadi adat kebiasaan. Supaya tingkah-laku tersebut menjadi adat kebiasaan, setiap
ada perubahan tingkah-laku positif ke arah tujuan yang dikehendaki, harus diberi penguatan
(reinforcement), berupa pemberitahuan bahwa tingkah-laku tersebut telah benar. Teori ini telah
mendorong diciptakannya media yang dapat mengubah tingkah laku siswa sebagai hasil proses
pembelajaran. Media instruksional yang terkenal yang dihasilkan teori ini ialah teaching
machine dan programmer instruction. Pada tahun 1965-1970, pendekatan sistem (system
approach) mulai menampakkan pengaruhnya dalam kegiatan pendidikan dan kegiatan
pembelajaran. Pendekatan sistem ini mendorong digunakan memusatkan perhatian pada siswa.
Program pembelajaran direncanakan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik siswa serta
diarahkan kepada perubahan tingkah-laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam
perencanaan ini media yang akan dipakai dan cara menggunakannya telah dipertimbangkan dan
ditentukan dengan seksama.

15
Pada dasarnya para guru dan ahli audio visual menyambut baik perubahan ini. Guru-guru
mulai merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan tingkah laku siswa. Untuk mencapai tujuan
pembelajaran tersebut, mulai dipakai berbagai format media. Dari pengalaman mereka, guru
mulai belajar bahwa cara belajar siswa itu berbeda beda, sebagian lebih cepat belajar melalui
media visual, sebagian melalui media audio, sebagian lebih senang melalui media cetak, yang
lain melalui media audio visual, dan sebagainya. Dari sini lahirlah konsep penggunaan multi
media dalam kegiatan pembelajaran.

Kita dapat melihat dari uraian di muka bahwa sudah selayaknya kalau media tidak lagi
hanya kita pandang sebagai alat bantu belaka bagi guru untuk mengajar, tetapi lebih sebagai alat
penyalur pesan dari pemberi pesan (guru, penulis buku, produser, dan sebagainya) ke penerima
pesan (siswa/pelajar). Sebagai pembawa pesan, media tidak hanya digunakan oleh guru tetapi
yang lebih penting lagi dapat pula digunakan oleh siswa. Oleh karena itu, sebagai penyaji dan
penyalur pesan dalam hal-hal tertentu media dapat mewakili guru menyampaikan informasi
secara lebih teliti, jelas dan menarik. Fungsi tersebut dapat dilaksanakannya dengan baik walau
tanpa kehadiran guru secara fisik. Peranan media yang semakin meningkat ini sering kali
menimbulkan kekhawatiran di pihak guru. Guru takut apabila kedua fungsinya akan digeser oleh
media pendidikan, karena pada sebelumnya guru merupakan satu-satunya sumber belajar.
(Sadiman, 2010:…)

2.7. Pengertian Model Pembelajaran

Model Pembelajaran adalah pedoman untuk memikirkan danmembicarakan tentang


pengajaran. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat
digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran. Model pembelajaran mempunyai
makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur pembelajaran. Istilah model
pembelajaran mempunyai 4 ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode
pembelajaran :

1. Rasional teoritis yang logis yang disusun oleh pendidik.

16
2. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai

3. Langkah-langkah mengajar yang duperlukan agar model pembelajaran dapat dilaksanakan


secara optimal.

4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai.

jika digambarkan dalam diagram venn

2.8. Makna Mengajar Dalam Standar Proses pendidikan

Mengajar dalam konteks standar proses pendidikan tidak hanya sekedar menyampaikan
materi pelajaran,akan tetapi juga dimaknai sebagai proses mengatur lingkungan supaya siswa
belajar .Makna lain mengajar sering diistilahkan dengan “pembelajaran” .hal ini mengisyaratkan
bahwa dalam proses belajar mengajar siswa harus dijadikan sebagai pusat dari kegiatan. hal ini
dimaksudkan untuk membentuk watak ,peradaban,dan meningkatkan mutu pendidikan peserta
didik.Pembelajaran perlu memberdayakn semua potensi pesrta didik untuk menguasai
kompetensi yang diharapkan .pemberdayaan diarahkan untuk mendorong pencapaian kompetensi
dan perilaku khusus supaya setiap individu mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat dan
mewujudkan masyarakat belajar.
Dalam implementasinya ,walaupun istilah yang digunakan “pembelajaran”,tidak berarti
guru harus menghilangkan peranannya sebagai pengajar.sebab secara konseptual pada dasarnya
dalam istilah mengajar itu juga bermakna membelajarkan siswa.

2.9. Tipe Model Belajar

Belajar Kolaboratif

1. Hakikat Belajar Kolaboratif

Dua unsur yang penting dalam belajar koaboratif adalah (1) adanya tujuan yang sama dan (2)
ketergantungan yang positif.

Pertama ,dalam mencapai tujuan tertentu siswa bekerja ama dengan teman untuk menentukan
strategi pemecahan masalah yang ditugaskan oleh guru.Dua orang siswa atau sekelompok kecil
siswa berdiskusi untuk mencari jalan keluar ,menetapkan keputusan bersama.Diskusi para pelajar

17
menimbulkan perasaan bahwa persoalan yang sedang didiskusikan bersama adalah milik
bersama.

Kedua ,ketergantungan yang positif maksudnya adalah setiap anggota kelompok hanya dapat
berhasil mencapai tujuan apabila seluruh anggota bekerja sama.Dengan demikian ,dalam belajar
kolaboratif ketergantungan individu sangat tinggi.Ketergantungan individu dapat dibantu dengan
sejumlah cara ,antara lain :

a. Beri peran khusus setiap anggota kelompok untuk memainkan peran sebagai
pengamat,pengklarifikasi,perekam dan pendorong.

b. Bagilah tugas menjadi sub-subtugas yang diperlukan untuk melengkapi keberhasilan


tugas.Setiap anggota diberi suatu subtugas.Hasilnya kemudian diputuskan bersama.

Prinsip-Prinsip Belajar Kolaboratif :

a. Mengajarkan keterampilan kerjasama ,mempraktikkan dan balikan diberikan dalam hal


seberapa baik keterampilan-keterampilan digunakan.

b. Kegiatan kelas ditingkatkan untuk melaksanakan kelompok yag kohesif.

c. Individu-individu diberi tanggungjawab untuk kegiatan belajar dan perilaku masing-


masing.

2.Manfaat Belajar Kolaboratif

a. Meningkatkan pengetahuan anggota kelompok karena interaksi dalam kelompok


merupakan faktor berpengaruh terhadap penguasaan konsep.

b. Pelajar belajar memecahkan masalah bersama dlam kelompok.

c. Memupuk rasa kebersamaan antarsiswa,setiap indivdu tidak dapat lepas dari


kelomponya ,mereka perlu mengenali sifat,pendapat yang berbeda dan mampu mengelolanya.

