Anda di halaman 1dari 2

Nama Mahasiswa : Ni Putu Ayu Heppyana

NIM : 2013081001
Prodi : Filsafat Hindu Semester 6
RESUME

NARSUM I : Ida Pandita Mpu Acarya Jaya Daksa Vedananda


Narasumber memberikan penjelasan bahwa dalam weda serta ajara agama hindu sangat kaya
dengan ajaran moderasi beragama yang dalam hal tersebut moderasi beragama saat ini sangat
digaung-gaungkan karena pengaruh perkembangan teknologi yang semakin pesat membawa
hal-hal negatif terhadap kerukunan umat beragama. Selain itu beliau juga menjelaskan
beberapa hal yaitu :
Satya/Kebenaran/kejujuran menopang bumi, umat manusia di bumi hendaknya mengikuti
hukum alam yang tidak bisa diubah, sehingga kehidupan menjadi lapang.
2) Ahiýúa. Mengembangkan sikap tanpa kekerasan, tanpa menyakiti makhluk hidup (ahiýúa).
Jangan menyakiti hati siapapun, jangan mengganggu, jangan merugikan orang lain, apalagi
mereka yang pernah berjasa. Setiap umat manusia dianjurkan untuk tidak membunuh
binatang, terutama yang bermanfaat bagi kehidupan (berjasa bagi umat manusia). Doa puja
Trisandhyà, mantram ke-5 menyatakan; Sarva pràói hitaòkaraá, semogalah semua mahluk
sejahtra, menunjukan doa kita yang universal, tidak hanya untuk sesama manusia, tetapi
semua mahluk ciptaan-Nya.
Kemurahan hati/kebajikan, suka menolong, dermawan disabdakan oleh Tuhan Yang Maha
Esa untuk dipedomani oleh umat manusia. Orang yang dermawan memperoleh kemuliaan.
Bekerja keras. Moderasi beragama juga menekankan untuk bekerja keras dan memupuk
ketekunan. Kerja keras dan tidak malas merupakan kewajiban dan kebajikan yang patut
dilakukan. Tuhan Yang Maha Esa hanya menyayangi mereka yang suka bekerja keras dan
memiliki ketekunan, bu kan mereka yang malas, gampangan dan menyepelekan segala
sesuatu.
Keluhuran budi. Perbuatan mulia mengantarkan pada keluhuran budi. Berbagai perbuatan
mulia dapat dilakukan untuk menumbuh-kembangkan keluhuran budi, seperti: menolong
orang-orang miskin, menjadi orang tua asuh bagi anak-anak miskin, memberikan pendidikan
bagi anak-anak cerdas dan berbakat dan lain sebagainya.

ý Saha Nàv-Avatu | Saha Nau Bhunaktu | Saha Vìryaý Karavàvahai | Tejasvi Nau-Adhìtam-
Astu Ma Vidviúàvahai | Oý Úàntiá Úàntiá Úàntiá II Om Bersama-sama semoga kita bersama
(dalam Studi kita, Guru dan Siswa), Bersama-sama semoga kita bersama menikmati
(pelajaran kita, Guru dan Siswa), Bersama-sama semoga kita melakukan (Pelajaran kita)
dengan dengan Konsentrasi yang dalam), Semoga apa yang telah kita Pelajari diisi dengan
Kecemerlangan (Pengertian, yang mengarah ke Pengetahuan); Semoga Tidak Menimbulkan
Permusuhan (karena Kurangnya Pengertian di antara kita), Om Damai , Damai , Damai .
NARASUMBER II : Ida Bhawati Hermawan Tangkas
Dalam pemaparan materi dari narasumber kedua sempat menejalskan bagaimana tujuan
hidup seseorang yang disini dijelaskan Kesalah pahaman terhadap konsep hidup atau tujuan
hidup itu sendiri,walaupun memang benar bahwa kelahiran kedunia sebaga makhluk apa saja
adalah penderitaan (samsara) namun samsara ini sendiri harus dilihat sebagai proses
pemurnian jiwa, bukan sebagai sebuah kutukan. Justru konsep hidup yang benar adalah
konsep yang didalamnya terdapat unsur bersyukur karna telah dilahirkan sebagai
manusia.Selain itu narausmber kedua ini juga menjelaskan praktik keagamaan yang disebut
dengan Hubungan vertical antara manusia dan tuhannya, dan Hubungan horizontal atau
hubungan antar umat beragama sesuai dengan ajaran agama.

NARASUMBER III : Prof Dr. Drs I Nyoman Suarka M.Hum


Dalam pemaparan materi nya narasumber I Nyoman Suarka memamparkan perihal
Postmodern: perubahan budaya yang disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi informasi (dari gaya hidup ke paradigma berpikir). Postmodernisme menuntut
perubahan dalam aktivitas ilmiah, dengan mempertimbangkan subjektivitas, objektivitas,
aspek sosio-historis (budaya), aspek linguistik, paradigma dan kerangka konseptual, yang
semuanya memainkan peran mereka sendiri dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Pengetahuan Postmodernisme menolak pendekatan strukturalis dan menggantinya dengan
pendekatan poststrukturalis dan hermeneutik yang lebih memungkinkan kebebasan
penafsiran.  Selain itu beliau juga menjelaskan Perihal Budaya Bali Pada Arus Kebudayaan
seperti Global Ethnoscapes: arus wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan
mancanegara, serta urban ke Bali membawa nilai budaya baru yang dapat mempengaruhi
budaya Bali. Technoscapes: teknologi (terutama teknologi informasi) yang berkembang
sangat cepat dapat mempengaruhi budaya Bali dan menimbulkan budaya baru. Misalnya
Budaya Digital, Agama Digital
NARASUMBER IV : Sugi Lanus
Dalam pemaparan nya menjalskan beberapa lontar yang salah satunya lontar aji sangkya serta
bebeberapa pemaparan tentang kosmologi

Anda mungkin juga menyukai