18
d. Eningkatan keneranian memunculkan ide atau pendapat untuk pemecahan masalah bagi
setiap individu yang diarahkan untuk mengajarkan aatau memberi tahu kepada teman
kelompoknya jika mengetahui dan menguasai permasalahan.

e. Memupuk rasa tanggung jawab individu dalam mencapai suatu tujuan bersama dalam
bekerja agar tidak terjadi tumpang tindih atau perbedaan pendapat.

f. Setiap anggota memiliki dirinya sebagai milik kelompok yang merasa memiliki tanggung
jawab karena kebersamaan dalam belajar menyebabkan mereka juga sangat memperhatikan
kelompok.

Belajar Kuantum

1. Hakikat Belajar Kuantum

Model belajar ini muncul untuk menangglangi masalah yang paling sukar di sekolah,yaitu
“kebosanan”.Istilah kuantum secara harfiah berarti “kualitas sesuatu”,mekanis (yang berkenaan
dengan gerak).Kuantum mekanis merupakan suatu studi tentang gerakan-gerakan partikel-
partikel subatomic (Shelton ,1999).Quantum learning merupakan seperangkat metode dan
falsafah belajar.

Quantum Learning baerakar dari upaya Lozanov dengan eksperimennya tentang


suggestopedia.Prinsipnya bahwa sugesti dapat mempengaruhi hasil belajar dan setiap detail
apapun memberikan sugesti positif atau negatif.Beberapa teknik yang digunakan untuk
memberikan sugesti positif adalah sebagai berikut :

a. Mendudukkan siswa secara nyaman.

b. Memasang musik latar didalam kelas.

c. Meningkatkan partisipasi individu.

d. Menggunakan poster untuk memberikan kesan besar sambil menunjukkan informasi.

e. Menyediakan guru-guru yang terlatih dalam seni pembelajaran sugesti.

19
2. Prinsip-prinsip Belajar Kuantum

a. Segalanya berbicara ,segala sesuatu,lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru,dari kertas
yang dibagikan sampai rancangan pembelajaran,semuanya mengirim pesan tentang belajar.

b. Segalanya bertujuan,semua yang terjadi dalam pengubahan mempunyai tujuan,yaitu para


siswa mengembangkan kecakapan dalam mata pelajaran.

c. Berkat dari pengalaman,proses belajar saling baik terjadi ketika siswa telah mengalami
informasi sebelum memperoleh label untuk sesuatu yang dipelajari.

d. Hargai setiap usaha,belajar mengandung risiko,belajar berarti melangkah ke luar dari


kenyamanan,saat siswa mengambil langkah ini,mereka patut mendapat pengakuan atas
kecakapan dan kepercayaan dirinya.

e. Rayakan setiap keberhasilan,perayaan memberikan umpan balik tentang kemajuan belajar


dan meningkatkan asosiasi emosi yang positif.sebagai guru,kita layak menanampak bibit
kesuksesan dan selalu menghubungkan belajar dengan perayaan karena perayaan membangun
keinginan untuk sukses.

3. Manfaat Belajar Kuantum

a. Suasana kelas menyenangkan sehingga siswa bergairah belajar.

b. Siswa dapat memanfaatkan segala sesuatu yang ada di sekelilingnya sebagai pendorong
belajar.

c. Siswa belajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing.

d. Apa pun yang dilakukan oleh siswa sepatutnya dihargai.

Belajar Kooperatif

1. Hakikat Belajar Kooperatif

20
Kooperasi berarti bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tujuan.dalam kegiatan
kooperatif,seseorang mencari hasil yang menguntungkan bagi dirinya dan menguntungkan pula
bagi seluruh anggota sekelompok.belajar kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan
kelompok kecil sehingga siswa bekerja bersama untuk memasimalkan kegiatan belajarnya
sendiri dan anggota yang lain.

2. Prinsip Belajar Kooperatif dan Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif

Prinsip Dasar Dan Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif


Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan
dalam kelompoknya.
b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota
c. Kelompok mempunyai tujuan yang sama.
d.Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama
diantara anggota kelompoknya.
e.Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
f.Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk
belajar bersama selama proses belajarnya.
g.Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Sedangkan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi
dasar yang akan dicapai.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat
kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.

c. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.Dalam


pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling
berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling

21
memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai
kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain

Perbedaan antara belajar kooperatif dengan belajar kelompok dapat dilihat dalam tabel berikut :

Belajar Kooperatif Belajar Kelompok

Memiliki beragam model dan Hanya memiliki satu model yaitu


teknik beberapa siswa tergabung dalam
satu kelompok

Memiliki struktur,jumlah,dan Memiliki satu cara yaitu


teknik tertentu menyelesaikan tugas tertentu
bersama-sama

Mengaktifkan semua anggota Menimbulkan gejala


kelompok untuk berperan serta ketergantungan antaranggota
dalam penyelesaian tugas kelompok
tertentu

Bbelajar kooperatif menggalang Sangat tergantung dariniat baik


potensi sosialisasi diantara setiap anggota kelompok
anggotanya

3.Manfaat Belajar Kooperatif

a. Meningkatkan hasil belajar pelajar.

b. Meningkatkan hubungan antar kelompok.

c. Meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar.Belajar kooperatif dapat membina
sifat kebersamaan ,peduli satu sama lain.

22
d. Menumbuhkan ealisasi kebutuhan pelajar untuk belajar berpikir.

e. Memadukan dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan.

f. Meningkatkan perilaku dan kehadiran dikelas.

g. Relatif murah karena tidak memerlukan biaya khusus utuk menerapkannya.

4.Keterbatasan Pembelajaran Kooperatif

a. Memerlukan waktu yang cukup bagi setiap siswa untuk bekerja dalam tim.

b. Memerlukan latihan agar siswa terbiasa belajar dalam tim.

c. Model belajar koopertif yang diterapkan harus sesuai dengan pembahasa materi ajar,materi
ajar harus dipilih sebaik-baiknya agar sesuai misi belajar kooperatif.

d. Memerlukan format penilaian belajar yang berbeda.

e. Memerlukan kemampuan khusus pada guru untuk mengkaji berbagai teknik pelaksanaan
belajar kooperatif.

Belajar Tematik

1. Hakikat Belajar Tematik

Belajar tematik didefinisikan sebagai suatu kegiatan belajar yang dirancang sekitar ide pokok
(tema),dan melibatkan beberapa bidang studi (mata pelajaran) yang berkaitan dengan
tema.Pendekatan ini dilakukan oleh guru dalam usahanya untuk menciptakan konteks dalam
berbagai jenis pengembangan yang terjadi sehingga apa yang dipelajari atau dibahas disajikan
secara utuh dan menyeluruh,bukan bagian-bagian dari satu konsep yang utuh.Pappas (1995)
mengatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang digunakan guru untuk

23
mendorong partisipasi aktif pelajar dalam kegiatan-kegiatan yang difokuskan pada suatu topik
yang disukai pelajar dan diilih untuk belajar.

2.Prinsip Belajar Tematik

Belajar tematik menggunakan tema sentral dalam kegiatan belajar yang berlangsung.Semua
kegiatan belajar dipusatkan sekitar tema tersebut.Meinbach (1995) mengatakan bahwa
pembelajaran tematik mengombinasikan struktur,urutan,dan strategi yang diorganisasikan
dengan baik.Kegiatan-kegiatan,bacaan,dan bahan-bahan digunakan untuk mengembangkan
konsep-konsep tertentu.

Para ahli mengansumsikan bahwa belajar tematik merupakan suatu cara untuk mencapai
kepertaduan kurikulum.Meinbach (1995) mengatakan dalam pembelajaran bahasa,unit tematik
merupakan suatu epitome (kerangka isi) pembelajaran bahasa secara keseluruhan
(membaca,menulis,menyimak dan berbicara).Pappas (1995) mengatakan bahwa belajar tematik
mencerminkan pola-pola berpikir ,tujuan dan konsep-kosep umum bidang ilmu.

3.Karakteristik Pembelajaran Tematik

a. Memberikan pengalaman langsung dengan objek-objek yang nyata bagi pembelajar untuk
menilai dan memanipulasinya.

b. Menciptakan kegiatan dimana anak meggunakan semua pemikirannya.

c. Membangun kegiatan sekitar minat-minatumum pembelajar.

d. Membantu pembelajar menegembangkan pengetahuan dan keterampilan baru yang


didasarkan pada apa yang telah mereka ketahui dan kerjakan.

e. Menyediakan kegiatan dan kebiasaan yang menghubungkan semua aspek perkembangan


kognitif ,emosi ,sosial dan fisik.

f. Mengakomodasi kebutuhan pebelajar untuk bergerak dan melakukan kegiatan fisik


,interaksi sosial ,kemandiriandan harga yang positif.

g. Memberikan kesempatan bermain untuk menerjemahkan pengalaman dalam pengertian.

24
h. Menghargai perbedaan individu ,atar belakang budaya ,dan pengalaman di keluarga yang
dibawa pebelajar ke kelasnya.

i. Menemukan cara-cara untuk melibatkan anggota keluarga pebelajar.

4.Perlunya Pembelajaran Tematik

a. Pada dasarnya siswa SD kelas awal memahami suatu konsep secara utuh ,global
,tematis ,makin meningkatnya kecerdasan dan makin terperinci serta spesifik pemahamannya
terhadap konsep tertentu.

b. Siswa SD kelas awal mengembnagkan kecerdasannya secara komprehensif ,semua unsur


kecerdasan ingin dikembangkannya sehinnga muncul konsep pentingnya multiple intelligent
utuk dikembangkan.

c. Kenyataan hidup sehari-hari menampikan fakta yang utuh dan teatis.

d. Ada konteksnya.

e. Guru Sd adalah guru kelas ,akan lebih mudah mengajar satu konsep secra utuh.

5.Manfaat Belajar Tematik

a) Dengan menggabungkan kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan
terjadi penghematan,karena tumpang tindih materi dapat di kurangi bahkan dihilangkan.

b) Siswa mampu melihat hubungan yang bermakna sebab isi/materi sebagai sarana atau
alatbukan tujuan akhir.

c) Pembelajarn menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan
materi yang tidak terpecah- pecah.

d) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin
baik dan meningkat.

25
Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning/DL)

Istilah discovery learning (belajar penemuan) diungkapkan pertama kali oleh Bruner yang

berlawanan dengan reception learning (belajar penerimaan). Baik discovery learning maupun

rote learning bisa bermakna atau hafalan tergantung pada dikaitkan atau tidaknya pengetahuan

baru dengan struktur kognitif siswa (Kirschner, Sweller, and Clark (2004). Alfieri et. al (2011)

menjelaskan bahwa €many literature suggests that discovery learning occur whenever the

learner is not provided with the target information or conceptual understanding and must find

it independently and with only provided materials€. Maksudnya, banyak literatur menjelaskan

bahwa discovery learning terjadi ketika siswa bukan sebagai target informasi atau pemahaman

konseptual melainkan siswa yang menemukannya secara independen dengan menggunakan

material yang disediakan.

Kemendikbud (2014) menjelaskan bahwa prinsip belajar yang nampak jelas dalam Discovery

Learning adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam

bentuk final akan tetapi siswa sebagai siswa didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin

diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorgansasi atau

membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk

akhir. Syah (2004) menjelaskan fase (syntax) model discovery learning adalah sebagai berikut.

1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)

2. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)

3. Data collection (pengumpulan data)

26
4. Data processing (pengolahan data)

5. Verification (pembuktian)

6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning/PBL)

Arends (2008) menyatakan bahwa Problem Based Learning (PBL), berusaha untuk

memandirikan siswa. Tuntutannya adalah guru mendorong dan mengarahkan siswa untuk

bertanya dan mencari solusi sendiri masalah nyata, dan siswa menyelesaikan tugas-tugas

dengan kebebasan berpikir dan dengan dorongan inkuiri terbuka. Problem Based Learning

(PBL) juga sering disebut Problem Based Instruction. Menurut Nur (2011) ciri khas

sebagai berikut.

1. Mengajukan pertanyaan atau masalah

PBL menekankan pada mengorganisasikan pembelajaran di sekitar pertanyaan-pertanyaan

atau masalah-masalah yang penting secara sosial dan bermakna secara pribadi bagi siswa.

Pelajaran diarahkan pada situasi kehidupan nyata, menghindari jawaban sederhana, dan

memperbolehkan adanya keragaman solusi beserta argumentasinya.

2. Berfokus pada interdisiplin

Meskipun PBL dapat berpusat pada mata pelajaran tertentu (sains, matematika, IPS)

namun solusinya menghendaki siswa melibatkan banyak mata pelajaran.

3. Penyelidikan otentik

27
PBL menghendaki siswa menggeluti penyelidikan otentik dan berusaha memperoleh pemecahan
nyata terhadap masalah nyata, seperti mendefinisikan masalah,

mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengupulkan dan menganalisis

informasi, melaksanakan eksperimen (jika diperlukan), dan membuat kesimpulan.

4. Menghasilkan karya nyata dan memamerkan

PBL menghendaki siswa menghasilkan produk dalam bentuk karya nyata dan

memamerkannya. Produk ini mewakili solusi-solusi mereka, misalnya skrip sinetron,

sebuah laporan, modul fisik, rekaman video, atau program komputer

5. Kolaborasi

Seperti pembelajaran kooperatif, PBL juga ditandai oleh siswa yang bekerja sama dengan

siswa lain.

Selain ciri yang di atas, PBL menurut Nur (2011) juga dimaksudkan untuk membantu siswa

berkinerja dalam situasi kehidupan nyata dan belajar peran-peran penting yang biasa dilakukan

oleh orang dewasa.

Gallagher, Stephien, Sher & Workman (dalam Chin and Li-Gek, tanpa tahun) menjelaskan

bahwa PBL where students generate their own problems which are often realistic, illstructured

and precede learning. Maksudnya, dalam PBL siswa membangun masalah mereka

sendiri yang realistik, ill-structured, dan mendahului materi pelajaran. Selanjutnya dijelaskan

bahwa ill-structured problems are those where (a) the initial situations lack all the information

necessary to develop a solution, (b) there is no single right way to approach the task of

28
problem solving, (c) as new information is gathered the problem definition change, and (d) the

students will never be 100% sure that they have made the correct selection of solution options.

Dalam pembelajaran guru harus terlebih dahulu menetapkan tujuan pembelajaran sehingga

tujuan itu dapat dikomunikasikan dengan jelas kepada siswa. Setelah guru menetapkan tujuan

kemudian guru harus merancang situasi masalah yang sesuai dengan materi. Situasi masalah

yang baik seharusnya autentik, mengandung teka-teki, dan tidak terdefinisikan dengan ketat,

memungkinan kerja sama, bermakna bagi siswa, dan konsisten dengan tujuan kurikulum

(Johar, Hanum, dan Nurfadhilah, 2006).

Arends (2001) mengemukakan lima ciri utama pembelajaran berdasarkan masalah yaitu

pengajuan masalah atau pertanyaan, keterkaitannya dengan disiplin ilmu lain, penyelidikan

yang autentik, menghasilkan dan memamerkan hasil karya, dan kolaborasi.

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning/PjBL)

Project Based Learning is a teaching and learning model (curriculum development and

instructional approach) that emphasizes student-centered instruction by assigning projects. It

allows students to work more autonomously to construct their own learning, and culminates in

ealistic, student-generated products (Moursund, 2002; Thomas et al., 1999 dalam

http://edutechwiki.unige.ch/en/Project-based_learning).

Kemendikbud (2014) menjelaskan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based

Learning/PjBL) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai inti

29
pembelajaran. Siswa melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi

untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan

model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan

mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara

nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek

yang diperlukan siswa dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Melalui PjBL, proses

inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan

membimbing siswa dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek

(materi) dalam kurikulum.

Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. siswa membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja,

2. adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada siswa,

3. siswa mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang

diajukan,

4. siswa secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi

untuk memecahkan permasalahan,

5. proses evaluasi dijalankan secara kontinyu,

6. siswa secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan,

7. produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif,

8. situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan

30
2.10. Rumpun Model Mengajar

Joyce dan Weil (1996) dalam bukunya Model Pengajaran telah menggolongkan model-model
pembelajaran menjadai empat rumpun model pembelajaran. Rumpun model pembelajaran
tersebut antara lain :

1. Rumpun Model Sosial

Model pembelajaran sosial (Sosial Famly) menekankan pada usaha mengembangkan


kemampuan peserta didik agar memiliki kecakapan untuk berhubu-ngan dengan orang lain
sebagai usaha membangun sikap peserta ddik yang demokratis dengan menghargai setiap
perbedaan dalam realitas social. Inti dari model sosial ini adalah konsep “synergy” yaitu energy
atau tenaga yang terhimpun melalui kerjasama sebagai salah satu fenomena kehidupan
masyarakat. Dengan menerapkan model sosial pembelajaran diarahkan pada upaya melibatakn
peserta didik dalam menghayati, mengkaji, menerapkan dan menerima fungsi dan peran social.
Model sosial ini dirancang untuk memanfaatkan fenomena kerjasama, membimbing peserta
didik mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai masalah,
mengumpukan data yang relevan, dan mengembangkan serta menguji hipotesis. Karena itu guru
seyogyanya mengorganisasikan belajar melalui kerja kelompok dan mengarahkannya.

Jenis model pembelajaran

a. Partner in learning / kerja kelompok

Model ini dirancang untuk memberikan bimbingan kepada siswa untuk mendefinisikan/
menemukan masalah, menggali berbagai pandangan terhadap masalah, dan belajar bersama
untuk menguasai informasi, ide, dan keterampilan yang secara simultan mengembangkan
kompetensi.

31
b. Jurisprudential

Model ini dirancang untuk melatih kemampuan mengolah informasi dan menyelesaikan isu
kemasyarakatan dengan kerangka acuan atau cara berfikir jurisprudential (ilmu tentang hukum-
hukum manusia).

c. Role Playing (bermain peran)

Model ini dirancang untuk mengajak siswa dalam menyelidiki nilai-nilai pribadi dan sosial
melalui tingkah laku mereka sendiri dan nilai-nilai yang menjadi sumber dari penyelidikan itu.
Bermain peran juga membantu siswa mengumpulkan dan menata informasi mengenai isu-isu
sosial, mengembangkan rasa empati kepada teman, dan mengembangkan keterampilan-
keterampilan sosial siswa.

d. Kepribadian dan Gaya Belajar

Dalam model ini dikemukakan adanya gaya belajar pembelajar dan guru yakin bahwa semua
itudapat berkembang. Perkembangan dapat terjadi sercra optimal apabila lingkungan
menyediakan cara kerja konseptual yang diperlukan untuk kebutuhan konseptual seseorang.

2. Rumpun Model Pemprosesan Informasi

Model-model pembelajaran dalam rumpun ini bertitik tolak dari prinsip-prinsip pengolahan
informasi yaitu cara-cara manusia menanggapi rangsangan dari lingkungan, mengorganisasikan
data, mengenali masalah dan mencoba mencari solusinya, serta mengmebangkan konsep-konsep
dan bahasa untuk menangani masalah tersebut. Model dalam rumpun ini berhubungan dengan
kemampuan pemecahan masalah, kemampuan intelektual secara umum, dan penekanan konsep
serta informasi yang berasal dar disiplin ilmu secara akademis.

Jenis mode-model pembelajaran yang termasuk rumpun pengolahan informasi:

a) Berfikir Induktif

Model ini merupakan cara belajar pebelajar untuk mendapatkan dan mengorganisasikan
informasi ,serta menciptakan dan menguji hipotesis yang mendeskripsikan hubungan diantara

32
serangkaian data.Model ini dapat digunakan untukberbagai jenis kurikulum secara luas dan
dengan pebelajar semua umur misalnya studi tentang masyarakat ,bangsa ,dan sejarah yang
memerlukan belajar konsep.

b) Pencapaian Konsep

Model ini memberikan cara yang efektif untuk penyajian informasi yang terorganisasi dan topik-
topik yang berskala luas kepeda pebelajar pada setiap tahap perkembangan.

c) Latihan Inkuiri

Dirancang untuk melibatkan siswa berpikir sebab-akibat dan melatih mengajukan pertanyaan
secara lancar dan tepat.

d) Mnemonik

Mnemonik merupakan suatu strategi unuk mengingat dan maneasimilasi informasi. Guru dapat
menggunakan mnemonik untuk membimbing penyajian materi. Disini guru mengajar dengan
suatu cara sehingga pembelajar dapat dengan mudah menyerap informasi.

e) Sinektik

Model ini dirancang untuk membantu pembelajar memecahkan masalah dan menulis kegiatan-
kegiatan serta menambahkan pandangan – pandangan baru pada topik-topik dari suatu bidang
ilmu yang luas.

f) Pengorganisasian Awal

Model ini dirancang untuk memberikan struktur kognitif kepada pembelajar untuk memahami
materi.

3. Rumpun Model Personal

Model-model pembelajaran yang tergolong rumpun ini menekankan pada pengembangan


pribadi. Model-model ini menekankan pada proses membangun /mengkonstruksi dan
mengorganisasi realiata, yang memandang manusia sebagai pembuat makna. Seringkali, model-

33
model pembelajaran rumpun ini memberikan banyak perhatian pada kehidupan emaosional.
Fokus model pembelajaran ditekankan untuk membantu individu dalam mengembangkan
hubungan produktif dengan lingkungannya dan untukmelihat dirinya sendiri. Model ini di
dasarkan pada asumsi bahwa seorang adalah sumber pendidikan model-model dalam kelompok
ini memusatkan perhatianya pada individu dan kebutuhanya.

Jenis-jenis rumpun model personal

1. Pengajaran Nondirectif

Model ini menekankan pada kemitraan antara siswa dan guru. Guru berusaha membantu
siswa memahami perannya dalam pendidikan mereka sendiri. Pada kesempatan untuk mencapai
tujuan , guru menyediakan informasi tentang seberapa jauh kemajuan yang dicapai dan
membantu pembelajar memecahkan masalah.

2. Peningkatan Harga Diri

Guru menggali prinsip-prinsip yang dapat membimbing kegitan-kegiatan kerjasama dengan


pembelajar untuk meyakinkan dan memberikan gambaran tentang pribadi si pembelajar sebaik
mungkin.

Dalam model mengajr ini akan di bahas tiga model mengajar yang berorentasi pada individu
yaitu, model mengajar tidak langsung (non-directive learning) atau ada pula yang menyebutnya
model mengajar bebas, kedua model mengajar pelatihan kesadaran (aweraness training), dan
yang ketiga adalah model mengajar pertemuan kelas.
a. Model mengajar tidak langsung
Model ini merupakan karya dari Carl Rogers dan tokoh pengembang konseling nondirektif.
Model pengajaran ini menekankan pada upaya memfasilitasi belajar. Tujuan utamanya adalah
membantu siswa mencapai integrasi pribadi,effektivitas, dan pengharagaan terhadap dirinya
secara realistis.
Peran guru dalam pembelajaran ini adalah sebagai fasilitator. Oleh karan itu guru hendaknya
mempunyai hubungan pribadi yang positif dengan dengan siswanyayaitu pembimbing bagi
pertumbuhan dan perkembaganya.
Sama hal nya dengan model pembelajaran lain, model ini juga memiliki tahap Carl Rogers
mengelompokan dalam lima tahapan yaitu:

34
1. Membantu siswa menemukan inti permasalahanyang di hadapinya.
2. Guru mendorong siswa agar dapat mengekspresikan perasaanya.
3. Siswa secara bertahap mengembangkan pemahaman kesadaran dirinya.
4. Siswa melaporkan tindakan( berupa alternative pemecahan masalah yang telah di ambil tahap
ketiga diatas tadi).
b. Model Mengajar Pelatihan Kesadaran
Model ini merupakan suatu model mengajar yang di tujukan untuk meningkatkan kesadaran
manusia, yang di kembangkan oleh Milliam Schutz. Kunci utama model ini di dasarkan pada
encounter. Toeri yang menjelaskan metode meningkatakn kesadarn hubungan antar manusia
yang di dasarkan pada keterbukaan, kejujuran kesadaran diri, tanggung jawab, perhatian terhadap
diri sendiri, dan orientasi pada kondisi saat ini.
Model ini terdiri atas dua tahapan. Pertama penyampaian dan penyelesaian tugas, guru
memberikan pebgarahan terhadap tugas yang akan diberikan dan bagaimana melaksanakanya.
Kedua diskusi atau analis tahap pertama siswa di minta untuk melakukan seauatu( berkaitan
dengan teori encounter) setelah itu mediskusikanya.
c. Model Mengajar Pertemuan Kelas
Model ini di ciptakan berdasarkan terapi realitas yang di pelopori oleh William Glasser .
model mengajar pertemuan kelas ini adalah model mengajar yang di tujukan untuk membangun
sebuah kelompok social saling menyayangi, saling menghargai mempunyai disiplin diri dan
komitment untuk berprilaku.

Model mengajar pertemuan kels ini di ciptak agar siswa memiliki rasa saling menghargai
satu sama lain, dan juga mengajarkan siswa untuk menjadi pribadi yang disiplin karna dalam
model ini siswa di tuntut untuk disiplin, dalam proses belajar mengajar, siswa harus mematuhi
aturan yang telah di tetapkan secara bersama.

Dalam model mengajar ini terdapat enam tahapan yaiu:

1. Menciptakan iklim yang kondusif


2. Menyampaikan permasalahan diskusi
3. Membuat penilaian pribadi
4. Mengidentifikasi alternative tindakan solusi
5. Membuat komitment
6. Merencanakan tindak lanjut.
d. Model Mengajar Bebas
Model ini di kembangkan oleh Carl Rogers. Asumsi pokok yang mendasari model mengajar
ini adalah bahwa setiap individu dapat mengatasi sendiri masalah kehidupanya dengan cara-cara

35
konstruktif yang dapat di ungkapkan sendiri. Jadi dalam model mengajar menerapkan
kepercayaan kepda individu bahwa setiap orang mampu untuk mengatsi masalah yang di
hadapinya.
Dalam model mengajar bebas terdapat dua tahapan. Tahapan pertama adalah menciptakan
suasana yang tepat di kelas oleh guru. Thapan kedua mengembangkan tujuan-tujuan individual
atau kelompok.
Dalam proses mengajar ini guru berupaya meningkatkan tujuan dan membatu siswa dalam
mengenali.

4. Rumpun Model Sistem Perilaku

Semua model pembelajaran rumpun ini didasarkan pada suatu pengetahuan yang mengacu pada
teori perilaku, seperti teori belajar perilaku, teori belajar sosial, modifikasi perilaku, atau perilaku
terapi. Model-model pembelajaran rumpun ini mementingkan penciptaan lingkungan belajar
yang memungkinkan manipulasi penguatan perilaku secara efektif sehingga terbentuk pola
perilaku yang dikehendaki.

Model ini di bangun atas dasar kerangka teori perubahan prilaku. Melalui teori ini siswa
dibimbing untuk dapat memecahkan masalah belajar melalui penguraian prilaku kedalam jumlah
kecil dan berurutan.
Ada empat fase dalam modifikasi prilaku:
1. Fase mesin pembelajaran
2. Penggunaan media
3. Pengajaran berprograma
4. Operant conditioning dan operant reinforcement.

Jenis-jenis rumpun model sistem perilaku

1. Belajar Tuntas dan Pembelajaran Terprogram(mastery Learning)

Aplikasi teori sistem perilaku untuktujuan akademik tanpak dalambentuk yang disebut belajar
tuntas atau mastery learning. Pertama , materi yang dipelajaridipecah menjadi unit-unit dari yang
sederhana sampai ke komlpeks. Pembelajar mengerjakan bagian demi bagian dengan cara maju
berkelanjutan.

Ide tentang belajar tuntas di topang oleh asumsi dasar sebagai berikut:

36
1. Semua atau hampir semua sisiwa dapat menguasai apa yang di ajarkan kepadanya (apa yang di
pelajari) bila pengajaran di laksanakan secara sistematis
2. Tingkat keberhasilan siswa sekolah di tentukan oleh kemampuan bawaan atau bakat yang di
miliki masing-masing.
Pada prinsipnya belajar tuntas adalah aktivitas proses pembelajran yang yang bertujuan agar
bahan ajar dapat di kuasai secacara tuntas oleh siswa.
Untuk dapat memahami bagaimana karakteristik belajar tuntas dapat di ketahui beberapa ciri:
a. Setiap pembelajaran dinyatakan jelas dan terukur dan memuat apa yang harus siswa lakukan.
b. Tujuan-tujuan pembelajran harus di kelompokan.
c. Tujuan pembelajaran harus yang benar-benar dan mungkin dapat di lakukan.
d. Tujuan pembelajaran harus menggambarkan kebermaknaan urutan atau unit.
Strategy belajar tuntas dapat dibedakan dari pengajaran non belajr tuntas dalam hal
berikut:
1. Pelaksanaan tes secara teratur untuk memperoleh balikan terhadap bahan yang di ajarkan
sebagai alat untuk mendiagnosa kemajuan
2. Peserta didik baru dapat melangkah pada tahap berikutnya setelah ia menguasai bahan
pelajaran sesuai dengan patokan
3. Pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik yang gagal melalui pengajran
remedial.

2. Pembelajaran langsung(direct learning)

Pembelajaran langssung merupakan suatu model pembelajaran dimana kegiatanya terfokus


pada aktivitas-aktivitas akademik. Tujuan utam model pembelajaran ini adalah memaksimalkan
penggunaan waktu belajar siswa. Pernyataan tujuan pembelajaran disampaikan secara langsung
kepada siswa, serangkaian kegiata yang jelasberkaitan dengan tujuan , monitoring yang cermat
dari kemajuan – kemajuan belajar, balikan tentang hasil belajar serta taktik-taktik unk penilaian
yang lebih efektif dikaitkan dengan serangkaian panduan untuk memperoleh kegiatan belajar.

3. Belajar Melalui simulasi : Latihan dan Latihan Mandiri

Melalui model ini guru mengontrol partisipasi siswa dalam dalam skenariao permainan untuk
menjamin bahwa kelebihan dan keuntungan dari model inibenar-benar dicapai. Dua jenis latihan
pendekatan dikembangkan dari teori perilaku kelompok cybernetic (cabang psikologi). Menurut
prinsip ini, semua perilaku manusia melibatkan suatu pola gerak yang tampak. Perilaku tersebut
meliputi perilaku yang tidak terlihat, seperti berpikir dan perilaku yang tampak. Dalam situasi

37
tertentu, individu akan memodifikasi perilakunya sesuai dengan masukan yang mereka terima
dari lingkungan. Mereka akan menata perilakunya dan pola-pola responnya sesuai dengan
masukan-masukan dari lingkungan. Peran guru dalam model ini sebagai fasilitator dan melalui
simulasi siswa, guru hendaknya mempertahankan perannya sebagai pendukung sikap-sikap siswa
yang diperankannya.

Model simulasi ini dilakukan beberapa tahap yaitu :


a. Tahap orientasi.
1. Menyajikan berbagai topic simulasi.
2. Menjelaskan prinsip-prinsip simulasi permainan
3. Memeberikan gambaran teknis.
b. Tahap latihan peserta.
1. Merancang scenario
2. Melakukan percobaan singkat
c. Tahap proses simulasi
1. Melaksnakan aktivitas permainan dan pengaturan kegiatan
2. Memperoleh balikan dan evaluasi terhadp performance da hasil pengamatan
3. Melakukan klasifikasi
4. Melanjutkan kegiatan simulasi.

2.11. Implikasi Rumpun Model Mengajar

A. Model Personal

Implikasi teori humanistik dalam pendidikan adalah sebagai berikut :

1. Bertingkah laku dan belajar adalah hasil pengamatan

2. Tingkah laku yang ada, dapat dilaksanakan sekarang ( learning to do ).

3. Semua individu memiliki dorongan dasar terhadap aktualisasi diri.

4. Sebagian besra tingkah laku individu adalah hasil dari konsepsinya sendiri.

5. Mengajar bukan hal yang penting, tapi belajar siswa adalah sangat penting (learn to hoew learn)

6. Mengajar adalah membantu individu untuk mengembangkan suatu hubungan yang produktif
dengan lingkungannya dan memandang dirinya sebagai pribadi yang cakap.

38
B. Model Interaksi sosial

1. Pengalaman insight/tilikan. Dalam proses pembelajaran siswa hendaknya memiliki


kemampuan insight yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur - unsur dalam suatu objek.
Guru hendaknya mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dengan
insight.

2. Pembelajaran yang bermakana. Kebermaknaan unsur - unsur yang terkait dalam suatu
objek yang akan menunjang pembentukan pemahaman dalam proses pembelajaran. Content yang
dipelajari siswa hendaknya memiliki makna yang jelas baik bagi dirinya maupun bagi
kehidupannya dimasa yang akan datang.

3. Perilaku Bertujuan. Perilaku terarah pada satu tujuan. Perilaku disamping adanya
kaitan SR-Bond, juga terkait erat dengan tujuan yang hendak dicapai. Pembelajaran terjadi
karena siswa memiliki harapan tertentu. Sebab itu pembelajaran akan berhasil bila siswa
mengetahui tujuan yang akan dicapai.

4. Prinsip ruang hidup ( Life Space ). Dikembagkan oleh Kurt Lewin (Teori Medan/Field
Teori). Perilaku siswa terkait dengan lingkungan/medan dimana ia berada. Materi yang
disampaikan hendaknya memiliki dengan situasi lingkungan dimana siswa berada (CTL).

C. Model Pemrosesan Informasi

1. Melalukan tindakan untuk menarik perhatian siswa.

2. Memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang akan dibahas.

3. Merangsang siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran.

4. Menyampaikan isi pembelajaran sesuai dengan topik yang telah diinformasikan.

5. Memberikan bimbingan siswa bagi aktivitas siswa dalam pembelajaran.

6. Memberikan penguatan dan perilaku pembelajaran.

7. Memberikan feedback terhadap perilaku yang ditunjukkan.

39
8. Melaksanakan penilaian proses dan hasil

9. Memeberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab berdasarkan


pengalamannya.

D. Rumpun Model Modifikasi Tingkah Laku ( Behavioral )

1. Manajemen Kontingensi,B.F. Skinner

Fakta - fakta, konsep, keterampilan.

2. Kontrol Diri,B.F. Skinner

Perilaku atau keterampilan sosial

3. Relaksasi/Santai,Rimm & Masters Wolpe

Tujuan - tujuan pribadi

( mengurangi ketegangan dan kecemasan )

4. Pengirangan ketegangan,Rimm & Masters Wolpe

Pengalaihan kecemasan kepada kecemasan dalam situasi sosial.

5. Latiahan,Asertif Desntisasi Wolpe,Lazarus,Salter

Ekspresi perasaan secara langsung dan spontan dalam situasi sosial.

6. Latihan Langsung Gagne Smith & Smith

Pola - pola perilaku keterampilan.

2.12. Urgensi dan Aplikasi Rumpun Mengajar


a. Model Personal

40
Model ini bertitik tolak dari teori humanistik, yaitu berorientasi terhadap pengembangan diri
individu. Perhatian utamanya pada emosional siswa untuk mengembangkan hubungan yang
produktif dengan lingkungannya. Model ini menjadikan pribadi siswa yang mampu membentuk
hubungan yang harmonis serta mampu memproses informasi secara efektif.

Model ini juga berorientasi pada individu dan perkembangan keakuan. Tokoh Humanistik adalah
Abraham Maslow ( 1962 ), R Rogers, C. Buhler, dan Athur Comb. Menurut teori ini, guru harus
berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar siswa merasa bebas dalam belajar dan
mengembangkan dirinya, baik emosionla maupun intelektual. Teori Humanistik timbul sebagai
gerakan memanusiakan manusia. Pada teori humanistik ini, pendidik seharusnya berperan
sebagai pendorong, bukan menahan sensitifitas siswa terhadap perasaannya.

b. Model Interaksi sosial

Model ini didasari oleh model teori Gestalt ( field-teori ). Model interaksi sosial menitikberatkan
hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat ( learning to live together ). Teori
pembelajaran Gestalt dirilis oleh Max Wertheimer (1912) bersama dengan Kurt Koffka dan W.
Kohler, mengadakan experimen mengenai pengamatan visual dengan fenomena fisik.
Percobaannya yaitu memproyeksikan titik - titik cahaya ( keseluruhan lebih pentingdari pada
bagian ).

Pokok pandangan Gestalt adalah objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu
keseluruhan yang terorganisasikan. Makna suatu objek/peristiwa terletak pada keseluruhan
bentuk ( Gestalt ) dan bukan bagian - bagiannya. Pembelajaran akan lebih bermakna bila materi
diberikan secara utuh bukan bagian - bagian.

c. Model Pemrosesan Informasi

Model ini berdasarakan teori belajar kognitif ( Piaget ) dan berorientasi pada kemampuan siswa
memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan informasi merujuk
pada cara mengumpulkan atau menerima stimuli dari lingkungan : mengorganisasi data ,
memecahkan masalah, menemukan konsep dan menggunakan simbol verbal dan visual. Teori
pemrosesan informasi/kognitif dipelopori oleh Robert Gagne (1985). Asumsinya adalah

41
pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan
merupakan hasil komulatif dari pembelajaran.

Dalam pemeblajaran terjadi proses penerimaan informasi yang kemudin diolah sehingga
menghasilkan out put dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi
antara kondisi internal (keadaan individu, proses kognitif) dan kondisi - kondisi eksternal
( rangsangan dari lingkungan ) dan interaksi anatar keduanya akan menghasilkan hasil belajar

d. Model Modifikasi Tingkah Laku ( Behavioral )

Model ini bertitik tolak dari model belajar bihavioristik, yaitu bertujuan untuk mengembangkan
sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas - tugas belajar dan membentuk TL denagn cara
memanipulasi penguatan (reinforcement). Model ini lebih menekankan pada aspek perubahan
perilaku psikologis dan perilaku yang tidak dapat diamati. Karakteristik model ini adalah dalam
hal penjabaran tugas - tugas yang harus dipelajari siswa lebih efisien dan berurutan.

2.13. Karakteristik Umum Dari Setiap Rumpun Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah persetujuan konseptual yang melukiskan prosedur yang terintegrasi
dalam mengoganisasikan pembelajaran belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan
pelatihan sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
pembelajaran dan menjalankan pembelajaran pembelajaran.

1. Karakteristik Umum Model Pemrosesan Inforasi

Berprinsip pada pengolahan informasi oleh manusia dengan penguatan yang didukung-internal /
dari dalam dirinya untuk mendukung dunia dengan cara memfasilitasi dan mengorganisasikan
data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan keluarnya serta mengembangkan
bahasa untuk mengungkapkannya.

 Menekankan pada peserta didik agar memiliki kemampuan untuk memproses informasi.

42
Dalam model pembelajaran pembelajaran informasi terdapat 7 model pembelajaran, yaitu:
Pencapaian Konsep (Berpikir Konsep, Berpikir induktif), Latihan Penelitian (Pelatihan
Penyelidikan, Pemandu Awal (Penyelenggara Muka), Memorisasi (Penghafalan), Pengembangan
Intelek (Pengembangan Intelek), Penelitian Ilmiah (Pertanyaan Ilmiah).

2. Karakteristik Umum Model Personal

 Proses pendidikan sengaja diusahakan yang dapat membantu seseorang dengan baik,
sanggup memikul tanggung jawab untuk pendidikan dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas
hidup yang lebih baik.
 Memusatkan perhatian pada pandangan perseorangan dan berusaha menggalakkan
kemandirian yang produktif sehingga manusia menjadi lebih sadar diri dan bertanggung jawab
atas kemajuan.

Dalam rumpun model pribadi ini terdapat 4 model pembelajaran, yaitu: Pengajaran Tanpa
Arahan, Model Sinektik (Model Synectics), Latihan Kesadaran, Pelatihan Kelas (Pertemuan
Kelas).

3. Karakteristik Umum Model Interaksi Sosial

 Menitik beratkan pada pengembangan kemampuan kerjasama dari para siswa.


 Berdasarkan pada dua pertimbangan pokok, pertama: masalah-masalah sosial yang
dipertanyakan dan dipecahkan atas dasar dan melalui kesepakatan-proses dengan
menggunakan proses-sosial, kedua: proses sosial yang memerlukan pengembangan untuk
melakukan perbaikan masyarakat dalam arti diperluas-luasnya dengan built-in dan terus
menerus.

Dalam rumpun model interaksi sosial ini terdapat 5 model pembelajaran, yaitu: Investigasi
Kelompok (Investigasi Kelompok), Bermain Peran (Bermain Peran), Penelitian Yurisprudensial
(Pertanyaan Yurisprudensial), Latihan Laboratoris (Pelatihan Laboratorium) dan Penelitian Ilmu
Sosial.

4. Karakteristik Umum Model Sistem Perilaku

43
 Mementingkan menyetujui sistem lingkungan belajar yang memungkinkan Sistem belajar
lingkungan yang memungkinkan manipulalsi mendukung tingkah laku (penguatan) secara
efektif membuat pola tingkah laku yang dikehendaki.
 Memusatkan perhatian pada perilaku yang terobservasi dan metode dan tugas yang
diberikan dalam rangka mengkomunikumkan berhasil.

Dalam rumpun model sistem pembelajaran ini terdapat 5 model pembelajaran, yaitu: Belajar
Tuntas (Penguasaan Pembelajaran), Pembelajaran Langsung, Pembelajaran Diri Kontrol,
Pelatihan Pengembangan Keterampilan dan Konsep, Pelatihan Keterampilan dan Pengembangan
Konsep, Latihan Assertif (Pelatihan Tegas)

44
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kehadiran media pembelajaran sangat membantu guru untuk mempermudah penyampaian
materi ajar kepada siswa bukan hanya semata-mata membuat siswa tertarik tapi juga membantu
guru mengimplementasikan pembelajaran dengan harapan anak dapat menguasai materi sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai. Media pembelajaran merupakan sarana yang harus dikuasai
oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar mempermudah cara belajar siswa dari
penyerapan informasi maupun materi ajar yang hendak diberikan oleh guru. Media pembelajaran
bukan hanya sekedar perantara bagi guru untuk menyampaikan materi ajar pada siswa namun
media pembelajaran juga harus dipelajari oleh guru maupun para calon guru dengan mengetahui
serta memahami apa itu media pembelajaran, kedudukan media pembelajaran, perkembangan
media pembelajaran dan lain-lain. Dalam pemilihan media pembelajaran pun harus banyak aspek
yang diperhatikan bukan hanya sekedar membuatnya saja dan memberikannya pada siswa, sebab
dari itu guru harus lebih menguasai hal tersebut.

Dalam proses belajar tenyata terdapat bermacam-macam model belajar, sesuai dengan
materi yang akan disampaikan inilah yang perlu diketahui oleh pendidik, dalam hal ini seorang
guru untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam belajar. Disamping itu ada rumpun model
mengajar yang lebih menekankan pada cara membelajarkan sebuah materi terhadap siswa.
Dimana belajar merupakan proses penyampain informasi atau ilmu kepada siswa , dalam proses
belajar mengajar ini terdapat beberapa rumpun model mengajar yang dapat di gunkan oleh guru
dalam proses belajar mengajar dan pembelajaran di sekolah. Terdapat empat rumpun model
mengajar yaitu. Belajar yang berorientasi pada pemerosesan infomasi, interkasi social, individu,
dan mengajrr tingkah laku (behavioral) didalam rumpun mengajar ini terdapat model
pembelajarn yang dapat di gunakan oleh guru dalam rangkan proses mengajar siswa di sekolah.
Dengan menngunakan model pembelajaran tersebut di harapkan proses belajar mengajar akan
dapat berlangsung secara efektif.

45
3.2 Saran
Diharapkan semua guru maupun calon guru bisa memaksimalkan pembelajaran dengan
adanya media pembelajan sehingga membantu siswa untuk lebih mudah menyerap materi ajar
dalam pembelajaran terutama untuk tidak acuh tak acuh terhadap perubahan zaman dan
perkembangan teknologi yang semakin pesat seperti sekarang.

Model belajar dan rumpun model pengajaran sangatlah penting dalaam dunia pendidikan
karena ini menyangkut berhasil atau tidaknya pembelajaran yang disampaikan. Oleh karena itu
bagi calon pendidik ataupun yang sudah memiliki anak didik perlu mengetahui serta
memraktekannya dalam proses belajar.

46
Daftar Pustaka

Abbatt. 1998. Pengajaran yang Efektif. Jakarta: IKAPI.

Ali Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Ali, Mohammad. 2003. Pendidikan untuk Pembangunan Nasional. Bandumg: Grasindo.

Amri Sofian dan Ahmadi Khoiru Lif. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Jakarta:
PT Prestasi Pustaka.

Anitah W.,Sri dkk.2007.Strategi Pembelajaran di SD.Jakarta:UT

Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Hasan, Said Hamid. 2005. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Imperial Bhakti Utama.

Prayitno. 2002. Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Bandung: Grasindo

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali pers

Sanjaya Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Beriorentasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Pramedia Group.

Sarbaini. 2011. Model Pembelajaran Kognitif. Yogyakarta: Aswaja Presssindo.

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasu Belajar Mengajar.Jakarta: PT Raja Grafindo Pesada.

Sukmadinata, Nana Saodih. 2007. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktik. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Syagala Syaiful. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Tyler, Ralph. 1991. Prinsip Asas Kurikulum dan Pengajaran. Johor: Pesta Sdn.

Uno Hamzah B. 2011. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

47
Wahab Abdul Azis. 2012. Metode dan Model-Model Mengajar. Bandung: Afabeta

Wayan, I. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) . Jakarta: BP. Cipta Jaya

48

Anda mungkin juga menyukai